Posts tagged ‘PENGAMPUNAN’

PERGILAH, DAN MULAI SEKARANG, JANGAN BERBUAT DOSA LAGI

PERGILAH, DAN MULAI SEKARANG, JANGAN BERBUAT DOSA LAGI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Prapaskah – Senin, 18 Maret 2024)

Pfak S. Sirillus dr Yerusalem, Uskup Pujangga Gereja

Lalu mereka pulang ke rumah masing-masing, tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Lalu ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berzinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus, “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika dia sedang berzinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian dengan batu. Bagaimana pendapat-Mu tentang hal itu?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka, “Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk lagi dan menulis di  tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya, “Hai perempuan, di manakah mereka?” Tidak adakah seorang pun yang menghukum engkau?” Jawabnya, “Tidak ada, Tuan.” Lalu kata Yesus, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi.” (Yoh 8:1-11)

Bacaan Pertama: Dan 13:1-9,15-17,19-30,33-62 atau Dan 13:41c-62; Mazmur Tanggapan: Mzm 23:1-6

“Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi.” (Yoh 8:11)

Bacaan Injil hari ini sebenarnya bukan merupakan bagian dari naskah asli Injil Yohanes. Ini dimasukkan belakangan, barangkali pada abad ke-3 dan ke-4 ke dalam bagian Injil ini, barangkali karena kelihatannya ada kaitan yang baik antara bab-bab yang ada: bacaan ini memotong suatu rangkaian panjang ajaran-ajaran Yesus; ajaran-ajaran-Nya dalam Bait Suci, ajaran-ajaran-Nya yang lain, sampai memuncaknya konfrontasi dengan orang-orang Farisi (lihat a.l. James McPolin SJ, JOHN, New Testament Message 6 dalamWilfrid Harrington, OP dan Donald Senior, CP (Editors), NEW TESTAMENT MESSAGE – A Biblical-Theological Commentary, Collegeville, Minnesota: THE LITURGICAL PRESS – MICHAEL GLAZIER, INC., 1979, hal.121-123. *)

Setiap hari Yesus mengasihi kita dengan kasih yang sama dengan yang telah ditunjukkan-Nya kepada perempuan yang kedapatan berzinah dalam bacaan Injil hari ini. Maka, sepatutnyalah kita berterima kasih penuh syukur kepada-Nya. Dari antara orang-orang yang hadir pada hari itu, barangkali Yesus sajalah yang memenuhi syarat untuk dapat melemparkan batu pertama kepada perempuan itu. Namun Yesus tidak memperhitungkan dosa perempuan itu. Kita harus berterima kasih penuh syukur kepada Yesus karena memandang diri kita yang berdosa ini tidak berbeda dengan pada saat Ia memandang perempuan yang kedapatan berzinah itu sekitar 2.000 tahun lalu. Ya, kita harus senantiasa mengingat bahwa Yesus tidak mencintai dosa kita, namun Ia sungguh sangat mengasihi kita. Kasih seperti ini memang tidak mudah untuk dipahami oleh pikiran manusia.

Kasih Yesus penuh dengan bela rasa. Perempuan ini menyadari bahwa dirinya berdosa – barangkali dia pun menyesali dosanya dan bertobat – namun ia tidak menerima apa-apa selain cemoohan dan caci-maki dari para ahli Taurat dan tua-tua Yahudi. Sementara para tokoh agama Yahudi itu menekankan keharusan diterapkannya keadilan tanpa mempertimbangkan belas kasih, Yesus malah melimpahkan belas kasih-Nya kepada perempuan itu.

Ketika Yesus mengatakan kepada perempuan itu, “Pergilah, dan mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi,” sebenarnya Yesus memberikan kepadanya kemampuan untuk melepaskan masa kegelapan dari kehidupannya. Kita juga harus berterima kasih kepada Yesus karena Dia pun melakukan yang sama bagi diri kita masing-masing. Tidak ada dosa sebesar apa pun yang tidak dapat ditaklukkan oleh Yesus! Tidak ada kegelapan yang jatuh di luar kuasa dan terang kasih Yesus. Manakala Yesus menunjukkan dosa-dosa kita, Dia juga menawarkan pengampunan yang lengkap. Kombinasi sedemikian membuat hati kita terbakar dengan sukacita dan memenuhi diri kita dengan suatu hasrat untuk meninggalkan dosa dan melangkah maju mendekati terang kehadiran-Nya. Ingat: Tuhan tidak pernah membenci para pendosa, yang dibenci-Nya adalah dosa-dosa mereka!

Teristimewa dalam masa Prapaskah ini, marilah kita memohon agar Tuhan Yesus menguatkan hati dan pikiran kita agar mampu menolak segala godaan dan dakwaan Iblis dan roh-roh jahatnya. Marilah kita mohon kepada Yesus untuk menutup telinga kita terhadap segala ocehan dan gangguan si Jahat dan lari kepada-Nya untuk menerima hikmat dan semangat serta dorongan dari sang Mesias. Memang kasih Yesus menyadarkan kita akan kedosaan kita namun Dia tidak menuduh-nuduh dan menghukum kita. Kasih Yesus memisahkan kita secara khusus dari segalanya yang tidak menghormati diri-Nya. Kasih Yesus meyakinkan diri kita bahwa kita dapat mengalami kehidupan penuh dalam kehadiran-Nya. Kasih Yesus membuktikan kepada kita bahwa kita dapat berjalan bersama-Nya setiap saat dalam kehidupan kita.

*) Bagi saudari-saudara awam seperti saya yang berniat mendalami bacaan Injil di atas yang sungguh luar biasa dan indah ini, saya menganjurkan untuk membaca ulasan dalam Raymond E. Brown, THE GOSPEL ACCORDING TO JOHN I-XII – The Anchor Bible, New York: THE ANCHOR BIBLE-DOUBLE DAY, 1966; khususnya Bab 30 yang berjudul THE STORY OF THE ADULTERESS, hal. 332-338.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku mengasihi Engkau dengan segenap hatiku. Biarlah api cintakasih-Mu berkobar-kobar dalam diriku. Utuslah Roh Kudus-Mu agar membimbingku di jalan kebenaran-Mu. Aku menyadari bahwa sering kali aku jatuh  ke dalam dosa. Namun bersama saudariku yang dikenal sebagai “perempuan yang berzinah”, Aku bergembira dalam/karena belas kasih-Mu, cintakasih-Mu dan belarasa-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 8:1-11), bacalah tulisan yang berjudul “PENGAMPUNAN YESUS ADALAH PENGAMPUNAN SEJATI” (bacaan tanggal  18-3-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-03 BACAAN HARIAN MARET 2022.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 3-4-22 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak,  17 Maret 2024 [Hari Minggu Prapaskah V – Tahun B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KEADILAN DARI PENGAMPUNAN ALLAH

KEADILAN DARI PENGAMPUNAN ALLAH

 (Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan II Prapaskah – Sabtu, 2 Maret 2024)

Hari Sabtu Imam

Keluarga Besar Fransiskan: Pfak S, Agnes dr Praha, Biarawati Ordo II

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa, semuanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Lalu bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, “Orang ini menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka. Lalu Ia menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka,

“Ada seseorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh  bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang warga negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikan sesuatu kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebut anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Lalu bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebut anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Ambillah anak lembu yang gemuk itu, sembelihlah dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Lalu mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar suara musik dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu yang gemuk, karena ia mendapatnya kembali dalam keadaan sehat. Anak sulung itu marah dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan membujuknya. Tetapi ia menjawab ayahnya, Lihatlah, telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu yang gemuk itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala milikku adalah milikmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” (Luk 15:1-3,11-32)

Bacaan Pertama: Mi 7:14-15,18-20; Mazmur Antar-bacaan: Mzm 103:1-4.9-12

“Anak sulung itu marah dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan membujuknya.”  (Luk 15:28)

Banyak sekali orang yang tidak dapat menerima pesan dari perumpamaan si anak hilang ini. Mereka lebih berpihak kepada saudara yang sulung itu. Mereka menginginkan agar si “anak hilang” itu dihukum saja dan jangan diampuni. Mengapa? Apakah alasan mereka? Karena mengampuni bagi mereka berarti setengah menyetujui dan mengabadikan kejahatan.

Banyak orang memang memandang pengampunan sebagai suatu alasan bagi seorang pendosa untuk menolak tanggung jawab atas dosanya. Mereka melihat pengampunan sebagai tindakan tidak adil terhadap korban akibat dosa dari si pendosa.

Dalam kerahiman-Nya (belas kasih-Nya), Tuhan tidak hanya mengasihi, mengampuni dan menghargai pendosa, tetapi dalam keadilan-Nya Dia juga membenci dosa dan perbuatan dosa. Tuhan mengungkapkan kemarahan-Nya terhadap dosa dengan “menghapuskan kesalahan-kesalahan kita” dan “melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut” (lihat Mi 7:19). Tuhan membuang dosa-dosa kita dan menenggelamkannya sampai ke dasar lautan.

Dengan demikian pengampunan Tuhan tetap adil. Sikap kasih-Nya yang lembut dan penuh ampun kepada para pendosa sebagai alasan sikap memusuhi dosa dan akar-akar dosa. Pada kayu salib, Yesus secara sempurna mengasihi kita – para pendosa – dan membenci serta menghancurkan dosa serta pekerjaan iblis (1Yoh 3:8). Tuhan membedakan pendosa dari dosanya.

Mengikut jejak Yesus Kristus berarti mengasihi dan mengampuni orang-orang yang berdosa dan tetap tegar membenci dosa serta menghancurkan sumber dosa.

DOA: Bapa surgawi, melalui kuasa Roh Kudus-Mu berikanlah kekuatan kepada kami untuk mau dan mampu bergumul melawan dosa sampai mencucurkan darah (Ibr 12:4). Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 15:1-3,11-32), bacalah tulisan yang berjudul “PERUMPAMAAN YESUS TENTANG ANAK YANG HILANG” (bacaan tanggal 2-3-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-03 BACAAN HARIAN MARET 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 11-3-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 1 Maret 2024

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SEKIRANYA KAMU MEMPUNYAI IMAN SEKECIL BIJI SESAWI SAJA

SEKIRANYA KAMU MEMPUNYAI IMAN SEKECIL BIJI SESAWI SAJA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXII – Senin, 13 November 2023)

OFM: Pfak S. Didakus dr Alkala, Biarawan

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Tidak mungkin tidak akan ada hal yang membuat orang berbuat dosa, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Lebih baik baginya jika sebuah batu giling diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, daripada menyebabkan salah satu dari orang-orang yang kecil ini berbuat dosa. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”

Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan, “Tambahkanlah iman kami!” Jawab Tuhan, “Sekiranya kamu mempunyai iman sekecil biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Tercabutlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.” (Luk 17:1-6)

Bacaan Pertama: Keb 1:1-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 139:1-10

Menurut standar-standar yang digunakan para rabi Yahudi, apabila seseorang akan mengampuni seorang pribadi sebanyak tiga kali, maka dia akan dipandang sebagai seorang pribadi manusia yang sempurna. Sekarang ada Yesus yang mengajar para murid-Nya bahwa mereka harus mengampuni bukan hanya satu kali, tidak hanya tiga kali, tidak hanya tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh kali – yang dapat diartikan senantiasa mengampuni! Yesus menanggapi pertanyaan Petrus tentang pengampunan: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (Mat 18:22). Memang kelihatan tidak mungkin, namun bukankah Yesus telah menunjukkan kepada mereka melalui berbagai mukjizat dan pengajaran-Nya bahwa apa yang kelihatan tidak mungkin bagi manusia sebenarnya mungkin dengan Allah?

Setelah mendengar bahwa mereka harus bertanggung jawab karena tidak mengampuni, para murid pun berseru: “Tambahkanlah iman kami!” (Luk 17:5). Seperti para murid Yesus yang awal tersebut, kita pun tahu betapa berat untuk mengatasi rasa sakit hati dan ketidakadilan yang ditimpakan atas diri kita oleh orang lain.

Kadang-kadang memang kelihatan tidak mungkin, namun di kedalaman hati kita, kita tahu betapa luasnya dampak dari kuat-kuasa pengampunan yang ditunjukkan oleh Yesus. Dan, seperti para murid-Nya dahulu, penambahan imanlah yang kita butuhkan. Panggilan untuk mengampuni mungkin kelihatan sama tidak mungkinnya dengan memindahkan sebatang pohon ara hanya dengan satu-dua patah kata. Namun Yesus mengajarkan kepada kita bahwa dengan iman yang paling kecil pun kita dapat mewujudkan hal-hal besar.

Kita dapat minta kepada Yesus untuk menambahkan iman kita dengan membuka mata kita agar dapat memusatkan pandangan kita pada kuat-kuasa-Nya dan kehadiran-Nya dalam diri kita. Semakin kita menginternalisasi kepercayaan kita bahwa diri kita tidak kurang daripada bait-bait Roh Kudus, maka semakin yakinlah kita bahwa menanggapi panggilan-Nya untuk mengampuni merupakan suatu kemungkinan yang memang riil.

Apakah ada sebuah luka lama dlsb. yang menyebabkan kita belum mampu untuk mengampuni seseorang yang mendzolomi diri kita? Kalau begitu halnya, baiklah kita berkata kepada Yesus, “Ini tidak mungkin bagiku! Namun bagi-Mu, Yesus, semua hal adalah mungkin. Kuserahkan isu ini kepada-Mu dan aku mohon Kauberikan rahmat dan kuat-kuasa untuk mengampuni.” Bisa saja pada tahapan awal kita hanya dapat memohon kepada Allah untuk membuat diri kita bersedia untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Yesus akan menolong kita dalam mengambil langkah selanjutnya dalam perjalanan menuju pengampunan yang lengkap.

DOA: Bapa surgawi, aku berterima kasih penuh syukur kepada-Mu untuk belas-kasih-Mu yang begitu besar kepada umat manusia dengan mengutus Putera-Mu yang tunggal. Melalui pengorbanan-Nya yang besar di atas kayu salib, Ia telah mengampuni dan membersihkan diriku secara lengkap. Sekarang, ya Bapa yang baik, aku memohon agar Engkau sudi menolong diriku untuk mengampuni orang-orang lain sepenuh Engkau telah mengampuni diriku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 17:1-6), bacalah tulisan yang berjudul “ENGKAU HARUS MENGAMPUNI DIA” (bacaan tanggal 13-11-23) dalam situs/blog SANG SABDA  http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-11 BACAAN HARIAN NOVEMBER 2023.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan  tanggal 8-11-21 dalam situs/blog SANF SABDA)

Cilandak, 12 November 2023 [HARI MINGGU BIASA XXXII – TAHUN A]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENGANDALKAN PERTOLONGAN DARI ROH KUDUS

MENGANDALKAN PERTOLONGAN DARI ROH KUDUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa X – Kamis, 9 Juni 2022)

Peringatan Fakultatif S. Efrem, Diakon Pujangga Gereja

Aku berkata kepadamu: Jika kamu tidak melakukan kehendak Allah melebihi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang mencaci maki saudaranya harus dihadapkan ke Mahkamah Agama, dan siapa yang berkata: Jahil! Harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu ini jangan menyerahkan engkau kepada pengawal dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai habis. (Mat 5:20-26)

Bacaan Pertama: 1Raj 18:41-46; Mazmur Tanggapan: Mzm 65: 10-13

“Jika kamu tidak melakukan kehendak Allah melebihi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.” (Mat 5:20)

Sungguh keras dan sulit dilaksanakan perintah Yesus ini. Siapakah yang setara dengan Petrus, Paulus dan para kudus lainnya sehingga dapat melaksanakan perintah ini? Tetapi, sebenarnya para kudus ini pun tidak pernah dapat melaksanakan perintah Yesus ini, jika mereka tidak mengandalkan pertolongan dari Roh Kudus. Santo dan Santa di masa lampau adalah orang-orang seperti kita juga. Mereka tidak memiliki kuasa dahsyat, namun mereka menjadi para pahlawan iman Kristiani melalui kesetiaan mereka kepada Allah dan karya transformasi-Nya. Allah harus melakukan karya kebenaran dalam diri mereka seperti juga yang dilakukan-Nya atas diri kita.

Marilah kita memusatkan perhatian kita kepada Petrus. Pada Perjamuan Terakhir Petrus berkata bahwa dia bersedia mati bagi Yesus, namun beberapa jam kemudian, dia menyangkal bahwa dirinya mengenal Yesus. Petrus itu keras kepala dan dia mempunyai ide-ide “hebat” bagaimana dia akan melayani Yesus. Namun apabila mengalami pencobaan, Petrus tidak dapat menindak-lanjuti dan mewujudkan ide-idenya tersebut karena semua itu sekadar niat-niat baiknya saja. Tidak ada kuat-kuasa di belakang semua idenya. Akan tetapi, setelah Roh Kudus dicurahkan dan berdiam dalam dirinya, Petrus pun mampu menjadi pewarta Kabar Baik Yesus Kristus yang hebat, bahkan kemudian mati untuk Yesus seperti yang dikatakannya pada Perjamuan Terakhir. Jadi, kita lihat di sini bahwa perubahan dalam diri Petrus bukanlah sebuah proses satu malam langsung jadi. Proses perubahan yang kita namakan conversio ini berjalan bertahun-tahun lamanya, dan selama itu Petrus terus-menerus mengatakan “Tidak” terhadap “daging” dan “Ya” kepada Roh Allah di dalam dirinya.

Situasi yang sama juga dihadapi oleh para kudus pada zaman-zaman setelah itu. Pada abad ke-16, Ignatius dari Loyola mendirikan komunitas Yesuit (Serikat Yesus), tetapi tidak sebelum dia berprofesi sebagai seorang perwira tentara yang muda dan idealistis, yang menyenangi pertempuran-pertempuran. Setelah menderita luka yang hampir melumpuhkan kakinya dan mengalami masa pemulihan kesehatannya yang lama, Allah pun menumbuhkan rasa lapar dalam diri Ignatius akan hal-hal surgawi. Fransiskus dari Assisi, Ignatius dari Loyola, Katarina dari Siena, Teresa dari Avila dlsb. – setiap orang kudus dalam sejarah adalah testimoni dari kemampuan Allah untuk melakukan transformasi atas diri orang-orang, bahkan mereka yang keras kepala, menikmati kenyamanan hidup, untuk kemudian menjadi abdi-abdi Kristus yang penuh sukacita.

Saudari dan Saudaraku, marilah kita bersukacita bahwa kita memiliki kuat-kuasa Allah yang bekerja dalam diri kita, yang mampu melakukan hal-hal yang jauh lebih besar daripada yang dapat kita minta dalam doa atau pikirkan/bayangkan (lihat Ef 3:20). Sesungguhnya, kita masing-masing dapat menjadi seperti orang-orang kudus, bahkan yang paling besar dari mereka. Oleh karena itu, marilah kita menyambut Roh Kudus ke dalam hati kita sehingga dengan demikian kita dapat ditransformasikan dari hari ke hari dan belajar untuk menyerahkan diri kita kepada Allah dan Sabda-Nya.

DOA: Roh Kudus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau sudi berdiam dalam diriku. Terima kasih untuk kehadiran-Mu bagi diriku, sehingga aku benar-benar dapat mengandalkan Engkau untuk kekuatan dan rahmat-Mu agar dapat tetap setia sebagai seorang murid Yesus. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 5:20-26),  bacalah tulisan yang berjudul “MENGAMPUNI DAN MELAKUKAN REKONSILIASI” (bacaan tanggal 9-6-22) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 22-06 BACAAN HARIAN JUNI 2022.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 10-6-21 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 8 Juni 2022 [OFMCap: Pfak B. Nikolaus Gesturi, Imam Kapusin]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

INILAH PERINTAH-KU, YAITU SUPAYA KAMU SALING MENGASIHI, SEPERTI AKU TELAH MENGASIHI KAMU

INILAH PERINTAH-KU, YAITU SUPAYA KAMU SALING MENGASIHI, SEPERTI AKU TELAH MENGASIHI KAMU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Paskah – Jumat, 20 Mei 2022)

Peringatan Fakultatif S. Bernardinus dr Siena, Imam OFM

Keluarga Besar Fransiskan: Pesta/Pw S. Bernardinus dr Siena, Imam OFM

Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada ini, yakni seseorang memberikan nyawanya demi sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu melakukan apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku  tidak menyebut  kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang terhadap yang lain. (Yoh 15:12-17)

Bacaan Pertama: Kis 15:22-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 57:8-12

Judul tulisan ini adalah kutipan ayat Yoh 15:12. Dalam keseluruhan ajaran-Nya, Yesus memberi jaminan kepada kita akan kasih-Nya bagi kita. Yesus memerintahkan kita untuk saling mengasihi, sebagaimana Bapa mengasihi-Nya dan Ia mengasihi kita. Bagaimana Yesus mengasihi kita? Dia mengesampingkan kemuliaan-Nya dan menjadi seorang manusia. Dia men-sharing-kan rahasia-rahasia hati Allah kepada kita semua. Secara all out Yesus melayani orang-orang: menyembuhkan mereka yang sakit kusta, buta dll. Ia memberitakan Kabar Baik kepada orang-orang miskin dan memberi makan kepada orang-orang yang lapar. Yesus malah tidak mempunyai waktu atau ruang pribadi bagi diri-Nya sendiri, bahkan tidak mempunyai sedikit waktu untuk beristirahat/tidur. Hari demi hari Yesus “melepaskan” hidup-Nya agar dengan demikian kita mengetahui dan mengenal pengampunan dari Allah.

Dengan perkataan lain, Yesus mengasihi kita lewat pengampunan yang diberikan-Nya kepada kita. Segalanya terdengar sederhana, bukan? Itulah sebabnya mengapa kita harus mengasihi orang lain juga – dengan mengampuni mereka. Sederhana terdengarnya, namun …… tidak mudah untuk melaksanakannya. Pengampunan Yesus senantiasa tanpa syarat. Yesus mau mengampuni kita, bahkan ketika kita belum mau mengakui luka yang disebabkan oleh kesalahan/dosa kita dan mengakui kebutuhan kita akan pengampunan. Mengampuni seturut cara Yesus berarti menyerahkan hidup/nyawa kita: menyerahkan hak kita akan keadilan, bahkan menyerahkan hak untuk membalas dendam.

Bagaimana pun sulitnya bagi kita untuk mengampuni orang yang telah bersalah kepada kita, hal tersebut bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Karena Dia telah mengasihi kita terlebih dahulu, maka Yesus memampukan kita untuk melakukan hal yang sama kepada orang-orang lain. Semakin banyak yang kita upayakan dalam hal ini, semakin banyak pula kita akan mengalami rahmat-Nya mengalir seperti arus air sungai yang deras!

Marilah kita memeriksa apa yang terjadi dengan relasi dalam hidup kita di mana pengampunan tidak diberi tempat samasekali. Bukankah para malaikat akan bersukacita apabila pintu bendungan kemarahan dan penolakan kita dibuka sedikit agar  memungkinkan adanya aliran pengampunan? Kita kiranya tidak perlu menunggu sampai kita mengalahkan setiap inci dari akar kepahitan yang terpendam dalam hati kita; yang penting kita harus mengambil langkah untuk memulai.

Saudari dan Saudaraku yang terkasih, pada hari ini marilah kita mengambil langkah awal untuk mengampuni seseorang yang menurut kita (anda dan saya) sangat sulit untuk diampuni. Dalam doa, marilah kita mengungkapkan isi hati kita dengan mengatakan kepada Tuhan bahwa kita mau mengampuni orang itu. Memang kelihatannya belum/tidak ada apa pun dalam diri kita yang telah mengalami perubahan, namun kebenarannya adalah bahwa tembok kekerasan dan balas dendam akan mulai mengalami keruntuhan. Pemikiran-pemikiran yang berisi penolakan memang membutuhkan waktu lama sebelum sungguh-sungguh hilang. Namun, kita harus dengan konsisten tetap mengampuni dan tetap memohon rahmat Allah agar dapat mengampuni lebih dan lebih lagi. Kita sungguh harus berkomitmen untuk terus mengampuni setiap hari, mulai hari ini sampai hari Pentakosta nanti. Sementara itu Yesus akan mengikis luka-luka batin kita, lapis demi lapis dan akan membawa kesembuhan dan damai sejahtera kepada kita masing-masing.

DOA: Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Aku sungguh ingin mengasihi seperti Engkau mengasihi diriku. Sentuhlah hatiku pada hari ini dan buatlah diriku agar sungguh–sungguh memiliki kehendak untuk mengampuni dengan lebih mendalam. Terpujilah nama-Mu selalu, ya Tuhan Yesus. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 15:12-17), bacalah tulisan yang berjudul “PERINTAH YESUS KEPADA PARA MURID-NYA” (bacaan tanggal 20-5-22) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 22-05 BACAAN HARIAN MEI 2022.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 7-5-21 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 19 Mei 2022 [Keluarga Besar Fransiskan: Pw/Pfak S. Krispinus dr Viterbo, Biarawan Kapusin]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

BUKAN SAMPAI TUJUH KALI, MELAINKAN SAMPAI TUJUH PULUH KALI TUJUH KALI

BUKAN SAMPAI TUJUH KALI, MELAINKAN SAMPAI TUJUH PULUH KALI TUJUH KALI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Prapaskah – Selasa, 22 Maret 2022)

Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus, “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali? Yesus berkata kepadanya, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Sebab hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak istrinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Lalu sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunasi. Tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.

Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Lalu sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunasi. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai ia melunasi hutangnya.

Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Kemudian raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohon kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Tuannya itu pun marah dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunasi seluruh hutangnya.

Demikian juga yang akan diperbuat oleh Bapa-Ku yang di surga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” (Mat 18:21-35)

Bacaan Pertama: Dan 3:25,34-43; Mazmur Tanggapan: Mzm 25:4b-5b,6-7c,8-9

Kebanyakan kita tentunya setuju, bahwa mengampuni orang yang bersalah kepada kita bukanlah hal yang gampang untuk dilakukan. Namun demikian, dalam perumpamaan di atas Yesus menjelaskan, bahwa pengampunan adalah salah satu aspek kehidupan yang fundamental dalam kerajaan Allah. Pada kenyataannya, Yesus mengatakan bahwa apabila kita ingin mengetahui, mengenal serta mengalami damai-sejahtera dan sukacita kerajaan Allah, maka kita harus mengampuni siapa saja yang bersalah kepada kita, dan mengampuni seringkali.

Ajaran Yesus selalu saja menantang pemikiran-pemikiran “normal” manusia, misalnya “kasihilah musuh-musuhmu”, atau “siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” dan lain-lain sebagainya. Sekarang, mengenai pengampunan. Mengapa begini? Karena hidup Kristiani itu dialaskan pada pengampunan yang dengan bebas diberikan kepada orang-orang yang sesungguhnya “tak pantas” untuk diampuni, yaitu kita semua. Belas kasih adalah konstitusi dan piagam kerajaan Allah, dan tidak ada seorang pun dari kita yang dapat mengalami berkat-berkat kerajaan itu tanpa ikut saling mengampuni satu sama lain, pengampunan yang begitu bebas diberikan oleh-Nya kepada kita masing-masing.

Kata-kata Yesus tentang pengampunan bukanlah sekadar suatu ide yang bersifat teoritis. Kalau kita tidak/belum mengampuni seseorang, maka pada saat kita mengingat orang itu kita pun akan mengalami perubahan-perubahan fisik. Denyut jantung kita menjadi lebih cepat. Napas kita juga menjadi lebih cepat. Tubuh kita menjadi tegang, dan wajah kita pun tampak tambah jelek-loyo. Dalam pikiran kita pun bermunculanlah “flashbacks”peristiwa atau peristiwa-peristiwa ketika kita didzolimi, berulang-ulang. Bermunculanlah lagi alasan-alasan mengapa orang itu sesungguhnya tidak pantas untuk kita ampuni. Mulailah datang segala macam pemikiran negatif bahwa  semua anggota keluarga dan teman orang itu pun jahat semua. Bayangkanlah apa yang terjadi dengan diri kita pada tingkat spiritual. Pikirkanlah betapa sulitnya untuk menaruh kepercayaan pada kasih Allah. Juga betapa sulitnya untuk mengalami damai-sejahtera Kristus atau merasakan gerakan-gerakan Roh Kudus; semuanya karena kita tidak mau mengampuni.

Memang ini merupakan suatu gambaran yang suram, namun jangan sampai membuat kita frustrasi. Yang diminta Allah dari kita sebenarnya hanyalah untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar kita dapat sampai pada tindakan pengampunan, teristimewa pada masa Prapaskah ini. Sediakanlah beberapa menit setiap hari untuk memandang Salib Kristus dalam keheningan, sambil merenungkan bahwa Yesus menyerahkan nyawa-Nya sendiri untuk memperoleh pengampunan bagi kita.

Mohonlah kepada Roh Kudus untuk menolong anda menemukan jalan untuk sampai pada damai-sejahtera, restorasi relasi dan rekonsiliasi dengan Sang Mahatinggi. Katakanlah pada-Nya bahwa anda sungguh mencoba. Dia tahu bahwa dapat saja anda tidak sampai menuntaskan segalanya dalam jangka waktu yang singkat, namun dengan mengambil beberapa langkah ke arah yang benar, anda akan memberikan kesempatan kepada Allah untuk melakukan mukjizat dalam kehidupan anda.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku percaya bahwa Engkau adalah perwujudan belas kasih Allah sendiri. Oleh Roh Kudus-Mu, ajarlah aku untuk berjalan di jalan belas kasih-Mu, agar akupun dapat mengalami kebebasan-Mu sendiri. Tuhan Yesus, tolonglah aku untuk mengampuni semua orang yang  bersalah kepadaku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 18:21-35), bacalah tulisan yang berjudul  “PERUMPAMAAN TENTANG PENGAMPUNAN” (bacaan tanggal 22-3-22) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 22-03 BACAAN HARIAN MARET 2022.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 9-3-21 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 21 Maret 2022

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ENGKAU HARUS MENGAMPUNI DIA

ENGKAU HARUS MENGAMPUNI DIA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXII – Senin, 8 November 2021)

Kongregasi Fransiskanes Sambas (KFS): Peringatan Arwah Semua Anggota Tarekat

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Tidak mungkin tidak akan ada hal yang membuat orang berbuat dosa, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Lebih baik baginya jika sebuah batu giling diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, daripada menyebabkan salah satu dari orang-orang yang kecil ini berbuat dosa. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”

Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan, “Tambahkanlah iman kami!” Jawab Tuhan, “Sekiranya kamu mempunyai iman sekecil biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Tercabutlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.” (Luk 17:1-6)

Bacaan Pertama: Keb 1:1-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 139:1-10

Ketika seorang eksekutif perusahaan – katakanlah namanya Harry – mendengar bahwa rekan kerjanya yang bernama Bambang baru saja terserang penyakit kanker paru-paru yang serius, ia merasakan bahwa barangkali Tuhan menginginkan dirinya mengunjungi Bambang di rumah sakit dan menghiburnya. Akan tetapi kemudian muncul dalam ingatannya bahwa Pak Bambang ini beberapa tahun yang lampau pernah berbicara buruk tentang dirinya (di belakang punggungnya) sehingga Harry kehilangan kesempatan untuk sebuah promosi guna menduduki jabatan sangat penting dalam perusahaan. Sebenarnya Harry telah melupakan peristiwa atau insiden itu, namun berita tentang jatuh sakitnya Pak Bambang ini mendatangkan kembali penolakan yang selama ini telah ditekannya. Pada saat itu Harry menyadari bahwa sekali lagi dia harus mematuhi perintah Allah untuk mengampuni Pak Bambang – tujuh puluh kali kali tujuh kali setiap hari – kalau memang diperlukan.

Memang tidak mudah bagi kita untuk mengampuni orang-orang lain, teristimewa mereka yang menyakiti hati kita secara mendalam, telah memperlakukan kita dengan tidak adil, telah mendzolimi kita. Akan tetapi, kita harus selalu mengingat tiga alasan besar mengapa kita harus mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita itu. Pertama-tama, Yesus sendiri memerintahkan kita untuk mengampuni. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus dengan jelas menyatakan bahwa kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita, bahkan mengampuni mereka lagi dan lagi (bdk. Mat 18:22). Akan tetapi seperti halnya Harry, kita pun dapat menilai  bahwa “dosa/kesalahan” orang lain itu kepada kita begitu besarnya – dan luka-luka yang diakibatkan oleh orang lain itu begitu sakitnya – untuk dapat kita ampuni. Pada tingkatan ini, ingatlah bahwa Yesus tidak akan meminta kita melakukan sesuatu yang kita tidak dapat lakukan. Sederhana saja: Kita harus belajar bagaimana mengampuni.

Kedua, adalah baik bagi kita untuk mengampuni. Dengan mengampuni orang lain, kita membuat diri kita terbebaskan dari kepahitan yang merusak, yang menggerogoti hati kita, bahkan yang dapat menjadi sedemikian kuat sehingga membawa dampak buruk atas kesehatan kita. Dengan mengampuni, kita membiarkan pergi segala beban penolakan yang sedemikian. Jangan pula kita melupakan salah satu Sabda Bahagia dari Yesus: “Berbahagialah orang yang berbelaskasihan, karena mereka akan beroleh belas kasihan” (Mat 5:7).

Ketiga, belas kasih dan pengampunan kita dapat juga mengubah hati orang-orang lain. Apabila kita memperlakukan seseorang dengan respek dan penuh martabat – walaupun orang itu telah menyakiti hati kita – maka kita dapat membantu melunakkan hatinya. Siapa tahu? Mungkin saja pengampunan kita akan menggerakkan orang itu menjadi berbelas kasih juga, menyebabkan terjadinya reaksi-berantai yang melibatkan lebih banyak orang lain lagi!

Jadi, apa kiranya pendapat Saudari dan Saudara? Mungkinkah bagi kita (anda dan saya) untuk mengambil satu langkah lebih dekat lagi dengan panggilan Yesus untuk menjadi berbelaskasih seperti diri-Nya? Dapatkah kita memohon kepada Roh Kudus untuk memberikan kepada kita bela rasa sedikit lebih lagi? Tidak perlulah untuk segalanya diperoleh sekaligus, tetapi dengan berjalannya waktu, sedikit demi sedikit namun mantap.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, hati-Mu penuh berlimpah dengan belas kasih yang tanpa batas. Tolonglah aku agar dapat menjadi seperti diri-Mu, yaitu dalam hal mempraktekkan belas kasih dan pengampunan kepada semua orang yang bersalah kepadaku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 17:1-6), bacalah tulisan berjudul “SEKIRANYA KAMU MEMPUNYAI IMAN SEKECIL BIJI SESAWI SAJA” (bacaan tanggal 8-11-21) dalam situs/blog SANG SABDA  http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 21-11 BACAAN HARIAN NOVEMBER 2021.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 11-11-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 7 November 2021 [HARI MINGGU BIASA XXXII – TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

CELAKALAH, HAI KAMU ORANG-ORANG MUNAFIK

CELAKALAH, HAI KAMU ORANG-ORANG MUNAFIK

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXI – Rabu, 26 Agustus 2020

Celakalah kamu, hal ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dicat putih, yang sebelah luarnya memang indah tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan berbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kelaliman.

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, lengkapilah juga apa yang sudah dilakukan nenek moyangmu! (Mat 23:27-32) 

Bacaan Pertama: 2Tes 3:6-10,16-18;  Mazmur Tanggapan: Mzm 128:1-2,4-5

Bacaan Injil hari ini terdiri dari dua ucapan Yesus yang terakhir dari keseluruhan tujuh “ucapan celaka” yang diucapkan-Nya terhadap para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Dalam ketujuh “ucapan celaka” tersebut, Yesus menamakan mereka sebagai “orang-orang munafik”.

Yesus biasanya bersikap sangat baik hati dan penuh pengampunan terhadap para pendosa. Mengapa sikap ini berubah secara tiba-tiba dalam hal dosa kemunafikan? Yesus jelas melihat para ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu memiliki sedikit sekali niat atau kecenderungan untuk menerima kesalahan mereka, sedikit hasrat untuk melakukan pertobatan sejati. Yesus melihat bahwa satu-satunya pendekatan adalah dengan menggunakan caci-maki yang terasa keras-kuat. Barangkali Yesus telah melihat adanya kebutuhan dalam diri kita dan semua orang yang mengikuti-Nya. Yesus ingin menunjukkan kepada kita  betapa buruknya kemunafikan itu.

Oleh karena itu Tuhan Yesus menjuluki para ahli Taurat dan orang-orang Farisi sama seperti kuburan yang dicat putih, indah dilihat bagian luarnya, namun di dalamnya penuh tulang belulang dan berbagai jenis kotoran. Sampai hari ini pun kuburan di Palestina dicat putih, suatu praktek sejak lebih dari 2.000 tahun lalu. Kuburan yang dicat dengan warna putih akan membantu mengidentifikasi kuburan tersebut.

Dari sinilah muncul istilah white-washing yang berarti menutup-nutupi sesuatu (cover up). Terkait dengan orang-orang Farisi, Yesus mengatakan bahwa kepatuhan pada hukum sebenarnya merupakan cover up untuk sesuatu yang sama sekali tidak sesuai dengan Hukum dan semangatnya.

Lihatlah, betapa sering kita cenderung untuk melakukan cover up atas kegagalan-kegagalan kita, bahkan dosa-dosa kita. Kita mencoba untuk menyembunyikan kesalahan-kesalahan kita agar kita terlihat sebagai “orang benar” di mata orang-orang lain, padahal selama itu kita sendiri sangat tahu bahwa kita tidak jujur, kita takut ketahuan. Artinya, kita hidup tanpa kedamaian di dalam hati.

Mengakui kesalahan-kesalahan kita adalah jauh lebih baik, demikian pula memohon pengampunan atas dosa-dosa kita, dan kemudian kita pun disembuhkan. Kita membutuhkan penyembuhan dan pengampunan dari Kristus dan juga antara orang satu sama lain. Namun hanya dengan keterbukaan yang jujur kita dapat mengharapkan untuk menerima penyembuhan dan pengampunan.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku mohon belas kasih-Mu dan pengampunan-Mu. Sembuhkanlah aku dari segala ketidakjujuran dan segala kecemasan yang diakibatkannya. Amin.

Catatan: Untuk mendalam bacaan Pertama hari ini (2Tes 3:6-10,16-18), bacalah tulisan yang berjudul “JIKA TIDAK MAU BEKERJA, JANGANLAH MAKAN” (bacaan tanggal 26-8-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 30-8-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 25 Agustus 2020 [Pesta S. Ludovikus IX, Pelindung OFS] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

DOA KEPADA BAPA SURGAWI SEPERTI DIAJARKAN OLEH YESUS

DOA KEPADA BAPA SURGAWI SEPERTI DIAJARKAN OLEH YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVII – Rabu, 9 Oktober 2019)

Peringatan Fakultatif S. Dionisius, Uskup dkk. Martir; Peringatan Fakultatif S. Yohanes Leonardus, Imam

Image result for PICTURES OF JESUS TEACHING THE "OUR FATHER"

Pada suatu kali Yesus berdoa di suatu tempat. Ketika Ia selesai berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya, “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya. Jawab Yesus kepada mereka, “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa-dosa kami sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” (Luk 11:1-4) 

Bacaan Pertama: Yun 4:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 86:3-6,9-10 

“Ampunilah kami akan dosa-dosa kami sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami.(Luk 11:4)

Seorang murid Yesus meminta kepada-Nya: “Tuhan, ajarlah kami berdoa” (Luk 11:1). Kemudian Yesus mengajarkan “Doa Bapa Kami” kepada mereka. Dalam bagian akhir doa itu disinggung soal pengampunan. Kita mengetahui betapa sering Yesus mengatakan kepada kita bahwa segala sesuatu yang kita katakan haruslah riil, harus keluar dari hati, harus murni dan bebas dari kemunafikan.  Di sini jelas Yesus mengajar kita untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita, pengampunan yang keluar dari dalam hati kita manakala kita berdoa, dengan demikian diri kita akan terbuka dan mampu untuk menerima pengampunan dari Bapa surgawi atas dosa-dosa kita.

Apabila kita tidak mengampuni, maka kita sungguh menderita sakit di dalam batin dan kita menghalangi jalan kepada kasih pengampunan Allah. Seorang Kristiani tak boleh mendendam, karena hal itu berasal dari daging, bukan dari roh. Roh Kristus selalu merupakan  Roh pengampun. Ketika Yesus memperingatkan kita agar tidak menghakimi orang-orang lain, maka yang dimaksudkan-Nya adalah kita tidak membangkitkan tulang-tulang mati dari luka-luka masa lampau. Sebaliknya kita harus memohon kepada Allah supaya “membanjiri” orang-orang itu dengan pengampunan-Nya yang menyembuhkan.

Apabila kita merasa hal ini susah untuk dilakukan, maka kita perlu minta kepada Allah karunia yang paling besar itu, yaitu karunia kesembuhan, kasih yang mengampuni. Yesus tidak akan menolak permintaan kita seperti itu. Dia mengetahui  dengan lebih baik daripada siapa pun juga bagaimana  esensialnya karunia itu bagi kehidupan dan kesehatan rohani kita. Berikut ini adalah sebuah doa yang dapat kita gunakan untuk memohon kepada Yesus agar kepada kita dapat diberikan roh penyembuhan-pengampunan yang sangat berharga itu.

DOA: Tuhan Yesus, aku percaya akan kasih-Mu bagiku yang tanpa batas. Aku berterima kasih kepada-Mu untuk kesetiaan-Mu kepadaku. Aku memuji Engkau untuk kasih-Mu kepadaku yang penuh pengampunan. Engkau mengetahui, ya Tuhan, dosa-dosa apa saja yang telah melukai diriku, dan bagaimana semua itu terjadi. Yesus, bebaskanlah aku dari segala penolakanku. Penuhilah diriku dengan Roh Kudus-Mu, ya Yesus, Roh kasih-Mu yang penuh kuasa untuk mengampuni. Bagikanlah kasih-Mu yang sempurna dengan diriku, agar aku dapat mengampuni semua orang yang pernah bersalah kepadaku, mereka yang pernah menyakiti hatiku. Aku ingin mengampuni mereka sesuai dengan  cara-cara yang Kauajarkan. Tuhan Yesus, aku mohon berkat istimewa dari-Mu atas anak-anak Bapa yang telah menyebabkan aku menderita dan terhina. Dari kedalaman hatiku aku mengampuni setiap pribadi yang telah bersalah kepadaku itu. Berikanlah kepada mereka kasih-Mu secara berlimpah, ya Tuhan Yesus, agar mereka dapat disembuhkan dari luka-luka apa pun dalam kehidupan mereka yang telah menyebabkan mereka melukai orang-orang lain. Aku mengasihi Engkau, Tuhan Yesus yang mahapengampun, karena Engkau membawa kesembuhan ke dalam hidupku. Sembuhkanlah aku, ya Tuhan dan buatlah aku senantiasa terbuka bagi kuasa kasih-Mu. Ampunilah mereka yang sekarang kuampuni, agar kami dapat dipersatukan kembali dalam Hati-Mu. Terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu, ya Yesus, dan terpujilah nama-Mu selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 11:1-4), bacalah tulisan yang berjudul “DOA BAPA KAMI SETURUT YANG DIAJARKAN OLEH YESUS” (bacaan tanggal 9-10-19) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 19-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2019. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tnnggal 10-10-18 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Kepada saudari dan saudara anggota keluarga besar Fransiskan, saya menganjurkan agar dalam kesempatan ini membaca dan merenungkan kembali tulisan Santo Fransiskus dari Assisi: “URAIAN DOA BAPA KAMI” yang terdapat dalam Leo Laba Ladjar OFM, KARYA-KARYA FRANSISKUS DARI ASISI”, hal. 280-283. 

Cilandak, 6 Oktober 2019 [HARI MINGGU BIASA XXVII – TAHUN C] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ROH KUDUS AKAN MENGAJAR KAMU APA YANG HARUS KAMU KATAKAN

ROH KUDUS AKAN MENGAJAR KAMU APA YANG HARUS KAMU KATAKAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVIII – Sabtu, 20 Oktober 2018)

Aku berkata kepada-Mu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi siapa saja yang menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi siapa saja yang menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis di rumah-rumah ibadat atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu khawatir bagaimana kamu harus membela diri dan apa yang harus kamu katakan. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan.” (Luk 12:8-12) 

Bacaan Pertama: Ef 1:15-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 8:2-7 

NYT2010100712284619C

Kebaktian gereja di Munich, Jerman, telah selesai, ketika tiba-tiba perempuan itu melihat laki-laki itu; mantan prajurit SS Nazi yang bertugas menjaga di dekat pintu kamar mandi di kamp konsentrasi Ravensbruck. Banyak tahun telah berlalu, namun memori-memori membanjiri pikiran perempuan itu – ruangan yang penuh berisi laki-laki yang mengolok-olok dirinya, tumpukan baju, rasa takut yang bercampur dengan marah dan malu. Pada suatu hari, setelah baru saja menyelesaikan ceramahnya, seorang laki-laki muncul dari antara orang-orang yang hadir dan mendatanginya dan berkata kepada perempuan itu, “Betapa penuh syukur saya mendengar pesan anda, …… berpikir bahwa Yesus telah membasuh bersih dosa-dosaku!”

Mula-mula perempuan ini, yang sudah begitu sering berceramah tentang betapa perlunya mengampuni, tidak mau mengulurkan tangannya ketika laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk menyalaminya. Merasakan keengganan dirinya, kemudian perempuan itu memohon kepada Yesus untuk menolongnya mengampuni laki-laki itu. Tanpa mampu tersenyum sedikit pun, perempuan itu berdoa lagi: “Yesus, aku tidak dapat. Berikanlah pengampunanmu kepadaku.” Pada akhirnya, selagi dia berjabatan tangan dengan laki-laki itu, “terjadilah suatu hal yang luar biasa. Dari pundakku terus melewati lengan dan tanganku, terasa adanya sesuatu yang mengalir dari diriku kepada orang itu, sementara dari kedalaman hatiku mengalirlah keluar cintakasih bagi orang asing ini, hal mana hampir membuat aku ‘kewalahan’ karena karena rasa gembira yang penuh ketakjuban.”

Perempuan itu adalah Corrie ten Boom [1892-1983]. Siapa yang dapat menyalahkan Corrie untuk sikapnya yang tidak mau mengampuni? Keluarganya dihabiskan oleh para penguasa Nazi hanya karena mereka adalah orang-orang Kristiani yang menyembunyikan orang-orang Yahudi dari pengejaran para penguasa Nazi tersebut. Akan tetapi, melalui rahmat Allah yang bersifat supernatural, Corrie dimampukan untuk dapat melihat melampaui rasa sakit hatinya dan berpaling kepada Yesus dalam momen pengambilan keputusan yang krusial.  Sebagai bukti kebenaran-kebenaran dari hal-hal yang telah disyeringkan olehnya kepada orang-orang lain, sikap dan tindakan sederhana Corrie terhadap mantan-penganiayanya menunjukkan, bahwa belas-kasih dapat menang-berjaya atas penghakiman.

Apakah mereka mengetahuinya atau tidak – dan apakah kita mempersepsikannya atau tidak – sebenarnya setiap insan (Nazi, komunis, atheis, agnostik dlsb.) memiliki kerinduan untuk mengenal Injil. Itulah sebabnya, mengapa Allah memanggil kita masing-masing untuk menjadi saksi-saksi-Nya. Itulah sebabnya, mengapa Dia memberikan kepada kita berbagai kesempatan setiap hari untuk menyebarkan Kabar Baik-Nya kepada para anggota keluarga kita, para sahabat kita, para rekan-kerja kita dll. Evangelisasi tidak perlu sulit-sulit amat! Evangelisasi dapat sama sederhananya dengan percakapan sehari-hari. Dengan tetap berada dekat dengan Yesus membuat kita terus terbuka bagi gerakan-gerakan Roh-Nya. Dengan demikian, Injil yang kita hayati dalam kehidupan kita akan menarik banyak orang kepada Allah.

Marilah kita menjaga diri kita agar tetap terbuka bagi Roh Kudus dan senantiasa mengingat kebenaran yang satu ini: yaitu bahwa Roh Kudus inilah yang melakukan evangelisasi, bukan kita. Roh Kudus Allah-lah yang sesungguhnya merupakan SANG PEWARTA, Dia yang senantiasa bekerja di belakang layar.

DOA: Roh Kudus yang penuh kuasa dan kasih, berikanlah kepadaku hati seorang penginjil. Semoga diriku senantiasa mencerminkan kebenaran-kebenaran Injil. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 12:8-12), bacalah tulisan yang berjudul “MENGAKUI YESUS DI HADAPAN MANUSIA” (bacaan tanggal 20-10-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2018. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 21-10-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 17 Oktober 2018 [Peringatan S. Ignasius dr Antiokhia, Uskup & Martir] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS