Archive for April, 2024

DAMAI SEJAHTERA-KU KUBERIKAN KEPADAMU

DAMAI SEJAHTERA-KU KUBERIKAN KEPADAMU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Paskah – Selasa, 30 April 2024)

Pfak S. Pius V, Paus

Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu, Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar daripada Aku. Sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang. Ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku, tetapi dunia harus tahu bahwa aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku. (Yoh 14:27-31a)

Bacaan Pertama: Kis 14:19-28; Mazmur Tanggapan: 145:10-13ab,21

“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan dan gentar hatimu.” (Yoh 14:27)

Para rasul telah meninggalkan segalanya demi mengikut Yesus. Mereka berani untuk berpengharapan bahwa Yesus adalah sungguh sang Mesias yang dinanti-nantikan. Dengan demikian mereka dengan segala senang hati meninggalkan pekerjaan dan rumah tinggal mereka. Sekarang pemikiran bahwa Yesus akan meninggalkan mereka menyebabkan diri mereka dipenuh dengan kegalauan, ketidakpastian yang mencemaskan hati. Sebenarnya Yesus mau pergi ke mana? Mengapa mereka tidak dapat pergi bersama Yesus? Jika Yesus pergi, “nasib” mereka bagaimana? Jadi apakah mereka nanti? Bagaimana dengan janji Yesus untuk datang dengan Kerajaan-Nya? Cintakasih para murid kepada Yesus, dengan demikian pemahaman tentang identitas Yesus dan rencana-rencana-Nya bagi mereka, sungguh masih terlalu terbatas sehingga belum mampu menghibur diri mereka.

Untuk menghibur mereka, Yesus berupaya menjelaskan tujuan-tujuan-Nya bagi mereka: “Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar daripada Aku” (Yoh 14:27-28). Yesus menjelaskan bahwa Dia akan kembali kepada kemuliaan yang  yang telah dimiliki-Nya bersama Bapa sejak sediakala [sebelum dunia ada] (Yoh 16:28; 17:5). Yesus dan Bapa adalah satu; Dia mengasihi Bapa dan sepenuhnya berkomitmen untuk melakukan kehendak-Nya (Yoh 14:31). Yesus merasa yakin bahwa apabila para murid-Nya sungguh memahami kenyataan ini, maka mereka pun akan mengalami kedamaian dalam hati.

Bagaimana kiranya sesuatu yang terasa sebagai doktrin teologis yang abstrak ini  dapat menjadi suatu sumber penghiburan bagi kita? Ketika kita sampai pada kesadaran betapa erat sekali persatuan antara Yesus dengan Allah yang Mahakuasa, maka kita pun akan memahami betapa terjaminnya keselamatan kita semua melalui diri-Nya (Yesus). Tidak ada sesuatu pun yang palsu atau menyesatkan dalam diri Yesus. Yesus tidak memiliki agendanya sendiri, apalagi agenda tersembunyi, dan Dia bukanlah seorang pemimpi di siang hari bolong. Yesus adalah Putera Allah yang kekal. Hati-Nya hanya dipenuhi oleh keprihatinan-keprihatinan dan hasrat-hasrat Allah. Karena ketaatan-Nya kepada Allah Bapa, bahkan sampai mati di kayu salib (Flp 2:6-8), maka kita dapat merasa pasti bahwa penyelamatan-Nya sungguh tersedia bagi kita. Keselamatan kita dijamin oleh Allah sendiri!

Yesus telah memenangkan keselamatan bagi kita dan Ia mampu untuk menjaga keamanan kita terhadap ancaman berbagai gejolak dan kesulitan kehidupan dalam dunia ini. Inilah kebenaran tentang Yesus yang ingin ditanamkan oleh Roh Kudus dalam hati dan pikiran kita setiap hari (Yoh 14:26), untuk memberikan kepada kita suatu damai-sejahtera yang lebih besar daripada segala permasalahan dunia ini selagi kita dengan penuh pengharapan menanti-nantikan kedatangan-Nya kembali (Yoh 14:27).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu untuk kesetiaan dan ketaatan-Mu kepada kehendak Bapa surgawi; juga untuk kasih-Mu kepada kami masing-masing yang tak pernah luntur. Sukacita karena mengasihi-Mu jauh lebih baik daripada rasa damai yang bersifat sementara sebagaimana ditawarkan oleh dunia. Oleh karena itu, ya Tuhan Yesus, terimalah hati kami masing-masing yang kami persembahkan kepada-Mu pada hari ini. Kami sungguh mengasihi Engkau, ya Tuhan dan Juruselamat kami, sekarang dan sepanjang segala masa. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 14:27-31a), bacalah tulisan yang berjudul APA YANG DIMAKSUDKAN OLEH YESUS DENGAN KATA ‘DUNIA’ DALAM PENGAJARAN-NYA PADA PERJAMUAN TERAKHIR” (bacaan tanggal 30-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 9-5-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 29 April 2024 [Pw S. Katarina dr Siena, Perawan Perawan Pujangga Gereja]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KHOTBAH PAULUS DI ANTIOKHIA DI PISIDIA

KHOTBAH PAULUS DI ANTIOKHIA DI PISIDIA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Paskah – Jumat, 26 April 2024)

Hai Saudara-saudaraku, kamu yang termasuk keturunan Abraham dan juga kamu yang takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kita. Penduduk Yerusalem dan pemimpin-peimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat. Meskipun mereka tidak menemukan sesuatu yang dapat menjadi alasan untuk hukuman mati itu, namun mereka telah meminta kepada Pilatus supaya Ia dibunuh. Setelah mereka menggenapi segala sesuatu yang tertulis tentang Dia, mereka menurunkan dia dari kayu salib, lalu membaringkan-Nya di dalam kubur. Tetapi Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Selama beberapa waktu Ia menampakkan diri kepada mereka yang mengikuti Dia dari Galilea ke Yerusalem. Merekalah yang sekarang menjadi saksi-saksi-Nya bagi umat ini. Kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang tertulis dalam mazmur kedua: Engkaulah Anak-Ku! Aku telah menjadi Bapa-Mu pada hari ini. (Kis 13:26-33)

Mazmur Tanggapan: Mzm 2:6-11; Bacaan Injil: Yoh 14:1-6

Khotbah Paulus di sinagoga di Antiokhia di Pisidia (Kis 13:16-41) adalah khotbahnya yang pertama tercatat dalam Kitab Suci, dan merupakan satu-satunya khotbah Paulus yang dilaporkan oleh Lukas secara mendetil. Oleh karena itu, khotbah ini bersifat signifikan karena berisikan pesan sentral dari Injil seperti yang dipahami oleh Paulus dan umat Kristiani perdana. Dengan mempelajari isi khotbah Paulus ini kita dapat sampai pada pemahaman tentang apa artinya bagi kita untuk berbicara mengenai “kabar baik Injil”.

Paulus mengawali khotbahnya dengan mengingatkan para pendengarnya bagaimana Allah memimpin para nenek moyang mereka ke luar dari perbudakan di Mesir untuk menerima Tanah Terjanji sebagai warisan mereka. Paulus juga berbicara mengenai Raja Daud dan janji yang dibuat Allah bahwa seorang Juruselamat akan lahir dari keturunannya. Akhirnya dia menunjukkan bahwa apa yang telah diramalkan dalam Kitab Suci Ibrani (=Kitab Suci Perjanjian Lama) sekarang telah digenapi dalam diri Kristus. Paulus menyimpulkan isi khotbahnya dengan meringkaskan keseluruhan pesannya: “Kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus” (Kis 13:32-33).

Khotbah Paulus mungkin terdengar aneh di telinga mereka yang mendengarkan. Mereka dapat saja merasa terkejut berkaitan dengan kata-katanya tentang kebangkitan Yesus Kristus dan bagaimana peristiwa yang tidak biasa ini mewujudkan kesetiaan Allah pada janji-janji-Nya. Mereka percaya bahwa pada suatu hari Allah akan mengutus seorang Mesias, namun setiap Sabat mereka mendengar janji-janji ini dan tetap saja tidak melihat penggenapannya. Kemudian, ketika mendengar bahwa Mesias telah datang dan mati – hal ini sungguh terlalu berat bagi untuk mempercayainya …… that was too much to swallow!

Para pendengar khotbah Paulus juga dapat saja menjadi terkejut berkaitan dengan apa yang tidak dikatakan Paulus. Sebagai umat yang tunduk kepada Hukum, mereka tentunya mengharapkan Paulus berbicara tentang dosa-dosa yang spesifik, atau barangkali tentang rituale dan struktur, daripada sekadar memfokuskan perhatian sedemikian banyak atas belas kasih Allah yang begitu penuh kuat-kuasa. Sang Mesias tidak dimaksudkan untuk menghapuskan atau membatalkan Hukum, melainkan untuk menyempurnakannya!

Kabar baik dari Injil sama benarnya pada hari ini seperti ketika diproklamasikan oleh Yesus dan kemudian oleh Petrus, Paulus dan lain-lannya. Ini adalah Injil yang sama, yang telah mengubah hidup jutaan – kalau bukan miliaran – orang dari abad ke abad selama 2.000 tahun sejarah Gereja. Injil yang sama ini pula dapat mengubah hidup kita selagi kita merangkul kebenaran-kebenaran yang menakjubkan bahwa  “KRISTUS TELAH WAFAT, KRISTUS TELAH BANGKIT, KRISTUS AKAN DATANG KEMBALI”.

DOA: Bapa surgawi, banyak orang hari ini tetap melanjutkan pewartaan Injil Yesus Kristus dengan penuh semangat dan kejelasan seperti telah ditunjukkan oleh
Santo Paulus dalam bacaan hari ini. Berkatilah mereka dengan rasa nyaman-aman sejati, hikmat-kebijaksanaan, dan kekuatan, agar mereka dapat tetap setia dalam memproklamasikan kebenaran-kebenaran-Mu dalam nama Putera-Mu terkasih Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 14:1-6), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS ADALAH JALAN DAN KEBENARAN DAN HIDUP” (bacaan tanggal 26-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 5-5-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 25 April 2024 [Pesta S. Markus, Penulis Injil]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MARKUS: PENULIS INJIL YANG PALING TUA

MARKUS: PENULIS INJIL YANG PALING TUA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, PESTA SANTO MARKUS, Penulis Injil – Kamis, 25 April 2024)

Suster Misi Fransiskus S. Antonius (SMFA): Peringatan Misi Pertama SMFA masuk Indonesia

Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda [MTB] – Ordo III Regular S. Fransiskus: Hari Wafatnya Pendiri Tarekat

Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi memberi anugerah kepada orang yang rendah hati.” Karena itu, rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu bahwa semua saudara seimanmu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. Dan Allah, sumber segala anugerah, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. Dialah yang punya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.

Dengan perantaraan Silwanus yang kuanggap sebagai seorang saudara seiman yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu bahwa ini adalah anugerah yang benar-benar dari Allah. Berdirilah dengan teguh di dalamnya!

Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon dan juga dari Markus, anakku. Berilah salam seorang kepada yang lain dengan ciuman kudus. Damai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus. Amin. (1Ptr 5:5b-14)

Mazmur Tanggapan: Mzm 89:2-3,6-7,16-17; Bacaan Injil: Mrk 16:15-20

Pada hari ini, tanggal 25 April, Gereja merayakan pesta Santo Markus. Orang kudus ini adalah salah seorang dari umat Kristiani awal yang ikut ambil bagian dalam masa-masa yang sungguh exciting menyusul peristiwa Pentakosta Kristiani yang pertama, ketika penyebaran Kekristenan (Kristiani) dimulai ke segala penjuru dunia.

Markus menemani Paulus dan Barnabas pada perjalanan misioner mereka yang pertama, dan dia bergabung dengan Barnabas dalam perjalanan-perjalanan lainnya dan pergi ke Roma di mana dia bekerja dengan Petrus, yang memandang dirinya sebagai anaknya sendiri (lihat 1 Ptr 5:13). Menurut tradisi, Petruslah yang minta kepada Markus untuk menulis Injil yang dikenal sebagai “Injil Markus” itu.

Boleh dikatakan bahwa selama berabad-abad Injil Markus merupakan kitab Injil yang kurang diperhitungkan. Hal itu tentu saja disebabkan oleh bermacam-macam alasan. Dapat disebut misalnya: Injil Markus adalah yang paling pendek dari ke empat kitab Injil (terdiri dari 16 bab; bdk. Injil Matius yang terdiri dari 28 bab dst.) Hampir seluruh bahan yang ditemukan dalam Injil Markus ditemukan juga dalam Injil Matius dan/atau Injil Lukas. Maka dari sudut bahan, Injil Markus tidak mempunyai keistimewaan apa pun” (lihat I. Suharyo Pr, Pengantar Injil Sinoptik, Yogyakarta: Lembaga Biblika Indonesia/Penerbit Kanisius, 1989, hal. 49).

Sembilan belas abad lamanya Injil Markus ini sempat tidak/kurang dikenal karena Markus dipandang sebagai penulis Injil yang kurang berarti, naif, dan tak lebih daripada seorang tukang kumpul-cerita yang ditumpuk-tumpuk begitu saja tanpa rencana dan tujuan, meskipun diakui kelincahan caranya bercerita menggambarkan kisah kehidupan Yesus, Injilnya lama sekali tidak ada yang merasa perlu memberi komentar, bahkan paling kurang/sedikit disitir baik dalam tulisan-tulisan maupun dalam liturgi. Malah Injil Markus dianggap sebagai suatu ringkasan dari Injil Matius.

Namun sejak awal abad ke-20, hal ini mengalami perubahan total, sejak W. Wrede (seorang pakar Kitab Suci Kristen Protestan) pada tahun 1901 mengumumkan penemuannya yang baru mengenai analisis-teks dari struktur Injil Markus seperti yang kita kenal sekarang (lihat A. Brotodarsono SJ, “Indjil Santo Markus”, Yogjakarta: Majalah Bulanan untuk Kehidupan Rohani”, Tahun XIV, Nomor 4, Mei 1967).

Sekilas lintas saja, riwayat hidup singkat Markus ini sudah memberi kesan betapa “hebatnya” orang ini. Dia pernah menjadi asisten rasul-rasul agung! Namun, seperti kita, Markus juga hidup tidak tanpa pencobaan yang digunakan Allah untuk “melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan” (1 Ptr 5:10). Markus pergi meninggalkan Paulus dan Barnabas pada awal-awal perjalanan misioner yang pertama dan kemudian dia menjadi sumber ketegangan antara Paulus dan Barnabas (Kis 15:36-41).

Oh, betapa indahnya dan nyamannya apabila kita dapat mempelajari segala sesuatu yang kita perlukan dari pembacaan buku-buku, berbagai macam koran/majalah, atau tulisan-tulisan lewat internet di mana kita tidak perlu mengalami rasa sakit akibat komunikasi antar-pribadi, bukankah begitu? Namun, dalam hikmat-Nya, “Allah, sumber segala anugerah” (1 Ptr 5:10) mengajar kita kerendahan hati dengan memperkenankan pengalaman-pengalaman hidup yang terkadang sungguh pahit.

Allah melihat gambar besarnya dan pengetahuan-Nya tak mengenal batas (janganlah kita pernah mencoba-coba untuk membandingkan pengetahuan kita dengan pengetahuan sang Mahatahu). Allah mampu untuk mendatangkan berkat-berkat-Nya dalam situasi-situasi yang menurut penilaian kita sudah tidak berpengharapan. Allah mengggunakan setiap situasi untuk mendekatkan kita kepada diri-Nya, untuk menyiapkan diri kita dalam menghadapi peristiwa-peristiwa di masa depan, dan untuk menyatakan kasih-Nya kepada kita. Dia tidak pernah menguji kita melampaui kekuatan kita, dan ketika Dia memulihkan kita, kita tidak lagi  sama karena Dia telah “melengkapi, meneguhkan, menguatkan  dan mengokohkan kita” (1 Ptr 5:10).

Seringkali kita mencoba untuk mengambil jalan kita sendiri dalam kehidupan ini dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri saja. Ujung-ujungnya kita mendapatkan diri kita terjerat dalam kecemasan dan stres. Beberapa saat kemudian barulah kita menyadari bahwa kita telah membuang tenaga dan memeras otak kita untuk sesuatu yang “nol besar”, karena sesungguhnya Allah sudah bekerja dalam diri kita selama itu. Di sinilah perlunya bagi kita untuk belajar semakin berserah diri kepada-Nya, langkah demi langkah dalam kehidupan kita. Sukacita sejati kita alami selagi kita melihat Allah “mengangkat diri kita pada saat-Nya” dan “memulihkan kita” kepada damai-sejahtera-Nya setelah mengalami suatu periode yang penuh dengan ketegangan, rasa was-was, kegalauan, kekhawatiran, ketakutan dan sejenisnya. Seperti Santo Markus, marilah kita belajar untuk merendahkan diri kita di hadapan Allah dan menanti dengan sabar saat di mana Dia mengangkat kita.

Santo Markus ternyata tidak seperti yang diperkirakan sebelumnya. Markus bukanlah seorang penulis Injil yang kurang bermutu apabila dibandingkan para penulis Injil lainnya. Dia adalah penulis dari Injil yang tertua, yang ingin menampilkan wajah asli Yesus dari Nazaret yang sungguh Anak Allah. Ayat pertama dari Injil-nya berbunyi: “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah” (Mrk 1:1). Kemudian waktu kepala pasukan (tentara Romawi yang kafir) yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat-Nya menghembuskan napas terakhir seperti itu, berkatalah ia, “Sungguh orang ini Anak Allah!” (Mrk 15:39). Sungguh catatan kesaksian yang luarbiasa, mengingat bahwa Injil Markus ditujukan untuk jemaat di Roma.

DOA: Bapa surgawi, tolonglah kami mempercayai hasrat-Mu untuk mengajar kami dalam setiap situasi kehidupan kami. Kami mempersembahkan kepada-Mu kesulitan-kesulitan kami agar Engkau dapat menguatkan kami dan memenuhi diri kami dengan hidup-Mu sendiri. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Prnhantara kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (1Ptr 5:5b-14), bacalah tulisan yang berjudul “” (bacaan tanggal 25-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024)

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan ranggal 25-4-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 24 April 2024 [Pfak S. Fidelis dr Sigmaringen, Imam Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

AKU TELAH DATANG KE DALAM DUNIA SEBAGAI TERANG

AKU TELAH DATANG KE DALAM DUNIA SEBAGAI TERANG

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Paskah – Rabu, 24 April 2024)

Pfak S. Fidelis dr Sigmaringen, Imam Martir

OFMCap Provinsi Sibolga: HR S. Fidelis dr Sigmaringen, Imam Martir

Keluarga Besar Fransiskan: Pesta, Pw, Pfak S. Fidelis dr Sigmaringen, Imam Martir

Lalu Yesus berseru, “Siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan siapa saja yang melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku jangan tinggal di dalam kegelapan. Jikalau seseorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, aku tidak menghakiminya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Siapa saja yang menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menghakiminya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. Aku tahu bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Karena itu, apa yang Aku katakan, Aku sampaikan sebagaimana difirmankan oleh Bapa kepada-Ku.” (Yoh 12:44-50)

Bacaan Pertama: Kis 12:24-13:5a;  Mazmur Tanggapan: Mzm  67:2-3,5,6,8

“Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku jangan tinggal di dalam kegelapan.(Yoh 12:46)

Dalam bacaan Injil hari ini Yohanes Penginjil menyajikan sebuah ikhtisar atau ringkasan dari ajaran Yesus sebelum dia mulai dengan narasi sengsara Yesus, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Ikhtisar itu mencakup: (1) “persatuan antara Bapa dan Putera” (Yoh 12:44-45; (2) Yesus sebagai terang dunia, yang datang untuk menyelamatkan dunia, bukan untuk menghakiminya (Yoh 12:47);  (3) pesan bahwa kata-kata yang diucapkan oleh Yesus akan menjadi hakim di akhir zaman (Yoh 12:48); dan (4) Identifikasi kata-kata Yesus dengan firman Bapa dan kehidupan kekal yang mengalir dari perintah Bapa (Yoh 12:49-50). 

Secara konsisten Yohanes Penginjil mengulang-ulang semua tema sepanjang duabelas bab Injilnya karena dia sungguh bergairah untuk mengatakan kepada kita siapa sebenarnya Yesus itu, agar dengan mengenal Yesus kita pun dapat mengenal Bapa. Dengan mengenal Bapa, kita akan mengenal terang dan kehidupan. Itulah sebabnya mengapa Yesus menyerukan pesan ini (Yoh 12:44). 

Kata-kata ini mengundang kita “memeriksa” diri kita sendiri untuk melihat apakah kita bertumbuh dalam pemahaman dan penerimaan kita akan hidup dan ajaran Yesus. Apakah kita sungguh melihat Dia sebagai terang dunia yang datang untuk menyelamatkan kita? Apakah kita mengakui bahwa kata-kata-Nya akan menghakimi diri kita? Apakah kita mengenali bahwa kata-kata-Nya adalah sama dengan kata-kata Bapa dan perintah-perintah Bapa merupakan sumber dari kehidupan kekal? 

Sementara kita menerima, merangkul dan menghayati kebenaran-kebenaran itu dalam hidup kita, maka kehidupan yang dimaksudkan Allah bagi kita (dan semua orang) dapat menjadi hidup dalam diri kita. Apabila kita sungguh menginginkan hidup ini, kita harus minta kepada Roh Kudus agar menolong kita memahami dan menerima Yesus. Karena kasih yang mengalir dari hati-Nya, Yesus mengundang kita untuk datang kepada-Nya. Apabila kita menerima tawaran-Nya untuk meminum air yang hidup, maka Yesus akan bekerja di dalam kita sebagaimana yang terjadi dalam kehidupan perempuan Samaria (Yoh 4:1-42). 

DOA: Bapa surgawi, kami mengakui bahwa sabda-Mu memberikan kehidupan kepada kami. Pancarkanlah sinar terang-Mu ke dalam kegelapan kehidupan kami.  Kami mengakui Yesus sebagai terang dan kehidupan dunia dan merangkul segala niat dan rencana-Mu bagi kami. Kasihanilah kami orang-orang berdosa ini yang mau berjalan sebagai anak-anak terang. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu, tolonglah kami untuk  memuji-muji dan memuliakan nama-Mu. Demi Yesus Kristua, Tuhan dan Perantara kami, sekarang dan selama-lamanya. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 12:44-50), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS ADALAH SAKRAMEN BAPA SURGAWI (bacaan tanggal 24-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.worpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 11-5-22 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 23 April 2024 [Pfak S. Georgius, Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

DI ANTIOKHIALAH MURID-MURID UNTUK PERTAMA KALINYA DISEBUT KRISTEN

DI ANTIOKHIALAH MURID-MURID UNTUK PERTAMA KALINYA DISEBUT KRISTEN

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Paskah – Selasa, 23 April 2024)

Pfak S. Georgius, Martir; Pfak S. Adalbertus, Uskup Martir

FSGM: Pesta Pelindung Kongregasi

Keluarga Besar Fransiskan:  Pfak B. Egidius dr Assisi, Biarawan Ordo I

Sementara itu saudara-saudara seiman yang tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudaAprilh Stefanus, menyingkir sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja.

Akan tetapi, di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang berbahasa Yunani dan memberitakan tentang Tuhan Yesus. Tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan.

Kabar tentang mereka itu terdengar oleh jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu mengutus Barnabas pergi ke Antiokhia. Setelah Barnabas datang dan melihat anugerah Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua dengan kesungguhan hati setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Lalu banyak orang dibawa kepada Tuhan. Setelah itu, pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemat itu selama satu tahun penuh, sambil mengajar banyak orang . Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen. (Kis 11:19-26)

Mazmur Tanggapan: Mzm 87:1-7; Bacaan Injil:  Yoh 10:22-30 

“Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen” (Kis 11:26).

Petikan ini adalah kalimat terakhir dari bacaan kita di atas. Namun sebelum itu, baiklah kita mengingat-ingat kembali latar belakang perkembangan Gereja. Selagi masih berkumpul dengan para murid-Nya, Yesus bersabda: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh 12:24). Apa yang dikatakan Yesus ini terbukti dengan kematian Stefanus. Kematian diakon yang suci ini menyebabkan Gereja yang masih sangat muda-usia ini bertumbuh-kembang. Mereka yang tercerai-berai setelah kematian Stefanus melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang jauh untuk mencari keamanan. Malah ada yang pergi ke tempat-tempat yang relatif jauh pada zaman itu, misalnya Siria utara, ke kota Timur Tengah yang bernama Antiokhia. Pertama-tama para misionaris awal ini hanya berbicara kepada orang-orang Yahudi di Antiokhia, namun orang-orang Kristiani dari Siprus dan Kirene yang juga telah sampai di Antiokhia mulai menginjili orang-orang Yunani tentang Yesus. Jadi muncullah sebuah Gereja yang berjenis baru, yang terdiri dari baik orang Yahudi maupun orang-orang bukan Yahudi (kafir di mata orang Yahudi).

Sekarang marilah kita dalami sedikit soal kata “Kristen” atau “Kristiani” ini. Apakah kiranya yang dimaksudkan oleh Tuhan bila kita menyebut diri kita ini sebagai umat/orang Kristen atau Kristiani: Jika kita telusuri cerita-cerita dalam “Kisah Para Rasul”, maka menjadi seorang Kristiani berarti:

  • Percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Kristus (Mesias; Juruselamat; lihat Kis 2:36);
  • percaya kepada Tuhan dan berbalik kepada-Nya dalam pertobatan (Kis 11:21);
  • bertobat dan dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosa (Kis 2:38, Rm 6:3);
  • dengan kesungguhan hati (penuh komitmen) setia kepada Tuhan (Kis 11:23);
  • bersaksi tentang Yesus (Kis 1:8) dan menyebarkan sabda Allah serta membawa orang-orang kepada Tuhan (Kis 4:33; 11:24);
  • dipersiapkan lewat pengajaran intensif tentang hidup baru dalam Yesus (Kis 11:26; 2:42; 19:9-10);
  • hidup dalam komunitas Kristiani (Kis 2:42; lihat juga 4:32-35);
  • pusat kehidupannya adalah “pemecahan roti”, yakni Ekaristi (Kis 2:42);
  • bertekun dalam doa bersama-sama umat beriman lain (Kis 1:14; 2:42);
  • tunduk patuh kepada pembesar Gereja (Kis 15:2 dsj.);
  • berani menderita demi cintanya kepada Yesus! Lihat contoh Stefanus (Kis 6:8-8:1)

Dalam Kisah Para Rasul jelas masih ada beberapa aspek lain yang penting selain apa yang telah disebutkan di atas. Juga masih banyak yang dapat kita temukan dalam Kitab Suci tentang apa dan bagaimana menjadi orang Kristiani itu. Menjadi Kristiani berarti menghayati hidup baru yang radikal, mendalam dan bebas …… dalam Yesus Kristus tentunya.

Sekarang, baiklah kita memeriksa batin kita dan bertanya kepada diri kita sendiri apakah kita sudah pantas disebut sebagai seorang Kristiani, sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku sungguh ingin menjadi murid-Mu yang sejati, sehingga pantas dinamakan seorang Kristiani. Berikanlah kepadaku iman yang benar, harapan yang teguh dan cintakasih yang sempurna, seperti yang terjadi dengan Barnabas dan Paulus. Bilamana Engkau memanggil, mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan merangkul misi-Mu. Berikanlah keberanian kepadaku dan hasrat untuk mengikut Engkau dalam segala hal yang kulakukan. Dimuliakanlah nama-Mu sepanjang segala masa. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 10:22-30), bacalah tulisan yang berjudul “DOMBA-DOMBA-KU MENDENGARKAN SUARA-KU” (bacaan tanggal 23-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-04  BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 2-5-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 22 April 2024 [SJ: Pesta SP Maria Bunda Seikat Yesus]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS ADALAH PINTU BAGI DOMBA-DOMBA ITU

YESUS ADALAH PINTU BAGI DOMBA-DOMBA ITU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan  IV Paskah – Senin, 22 April 2024)

Serikat Yesus [SJ]: Pesta SP Maria Bunda Serikat Yesus

“Sesungguhnya aku berkata kepadamu: Siapa yang masuk ke dalam kandang domba tanpa melalui pintu, tetapi dengan memanjat dari tempat lain, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka akan lari dari orang itu, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.”

Yesus mengatakan kiasan ini kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.

Karena itu Yesus berkata lagi, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Akulah pintu bagi domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; siapa saja yang masuk melalui Aku, ia akan diselamatkan dan Ia akan masuk dan keluar serta menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, mempunyainya dengan berlimpah-limpah.  (Yoh 10:1-10)

Bacaan Pertama: Kis 11:1-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 42:2-3; 43:3-4

Yesus adalah sang Gembala Baik. Ada banyak karakteristik pribadi Yesus dalam Perjanjian Baru yang mengantisipasi alegoria Yohanes. Ia mencari domba yang tidak mempunyai gembala (Mat 9:36) dan dengan demikian mengutus para rasul-Nya. Yesus melihat diri-Nya sendiri sebagai diutus oleh Bapa surgawi ke tengah domba-domba yang hilang dari Israel (Mat 15:24; Luk 19:10). Kawanan Yesus adalah “kawanan kecil” (Luk 12:32) yang tidak boleh takut karena Kerajaan Surga telah dijanjikan kepada mereka. Kawanan-Nya akan mengalami penganiayaan oleh serigala-serigala dari luar (Mat 10:16) maupun dari dalam (Mat 7:15). Kawanan-Nya akan dicerai-beraikan, ketika gembalanya dibunuh (Mat 26:31; lihat Za 13:7). Akan tetapi, Dia akan memimpin kembali jiwa-jiwa yang tercerai-berai, disembuhkan lewat kematian-Nya, sehingga dengan demikian kita dapat kembali kepada sang Gembala Baik dan Pemelihara jiwa kita (1Ptr 2:24-25). Yesus adalah sang “Gembala Agung segala domba” (Ibr 13:20).

Yohanes Penginjil mengumpulkan catatan-catatan yang berserakan dalam berbagai tulisan Perjanjian Baru ke dalam suatu gambaran indah sekali dalam Yohanes 10. Pertama-tama Yesus menceritakan dua buah perumpamaan, yaitu tentang pintu kandang domba Yoh 10:1-3a) dan tentang gembala (Yoh 10:3b-5). Kemudian Yesus menjelaskan secara alegoris dua perumpamaan ini: Yesus adalah pintu (Yoh 10:7-10), Dia adalah gembala (Yoh 10:11-18), tidak ada seorangpun dapat mengambil domba dari tangan Kristus (Yoh 10:26-30). Bacaan Injil hari ini membatasi diri pada sepuluh ayat pertama dari Yoh 10.

Hanya ada satu pintu untuk keluar-masuk domba-domba. Seorang penjaga pintu akan menjaga. Dalam hal ada beberapa gembala, maka mereka akan menjaga secara bergiliran. Di malam hari ada binatang-binatang buas yang mencoba untuk memangsa domba-domba yang ada. Ada pula pencuri-pencuri yang akan mencoba untuk mencuri domba-domba itu.

Yesus menyamakan diri-Nya dengan pintu bagi domba-domba itu (Yoh 10:7). Pintu adalah satu-satunya jalan masuk ke tempat kawanan domba. Tidak ada seorangpun gembala yang diperkenankan untuk masuk kalau dia bukan gembala yang sungguh-sungguh. Pencuri-pencuri akan mencoba untuk memanjat dari tempat lain. Banyak pemimpin Israel yang datang sebelum Kristus adalah pencuri-pencuri seperti itu. Mereka tidak mempunyai minat sungguhan perihal keberadaan domba-domba, melainkan hanya memikirkan keuntungan saja. Tuduhan ini juga berlaku bagi para pemuka agama dan pemimpin Yahudi lainnya pada masa Kristus. Banyak orang Yahudi merasakan adanya perbedaan antara Yesus dan para tua-tua Yahudi tersebut. Yesus berkata, “Domba-domba itu tidak mendengarkan mereka” (Yoh 10:8). Ingatlah kembali orang yang buta sejak lahirnya yang disembuhkan oleh Yesus (Yoh 9), Walaupun orang-orang Farisi mencoba dengan keras untuk membuat orang itu berpihak kepada mereka lewat berbagai tipu-daya dan intimidasi, ancaman dan malah mengusirnya keluar dari komunitas Yahudi, dan menyebutnya sebagai seorang pendosa, orang buta yang telah disembuhkan itu hanya berkata: “Jikalau orang ini (Yesus) tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa”  (Yoh 9:33).

Tidak seorang pun dapat masuk ke kandang domba kecuali melalui pintunya, dan tidak ada seorang pun dapat menjadi gembala kawanan Kristus kalau tidak dipanggil dan diberi wewenang oleh Kristus sendiri. Kristus adalah pintu satu-satunya untuk umat Allah, dan hanya Dia sendirilah yang dapat memanggil seseorang untuk mengurusi kawanan-Nya. Tidak ada hasil pekerjaan baik kita sendiri yang dapat membuat kita mempunyai akses kepada umat Allah.

Yesus adalah pintu bagi domba-domba-Nya masuk-keluar kandang. Hanya apabila domba-domba telah masuk kandang maka mereka aman selama malam hari. Di tanah Palestina pada masa itu ada banyak binatang buas yang kesana-kemari mencari makan. Seekor domba yang berjalan sendiri di malam hari akan sangat rentan terhadap serangan predator-predator itu. Di samping itu bagaimana seekor domba ke luar untuk mencari makan di padang yang hijau jika tidak melalui pintu kandang dan mengikuti tuntunan sang gembala.

Banyak pemimpin palsu (abal-abal) menjanjikan segala macam hal kepada masyarakat yang seharusnya dipimpinnya dengan baik: kepuasan, kebahagiaan, … pokoknya yang enak-enak dan nikmat-nikmat. Namun hasilnya seringkali berupa kekecewaan masyarakat karena merasa tertipu. Kita akan menemukan damai-sejahtera hanya dalam diri Yesus Kristus, dalam hikmat dan pemahaman sejati. Kehidupan sejati akan menjadi milik kita hanya apabila melalui Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita. Kristus adalah pintu bagi kita, domba-domba-Nya.

Yesus juga mengibaratkan diri-Nya sebagai gembala. Kita akan melihatnya dalam kesempatan lain, yaitu dalam Bacaan Injil Hari Minggu Paskah IV (Tahun B). Perumpamaan singkat dalam Yoh 10:3b-5 di atas mengantisipasi suatu penjelasan alegoris dalam Yoh 10:11-18 pada hari Minggu termaksud. Pada hari ini, yang harus kita camkan adalah, bahwa Yesus mengenal domba-domba-Nya. Dan domba-domba-Nya mengenal Dia. Ini bukanlah sekadar pengetahuan teoritis, melainkan pengetahuan yang berasal dari cintakasih. Kristus mengenal kita lebih baik daripada kita mengenal diri kita sendiri. Apakah kita  sungguh mengenal Dia?

DOA: Tuhan Yesus Kristus, tolonglah aku mengenal suara-Mu sehingga aku dapat tetap berada dengan aman di tengah kawanan domba-Mu, yaitu umat-Mu sendiri. Terima kasih penuh syukur  kuhaturkan kepada-Mu untuk kasih-Mu yang senantiasa penuh kesetiaan. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 10:1-10), bacalah tulisan yang berjudul “SANG GEMBALA DAN KAWANAN FOMBA-NYA” (bacaan tanggal 22-4-24), dalam situs/blog SANG SABDA  http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN  APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 30-4-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 21 April 2024 [HARI MINGGU PASKAH IV – TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

AKU MEMBERIKAN NYAWA-KU BAGI DOMBA-DOMBA-KU

AKU MEMBERIKAN NYAWA-KU BAGI DOMBA-DOMBA-KU

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU PASKAH IV [TAHUN B] – 21 April 2024)

Hari Minggu Panggilan

Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan menceraiberaikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Tetapi Aku juga mempunyai domba-domba lain yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku agar Aku menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari Aku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah perintah yang Kuterima dari Bapa-Ku.” (Yoh 10:11-18)

Bacaan Pertama: Kis 4:8-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 118:1,8-9,21-23,26,28cd,29; Bacaan Kedua: 1Yoh 3:1-2

“Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku……. Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku agar Aku menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari Aku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah perintah yang Kuterima dari Bapa-Ku.” (Yoh 10:14,17-18)

Karena kita adalah kawanan domba-Nya sendiri, Yesus sungguh memiliki kepentingan dalam hal kesejahteraan kita. Bilamana Iblis – si serigala – mencoba mencerai-beraikan kita, Yesus sang Gembala Baik adalah seorang Pribadi kepada siapa kita akan berlindung. Bagi mereka yang mengenal-Nya, suara-Nya sungguh akan menghibur dan mendatangkan rasa aman. Sekali lagi: Yesus adalah Gembala yang baik!

Semua bacaan Kitab Suci dalam Misa hari ini secara bersama mengungkapkan dan mempermaklumkan pengorbanan Yesus yang penuh kasih bagi kita. Yesus mengatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa Dia adalah “Gembala yang Baik”, yang akan memberikan nyawa-Nya bagi kita, domba-domba-Nya (Yoh 10:11). Kemudian, pada malam sebelum sengsara-Nya, Ia akan mengatakan kepada para murid-Nya: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada ini, yakni seseroang memberikan nyawanya demi sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Dengan sempurna Yesus menunjukkan kasih-Nya itu pada waktu Dia mati di kayu salib, menyerahkan nyawa-Nya sendiri untuk menebus kita masing-masing.

Bukankah mengejutkan untuk berpikir bahwa sekiranya anda adalah orang  satu-satunya yang tinggal di dalam dunia, Yesus tetap akan dengan sukarela memberikan hidup-Nya untuk menyelamatkan anda? Kesadaran akan hal inilah yang kiranya memberikan kepada Petrus keberanian untuk mengatakan kepada para imam umat dan tua-tua Yahudi: “Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis 4:12).

Inilah alasan besar bagi kita untuk bersukacita! Hikmat Allah, walaupun kelihatan bodoh bagi pikiran manusia, berjaya bahkan di momen-momen paling gelap dalam kehidupan kita. Siapa lagi selain Allah yang dapat “mentakdirkan” bahwa Yesus, Putera-Nya terkasih, akan ditolak oleh umat-Nya sendiri, ditinggalkan oleh para pengikut-Nya yang terdekat? Ia bahkan diabaikan dan ditinggalkan oleh Allah, Bapa-Nya sendiri! Namun demikian, inilah hikmat Allah yang tak dapat diduga-duga oleh akal-budi manusia. Allah begitu mengasihi kita sehingga Dia bersedia mengorbankan anak-Nya yang tunggal, yang dikasihi-Nya di atas siapa saja dan apa saja, hanya untuk membawa kita kembali ke dalam pelukan-Nya. Hal ini digaris-bawahi dalam bacaan kedua hari ini: “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah”(1Yoh 3:1).

Pada masa-masa ketika segala sesuatu terasa gelap dan tanpa harapan, kita harus melihat tangan-tangan Allah yang siap menolong kita. Bahkan di dalam peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan samasekali, Allah bekerja. Ada saat-saat di mana hikmat-Nya sungguh melampaui segala akal-budi kita sehingga tanggapan kita hanyalah dapat berupa iman dan kepercayaan. Pada saat-saat seperti itu Dia mengundang kita untuk berdoa: “Yesus, Engkau adalah andalanku.” Ketika berbagai kesusahan dan kegelapan mengepung diri kita dari segala penjuru kehidupan kita, kita dapat berdoa: “Bapa surgawi, biarlah tangan-tangan kasih-Mu memegang dan menuntun aku.” Ketika kita merasakan beban hidup ini begitu berat, kita dapat memandang salib Kristus dan berkata: “Tuhan, Engkau mati untuk aku secara pribadi. Aku percaya, ya Tuhan, tolonglah ketidakpercayaanku.”

DOA: DatanglahRoh Kudus, jadilah penghiburku. Jadilah kekuatanku pada hari ini dan nyatakanlah kepadaku Injil Yesus Kristus yang penuh kemuliaan. Aku menyerahkan diriku kepada-Mu dan percaya kepada-Mu dengan segala keberadaan diriku dan segalanya yang kumiliki. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kis 4:8-12), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS ADALAH GEMBALA AGUNG KITA SEMUA” (bacaan tanggal 21-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 25-4-21 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 20 April 2024

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

EKARISTI MENUNTUT IMAN YANG LEBIH KUAT

EKARISTI MENUNTUT IMAN YANG LEBIH KUAT

 (Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III  Paskah – Sabtu, 20 April 2024)

Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggaup mendengarkannya?” Yesus yang di dalam hati-Nya tahu bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka, “Apakah perkataan itu mengguncangkan kamu? Bagaimana jika kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata, “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Mulai saat itu banyak murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Lalu kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Engkau memiliki perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu bahwa Engkaulah Yang Kudus dari Allah.” (Yoh 6:60-69)

Bacaan Pertama: Kis 9:31-42; Mazmur Tanggapan: Mzm 116:12-17

Yesus mengetahui bahwa Ekaristi menuntut iman – iman yang lebih kuat dan kuat lagi. Oleh karena itu Dia bersabda, “Roh-lah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya”  (Yoh 6:63-64a).

Para kudus memiliki rasa lapar yang sehat akan Kristus. Mereka lebih merasa puas dan dikenyangkan dengan Tuhan Ekaristik daripada kita semua. Beberapa dari kita bahkan sudah sangat dekat dengan titik nol … “tidak percaya”, seperti disinyalir oleh Yesus. Jadi, kita sungguh membutuhkan iman-kepercayaan yang lebih kuat lagi dan harus berjuang keras untuk mencapainya.

Para pemburu atau orang-orang yang berkemah di hutan, jika tersesat, akan mulai menggunakan kompas untuk mencari arah atau berteriak-teriak kepada teman-teman mereka. Namun semakin lama mereka tersesat dan semakin buruk situasi yang mereka hadapi, maka semakin merasa lapar (dan haus) pula mereka itu. Demikian pula halnya dengan kita: apabila hal-hal menjadi semakin buruk secara spiritual/rohani, maka kita tidak lagi dapat ditolong oleh para sahabat kita, oleh posisi kita, atau oleh harta-milik kita. Kita hanya merasa sangat lapar akan makanan yang bersifat permanen, yaitu Roti Kehidupan.

Kita harus memperkenankan rasa lapar-iman agar terus bertumbuh. Apabila kita tidak memiliki selera rohani, maka seperti layaknya seorang sakit, kita tidak akan menemukan Kristus sebagai Pribadi yang menarik. Bagamana caranya agar kita dapat mengembangkan suatu selera rohani yang sehat? Inilah jawaban yang diberikan oleh Santo Paulus, “… kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Ef 4:22-24). Dengan kata lain, kita harus menyusun skala prioritas dengan benar: dengan menempatkan hal-hal yang penting di atas hal-hal yang kurang penting.  Kita percaya bahwa Yesus adalah Dia yang diutus oleh Bapa surgawi. Yesus sendiri bersabda, “Siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan siapa saja yang melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku” (Yoh 12:44-45).

Kita tahu bahwa menaruh kepercayaan pada seorang sahabat bertumbuh lewat pengalaman-pengalaman yang di-sharing-kan bersama. Kita mulai menggantungkan diri pada sahabat itu untuk dukungan, nasihat dan sharing berbagai persoalan, baik yang sulit-menyedihkan maupun yang penuh sukacita. Demikianlah bagaimana selera rohani kita menjadi sehat: dengan kontak yang sering dengan Yesus. Semakin sering kita sharing berbagai persoalan dan sukacita kita dengan diri-Nya, semakin kuat pula persahabatan kita jadinya. Semakin sering kita makan sang Roti Kehidupan, semakin besar pula kepenuhan kehadiran-Nya. Persahabatan dan kepenuhan yang semakin intensif akan berakibat pada iman-kepercayaan yang semakin kuat dan kesehatan rohani yang semakin bertumbuh.

Maka, sebagai murid-murid-Nya yang setia, seperti Simon Petrus, kita masing-masing pun dapat berkata kepada Yesus, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Engkau memiliki perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu bahwa Engkaulah Yang Kudus dari Allah” (Yoh 6:68-69).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah roti yang turun dari surga untuk mengangkat kami ke surga. Engkaulah Yang Kudus dari Allah. Engkau memberikan Ekaristi kepada kami. Engkau datang untuk menemui kami dalam doa dan dalam sabda-Mu dalam Kitab Suci, dan Engkau menguatkan kami dan mencurahkan kasih-Mu ke atas diri kami setiap hari. Tolonglah agar kami dapat memegang segala karunia sangat berharga yang telah Kauberikan kepada kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kis 9:31-42), bacalah tulisan yang berjudul “DI BELAKANG SETIAP MUKJIZAT, ADA SUMBER UNIK YANG SAMA, YAITU YESUS KRISTUS” (bacaan tanggal 20-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-4-23)

Cilandak, 19 April 2024 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SAULUS BERJUMPA DENGAN YESUS KETIKA SEDANG MENUJU KOTA DAMSYIK

SAULUS BERJUMPA DENGAN YESUS KETIKA SEDANG MENUJU KOTA DAMSYIK

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Paskah – Jumat, 19 April 2024)

Sementara itu hati Saulus masih berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa untuk dibawa kepada rumah-rumah ibadat Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikut Jalan Tuhan, ia dapat menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.

Dalam perjalanan ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan mendengar suara yang berkata kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus, “Siapa Engkau, Tuan?”  Kata-Nya, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah  ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.” Teman-teman seperjalanannya pun termangu-mangu karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang pun. Saulus bangkit berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik. Selama tiga hari ia tidak dapat melihat dan selama itu juga ia tidak makan dan minum.

Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Tuhan berfirman kepadanya dalam suatu penglihatan, “Ananias!”  Jawabnya, “Ini aku, Tuhan!”  Firman tuhan, “Bangkitlah dan pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sedang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.” Jawab Ananias, “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Lagi pula di sini dia memperoleh kuasa dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.”  Tetapi firman Tuhan kepadanya, “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku di hadapan bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk  ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya, “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.”  Seketika itu juga seolah-oleh selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis. Setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik. Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. (Kis 9:1-20)

Mazmur Tanggapan: Mzm 117:1-2; Bacaan Injil: Yoh 6:52-59.

Cerita mengenai pertobatan Santo Paulus barangkali merupakan salah satu yang paling dramatis dari cerita-cerita yang termuat dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Cerita itu pun merupakan undangan istimewa bagi kita semua untuk mengingatkan kita pada pertobatan kita masing-masing. Beberapa dari kita telah mempunyai pengalaman dramatis di mana kita merasakan perubahan yang terjadi secara instan. Akan tetapi, orang-orang lain mempunyai pengalaman perubahan yang terjadi secara bertahap  sementara terang Kristus dengan perlahan-lahan terbit di atas diri kita. Apa pun yang terjadi, bukti telah terjadinya pertobatan atau conversio adalah hidup yang berubah. Apabila kita (anda dan saya) mencoba hidup bagi Yesus setiap hari dan berupaya untuk mengasihi sesama seperti diri kita sendiri, maka dalam hal ini ada conversio. Seperti yang ditulis oleh Santo Paulus sendiri: “…… tidak ada seorang pun yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus” (1Kor 12:3).

Bilamana anda merasa kurang yakin apakah anda telah melakukan pertobatan atau conversio, maka cobalah melakukan exercise berikut ini. Ambillah secarik kertas. Tulislah di bagian kiri: SEBELUM KRISTUS, dan tulislah di bagian kanan: SESUDAH PERTOBATAN. Tutuplah mata anda sejenak dan renungkanlah bagaimana hidup anda sebelum anda sampai pada iman-kepercayaan yang sungguh-sungguh kepada Kristus. Setelah itu anda mulai menuliskan kata-kata atau frase-frase untuk menggambarkannya. Di bawah judul SEBELUM KRISTUS, anda dapat menulis kata-kata atau frase-frase seperti berikut ini (ini hanyalah contoh-contoh): hidup yang berpusat pada diri sendiri, merasa takut, sombong, hidup tanpa tujuan yang jelas, didorong oleh hasrat akan kenikmatan duniawI, gelisah, sering marah-marah. Sekarang renungkanlah sejenak kehidupanmu sekarang (SESUDAH PERTOBATAN): Kata-kata atau frase-frase seperti hidup yang berpusat pada Allah, penuh sukacita, merasa diampuni oleh Allah, berbahagia, merasa damai, menaruh kepercayaan kepada orang lain, sabar. Apa pun yang ditulis di sebelah kiri atau kanan, kita masing-masing harus mampu mengindentifikasikan bagaimana daftar sebelah kiri telah semakin sedikit dan singkat dan daftar di sebelah kanan telah semakin banyak dan panjang.


Dalam Wasiatnya yang dibuat menjelang kematiannya, Santo Fransikus dari Assisi menggambarkan pertobatannya dengan singkat dan menarik: “Beginilah Tuhan menganugerahkan kepadaku, Saudara Fransiskus, untuk mulai melakukan pertobatan. Ketika aku dalam dosa, aku merasa amat muak melihat orang kusta. Akan tetapi Tuhan sendiri menghantar aku ke tengah mereka dan aku merawat mereka penuh kasihan. Setelah aku meninggalkan mereka, apa yang tadinya terasa memuakkan, berubah bagiku menjadi kemanisan jiwa dan badan; dan sesudahnya aku sebentar menetap, lalu aku meninggalkan dunia” (Wasiat 1-3). Dari sini kita lihat bahwa inisiatif selalu berada di pihak Allah. Dia-lah yang memberikan karunia/anugerah kepada seseorang untuk melakukan pertobatan. Tugas orang bersangkutan adalah membuka diri bagi anugerah Allah itu.

Khotbah-khotbah Paulus, baik dalam “Kisah para Rasul” maupun banyak suratnya yang terdapat dalam Kitab Suci Perjanjian Baru dipenuhi dengan acuan-acuan kepada awal pertobatannya – hari di mana Paulus mulai memberikan hidupnya kepada Yesus. Baiklah bagi kita semua untuk mencoba hal yang sama. Baiklah bagi kita masing-masing menulis secara singkat “cerita pertobatan” kita sendiri. Bagaimana kita mulai sungguh mengenal dan mengalami Yesus sebagai penebus dan Tuhan (Kyrios) dari alam tercipta? Apa yang memotivasi diri kita masing-masing memberikan hati kita kepadanya dan menyambut Dia ke dalam hidup kita? Kita juga harus sering melakukan review atau tinjauan-ulang, dan mengamati pertumbuhan rohani kita selagi Roh Kudus mengisi diri kita dengan keyakinan akan kuat-kuasa Allah untuk memberi hal-hal baik bagi umat-Nya yang setia.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau membawa diriku untuk beriman kepada-Mu. Aku mohon kepada-Mu agar aku Kauberikan kesempatan untuk sharing/berbagi dengan orang lain bagaimana Engkau telah membuat perubahan dalam hidupku. Ya Tuhan Yesus, terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 6:52-59), bacalah tulisan yang berjudul “YANG DITINGGALKAN OLEH YESUS BAGI KITA ADALAH DIRI-NYA SENDIRI” (bacaan tanggal 19-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 28-4-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 18 April 2024

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS ADALAH SANG ROTI KEHIDUPAN

YESUS ADALAH SANG ROTI KEHIDUPAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Paskah – Kamis, 18 April 2024)

Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: ‘Mereka semua akan diajar oleh Allah.’ Setiap orang, yang telah mendengar dan belajar dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Siapa saja yang percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.

Akulah roti kehidupan. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari surga: Siapa saja yang memakannya, ia tidak akan mati. Akulah roti kehidupan yang telah turun dari surga. Jikalau seseorang makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang akan Kuberikan itu ialah daging-Ku yang akan Kuberikan untuk hidup dunia. (Yoh 6:44-51)

Bacaan Pertama: Kis 8:26-40; Mazmur Tanggapan: Mzm 66:8-9.16-17,20

Yesus seringkali berbicara dengan para murid/pengikut-Nya tentang janji akan kehidupan kekal. Ajaran-Nya bahwa Dia sendiri adalah roti kehidupan merupakan pernyataan-Nya lebih lanjut tentang rencana Bapa surgawi yang sempurna untuk memenuhi diri kita dengan rahmat dan kuasa kehidupan kekal. Sebagaimana Allah menopang bangsa Israel dengan manna yang turun dari surga selama masa pengembaraan mereka di padang gurun menuju tanah terjanji (Kel 16), Yesus sekarang adalah sang “roti kehidupan” yang diberikan kepada umat-Nya (Yoh 6:51). Yesus adalah pemenuhan/penggenapan rencana Allah bagi kita, yang memberikan hidup-Nya sendiri untuk menopang kita.

Sebagaimana Allah memelihara bangsa Israel dengan penuh kasih, demikian pula Dia memelihara kita, memberikan Yesus kepada kita sebagai “roti kehidupan”. Yesus memberikan makanan kita dengan menyatakan Bapa-Nya  kepada kita, “seorang” Bapa yang mengasihi kita tanpa batas. Ini adalah pernyataan tentang kasih Bapa surgawi yang menggerakkan kita untuk meninggalkan dosa dan berpaling kepada Yesus, menyerahkan diri kita kepada-Nya dalam iman. Kasih Allah begitu besar; Ia telah berjanji bahwa siapa saja yang datang kepada Putera-Nya tidak akan pernah mati, melainkan akan memiliki hidup kekal.

Bagaimana kita (anda dan saya) menerima hidup kekal dari Yesus? Ini adalah sebuah perjalanan iman dan ketaatan yang dimulai pada saat kita dibaptis dan dimaksudkan untuk dilanjutkan terus selama hidup kita di tengah dunia ini. Selagi kita memohon kepada Roh Kudus untuk terus membebaskan diri kita dari dosa dan mengajar kita tentang Yesus, Ia akan menulis kebenaran-Nya dalam hati kita dan menggerakkan kita untuk menjadi semakin serupa dengan Juruselamat kita. Kita mengalami proses transformasi ini selagi kita berdoa, merenungkan sabda Allah dalam Kitab Suci, berupaya untuk sungguh saling mengasihi dengan sesama, dan menerima Yesus dalam Sakramen Ekaristi.

Setiap hari, Yesus ingin menyatakan kasih-Nya dan rahmat-Nya kepada kita secara lebih mendalam lagi. Setiap hari, Dia ingin menyembuhkan kita dan mengubah diri kita untuk menjadi semakin serupa dengan rupa dan gambar-Nya. Sebagaimana kita membutuhkan makanan setiap hari agar dapat survive, demikian pula kita membutuhkan Yesus, sang “roti kehidupan” setiap hari. Kuat-kuasa-Nya yang bekerja dalam diri kita masing-masing dapat membuat kita menjadi “manusia baru” yang memiliki semangat berkobar-kobar untuk mengikuti jalan transformasi-Nya.

DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah memberikan kepada kami Yesus, sang “Roti Kehidupan”. Lanjutkanlah pekerjaan-Mu, ya Allah, dalam diri kami, membuka hati dan pikiran kami bagi Roh Kudus. Hari ini dan setiap hari, kami ingin mengalami secara lebih mendalam lagi hidup kekal yang Engkau telah janjikan kepada kami. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kis 8:26-40), bacalah tulisan yang berjudul “ROH KUDUS JUGA INGIN BERKARYA MELALUI DIRI KITA” (bacaan tanggal 18-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 27-4-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 17 April 2024 [SFD: Peringatan Hari Mandiri SFD Indonesia]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS