Posts tagged ‘PERUMPAMAAN YESUS’

ORANG INI PULANG KE RUMAHNYA SEBAGAI ORANG YANG DIBENARKAN ALLAH

ORANG INI PULANG KE RUMAHNYA SEBAGAI ORANG YANG DIBENARKAN ALLAH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Prapaskah – Sabtu, 9  Maret 2024)

Pfak S. Fransiska Romana, Janda – Ordo III S. Fransiskus *)

OSCCap/OSCl: Pfak S. Katarina dr Bologna, Perawan – Biarawati Ordo II

Kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus menyampaikan perumpamaan. “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul dirinya dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah sedangkan orang lain itu tidak. Sebab siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan. (Luk 18:9-14)

Bacaan Pertama: Hos 6:1-6; Mazmur Tanggapan: Mzm 51:3-4,18-21

Saudariku dan saudaraku yang dikasihi Kristus. Apakah gambaran anda tentang Allah? Menurut anda, apa kiranya yang ada dalam pikiran Allah ketika Dia memandang anda? Orang Farisi dan si pemungut cukai mempunyai gambaran (imaji) tentang Allah yang sangat berbeda satu sama lain; konsepsi mereka yang berbeda tentang Dia dan cara Dia mempersepsikan mereka menyebabkan mereka berdoa dengan cara yang satu sama lain berbeda pula.

Bagi si Farisi, hubungannya dengan Allah menuntutnya untuk memaksimalkan perbuatan-perbuatan baiknya dan meminimalkan perbuatan-perbuatan buruknya. Martabatnya dan pembenaran atas dirinya didasarkan kepada apa yang dilakukan olehnya bagi Allah, atau sedikitnya sampai seberapa berhasil dia menghindari penghakiman dari Allah. Allah menentukan standar; dan si Farisi hanya harus memenuhi standar itu.

Sebaliknya, bagi si pemungut cukai, Allah itu penuh bela rasa dan belas kasih. Ia juga mengetahui bahwa Allah menetapkan suatu standar, tetapi dia juga menyadari bahwa dengan kekuatannya sendiri dia tidak akan mampu memenuhi standar tersebut. Namun demikian, dia tidak kehilangan pengharapan atau berputus asa, melainkan menaruh dirinya di tangan-tangan kasih Allah. Dia mengakui bahwa segalanya yang dimilikinya adalah karena berhutang kepada Allah – bahkan keberadaannya sendiri. Dia senantiasa harus bergantung kepada Allah dan mengharapkan pertolongan-Nya.

Si pemungut pajak juga secara benar mengidentifikasikan permohonannya. Sementara si Farisi menunjuk kepada perbuatan-perbuatan baik sebagai dasar dari statusnya. Si pemungut cukai berdoa: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini” (Luk 18:13). Dia mengakui bahwa kebutuhannya akan belas kasih Allah teristimewa disebabkan oleh dosa-dosanya.

Yesus memuji pendekatan terhadap Allah yang dilakukan si pemungut cukai, dan mengatakan: “Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah” (Luk 18:14). Dari pemahamannya yang benar mengenai Allah, dia memohon belas kasih Allah dan pengampunan atas dirinya. Doanya didasarkan pada kebenaran yang terdapat dalam Mazmur hari ini: “Hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (Mzm 51:19).

Dalam kasih-Nya, Allah Bapa kita semua ingin sekali menyentuh kita satu per satu. Dia menginginkan ketaatan kita, namun Ia tidak membuat ketaatan sebagai sebuah penghalang terhadap penyembuhan dan pengampunan-Nya. Yakin seyakin-yakinnya bahwa kita adalah anak-anak-Nya dan Ia adalah Bapa kita, marilah kita mohon kepada-Nya untuk melingkupi kita dengan belas kasih (kerahiman_ dan kasih-Nya. Allah sungguh ingin menyembuhkan dan mengampuni kita, karena Dia ingin membuat kita masing-masing sebagai seorang pribadi yang utuh.

DOA: Bapa surgawi, kami mengakui bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari-Mu. Oleh Roh Kudus-Mu, buatlah agar hati kami masing-masing dapat menjadi serupa dengan Hati Kudus Yesus, Putera-Mu terkasih. Biarlah kemenangan Putera-Mu atas dosa membasuh bersih dosa-dosa kami dan mentransformasikan diri kami menjadi serupa dengan Dia. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk  18:9-14),  bacalah tulisan yang berjudul “PULANG KE RUMAHNYA SEBAGAI ORANG YANG DIBENARKAN ALLAH” (bacaan tanggal 9-3-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-03 BACAAN HARIAN MARET 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 18-3-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

*) Untuk lebih mengenal S. Fransiska Romana, bacalah tulisan saya  tanggal 9 Maret 2010 yang berjudul “SANTA FRANCESCA ROMANA (1384-1440)” dalam situs/blog PAX ET BONUM https://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: ORANG-ORANG KUDUS FRANSISKAN

Cilandak, 8 Maret 2024 [Ffak S. Yohanes a Deo, Biarawan]

Sdr. F.X. Indrapradja, OF

MENGAMPUNI, MENGAMPUNI, MENGAMPUNI ……

MENGAMPUNI, MENGAMPUNI, MENGAMPUNI ……

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Prapaskah – Selasa, 5 Maret 2024)

Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus, “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali? Yesus berkata kepadanya, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Sebab hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak istrinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Lalu sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunasi. Tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.

Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Lalu sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunasi. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai ia melunasi hutangnya.

Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Kemudian raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohon kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Tuannya itu pun marah dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunasi seluruh hutangnya.

Demikian juga yang akan diperbuat oleh Bapa-Ku yang di surga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” (Mat 18:21-35)

Bacaan Pertama: Dan 3:25,34-43; Mazmur Tanggapan: Mzm 25:4bc-5ab,6-7bc,8-9

Petrus bertanya kepada Yesus berapa kali dia harus mengampuni seseorang yang berdosa terhadap dirinya: “Sampai tujuh kali?” (Mat 18:21), barangkali angka 7 (tujuh) bagi Petrus sudah merupakan angka kemurahan-hati yang luar biasa ……, artinya untuk ukuran Petrus. Yesus menjawab, “Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (Mat 18:22). Dengan mengikuti tradisi Yahudi, Petrus berpikir bahwa setelah seseorang berdosa terhadap dirinya sejumlah tertentu maka diperbolehkanlah bagi dirinya untuk tidak mengampuni. Akan tetapi Yesus mengajarkan bahwa kita harus senantiasa mengampuni orang yang berdosa terhadap diri kita, berapa kali pun orang itu berdosa terhadap diri kita.

Hampir semua orang Kristiani mengetahui ajaran Yesus ini, dan kita ditantang untuk mengampuni orang lain yang berdosa terhadap diri kita karena inilah yang diperintahkan oleh Yesus. Namun, apakah realitasnya dalam kehidupan kita? Apakah kita sungguh mengampuni orang-orang lain “dari hati kita” (Mat 18:35)? Atau apakah kita menolak untuk mengampuni orang-orang yang berulang kali menyakiti hati kita?

Dasar dari kemampuan kita untuk mengampuni orang-orang lain secara mendalam adalah pengampunan Allah atas diri kita. Raja dalam perumpamaan Yesus hari ini – yang melambangkan Allah sendiri – mengampuni utang yang besar dari seorang hambanya, semua dianggap lunas. Akan tetapi hambanya ini tidak mengampuni seperti dirinya sendiri diampuni oleh sang raja, dengan demikian ia ditegur keras. Ia tidak menyadari betapa besar belas kasih yang telah ditunjukkan oleh sang raja bagi dirinya.

Kita dipanggil untuk mengampuni orang-orang lain yang melukai dan berdosa terhadap diri kita karena Allah sendiri telah mengampuni dosa-dosa kita terhadap-Nya. Baik “Doa Bapa Kami” (Mat 6:12) maupun perumpamaan Yesus hari ini membuat jelas pokok ini. Apabila kita merenungkan kebesaran/keagungan dari pengampunan Allah dan belas kasih-Nya yang terbukti dalam kematian Yesus di kayu salib, maka kita pun tertantang untuk mengampuni orang-orang lain dari kedalaman hati kita dan dengan penuh sukacita mengikuti jejak Yesus.

Bagaimana kiranya kita dapat menjadi orang Kristiani yang penuh pengampunan? Pertama-tama, marilah kita memohon kepada Roh Kudus untuk membuat nyata bagi kita pengampunan penuh kasih yang telah kita terima dari Bapa surgawi. Baiklah kita juga menerima rahmat yang telah diberikan Allah kepada kita untuk mengampuni, karena pengampunan adalah karya Allah di dalam diri kita. Kemudian, dalam terang belas kasih Allah dan diberdayakan oleh rahmat-Nya, kita pun dapat mulai mengampuni orang-orang lain. Seringkali hal ini tidaklah mudah, dan kita mungkin perlu mengucapkan pengampunan kita kepada Allah dalam doa, atau bahkan kepada orang yang perlu kita ampuni. Akan tetapi ketika kita sungguh mengampuni seseorang dari hati, meka kita pun menerima kebebasan dan pembersihan, dan kita mampu untuk maju terus dalam kehidupan ini, bahkan membangun relasi cintakasih yang lebih kuat lagi.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku menyadari bahwa sukar bagiku untuk mengampuni orang yang berdosa terhadap diriku. Roh-Mu adalah Roh pengampunan sedangkan roh yang tidak mau mengampuni berasal dari si Jahat. Namun dengan kekuatanku sendiri, aku tidak akan mampu mengampuni orang-orang yang telah mendzolimi aku. Aku percaya bahwa Engkau telah menang atas kuasa Iblis. Taruhlah Roh-Mu yang kudus ke dalam hatiku agar aku dapat mengampuni. Terima kasih, ya Tuhan Yesus. Terpujilah nama-Mu selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 18:21-35), bacalah tulisan yang berjudul “PENGAMPUNAN ADALAH ANUGERAH” (bacaan tanggal 5-3-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-03 BACAAN HARIAN MARET 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 14-3-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 4 Maret 2024 [Pfak S. Kasimirus]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KEADILAN DARI PENGAMPUNAN ALLAH

KEADILAN DARI PENGAMPUNAN ALLAH

 (Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan II Prapaskah – Sabtu, 2 Maret 2024)

Hari Sabtu Imam

Keluarga Besar Fransiskan: Pfak S, Agnes dr Praha, Biarawati Ordo II

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa, semuanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Lalu bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, “Orang ini menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka. Lalu Ia menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka,

“Ada seseorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh  bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang warga negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikan sesuatu kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebut anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Lalu bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebut anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Ambillah anak lembu yang gemuk itu, sembelihlah dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Lalu mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar suara musik dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu yang gemuk, karena ia mendapatnya kembali dalam keadaan sehat. Anak sulung itu marah dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan membujuknya. Tetapi ia menjawab ayahnya, Lihatlah, telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu yang gemuk itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala milikku adalah milikmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” (Luk 15:1-3,11-32)

Bacaan Pertama: Mi 7:14-15,18-20; Mazmur Antar-bacaan: Mzm 103:1-4.9-12

“Anak sulung itu marah dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan membujuknya.”  (Luk 15:28)

Banyak sekali orang yang tidak dapat menerima pesan dari perumpamaan si anak hilang ini. Mereka lebih berpihak kepada saudara yang sulung itu. Mereka menginginkan agar si “anak hilang” itu dihukum saja dan jangan diampuni. Mengapa? Apakah alasan mereka? Karena mengampuni bagi mereka berarti setengah menyetujui dan mengabadikan kejahatan.

Banyak orang memang memandang pengampunan sebagai suatu alasan bagi seorang pendosa untuk menolak tanggung jawab atas dosanya. Mereka melihat pengampunan sebagai tindakan tidak adil terhadap korban akibat dosa dari si pendosa.

Dalam kerahiman-Nya (belas kasih-Nya), Tuhan tidak hanya mengasihi, mengampuni dan menghargai pendosa, tetapi dalam keadilan-Nya Dia juga membenci dosa dan perbuatan dosa. Tuhan mengungkapkan kemarahan-Nya terhadap dosa dengan “menghapuskan kesalahan-kesalahan kita” dan “melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut” (lihat Mi 7:19). Tuhan membuang dosa-dosa kita dan menenggelamkannya sampai ke dasar lautan.

Dengan demikian pengampunan Tuhan tetap adil. Sikap kasih-Nya yang lembut dan penuh ampun kepada para pendosa sebagai alasan sikap memusuhi dosa dan akar-akar dosa. Pada kayu salib, Yesus secara sempurna mengasihi kita – para pendosa – dan membenci serta menghancurkan dosa serta pekerjaan iblis (1Yoh 3:8). Tuhan membedakan pendosa dari dosanya.

Mengikut jejak Yesus Kristus berarti mengasihi dan mengampuni orang-orang yang berdosa dan tetap tegar membenci dosa serta menghancurkan sumber dosa.

DOA: Bapa surgawi, melalui kuasa Roh Kudus-Mu berikanlah kekuatan kepada kami untuk mau dan mampu bergumul melawan dosa sampai mencucurkan darah (Ibr 12:4). Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 15:1-3,11-32), bacalah tulisan yang berjudul “PERUMPAMAAN YESUS TENTANG ANAK YANG HILANG” (bacaan tanggal 2-3-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-03 BACAAN HARIAN MARET 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 11-3-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 1 Maret 2024

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERUMPAMAAN YESUS TENTANG PARA PENGGARAP KEBUN ANGGUR

PERUMPAMAAN YESUS TENTANG PARA PENGGARAP KEBUN ANGGUR

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan II Prapaskah – Jumat, 1 Maret 2024)

“Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan membuat pagar sekelilingnya. Ia menggali lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain lagi dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak daripada yang semula, tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Inilah ahli warisnya, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. Apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?” Kata mereka kepada-Nya, “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.” Kata Yesus kepada mereka, “Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari kamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.

Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya. Mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi. (Mat 21:33-43,45-46)

Bacaan Pertama: Kej 37:3-4,12-13a,17b-28; Mazmur Tanggapan: Mzm 105:16-21

Perumpamaan Yesus yang sedikit terselubung tentang “para penggarap kebun anggur (yang jahat)” sebenarnya merupakan sebuah peringatan kepada para imam kepala dan orang-orang Farisi. Israel adalah kebun anggur Allah, dan para pemimpinnya adalah para penggarap yang jahat. Allah telah mempercayakan kepada mereka tanggung-jawab untuk melayani umat/rakyat Israel, dan mereka telah mengkhianati kepercayaan itu. Para nenek moyang mereka membunuh nabi-nabi Allah yang diutus dari abad ke abad, dan sekarang mereka akan membunuh Anak-Nya yang tunggal. Orang-orang Farisi memahami pesan Yesus dalam perumpamaan ini, dan hal ini hanya membuat mereka semakin berketetapan hati untuk membunuhnya. Karena berkonfrontasi dengan para pemimpin agama Yahudi dengan cara begini, maka dimulailah serangkaian peristiwa yang pada akhirnya membawa diri-Nya ke kayu salib di Golgota.

Dengan menyitir Mzm 118:22 (Mat 21:42), Yesus bernubuat bahwa orang-orang Farisi akan menolak diri-Nya, sang “batu penjuru.” Mengapa? Karena mereka gagal untuk melihat apa, bagaimana dan siapa sebenarnya diri mereka sendiri. Orang-orang Farisi memandang-tinggi diri mereka sendiri. Karena mereka tidak mampu melihat dosa mereka sendiri, maka mereka tidak mengakui adanya kebutuhan mereka akan seorang Juruselamat. Karena mereka mengklaim telah mengikuti segala peraturan yang ada, dan karena orang-orang lain datang memohon bimbingan dari mereka, mereka membiarkan kuasa dan prestise mereka menyelubungi dosa mereka dan kebutuhan mereka akan keselamatan.

Bayangkan berapa banyak orang sepanjang 2.000 tahun ini yang telah membuat kesalahan yang sama. Pada setiap zaman, orang-orang yang memiliki kekuasaan, orang-orang yang hidup nyaman dan kaya-raya seringkali menolak Yesus. Barangkali lebih mudah bagi orang-orang miskin, orang-orang sakit, dan orang-orang yang yang tersisihkan dalam masyarakat melihat kebutuhan mereka akan seorang penyelamat. Ini adalah orang-orang yang merangkul Yesus ketika Dia berada di dunia. Orang-orang itu tidak dapat berpaling ke mana-mana kecuali kepada Yesus, yang mereka percayai sebagai Dia yang dapat membuat diri mereka utuh: sang Juruselamat sejati!

Kita hidup di sebuah dunia di mana kata “dosa” jarang terdengar dan di mana pilihan pribadi digunakan sebagai pembenaran terhadap kejahatan. Seperti orang-orang Farisi, mata (hati) kita dapat dibutakan sehingga tidak dapat melihat adanya kebutuhan akan pengampunan. Akan tetapi, yang pasti adalah bahwa kita semua rentan terhadap dosa – terhadap keserakahan, terhadap kesombongan, terhadap kemasa-bodohan. Menyadari kebutuhan kita, mengakui dosa-dosa kita dan memohon belaskasih Allah – ini adalah sikap-sikap hati yang dapat membuka diri kita bagi suatu relasi dengan Tuhan Yesus yang lebih mendalam dan lebih penuh. Ia senantiasa menantikan kita dengan tangan-tangan terbuka untuk mengampuni kita, menghibur kita dan menyembuhkan kita.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah batu penjuru hidup kami. Berikanlah kepada kami keberanian dan kerendahan-hati agar dapat melihat kebutuhan kami akan diri-Mu. Tolonglah kami untuk datang kepada-Mu sehingga Engkau dapat menyentuh kami dan membuat kami menjadi pribadi-pribadi yang utuh. Terima kasih, ya Yesus; dimuliakanlah nama-Mu selalu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Mat 21:33-43,45-46), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS-LAH BATU YANG DIBUANG DAN TELAH MENJADI BATU PENJURU ” (bacaan tanggal 1-3-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-03 BACAAN HARIAN MARET 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 10-3-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 29 Februari 2024

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

LAZARUS-LAZARUS DALAM KEHIDUPAN KITA

LAZARUS-LAZARUS DALAM KEHIDUPAN KITA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan II Prapaskah – Kamis, 29 Februari 2024)

“Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Ada pula seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, Bapak Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang di sini ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain itu, di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, Bapak, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Mereka memiliki kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkannya. Jawab orang itu: Tidak, Bapak Abraham, tetapi jika seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepada-Nya Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.” (Luk 16:19-31)

Bacaan Pertama: Yer 17:5-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 1:1-4,6

Orang kaya dalam perumpamaan Yesus ini kelihatannya mempunyai segalanya: pakaian dan jubah dari kain yang tenunannya halus dan mahal, makanan-minuman yang terbaik, dan kita dapat mengasumsikan bahwa para hamba atau pelayannya senantiasa siap melayaninya dalam segala kebutuhannya. Selagi menceritakan perumpamaan ini, tentang si orang kaya itu Yesus mengatakan bahwa “setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan” (Luk 16:19) untuk menunjukkan bahwa orang kaya itu tidak kekurangan sesuatu apa pun untuk hidup baik dan nyaman. Orang ini begitu kaya dan berkuasa sehingga ada indikasi bahwa keluarganya pun bahkan memiliki salinan Kitab Taurat sendiri dan juga kitab para nabi (lihat Luk 16:29). Dengan segala harta-kekayaan yang dimilikinya dan juga Kitab Sucinya, maka tentunya tidak ada alasan baginya untuk mengabaikan kebutuhan orang miskin yang berbaring dekat pintu rumahnya. Namun sayangnya, orang kaya itu mengabaikan keberadaan si miskin itu.

Kesalahan orang kaya itu bukanlah fakta bahwa dia adalah seorang kaya, melainkan dia begitu sibuk dengan pemuasan dirinya dengan segala kenikmatan sehingga tidak memperkenankan sabda Allah dalam Kitab Suci – atau seruan orang miskin – untuk merobek hatinya. Sebagai sabda Allah, Kitab Suci memiliki kuat-kuasa untuk merobek hati kita dan membuka diri kita bagi kebenaran-kebenaran Injili dan janji-janji Allah. Ini benar dalam Perjanjian Lama seperti juga benar dalam Perjanjian Baru. Abraham mengatakan kepada si orang kaya itu bahwa saudara-saudaranya mempunyai “Musa dan para nabi” untuk mengajar mereka tentang Allah, perintah-perintah-Nya dan kasih-Nya – dan semua itu seharusnya cukup bagi mereka.

Kitab Suci sebagai sabda Allah mempunyai kekuatan untuk menyentuh dan mengubah diri kita. Sang pemazmur mengatakan: “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN (YHWH), dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Mzm 1:1-2).

Hidup kita sehari-hari dipenuhi kesibukan, kebutuhan-kebutuhan keluarga, tuntutan-tuntutan di tempat kerja, dan urusan rumah tangga yang kelihatannya tak selesai-selesai. Ini semua adalah tanggung-jawab yang baik dan perlu.  Namun apabila semua itu menjadi fokus kita satu-satunya, maka dengan mudah membuat kita luput menyadari keberadaan Lazarus-Lazarus dalam kehidupan kita, dan seperti si orang kaya dalam perumpamaan Yesus ini, kita pun akan terjerat pada urusan-urusan kita sendiri. Allah menginginkan begitu banyak lagi bagi diri kita. Yang diperlukan dari diri kita adalah membuka pintu dan jendela hati kita dan menyerahkan diri kita kepada-Nya, maka kita pun akan menemukan kekayaan berkelimpahan dari sabda-Nya, kekayaan yang dapat menjadi makanan pesta kita setiap hari. Semoga kita senantiasa membuka diri kita bagi sabda Allah.

DOA: Roh Kudus, berikanlah kepadaku sebuah hati yang terbuka  dan dapat menerima pengajaran-Mu. Aku mungkin sangat sibuk hari ini, namun aku tetap memohon kepada-Mu untuk menolong aku menyerahkan waktuku dan pemusatan perhatianku kepada-Mu, sehingga aku pun dapat disentuh oleh sabda-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk  16:19-31), bacalah tulisan yang berjudul “APAKAH KITA BERBELA RASA TERHADAP LAZARUS-LAZARUS YANG KITA JUMPAI?” (bacaan tanggal 29-2-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-02 BACAAN HARIAN FEBRUARI  2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 9-3-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak,  28 Februari 2024

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERUMPAMAAN TENTANG DOMBA YANG HILANG

PERUMPAMAAN TENTANG DOMBA YANG HILANG

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari biasa Pekan II Adven – Selasa, 12 Desember 2023)

Pfak SP Maria Guadalupe

MC [Misionaris Claris dr Sakramen Mahakudus/Suster-suster Meksiko]: HR SP Maria Guadalupe, Pelindung Utama Kongregasi

OP [Suster-suster Dominikanes}: HR Kemandirian Kongregasi Suster-Suster S. Dominikus di Indonesia

“Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu daripada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki salah seorang dari anak-anak yang hilang.” (Mat 18:12-14)

Bacaan Pertama: Yes 40:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-3,10-13

Marilah kita berempati dengan sang gembala dalam perumpamaan ini dengan menempatkan diri sebagai dirinya. Apabila anda adalah gembala yang bertanggung jawab atas seratus ekor domba, apakah anda akan meninggalkan sembilan puluh sembilan ekor domba untuk mencari seekor domba yang hilang? Tidak seorang pun yang masih atau pernah berkecimpung di dunia bisnis akan melakukannya! Yang jelas seorang pelaku bisnis yang berorientasi pada keuntungan (istilah kerennya: profit otiented) dan memahami manajemen risiko (risk management) tidak akan melakukannya. Orang itu mempertimbangkan lebih baik kehilangan seekor dombanya dan bekerja lebih keras untuk melindungi domba-dombanya yang masih ada.

Namun demikian, justru pesan Yesus kepada kita adalah yang terasa tak masuk akal itu. Ajaran-Nya terasa radikal, bukan? Nah, Yesus kita ini memang tidak berminat untuk terlibat dalam penghitungan bottom line, untung atau rugi, dan Ia juga tidak tertarik dengan cost analysis seperti saya, atau kita-kita ini yang sekolahnya di bidang ekonomi/bisnis. Yesus telah menginvestasikan dalam diri kita masing-masing gairah dan komitmen yang sama dalam jumlah dan substansinya, tidak peduli siapa kita ini dan jalan apa yang ditempuh oleh kita masing-masing.

Yesus adalah sang Gembala Baik. Ia mempunyai komitmen untuk mencari domba asuhan-Nya yang hilang, apa dan berapa pun biayanya! Dia akan pergi ke mana saja di atas muka bumi ini untuk menemukan kembali siapa saja yang hilang. Kepada kita – satu per satu – Yesus memberi kesempatan untuk memeluk-Nya, merangkul diri-Nya. Bukankah ini adalah prinsip dasar cintakasih dan bela rasa yang kita sedang persiapkan guna merayakan Hari Natal?

Sebenarnya kita masing-masing adalah seekor domba yang hilang. Bayangkanlah di mana kita pada saat ini seandainya cara berpikir Yesus itu tidak berbeda dengan cara berpikir para pelaku bisnis yang menekankan perhitungan rugi-laba belaka: “Ah, biarlah kita menerima sedikit kerugian agar supaya dapat menyelamatkan margin keuntungan kita.” Lalu, pertimbangkanlah cintakasih begitu mengagumkan yang menggerakkan Yesus untuk mengorbankan segalanya untuk membawa kita kembali kepada hati-Nya. Kita berterima kasih penuh syukur kepada Tuhan Allah, karena rancangan-Nya bukanlah rancangan kita (Yes 55:8)! Dalam hal kebaikan, Allah kita memang Mahalain!

Dalam doa-doa kita hari ini, pertimbangkanlah bagaimana cara berpikir kita apabila dibandingkan dengan cara berpikir Yesus. Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk melihat keluarga kita, sahabat-sahabat kita dan sesama kita dibawa ke dalam Kerajaan Allah, dan negeri kita tercinta mengalami kelimpahan berkat karena mengenal Kristus? Marilah kita bertanya kepada Roh Kudus, langkah-langkah apa yang harus kita ambil hari ini agar cara berpikir kita semakin dekat dengan cara berpikir Yesus. Memang hal ini tidak selalu mudah, akan tetapi percayalah bahwa Yesus – sang Gembala Baik – tidak akan meninggalkan kita. Dan …… Roh Kudus-Nya akan mengajar kita agar cara-cara-Nya dapat menjadi cara-cara kita, dan pikiran-pikiran-Nya menjadi pikiran-pikiran kita. Marilah kita menjalani masa Adven ini dengan memuji-muji Yesus yang akan datang menyelamatkan kita.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau mengasihiku dengan kasih yang menakjubkan. Terima kasih karena Engkau datang ke tengah dunia untuk mencari dan menyelamatkan mereka yang hilang. Aku mencintai Engkau, Yesus, dan akan selalu mengikuti jejak-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 18:12-14),  bacalah  tulisan yang berjudul “KITA ADALAH DOMBA-DOMBA HILANG YANG DISELAMATKAN OLEH YESUS, SANG GEMBALA BAIK” (bacaan tanggal 12-12-23) dalam situs/blog  SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-12 BACAAN HARIAN DESEMBER 2023.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 6-12-22 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 11 Desember 2023 [Pfak S. Damasus I, Paus]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERUMPAMAAN TENTANG UANG MINA

PERUMPAMAAN TENTANG UANG MINA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pw S. Sisilia, Perawan Martir – Rabu, 22 November 2023)

Sementara mereka mendengarkan hal-hal itu, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Lalu Ia berkata, “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi, orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. Setelah dinobatkan menjadi raja, ketika ia kembali ia menyuruh memanggil hamba-hambanya yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam hal yang sangat kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. Lalu hamba yang lain datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut kepada Tuan, karena Tuan orang yang kejam; Tuan mengambil apa yang tidak pernah Tuan taruh dan Tuan menuai apa yang tidak Tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau  sudah tahu bahwa  aku orang yang keras yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur. Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kau kaumasukkan ke bank (orang yang menjalankan uang)? Jadi, pada waktu aku kembali, aku dapat mengambilnya dengan bunganya. Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari dia dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai supuluh mina. Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, juga apa yang ada padanya akan diambil. Akan tetapi, semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”

Setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. (Luk 19:11-28)

Bacaan Pertama: 2Mak 7:1,20-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 17:1,5-6,8b,15

Apabila seseorang bertanya kepada anda pada hari ini, “Apakah anda pikir anda adalah orang yang paling penting di dunia pada hari ini?”, apakah jawaban anda? Sebagian besar orang tentunya akan menjawab, “Tidak!”

Tidakkah anda menyadari bahwa Yesus dalam bacaan Injil hari ini berkata: “Anda salah, sahabat-Ku. Anda sangat salah!” Tidakkah anda mengetahui bahwa di mana-mana dalam Kitab Suci, teristimewa dalam keempat kitab Injil, Tuhan Yesus terus mengatakan bahwa masing-masing kita adalah seorang pribadi yang penting di mata-Nya.

Perumpamaan Yesus tentang uang mina ini dapat dikatakan merupakan versi Lukas dari “Perumpamaan tentang Talenta” karena serupa (tetapi tak sama) dengan yang  terdapat dalam Injil Matius (Mat 25:14-30). Inilah pesan dari perumpamaan Yesus pada hari ini: Orang yang menyimpan uang mina  yang diberikan sang Tuan kepadanya dalam sapu tangannya terlalu memandang rendah dirinya sendiri. Seakan-akan ia mengatakan, “Setiap orang mengetahui bahwa diriku tidaklah penting, jadi apa artinya dengan sedikit uang mina/talenta yang kumiliki? Biarlah orang-orang pintar itu yang menjalankan dunia kalau mereka merasa mampu melakukannya. Bakat-bakat yang kumiliki tidak pantaslah untuk diperhitungkan.”

Dan Yesus mengatakan dalam perumpamaan, “Tuhan tidak dapat dikecohkan dengan hal itu. Dia mengetahui sekali apa yang anda dapat atau tidak dapat lakukan. Ada banyak hal yang anda dapat lakukan dengan berbagai karunia serta talenta yang diberikan Allah kepada anda, dan jangan coba untuk menipu diri anda sendiri. Kita tidak dapat membodohi Allah, sebab itu mengapa kita harus membodohi diri kita sendiri? Apalagi kita juga mengetahui bahwa Dia akan meminta pertanggungan-jawaban dari kita sehubungan dengan bagaimana caranya kita menggunakan setiap anugerah-Nya kepada kita masing-masing.

Barangkali kita berpikir bahwa diri kita tidak penting karena kita tidak yakin apa yang sebenarnya penting. Oleh karena itu, marilah kita menghadap Pribadi yang paling penting dalam sejarah. Marilah kita bertanya kepada-Nya apakah yang harus kita lakukan untuk menjadi seorang pribadi yang sungguh-sungguh penting.

Pribadi yang paling penting itu adalah Yesus, dan ia bersabda: “Siapa saja yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu”  (Mat 23:11). Yang dimaksudkan Yesus di sini adalah: “Apa yang anda lakukan demi cintakasih kepada Allah dan sesamamu, itulah yang sungguh penting.”

DOA: Bapa surgawi, Engkaulah Allah, Pencipta langit dan bumi. Engkau telah membuat kami menjadi anak-anak-Mu dan juga saudari-saudara dari Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami. Apa lagi yang dibutuhkan oleh kami? Menjadi anak-anak-Mu dan saudari-saudara Yesus Kristus sudah cukuplah untuk membuat diri kami masing-masing merasa penting. Ajarlah kami untuk hidup sebagai anak-anak-Mu yang sejati, yang mengakui pentingnya diri kami sebagai anggota-anggota keluarga-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (1Mak 7:1,20-31), bacalah tulisan yang berjudul “IMAN SEORANG IBU DAN TUJUH ORANG ANAK LAKI-LAKINYA” (bacaan tanggal 22-11-23) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-11 BACAAN HARIAN NOVEMBER 2023.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 17-11-21 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 21 November 2023 [Pw SP Maria Dipersembahkan kepada Allah]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERUMPAMAAN YESUS TENTANG TALENTA

PERUMPAMAAN YESUS TENTANG TALENTA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXXIII [TAHUN A] – 19 November 2023)

“Sebab hal Kerajaan Surga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorng lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu  talenta itu pergi dan menggali lubang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Lalu kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam hal kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam hal yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Sesudah itu, datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Lalu kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam hal yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam hal yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa Tuan adalah orang yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan memungut dari tempat di mana Tuan tidak menanam. Karena itu, aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! Tuannya itu menjawab, Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu, seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya pada waktu aku kembali, aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu, ambillah talenta itu dari dia dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari dia. Sedangkan hamba yang yang tidak berguna itu, campakkanlah dia ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di satalnalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.”  (Mat 25:14-30)

Bacaan Pertama: Ams 31:10-13,19-20,30-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 128:1-5; Bacaan Kedua: 1Tes 5:1-6

Perumpamaan ini berbicara kepada kita tentang Allah. Sepanjang jalan ceritanya kita semua diundang untuk membayangkan “seorang” Allah yang memberikan berbagai anugerah kepada kita semua. Dia adalah Allah yang membuat kita mempunyai talenta. Yang menjadi masalah bukanlah talenta orang-orang itu, tetapi bagaimana berbagai talenta itu digunakan dalam pelayanan bagi Kerajaan Allah.

Perumpamaan ini menggambarkan Allah sebagai seorang penjudi (Inggris: gambler), seorang yang selalu mengambil risiko dalam menaruh kepercayaan kepada kita dengan segala anugerah-Nya, padahal Ia tidak memiliki jaminan untuk mendapat hasilnya. Dia menantang kita untuk ikut ambil bagian dalam karya-Nya, Dia menaruh kepercayaan untuk kita melakukannya dengan cara kita masing-masing, karena Dia tahu bahwa apabila hal itu berhasil, maka baik kehendak-Nya maupun kehendak kita akan terjadi.

Perumpamaan ini juga menyoroti sikap yang berbeda-beda terhadap Allah. Dua orang hamba yang  pertama memiliki sikap terhadap tuannya yang samasekali berbeda dengan sikap hamba yang ketiga. Dua orang hamba yang pertama sungguh mengetahui bahwa tuan mereka mengharapkan mereka untuk mengikuti sikap bisnisnya demi mencapai kemungkinan manfaat secara optimal. Mereka mengetahui bahwa sang tuan mengharapkan mereka untuk pergi ke berbagai tempat dengan mengikuti teladannya dalam menjalankan bisnisnya. Lain halnya dengan hamba yang ketiga. Hamba ini takut kepada tuannya yang dipandangnya sebagai seorang kejam dlsb. (Mat 25:24-25). Jadi, dia menyalahkan orang lain, bukan dirinya sendiri yang kurang berani ambil risiko dlsb. Dia menguburkan uang talentanya dalam tanah: tidak ada risiko – aman – tetapi tidak mengherankanlah bahwa tindakan inipun tidak akan menghasilkan apa-apa.

Dua orang hamba yang pertama yang telah menerima talenta berbeda-beda dan hasil yang berbeda-beda dalam jumlah nominal/absolut menerima ganjaran yang sama dari tuan mereka (lihat Mat 25:20-23). Hal ini membuktikan bahwa sang tuan bukan terutama berminat dalam hasil pekerjaan mereka masing-masing, namun dalam hal perilaku masing-masing hamba itu.

Kita dapat bertanya kepada diri sendiri kita bagaimana kita membayangkan Allah, dan bagaimana Dia mempengaruhi sikap dan perilaku kita. Apakah kehidupan iman kita merupakan suatu kehidupan penuh ketakutan, dlsb.? Iman kita sebagai orang Kristiani mulai dengan Allah. Hamba malas yang menguburkan talentanya membenarkan dirinya sendiri dan menyalahkan tuannya. Memang lebih mudahlah menyalahkan Allah karena terlalu menuntut dlsb. daripada dengan rendah hati bertobat atas dosa-dosa kita.

DOA: Bapa surgawi, bukalah mataku agar dapat melihat bagaimana aku dapat memuliakan Dikau dengan berbagai karunia dan talenta yang telah Kauanugerahkan kepadaku. Aku menghaturkan terima kasih penuh syukur kepada-Mu untuk segala karunia dan talenta  yang telah Engkau percayakan kepadaku untuk dimanfaatkan demi pembangunan kerajaan-Mu lewat perbuatan-perbuatan baik bagi orang-orang yang kujumpai dalam hidup di dunia ini. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Mat 25:14-30), bacalah tulisan yang berjudul “MENGGUNAKAN SEGALA ANUGERAH DARI ALLAH DENGAN BIJAKSANA” (bacaan tanggal 19-11-23) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-11 BACAAN HARIAN NOVEMBER 2023.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 15-11-20 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 18 November 2023 [OSCCap (Ordo Klaris Kapusin): Pfak B.Salomea, Perawan]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

CERITA TENTANG SEPULUH ORANG GADIS

CERITA TENTANG SEPULUH ORANG GADIS

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXXII [TAHUN A], 12 November 2023)

“Pada waktu itu hal Kerajaan Surga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyambut mempela laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedang gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam botol mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Sambutlah dia! Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, Tuan, bukakanlah pintu bagi kami! Tetapi ia menjawab: Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, aku tidak mengenal kamu. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu hari maupun saatnya. (Mat 25:1-13)

Bacaan Pertama: Keb 6:13-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 63:2-8; Bacaan Kedua: 1Tes 4:13-18

Pelajaran umum yang dapat ditarik dari perumpamaan Yesus ini cukup jelas. Yesus menggambarkan sebuah insiden yang telah terjadi atau yang dapat terjadi dalam perayaan pesta pernikahan agar para pendengar-Nya tetap menjaga kewaspadaan dalam pelayanan apabila mereka sungguh mau menghindar dari “bencana” karena dipisahkan dari pesta surgawi yang bersifat kekal justru pada hari terakhir.  Dalam perumpamaan terdahulu tentang perjamuan kawin (Mat 22:1-14), fokusnya adalah mereka yang menolak undangan, dengan demikian tidak akan datang ke pesta perjamuan kawin tersebut. Di lain pihak pusat perhatian dalam perumpamaan di atas adalah mereka mereka yang dengan gembira menerima undangan.

Sepuluh gadis dalam perumpamaan ini menggambarkan semua orang Kristiani. Ketika dibaptis (menerima sakramen baptis), orang Kristiani mengawali langkahnya di jalan menuju surga; dia menerima undangan kepada perjamuan surgawi, namun ini hanyalah suatu permulaan. Sejak saat dia memasuki tahap kehidupan di mana diperlukan penggunaaal budi, maka dia diharapkan untuk menyiapkan dirinya, dengan hidup seturut hukum Allah, untuk siap-siap ketika saatnya tiba mendengarkan seruan: “Mempelai datang! Sambutlah Dia!” (Mat 25:6). Momen ini pertama-tama terjadi pada saat kematian untuk masing-masing individu, kemudian pada saat penghakiman umat manusia. Selama hidup mereka, semua diundang kepada perjamuan kawin surgawi, dan semua mempunyai sarana yang diperlukan untuk bersiap-siap, Namun seperti juga gadis-gadis yang bodoh, banyak yang gagal untuk memanfaatkan sarana yang tersedia itu dan baru menyadari kebodohan mereka pada saat yang sudah terlambat. Sedih memang, tetapi benar begitu.

Sejumlah orang untuk siapa Yesus Kristus mati di kayu salib, menerima anugerah dari perwahyuan-Nya, yang telah menikmati perbuatan-perbuatan baik-Nya, tidak akan pernah sampai ke surga karena mereka telah menukarkan hak mereka untuk masuk ke dalam surga karena kelahiran baru (baptisan), yaitu menukarnya dengan berbagai kenikmatan duniawi. Bahwa gadis-gadis yang bodoh dalam perumpamaan ini telah kehilangan peluang emas karena kelalaian mereka sendiri sudah jelas dan kita hanya dapat bersimpati dengan mereka sampai titik tertentu, namun hanya sedikit orang yang melihat betapa dipermalukannya kedua mempelai di depan umum karena kelalaian mereka, yang sebenarnya para sahabat yang terpilih.

Demikian pula, setiap orang Kristiani yang tidak berhasil masuk surga merupakan “penghinaan” yang menyedihkan bagi Allah yang menciptakan dan menebus dirinya. Orang-orang Kristiani  telah menerima kepenuhan perwahyuan, dan telah ditawarkan tempat khusus dalam perjamuan surgawi; mereka telah menerima suatu undangan istimewa yang tidak diberikan kepada orang-orang lain. Bukankah merupakan suatu penghinaan yang serius dan terkesan disengaja terhadap Allah apabila kita tidak mematuhi syarat-syarat dari tawaran Allah yang penuh murah hati itu?

Kiranya menyediakan minyak dalam botol adalah kewajiban para gadis dalam perumpamaan itu. Hal tersebut tentunya kelihatan merupakan masalah/kewajiban kecil ketimbang dengan ganjaran yang ditawarkan kepada mereka: suatu tempat yang sangat spesial dalam perjamuan kawin. Kewajiban yang kita sebagai orang-orang Kristiani sungguh kecil juga ketimbang ganjaran yang ditawarkan kepada kita: suatu hidup surgawi yang bersifat kekal-abadi.

Sungguh mengejutkan bahwa ada banyak orang di antara kita hari ini – seperti para gadis yang bodoh dalam perumpamaan itu – yang tertidur sambil memegang pelita mereka tanpa persediaan minyak yang diperlukan, padahal setiap saat mereka dapat dibangunkan dari tidur karena mendengar seruan “Mempelai datang! Sambutlah dia!” Kalau sedemikian keadaannya, terlambatlah untuk melakukan apa pun, bahkan sahabat-sahabat merekapun tidak dapat membantu mereka. Masing-masing orang harus berdiri di hadapan hakim dalam keadaan seperti apa adanya, tidak dapat meminjam minyak dari orang lain atau pergi membelinya terlebih dahulu.

Sekarang adalah waktunya bagi kita semua semua untuk berkata: “Tuhan, Tuhan, bukakanlah pintu bagi kami pintu belas kasih dan kebaikan-Mu. Bukalah bagi kami mata pengertian kami sehingga kami dapat melihat segala kekurangan kami dan memperbaikinya selama masih ada waktu.

Tergantung kepada kitalah sekarang untuk mengambil keputusan, dengan pertolongan rahmat Allah, di mana kita akan ditemukan pada hari terakhir – bersama gadis-gadis yang bijaksana atau bersama gadis-gadis yang bodoh.

DOA: Bapa surgawi, jagalah agar diri kami senantiasa siap-siaga dalam menantikan kedatangan Yesus Kristus ke dunia untuk kedua kalinya. Dengan demikian kami pun dengan penuh sukacita dapat berdoa “Datanglah, Tuhan Yesus”. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 25:11-13), bacalah tulisan yang berjudul “MEMPELAI DATANG! SAMBUTLAH DIA!” (bacaan tanggal 12-11-23) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-11 BACAAN HARIAN NOVEMBER 2023.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 8-11-20 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 11 November 2023 [Pw S, Martinus dr Tours, Uskup]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERUMPAMAAN TENTANG SEORANG BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR

PERUMPAMAAN TENTANG SEORANG BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pw S. Leo Agung, Paus Pujangga Gereja – Jumat, 10 November 2023j

Kemudian Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apa ini yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungjawaban atas apa yang engkau kelola, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak kuat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Terimalah surat hutangmu, duduklah dan tulislah segera: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Terima surat hutangmu, dan tulislah: Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang.”  (Luk 16:1-8)

Bacaan Pertama: Rm 15:14-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 98:1-4

Kesan pertama kita setelah membaca perumpamaan ini mungkin saja mengira bahwa bendahara dalam cerita ini adalah seorang “pencuri” (kata indahnya: “maling”) berkaitan dengan caranya dia berhubungan dengan para debitur majikannya. Namun jika dengan berhati-hati kita membaca bahwa sang majikan menuduh si bendahara bersalah dalam hal ketidakberesan dalam hal pengelolaan (mismanagement) dan pemborosan, bukan pencurian: “Kepadanya disampaikan tuduhan bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya” (Luk 16:1). Siapakah yang memberi informasi kepada sang majikan sehingga si bendahara sampai dituduh seperti itu? Mungkin saja salah seorang debitur, yang menjadi geram karena si bendahara membebani bunga terlalu tinggi atas utang yang ada. Upah atau gaji seorang bendahara seringkali dibayarkan dari jumlah hasil pendapatan bunga yang dibebankan atas saldo utang yang ada, dan mungkin sekali si bendahara membebankan bunga secara berlebihan demi kepentingannya sendiri.

Jadi, dengan menceritakan perumpamaan ini Yesus sebenarnya tidak mendorong orang untuk menjadi tidak jujur. Sebaliknya,  Yesus mengkontraskan pemikiran si bendahara yang “energetik” dan “cerdik”. Bagaimana pun juga, ketika si bendahara menyadari bahwa majikannya akan memecatnya, maka dia membangun tali persahabatan dengan para debiturnya – tidak dengan mencuri melainkan dengan menurunkan gajinya untuk keuntungan para debiturnya. Dengan demikian kedua pihak menjadi pemenang (win-win solution); pembayaran debitur-debitur menjadi lebih rendah; sedangkan di sisi lain si bendahara sudah memperoleh tempat yang cukup terjamin di luar rumah tanggal majikannya, dan reputasi sang majikan juga dipulihkan.

Moralitas si bendahara yang patut dipertanyakan di sini bukanlah merupakan inti masalah dari perumpaan Yesus ini. Yang Ia ingin kita soroti adalah prinsip “kelihaian/kelicinan” yang digunakan oleh si bendahara. Seperti si bendahara menggunakan uangnya untuk menyiapkan tempat tinggal bagi dirinya di atas muka bumi, maka kita pun dapat menggunakan uang kita dengan cerdik guna membangun Kerajaan Allah di atas muka bumi. Apa yang kita perbuat bagi orang-orang miskin dan membutuhkan pertolongan di atas muka bumi ini akan membawa ganjaran kekal-abadi bagi kita dan orang-orang lain juga.

Bagaimana? Apabila kita menyerahkan diri kita sendiri dan uang kita, maka orang-orang yang mungkin saja memilih cara-cara yang jahat dan berdosa dapat diselamatkan. Misalnya kemurahan-hati kita dalam mendukung berbagai macam pelayanan gerejawi tidak hanya menyenangkan Bapa surgawi, melainkan juga menolong orang-orang lain menghindarkan diri atau meninggalkan pilihan-pilihan buruk. Kita dapat dengan “lihai” menjalin relasi kita juga, membangun persahabatan dengan para teman/sahabat dan anggota keluarga seturut jalan Allah. Dengan demikian semuanya akan menang! Kita mengembangkan relasi-relasi yang lebih akrab, dan kita menolong orang-orang lain agar semakin dekat dengan Yesus.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, lanjutkanlah mengajar diriku melalui sabda-Mu yang ada dalam Kitab Suci. Lanjutkanlah tindakan-Mu mengubah pikiranku agar dapat cerdik dan licin dalam membangun serta menjalin tali persahabatan dalam jalan Allah – jalan-Mu sendiri –  dengan orang-orang lain dan juga dalam memajukan Kerajaan Surga. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 16:1-8), bacalah tulisan yang berjudul “PERUMPAMAAN YESUS TENTANG SEORANG BENDAHARA YANG CERDIK” (bacaan tanggal 9-11-23) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com;  kategori: 23-11  BACAAN HARIAN NOVEMBER 2023. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 5-11-21 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 9 November 2023 [Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS