EKARISTI MENUNTUT IMAN YANG LEBIH KUAT

 (Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III  Paskah – Sabtu, 20 April 2024)

Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggaup mendengarkannya?” Yesus yang di dalam hati-Nya tahu bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka, “Apakah perkataan itu mengguncangkan kamu? Bagaimana jika kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata, “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Mulai saat itu banyak murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Lalu kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Engkau memiliki perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu bahwa Engkaulah Yang Kudus dari Allah.” (Yoh 6:60-69)

Bacaan Pertama: Kis 9:31-42; Mazmur Tanggapan: Mzm 116:12-17

Yesus mengetahui bahwa Ekaristi menuntut iman – iman yang lebih kuat dan kuat lagi. Oleh karena itu Dia bersabda, “Roh-lah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya”  (Yoh 6:63-64a).

Para kudus memiliki rasa lapar yang sehat akan Kristus. Mereka lebih merasa puas dan dikenyangkan dengan Tuhan Ekaristik daripada kita semua. Beberapa dari kita bahkan sudah sangat dekat dengan titik nol … “tidak percaya”, seperti disinyalir oleh Yesus. Jadi, kita sungguh membutuhkan iman-kepercayaan yang lebih kuat lagi dan harus berjuang keras untuk mencapainya.

Para pemburu atau orang-orang yang berkemah di hutan, jika tersesat, akan mulai menggunakan kompas untuk mencari arah atau berteriak-teriak kepada teman-teman mereka. Namun semakin lama mereka tersesat dan semakin buruk situasi yang mereka hadapi, maka semakin merasa lapar (dan haus) pula mereka itu. Demikian pula halnya dengan kita: apabila hal-hal menjadi semakin buruk secara spiritual/rohani, maka kita tidak lagi dapat ditolong oleh para sahabat kita, oleh posisi kita, atau oleh harta-milik kita. Kita hanya merasa sangat lapar akan makanan yang bersifat permanen, yaitu Roti Kehidupan.

Kita harus memperkenankan rasa lapar-iman agar terus bertumbuh. Apabila kita tidak memiliki selera rohani, maka seperti layaknya seorang sakit, kita tidak akan menemukan Kristus sebagai Pribadi yang menarik. Bagamana caranya agar kita dapat mengembangkan suatu selera rohani yang sehat? Inilah jawaban yang diberikan oleh Santo Paulus, “… kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Ef 4:22-24). Dengan kata lain, kita harus menyusun skala prioritas dengan benar: dengan menempatkan hal-hal yang penting di atas hal-hal yang kurang penting.  Kita percaya bahwa Yesus adalah Dia yang diutus oleh Bapa surgawi. Yesus sendiri bersabda, “Siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan siapa saja yang melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku” (Yoh 12:44-45).

Kita tahu bahwa menaruh kepercayaan pada seorang sahabat bertumbuh lewat pengalaman-pengalaman yang di-sharing-kan bersama. Kita mulai menggantungkan diri pada sahabat itu untuk dukungan, nasihat dan sharing berbagai persoalan, baik yang sulit-menyedihkan maupun yang penuh sukacita. Demikianlah bagaimana selera rohani kita menjadi sehat: dengan kontak yang sering dengan Yesus. Semakin sering kita sharing berbagai persoalan dan sukacita kita dengan diri-Nya, semakin kuat pula persahabatan kita jadinya. Semakin sering kita makan sang Roti Kehidupan, semakin besar pula kepenuhan kehadiran-Nya. Persahabatan dan kepenuhan yang semakin intensif akan berakibat pada iman-kepercayaan yang semakin kuat dan kesehatan rohani yang semakin bertumbuh.

Maka, sebagai murid-murid-Nya yang setia, seperti Simon Petrus, kita masing-masing pun dapat berkata kepada Yesus, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Engkau memiliki perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu bahwa Engkaulah Yang Kudus dari Allah” (Yoh 6:68-69).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah roti yang turun dari surga untuk mengangkat kami ke surga. Engkaulah Yang Kudus dari Allah. Engkau memberikan Ekaristi kepada kami. Engkau datang untuk menemui kami dalam doa dan dalam sabda-Mu dalam Kitab Suci, dan Engkau menguatkan kami dan mencurahkan kasih-Mu ke atas diri kami setiap hari. Tolonglah agar kami dapat memegang segala karunia sangat berharga yang telah Kauberikan kepada kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kis 9:31-42), bacalah tulisan yang berjudul “DI BELAKANG SETIAP MUKJIZAT, ADA SUMBER UNIK YANG SAMA, YAITU YESUS KRISTUS” (bacaan tanggal 20-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-4-23)

Cilandak, 19 April 2024 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS