Posts tagged ‘SAKSI KRISTUS’

ANAK MANUSIA HARUS DITINGGIKAN

ANAK MANUSIA HARUS DITINGGIKAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU PRAPASKAH IV [Tahun B], 10 Maret 2024)

“Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan supaya dunia diselamatkan melalui Dia. Siapa saja yang percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; siapa saja yang tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab siapa saja yang berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak tampak; tetapi siapa saja yang melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata bahwa perbuatan-perbuatan-nya dilakukan dalam Allah.” (Yoh 3:14-21)

Bacaan Pertama: 2Taw 36:14-16,19-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 137:1-6; Bacaan Kedua: Ef 2:4-10

“Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan.” (Yoh 3:14)

Cerita mengenai Musa meninggikan ular tembaga di padang gurun dapat kita baca dalam Kitab Bilangan. Di tengah perjalanan menuju tanah terjanji, bangsa Israel bersungut-sungut; mereka protes dan berkata-kata melawan Allah dan Musa. Lalu TUHAN (YHWH) menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian orang-orang Israel menyesali sikap dan perilaku mereka yang salah dan bertobat. Maka Musa pun melakukan doa syafaat untuk bangsa Israel itu. Kemudian YHWH bersabda kepada Musa untuk membuat ular tedung terbuat dari tembaga dan ditaruh pada sebuah tiang. Jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, maka ia akan tetap hidup. Dengan demikian, ular tembaga yang ditinggikan itu telah menyelamatkan orang Israel dari maut (baca Bil 21:4-9). Dengan membuat alusi pada pengorbanan-Nya di kayu salib, Yesus menyatakan bahwa Dia pun harus “ditinggikan” jika dunia ingin diselamatkan dari maut (lihat Yoh 3:14).

Uraian singkat di atas menunjukkan bahwa ular tembaga yang ditinggikan adalah pralambang dari Yesus yang ditinggikan di kayu salib. Orang-orang Israel yang dipagut ular tedung memandang dengan hati percaya kepada tanda – ular tembaga itu – yang ditinggikan pada tiang kayu  dan mereka selamat dan tetap hidup. Demikian pula kita memandang dengan hati percaya kepada Anak Manusia yang ditinggikan di kayu salib di bukit Kalvari, dan kita pun selamat dan memperoleh kehidupan kekal.

O sungguh besarlah kasih Allah kepada kita semua. Tetapi Dia juga mengundang kita untuk menyatukan setiap derita kita dengan sengsara Kristus. Allah mengundang kita agar dalam setiap pencobaan dan kekecewaan yang kita alami, melihat satu titik terang ini: yaitu bahwa Yesus Kristus pun menderita karena dosa-dosa kita. Justru sengsara-Nya yang mahadahsyat itu menjadi Dia indah dan membawa-Nya kepada kemuliaan yang agung.

Sengsara Kristus membawa manfaat tak ternilai harganya bagi kita semua. Demikian pula, sengsara kita membawa manfaat bagi mereka yang kita kasihi, mendatangkan bela rasa dan kasih Allah bagi kita dan bagi mereka yang kita kasihi. Oleh karena itu marilah kita tetap tabah dalam setiap penderitaan – baik lahir maupun batin.

Sebelum menutup permenungan kita kali ini, baiklah kita lihat apa yang ditulis oleh Santo Paulus dalam bacaan kedua hari ini:“Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita – oleh anugerah kamu diselamatkan”(Ef 2:4-5). Walaupun sejarah seringkali menunjukkan kekurang-ajaran manusia terhadap-Nya, “Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan supaya dunia diselamatkan melalui Dia” (Yoh 3:17).

Belas kasih Allah memancar keluar dari kedalaman kasih-Nya bagi kita dan tidak tergantung pada pekerjaan atau perbuatan baik kita. Yang perlu kita lakukan adalah dengan kerendahan hati memohon kepada-Nya agar meningkatkan atau membesarkan iman kita. Dia masuk ke dalam hati kita pada waktu kita dibaptis dan Ia akan memperdalam karya penyelamatan-Nya selagi kita duduk bersimpuh di kaki salib dan memandang Dia yang ditinggikan, Putera-Nya sendiri: sang Tersalib!

DOA: Bapa surgawi, kami sering bersikap dan berperilaku seperti orang-orang Israel pada zaman dahulu yang meninggalkan Engkau. Tolonglah kami agar mau dan mampu menenangkan hati kami, sehingga dengan demikian kami dapat mendengar suara-Mu dan menerima belas kasih-Mu yang berlimpah itu. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu, berdayakanlah kami untuk menunjukkan kepada orang-orang lain kasih dan kerahiman sama yang Engkau telah tunjukkan kepada kami. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Perantara kami yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persekutuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 3:14-21), bacalah tulisan yang berjudul “KARENA ALLAH BEGITU MENGASIHI DUNIA INI ……” (bacaan tanggal 10-3-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-03 BACAAN HARIAN MARET 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 14-3-21 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 9 Maret 2024 [Pfak S. Fransiska Romana]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENGAMPUNI, MENGAMPUNI, MENGAMPUNI ……

MENGAMPUNI, MENGAMPUNI, MENGAMPUNI ……

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Prapaskah – Selasa, 5 Maret 2024)

Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus, “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali? Yesus berkata kepadanya, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Sebab hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak istrinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Lalu sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunasi. Tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.

Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Lalu sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunasi. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai ia melunasi hutangnya.

Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Kemudian raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohon kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Tuannya itu pun marah dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunasi seluruh hutangnya.

Demikian juga yang akan diperbuat oleh Bapa-Ku yang di surga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” (Mat 18:21-35)

Bacaan Pertama: Dan 3:25,34-43; Mazmur Tanggapan: Mzm 25:4bc-5ab,6-7bc,8-9

Petrus bertanya kepada Yesus berapa kali dia harus mengampuni seseorang yang berdosa terhadap dirinya: “Sampai tujuh kali?” (Mat 18:21), barangkali angka 7 (tujuh) bagi Petrus sudah merupakan angka kemurahan-hati yang luar biasa ……, artinya untuk ukuran Petrus. Yesus menjawab, “Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (Mat 18:22). Dengan mengikuti tradisi Yahudi, Petrus berpikir bahwa setelah seseorang berdosa terhadap dirinya sejumlah tertentu maka diperbolehkanlah bagi dirinya untuk tidak mengampuni. Akan tetapi Yesus mengajarkan bahwa kita harus senantiasa mengampuni orang yang berdosa terhadap diri kita, berapa kali pun orang itu berdosa terhadap diri kita.

Hampir semua orang Kristiani mengetahui ajaran Yesus ini, dan kita ditantang untuk mengampuni orang lain yang berdosa terhadap diri kita karena inilah yang diperintahkan oleh Yesus. Namun, apakah realitasnya dalam kehidupan kita? Apakah kita sungguh mengampuni orang-orang lain “dari hati kita” (Mat 18:35)? Atau apakah kita menolak untuk mengampuni orang-orang yang berulang kali menyakiti hati kita?

Dasar dari kemampuan kita untuk mengampuni orang-orang lain secara mendalam adalah pengampunan Allah atas diri kita. Raja dalam perumpamaan Yesus hari ini – yang melambangkan Allah sendiri – mengampuni utang yang besar dari seorang hambanya, semua dianggap lunas. Akan tetapi hambanya ini tidak mengampuni seperti dirinya sendiri diampuni oleh sang raja, dengan demikian ia ditegur keras. Ia tidak menyadari betapa besar belas kasih yang telah ditunjukkan oleh sang raja bagi dirinya.

Kita dipanggil untuk mengampuni orang-orang lain yang melukai dan berdosa terhadap diri kita karena Allah sendiri telah mengampuni dosa-dosa kita terhadap-Nya. Baik “Doa Bapa Kami” (Mat 6:12) maupun perumpamaan Yesus hari ini membuat jelas pokok ini. Apabila kita merenungkan kebesaran/keagungan dari pengampunan Allah dan belas kasih-Nya yang terbukti dalam kematian Yesus di kayu salib, maka kita pun tertantang untuk mengampuni orang-orang lain dari kedalaman hati kita dan dengan penuh sukacita mengikuti jejak Yesus.

Bagaimana kiranya kita dapat menjadi orang Kristiani yang penuh pengampunan? Pertama-tama, marilah kita memohon kepada Roh Kudus untuk membuat nyata bagi kita pengampunan penuh kasih yang telah kita terima dari Bapa surgawi. Baiklah kita juga menerima rahmat yang telah diberikan Allah kepada kita untuk mengampuni, karena pengampunan adalah karya Allah di dalam diri kita. Kemudian, dalam terang belas kasih Allah dan diberdayakan oleh rahmat-Nya, kita pun dapat mulai mengampuni orang-orang lain. Seringkali hal ini tidaklah mudah, dan kita mungkin perlu mengucapkan pengampunan kita kepada Allah dalam doa, atau bahkan kepada orang yang perlu kita ampuni. Akan tetapi ketika kita sungguh mengampuni seseorang dari hati, meka kita pun menerima kebebasan dan pembersihan, dan kita mampu untuk maju terus dalam kehidupan ini, bahkan membangun relasi cintakasih yang lebih kuat lagi.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku menyadari bahwa sukar bagiku untuk mengampuni orang yang berdosa terhadap diriku. Roh-Mu adalah Roh pengampunan sedangkan roh yang tidak mau mengampuni berasal dari si Jahat. Namun dengan kekuatanku sendiri, aku tidak akan mampu mengampuni orang-orang yang telah mendzolimi aku. Aku percaya bahwa Engkau telah menang atas kuasa Iblis. Taruhlah Roh-Mu yang kudus ke dalam hatiku agar aku dapat mengampuni. Terima kasih, ya Tuhan Yesus. Terpujilah nama-Mu selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 18:21-35), bacalah tulisan yang berjudul “PENGAMPUNAN ADALAH ANUGERAH” (bacaan tanggal 5-3-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-03 BACAAN HARIAN MARET 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 14-3-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 4 Maret 2024 [Pfak S. Kasimirus]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENANTIKAN KEDATANGAN KRISTUS DALAM MASA ADVEN

MENANTIKAN KEDATANGAN KRISTUS DALAM MASA ADVEN

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU ADVEN II [TAHUN B], 10 Desember 2023)

Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah. Seperti ada tertulis dalam kitab Nabi Yesaya, “Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, Ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun, Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya”, demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan memberitakan baptisan tobat untuk pengampunan dosa. Maka berdatanganlah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis olehnya di Sungai Yordan. Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. Ia memberitakan demikian, “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa daripada aku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.”  (Mrk 1:1-8)

Bacaan Pertama: Yes 40:1-5,9-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 85:9-14; Bacaan Kedua 2Ptr 3:8-14

Pembukaan Injil Markus ini hanya terdiri dari 1 (satu) ayat saja: “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah” (Mrk 1:1). Singkat-padat dan tentunya penuh makna karena pada saat-saat kematian Yesus, ada seorang saksi mata, yaitu seorang perwira serdadu Romawi (kafir) berkomentar: “Sungguh, orang ini anak Allah!” (Mrk 15:39). Ada kaitannya? Tentu ada, karena Markus tidak menulis Injilnya untuk orang-orang Yahudi. Kita akan membahasnya dalam kesempatan lain, ya. Bagian selebihnya dari bacaan Injil hari ini (Mrk 1:2-8) adalah mengenai pemenuhan nubuat-nubuat dalam diri Yohanes Pembaptis (Mrk 1:2-6) dan tentang pewartaannya mengenai seseorang yang lebih berkuasa yang akan datang setelah dia (Mrk 1:7-8).

Menurut semua penulis Injil, Yohanes Pembaptis adalah seorang yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Mengapa? Karena Yohanes memberitakan baptisan tobat untuk pengampunan dosa. Dia menyerukan pertobatan dan kepada orang-orang yang bertobat dia membaptis mereka di sungai Yordan. Pembaptisan oleh Yohanes adalah tanda pertobatan dan pengampunan dosa.

Markus sama sekali tidak menjelaskan latar belakang pemunculan Yohanes Pembaptis. Ada apa gerangan sampai dia menyerukan pertobatan? Apakah ada situasi krisis? Kemungkinan besar Yohanes Pembaptis melihat bahwa Tuhan akan datang untuk mengadili umat-Nya. Untuk mempersiapkan diri menghadapi hari pengadilan itu perlu ada pertobatan nasional (bdk. Yl 2:12-17). Hal ini dapat kita simpulkan dari Injil Matius (Mat 3:7-12) dan Lukas (Luk 3:7-9). Seruan pertobatan ini sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan kelahiran Yesus ke dalam dunia. Akan tetapi, seruan ini oleh para penulis Injil digandengkan dengan Yesus dan dihubungkan dengan penampilan-Nya di depan umum. Markus melihat Yohanes Pembaptis sebagai nabi dan Elia baru karena dia memakai jubah bulu unta dan berikat pinggang kulit (bdk. 2 Raj 1:8).

Yohanes Pembaptis mempersiapkan kemunculan Yesus di depan umum karena dia juga memperkenalkan Yesus kepada orang banyak walaupun tidak dengan menyebutkan nama-Nya. Sesudah dia akan datang seorang yang lebih berkuasa daripada dia. Di hadapan-Nya dirinya sama sekali tidak punya arti, tidak lain daripada seorang hamba, ya bahkan lebih rendah dari seorang hamba. Mengapa? Karena dia hanya membaptis orang dengan air, tetapi Dia yang akan datang akan membaptis dengan Roh Kudus. Kata-kata ini ditulis bagi orang Kristiani,  bukan untuk diwartakan kepada orang Yahudi.

Injil hari Minggu Adven II dan III mengedepankan Yohanes Pembaptis sebagai seorang tokoh yang mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Yohanes Pembaptis tidak ditampilkan sebagai seorang teladan. Dia menjadi seorang nabi yang mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus Kristus karena seruan pertobatannya dan karena memperkenalkan apa yang akan dilakukan oleh-Nya.

Pertobatan yang diserukan oleh Yohanes Pembaptis adalah dalam hubungannya dengan kedatangan Tuhan Yesus Kristus untuk mengadili umat manusia. Tema ini sebenarnya sangat sesuai dengan Adven seperti tampak  pada hari Minggu I Adven, tetapi terdesak dalam kesadaran umat dan gembala karena kesibukan kita yang terlalu kuat dengan hal-hal sekarang dan dari dunia ini. Berkat iman-kepercayaan kita kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita semua telah menjadi kaya dan tidak berkekurangan sesuatu pun dalam anugerah. Oleh karena itu, kita harus hidup tak bercacat sampai pada hari Tuhan kita Yesus Kristus yakni sampai Dia datang untuk menyatakan diri-Nya dengan kekuasaan dan kemuliaan (lihat 1Kor 1:3-9). Adven mengingatkan kita untuk hidup dengan selalu mengarahkan pandangan kita kepada Dia yang akan datang.  Itulah pertobatan kita. Kita tidak perlu takut untuk mengatakan: “Datanglah Yesus dan nyatakanlah kuasa-Mu!”

Bacaan Injil hari juga mengingatkan kita bahwa Kristus datang untuk membaptis kita dengan Roh Kudus. Kebenaran ini pun harus diwartakan pada hari ini karena sangat sesuai dengan misteri Natal. Tuhan datang untuk menolong kita manusia yang lemah, yang tidak mampu berjalan menuju kepada Allah dengan kekuatan sendiri. Apabila kita menghubungkan tema ini dengan tema sebelumnya, maka kelihatannya seperti kita harus hidup di antara dua kedatangan Yesus. Yang pertama pada akhir waktu, sedangkan yang kedua dalam waktu. Kita dibaptis dengan Roh Kudus untuk hidup dalam waktu, yakni supaya kita diubah dan mampu berjalan mengikuti jejak Kristus dalam dunia ini menyongsong kedatangan-Nya. Mata kita harus memandang  kepada yang akhir supaya kita belajar hidup dalam waktu. Yesus datang untuk membaptis kita dengan Roh-Nya agar kita belajar hidup dalam waktu dengan tidak bercacat dan menyongsong-Nya.

DOA: Bapa surgawi, oleh kuasa Roh Kudus-Mu, bekerjalah dalam diriku. Ratakanlah berbagai gunung dan bukit dalam diriku sehingga dapat menjadi jalan rata bagi kedatangan kembali Tuhan Yesus Kristus  kelak. Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Seperti pada permulaan, sekarang dan sepanjang segala abad. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Yes 40:1-5,9-11], bacalah tulisan yang berjudul “NUBUAT NABI YESAYA BERKAITAN DENGAN KEDATANGAN YESUS KE DUNIA” (bacaan tanggal 16-12-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-12 BACAAN HARIAN DESEMBER 2023.

Cilandak, 9 Desember 2023 [Pfak S. Juan Diego]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

CERITA TENTANG SANTO ANDREAS – SALAH SEORANG DARI DUA BELAS RASUL YESUS

CERITA TENTANG SANTO ANDREAS – SALAH SEORANG DARI DUA BELAS RASUL YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta S. Andreas, Rasul – Kamis, 30 November 2023)

Ketika Yesus sedang berjalan menyusur Danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka, “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya dua orang bersaudara yang lain lagi, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu ayahnya, lalu mengikuti Dia. (Mat 4:18-22)

Bacaan Pertama: Rm 10:9-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:2-5

Mengapa Andreas sampai meninggalkan segalanya untuk mengikut Yesus? Sungguh sesuatu hal yang drastis untuk dilakukan oleh seseorang! Apakah Andreas seorang “gelandangan” yang mempunyai banyak uang? Bukan! Ia kelihatannya hidup baik bersama saudara laki-lakinya – Simon – dalam bisnis perikanan. Namun ada sesuatu tentang Yesus yang mendorong suatu hasrat dalam hatinya, dan Andreas memperkenankan dorongan itu menjadi suatu semangat yang berkobar-kobar.

Bahkan sebelum Andreas bertemu dengan Yesus, Allah telah mempersiapkan dirinya. Andreas telah mengikuti Yohanes Pembaptis dan telah merangkul panggilan sang nabi untuk melakukan pertobatan. Bersama Yohanes Pembaptis, dia menantikan kedatangan Dia yang akan membaptis tidak dengan air, melainkan dengan Roh Kudus (lihat Yoh 1:33). Andreas mendengar Yesus memproklamasikan bahwa “Kerajaan Surga sudah dekat” (Mat 4:17) dan ia juga menyaksikan sendiri Kerajaan ini dalam mukjizat penangkapan ikan (lihat Luk 5:4-7). Andreas mengamati relasi pribadi Yesus dengan Bapa-Nya dan ia tahu bahwa Yesus menawarkan hidup ini kepada siapa saja yang mengikut-Nya sebagai murid. Yesus menyatakan Kerajaan Surga dengan begitu jelas sehingga ketika Andreas mengatakan kepada saudaranya Simon tentang Yesus, dengan sederhana dia berkata: “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)” (Yoh 1:41).

Dengan demikian, tidak mengherankanlah bahwa ketika Yesus memanggilnya, Andreas siap untuk meninggalkan segalanya. Dan perubahan hidupnya tidak sampai di situ saja, karena Andreas  telah menjadi penjala manusia dalam artian sesungguhnya. Andreas menanggapi panggilan Yesus secara langsung dan sebagai akibatnya dia menjadi seorang manusia baru.

Seperti Andreas, kita juga telah diundang untuk mengikut Yesus sebagai murid-murid-Nya. Kita telah mendengar Injil dan mengalami sentuhan Tuhan yang penuh kasih. Sekarang, dengan berjalannya waktu, Allah ingin agar kita masing-masing mengembangkan sebuah hati yang mencari. Seandainya Andreas tidak mencari sesuatu yang lebih mendalam daripada suatu kehidupan rutin dalam dunia ini, akankah dia menjadi begitu terbuka terhadap undangan Yesus? Rasa lapar dan hausnya akan sesuatu yang lebih dapat menjadi suatu contoh kuat bagi kita semua.

Oleh karena itu, Saudari dan Saudaraku, marilah kita mencari Tuhan pada hari ini. Marilah kita berjaga-jaga dengan kepekaan dan kewaspadaan terhadap apa pun dorongan Roh Kudus, ke mana pun Ia ingin membawa kita. Roh Kudus dapat saja menggunakan waktu doa kita, sepotong nas Kitab Suci, seorang sahabat, suatu masalah, atau bahwa sebuah acara televisi untuk menarik kita lebih dekat lagi dengan Yesus. Bagaimana pun cara-Nya mengundang kita, kita (anda dan saya) harus menanggapinya dengan penuh semangat positif, karena kita mengetahui bahwa rahmat, sukacita dan kedekatan dengan Yesus adalah bagian kita untuk mencicipinya.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku mendengar panggilan-Mu, dan aku ingin menanggapinya. Di sinilah aku, ya Tuhan. Lalukanlah apa saja atas diriku seturut kehendak-Mu. Utuslah aku untuk pergi ke mana saja seturut kehendak-Mu. Aku hanya ingin mengikut Engkau sebagai murid-Mu yang setia. Terima kasih, ya Tuhan Yesus; terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Rm 10:9-18), bacalah tulisan yang berjudul “ANDREAS, SALAH SEORANG MURID YESUS YANG PERTAMA” (bacaan tanggal 30-11-23) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-11 BACAAN HARIAN NOVEMBER 2023.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 30-11-21 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 29 November 2023 [Keluarga Besar Fransiskan: Pesta Semua Orang Kudus Fransiskan]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

CERITA TENTANG DUA ORANG RASUL KRISTUS

CERITA TENTANG DUA ORANG RASUL KRISTUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta Santo Simon dan Yudas, Rasul – Sabtu,  28 Oktober 2023)

Pada hari-hari itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudaranya, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.

Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: Di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat disembuhkan. Semua orang banyak itu berusaha menyentuh Dia, karena ada kuasa yang keluar dari Dia dan menyembuhkan semua orang itu.  (Luk 6: 12-19) 

Bacaan Pertama: Ef 2:19-22; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:2-5

Hari ini kita merayakan Pesta dua orang  rasul yang kurang dikenal, yaitu Santo Simon orang Zelot dan Santo Yudas. Kita tidak dapat belajar banyak tentang mereka dalam keempat Injil. Kita tahu bahwa Simon dilahirkan di Kana dan dipanggil sebagai “orang Zelot” (lihat Mat 10:4; Luk 6:15). Kemungkinan besar dia mempunyai pandangan-pandangan politik sebuah kelompok radikal yang percaya bahwa semua cara (termasuk kekerasan) dapat dibenarkan guna mencapai kemerdekaan bangsa Yahudi. “Orang Zelot” pada umumnya berarti seorang anggota gerakan melawan pendudukan Roma di tanah Palestina yang dimulai pada tahun 63 SM. 

Yudas adalah rasul yang pada waktu perjamuan terakhir bertanya kepada Tuhan Yesus, “Tuhan, apa sebabnya Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?” (Yoh 14:22). Dalam “Surat Yudas”, Yudas menyandang predikat “hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus” (Yud 1:1) dan diidentifikasikan sebagai penulis “Surat Yudas” itu sendiri.  Namun banyak ahli mempunyai pandangan bahwa penulis surat tersebut menggunakan “nama samaran”. Para ahli ini bersepakat bahwa Yudas penulis surat (epistola) ini bukanlah anak Yakobus (Yudas bin Yakobus), seperti diidentifikasikan dalam Luk 6:16 dan Kis 1:13 sebagai salah seorang rasul. Dalam Mat 10:2-4 dan Mrk 3:16-19, yang muncul adalah nama “Tadeus”. Secara tradisional, Yudas diidentifikasikan dengan Yudas, salah seorang “saudara Tuhan” (Mat 13:55; Mrk 6:3; bdk. Kis 1:14; 1Kor 9:5). Identifikasinya dengan rasul Yudas dalam Yoh 14:22 masih dapat dipertanyakan. 

Kendati Santo Simon dan Santo Yudas praktis telah “hilang” dalam sejarah yang serba tidak jelas, kita tahu dan yakin sekali bahwa Allah telah melakukan karya-rahmat dalam diri kedua orang rasul ini. Tentunya mereka – seperti para rasul lainnya – mempunyai banyak kesempatan untuk bersama sang Guru – melakukan tanya-jawab dengan-Nya serta menyadari dalam hati mereka masing-masing bahwa Guru dan Tuhan mereka sangat mengasihi mereka seperti juga halnya dengan para rasul/murid lainnya. Setelah menerima “Amanat Agung” dari Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga (Mat 28:19-20) dan mengalami pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kis 2:1 dsj.), maka dapat dipastikan bahwa mereka pun dengan aktif mewartakan kabar baik keselamatan kepada dunia. 

Baik Santo Simon maupun Santo Yudas menanggapi dengan benar rahmat yang telah dicurahkan Allah kepada mereka masing-masing. Oleh rahmat itu, mereka diberdayakan untuk percaya kepada Yesus dan melaksanakan misi-pelayanan yang telah disiapkan Allah bagi mereka masing-masing. Yesus juga mengharapkan tanggapan yang sama dari kita semua. Iblis tentunya selalu ingin meyakinkan kita bahwa rahmat Allah berada di luar jangkauan kita. Dalam hal ini kita harus yakin akan sebuah kebenaran yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, yaitu bahwa rahmat dan segala kebaikan Allah kepada kita bukanlah disebabkan oleh kerja keras kita sendiri. Rahmat Allah dianugerahkan kepada kita secara bebas, secara gratis setiap saat dan setiap hari (Latin: gratia; gratis). Peran kita hanyalah untuk membuka hati dan menerima rahmat yang diberikan Allah itu. 

Orang-orang yang dibaptis dalam nama Allah Tritunggal dan menghayati iman-kepercayaan kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka memperoleh privilese untuk mengalami rahmat Allah dalam hidup mereka. Namun sayangnya, kita kadang-kadang memperkenankan adanya berbagai rintangan yang menghalangi kita untuk memperoleh rahmat itu. Bisa saja hati kita sudah terpaku pada rencana-rencana lain yang mungkin bertentangan dengan rencana-rencana Yesus bagi kita. Barangkali juga kita terlalu memperkenankan (bahkan menikmati) pelanturan-pelanturan yang terjadi pada waktu kita berdoa dan kurang peka terhadap kehadiran Tuhan. Sementara kita membuang rencana-rencana kita dan menerima apa yang dikehendaki Allah dari kehidupan kita, maka kita pun akan menjadi pelaksana yang lebih efektif dari rahmat-Nya. 

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau telah memilih diriku untuk menjadi milik-Mu sendiri. Ampunilah dosa-dosaku karena tidak jarang aku membiarkan rahmat-Mu terhalang untuk masuk ke dalam hatiku. Aku terlalu sibuk berupaya lewat berbagai cara – namun dengan mengandalkan kekuatanku sendiri – untuk membuat diriku pantas menerima rahmat-Mu. Di lain pihak, aku juga sering terpengaruh oleh berbagai bentuk pelanturan pada waktu aku berdoa, aku bahkan menikmati pelanturan-pelanturan tersebut. Tuhan Yesus, seperti halnya Santo Simon dan Santo Yudas, perkenankanlah Roh Kudus-Mu untuk membuat aku memiliki sikap reseptif terhadap rancangan-rancangan-Mu dan berani membuang rancangan-rancanganku sendiri. Hari ini, ya Tuhan Yesus Kristus, datanglah kerajaan-Mu, baik dalam kehidupanku sendiri maupun dalam kehidupan orang-orang yang kutemui. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Ef 2:19-22), bacalah tulisan yang berjudul “SIMON DAN YUDAS: DUA ORANG RASUL KRISTUS YANG KURANG DIKENAL” (bacaan tanggal 28-10-23) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-10  BACAAN HARIAN OKTOBER 2023.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 28-10-21 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak,  27 Oktober 2023

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ALLAH INGIN MEMBERIKAN KEPADA KITA SUATU IMAN YANG HIDUP

ALLAH INGIN MEMBERIKAN KEPADA KITA SUATU IMAN YANG HIDUP

(Bacaan  Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVIII – Sabtu, 21 Oktober 2023)

OSU: HR S. Ursula, Perawan Martir – Pelindung Tarekat

MSC/PBHK: HR Wafat Pendiri

Sebab janji kepada Abraham dan keturunannya bahwa ia akan memiliki dunia, tidak berdasarkan hukum Taurat tetapi berdasarkan pembenaran melalui iman.

Karena itu, janji tersebut berdasarkan iman supaya sesuai dengan anugerah, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapak kita semua, – seperti ada tertulis: “Engkau telah Kutetapkan menjadi bapak banyak bangsa” – di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada. Sebab sekali pun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya bahwa ia akan menjadi bapak banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan, “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” (Rm 4:13,16-18) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 105:6-9, 42-43; Bacaan Injil: Luk 12:8-12

Pusat ajaran Santo Paulus dalam bagian surat ini adalah perbedaan antara janji-janji Allah dan hukum-hukum-Nya. Allah menjanjikan kepada Abraham bahwa apabila dia percaya, maka turunannya akan menjadi sebuah bangsa besar, yang pada akhirnya menjadi berkat bagi seluruh dunia (Kej 12:2-3). Kepada Musa, Allah memberikan hukum-Nya – jalan di dalam mana Dia memanggil umat-Nya untuk bertindak-tanduk dan membawa diri mereka dalam kehidupan ini. Di sini Paulus mengemukakan perbedaan hakiki antara iman dan hukum-hukum Allah, atau antara apa yang kita percayai dan apa yang kita lakukan.

Orang-orang Yahudi bergumul dengan pertanyaan bagaimana mereka dapat masuk ke dalam suatu hubungan yang benar dengan Allah dan mewariskan janji-janji-Nya. Bagi sebagian orang Yahudi, jawaban atas pertanyaan tersebut adalah kepatuhan yang ketat pada hukum Musa, teristimewa hukum-hukum rituale yang menyangkut penyunatan, batasan-batasan soal makanan, dan persembahan-persembahan kurban. Masalahnya adalah, apabila keselamatan tergantung pada upaya orang untuk menepati semua hukum dan ritus yang diwajibkan, maka semua ini adalah merupakan hal yang tidak mungkin dapat dicapai. Paulus mengemukakan, bahwa sementara kita semua diperintahkan untuk mentaati hukum Allah, tidak seorang pun dapat memenuhi semua perintah itu dengan cukup baik untuk memperoleh keselamatan.

Bagaimana kita mewariskan janji Allah? Paulus menanggapi pertanyaan ini seperti berikut: “Janji tersebut berdasarkan iman supaya sesuai dengan anugerah, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham” (Rm 4:16). Karena Allah adalah ‘seorang’ Bapa yang sangat mengasihi, Dia memberikan kepada kita pengharapan akan kebahagiaan tanpa akhir dan persatuan dengan-Nya, suatu pengharapan yang kita peroleh karena iman. Allah ingin memberikan kepada kita suatu iman yang hidup, suatu iman yang diberdayakan oleh Roh Kudus yang dapat mengangkat kita sampai ke tataran yang melampaui urusan-urusan duniawi, dan mempersatukan kita dengan Yesus.

Kalau begitu, bagaimana seharusnya iman kita terlihat oleh orang-orang lain? Sebagaimana ditunjukkan oleh kehidupan Abraham, iman kita harus melampaui intelek agar mampu mencakup setiap bagian kehidupan kita – pilihan-pilihan yang kita buat, afeksi-afeksi hati kita, hal-hal yang kita harap-harapkan. Kita semua yang telah dibaptis dalam nama Yesus, sesungguhnya telah dibaptis ke dalam iman Abraham – iman satu-satunya yang dapat membuat kita benar di hadapan Allah. Oleh karena itu baiklah kita dengan teguh berpegang pada iman itu dan memperkenankan kasih Allah Bapa yang memiliki daya-transformasi itu supaya meningkat dalam hati kita masing-masing.

DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah menyatakan kasih-Mu melalui Yesus Kristus. Kami percaya bahwa Roh Kudus-Mu akan terus membimbing hidup kami masing-masing. Tingkatkanlah iman kami sehingga kami dapat menikmati kegembiraan dan sukacita kehidupan kekal di hadapan hadirat-Mu. Amin.

Catatan: Untuk melihat uraian tentang bacaan Injil hari ini (Luk 12:8-12), bacalah tulisan yang berjudul “MENGAKUI YESUS DI DEPAN MANUSIA” (bacaan tanggal 21-10-23) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2023.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 16-10-21 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 20 Oktober 2023 [FMM: Pw Beatifikasi B. Marie de la Passion]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PANGGILAN KEPADA KITA UNTUK MELAKUKAN EVANGELISASI

PANGGILAN KEPADA KITA UNTUK MELAKUKAN EVANGELISASI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta Santo Lukas, Penulis Injil – Rabu, 18 Oktober 2023)

Setelah itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan pemilik tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau kantong perbekalan atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal padanya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.” (Luk 10:1-9)

Bacaan Pertama: 2Tim 4:10-17a; Mazmur: Mzm 145:10-13ab,17-18

Bacaan Injil hari ini – dalam versinya yang lebih panjang (Luk 10:1-12) – merupakan bacaan Injil untuk Misa Kudus hari biasa pekan biasa XXVI – Kamis, sekitar dua pekan lalu. Jadi, sudah kita soroti dan renungkan bersama pesannya, yaitu berkaitan dengan perutusan tujuh puluh orang murid Yesus. Dengan demikian pada hari Pesta Santo Lukas, Penginjil, baiklah kita soroti orang kudus ini dan sedikit mengulas mengenai karya evangelisasinya.

Santo Lukas bukanlah seorang saksi langsung dari kehidupan Yesus. Ia tidak menjadi seorang yang percaya akan keselamatan yang datang dari Yesus Kristus sampai dia mendengar pewartaan Injil dari seorang lain. Tetapi setelah itu, karena diberdayakan oleh Roh Kudus, Lukas berpartisipasi dalam pewartaan Injil seturut amanat agung Yesus (the great commission) yang tercatat dalam Injil Matius (Mat 28:18-20). Lukas melakukan perjalanan bersama Paulus sebagai seorang anggota tim misioner sang Rasul, dan membuat Yesus Kristus dikenal di Timur Dekat dan Eropa, barangkali dengan “biaya” yang harus ditanggungnya, dalam hal ini karirnya sebagai seorang tabib.

Kita semua telah dipanggil oleh Allah untuk melakukan evangelisasi, namun seringkali kita masih saja mempunyai pikiran yang bernada negatif: “Aku tidak pernah dapat menjadi Santo Lukas”. Dalam hal ini mungkin kata-kata penuh hikmat yang pernah diucapkan oleh Bunda Teresa dari Kalkuta dapat menolong kita. Seorang pengunjung di Kalkuta berkata kepada Bunda Teresa: “Bunda, engkau telah melakukan sedemikian banyak bagi orang-orang miskin. Engkau membawa Injil cintakasih kepada orang-orang lain dengan begitu banyak cara. Saya tidak pernah akan sanggup melakukan hal-hal seperti yang telah Bunda lakukan.” Bunda Teresa menjawab: “Mungkin saya melakukan apa yang anda tidak dapat lakukan, namun anda dapat melakukan hal-hal yang saya tidak dapat lakukan. Bersama-sama kita dapat melakukan sesuatu yang indah bagi Allah.”

Namun demikian, di mana kita harus memulainya? Bersama Yesus sendiri! Memberitakan kepada orang-orang lain tentang Tuhan Yesus berarti bersumber dari relasi kita sendiri dengan Dia. Kalau kita setiap hari menyediakan waktu cukup untuk berdoa kepada-Nya, mendengarkan apa yang dikatakan-Nya kepada kita lewat pembacaan dan permenungan Kitab Suci serta mempraktekkannya, maka upaya kita untuk mewartakan Kabar Baik tentang Dia kepada orang lain menjadi suatu tindakan yang alamiah, karena Roh Kudus-Nyalah yang sebenarnya bekerja.

Tanpa harus melakukan perjalanan jauh-jauh seperti yang telah dilakukan oleh Santo Lukas dan Santo Paulus, kita mempunyai banyak sekali peluang untuk memberitakan Injil. Setiap hari kita mempunyai kesempatan untuk memberikan diri kita sendiri kepada orang-orang lain yang kita temui, untuk bercerita kepada orang-orang itu bahwa Allah mengasihi mereka,  kita berdoa untuk mereka dan berbagi iman-kepercayaan kita dengan mereka. Semua tentunya harus dilakukan berdasarkan inspirasi dari Roh Kudus, karena kalau tidak demikian halnya kita dapat saja merasa dan/atau berpikir bahwa kitalah aktor utama dalam setiap karya evangelisasi.

Seperti halnya dengan Santo Lukas dan semua misionaris Gereja Perdana, kita tidak pernah boleh merasa takut dan ciut. Ingatlah bahwa Dia menyertai kita senantiasa sampai akhir zaman (Mat 28:20). Marilah kita terus bertekun dalam upaya kita memberitakan Injil kepada orang-orang di sekeliling kita. Ingatlah yang satu ini, yaitu bahwa Injil atau Kabar Baik adalah “kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Rm 1:16).

DOA: Bapa surgawi, Putera-Mu terkasih mengajarkan kepadaku bahwa cintakasih yang sejati adalah memberikan nyawaku demi sahabat-sahabatku (Yoh 15:13). Oleh Roh Kudus-Mu bentuklah diriku menjadi seperti Santo Lukas yang dengan penuh dedikasi melaksanakan kehendak-Mu dan membangun Tubuh Kristus di dunia. Kemuliaan kepada Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus; seperti pada permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang segala abad. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 10:1-9), bacalah tulisan yang berjudul “SANTO LUKAS MENGALAMI APA ARTINYA DIBERI AMANAT OLEH ALLAH” (bacaan tanggal 18-10-23) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2023.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 18-10-21 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 17 Oktober 2023 [Pw S. Ignatius dari Antiokhia, Uskup Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TUHAN, AJARLAH KAMI BERDOA

TUHAN, AJARLAH KAMI BERDOA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVII – Rabu, 11 Oktober 2023)

Pfak S. Yohanes XXIII, Paus

Pada suatu kali Yesus berdoa di suatu tempat. Ketika Ia selesai berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya, “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya. Jawab Yesus kepada mereka, “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa-dosa kami sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” (Luk 11:1-4)

Bacaan Pertama: Yun 4:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 86:3-6,9-10

Seorang murid Yesus meminta kepada-Nya: “Tuhan, ajarlah kami berdoa” (Luk 11:1). Kemudian Yesus mengajarkan “Doa Bapa Kami” kepada para murid-Nya.

Dalam bagian akhir “Doa Bapa Kami” ini disinggung soal pengampunan. Marilah dalam kesempatan ini kita menyoroti masalah “pengampunan” ini. Kita mengetahui betapa sering Yesus mengatakan kepada kita bahwa segala sesuatu yang kita katakan haruslah riil, harus keluar dari hati, harus murni dan bebas dari kemunafikan.  Di sini jelas Yesus mengajar kita untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita, pengampunan yang keluar dari dalam hati kita manakala kita berdoa, dengan demikian diri kita akan terbuka dan mampu untuk menerima pengampunan dari Bapa surgawi atas dosa-dosa kita.

Apabila kita tidak mengampuni, maka kita sungguh menderita sakit di dalam batin dan kita menghalangi jalan kepada kasih pengampunan Allah. Seorang Kristiani tak boleh mendendam, karena hal itu berasal dari daging, bukan dari roh. Roh Kristus selalu merupakan  Roh Pengampun. Ketika Yesus memperingatkan kita agar tidak menghakimi orang-orang lain, maka yang dimaksudkan-Nya adalah kita tidak membangkitkan tulang-tulang mati dari luka-luka masa lampau. Sebaliknya kita harus memohon kepada Allah supaya “membanjiri” orang-orang itu dengan pengampunan-Nya yang menyembuhkan.

Apabila kita merasa hal ini susah untuk dilakukan, maka kita perlu minta kepada Allah karunia yang paling besar itu, yaitu karunia kesembuhan, kasih yang mengampuni. Yesus tidak akan menolak permintaan kita seperti itu. Dia mengetahui  dengan lebih baik daripada siapa pun juga bagaimana  esensialnya karunia itu bagi kehidupan dan kesehatan rohani kita. Berikut ini adalah sebuah doa yang dapat kita gunakan untuk memohon kepada Yesus agar kepada kita dapat diberikan roh penyembuhan-pengampunan yang sangat berharga itu.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku percaya akan kasih-Mu bagiku yang tanpa batas. Aku berterima kasih kepada-Mu untuk kesetiaan-Mu kepadaku. Aku memuji Engkau untuk kasih-Mu kepadaku yang penuh pengampunan. Engkau mengetahui, ya Tuhan, dosa-dosa apa saja yang telah melukai diriku, dan bagaimana semua itu terjadi. Yesus, bebaskanlah aku dari segala penolakanku. Penuhilah diriku dengan Roh Kudus-Mu, ya Yesus, Roh kasih-Mu yang penuh kuasa untuk mengampuni. Bagikanlah kasih-Mu yang sempurna dengan diriku, agar aku dapat mengampuni semua orang yang pernah bersalah kepadaku, mereka yang pernah menyakiti hatiku. Aku ingin mengampuni mereka sesuai dengan  cara-cara yang Kauajarkan. Tuhan Yesus, aku mohon berkat istimewa dari-Mu atas anak-anak Bapa yang telah menyebabkan aku menderita dan terhina. Dari kedalaman hatiku aku mengampuni setiap pribadi yang telah bersalah kepadaku itu. Berikanlah kepada mereka kasih-Mu secara berlimpah, ya Tuhan Yesus, agar mereka dapat disembuhkan dari luka-luka apa pun dalam kehidupan mereka yang telah menyebabkan mereka melukai orang-orang lain. Aku mengasihi Engkau, Tuhan Yesus yang mahapengampun, karena Engkau membawa kesembuhan ke dalam hidupku. Sembuhkanlah aku, ya Tuhan dan buatlah aku senantiasa terbuka bagi kuasa kasih-Mu. Ampunilah mereka yang sekarang kuampuni, agar kami dapat dipersatukan kembali dalam Hati-Mu. Terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu, ya Yesus, dan terpujilah nama-Mu selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 11:1-4), bacalah tulisan yang berjudul “DOA YANG DIAJARKAN SENDIRI OLEH TUHAN YESUS KRISTUS” (bacaan tanggal 11-10-23) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2023.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 5-10-22 dalam situs/blog SANG SABDA)

Kepada saudari dan saudara anggota keluarga besar Fransiskan, saya menganjurkan agar dalam kesempatan ini membaca dan merenungkan kembali tulisan Santo Fransiskus dari Assisi: “URAIAN DOA BAPA KAMI” yang terdapat dalam Leo Laba Ladjar OFM, KARYA-KARYA FRANSISKUS DARI ASISI”, hal. 280-283.

Cilandak, 10 Oktober 2023 [Pw/Pfak S. Daniel dkk, Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS DIPENUHI DENGAN SUATU HASRAT UNTUK MELAKUKAN KEHENDAK BAPA-NYA

YESUS DIPENUHI DENGAN SUATU HASRAT UNTUK MELAKUKAN KEHENDAK BAPA-NYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pw S. Agnes, Perawan Martir – Sabtu,  21 Januari 2023)

HARI KEEMPAT PEKAN DOA SEDUNIA UNTUK PERSATUAN UMAT KRISTIANI

Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Orang banyak datang lagi berkerumun, sehingga makan pun mereka tidak dapat. Waktu keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak  waras lagi.  (Mrk 3:20-21)

Bacaan Pertama: Ibr 9:2-3,11-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 47:2-3,6-9

Kelihatannya memang sulit bagi keluarga Yesus untuk memahami perilaku-Nya. Hampir setiap saat dalam hidup pelayanan-Nya di tengah publik, Yesus dibuntuti serta dikelilingi oleh orang banyak, terlibat dalam konflik dengan para pemuka agama Yahudi, bekerja keras melayani orang-orang, dan kemudian berdoa semalam-malaman. Bacaan Injil hari ini memberikan kepada kita satu contoh lagi mengenai betapa beratnya Yesus bekerja. Selagi Dia kembali dari gunung dengan para rasul yang baru diangkat-Nya, Yesus masuk ke sebuah rumah dan mulai dikerumuni orang banyak. Digerakkan oleh bela-rasa, Yesus melayani orang banyak itu, hal mana membuat Yesus dan para murid-Nya tidak mempunyai kesempatan sedikit pun untuk makan.

Keluarga Yesus dan teman-temannya yang selama ini mengamati gerak-gerik dan pola kehidupan-Nya pada umumnya, menjadi prihatin bahwa Yesus mulai tidak sehat dalam berpikir, bahkan sudah tidak waras pikiran-Nya. Sementara mereka merasa khawatir dan takut bahwa Yesus hidup secara tidak normal/sehat/seimbang, Yesus sendiri sedang memikirkan dan berurusan dengan Kerajaan Allah. Yesus dipenuhi dengan suatu hasrat untuk melakukan kehendak Bapa-Nya, dengan penuh belarasa memperhatikan setiap orang yang datang kepada-Nya dengan berbagai kebutuhan, orang-orang buta, orang-orang lumpuh, orang-orang yang kerasukan roh jahat dlsb. Demi Kerajaan Allah, Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan baik itu dengan kesadaran penuh bahwa dengan demikian ada risiko keluarga-Nya tidak memahami apa sebenarnya yang dilakukan-Nya.

Cerita seperti ini mengungkapkan betapa dalam Allah mengasihi kita. Yesus dengan sabar dan tekun melayani orang banyak – bahkan dengan “mengorbankan” begitu banyak kebutuhan-Nya sendiri, seperti makan-minum, istirahat dlsb. Demikian pula Yesus tidak akan mengabaikan kita jika kita datang kepada-Nya dengan berbagai kebutuhan kita. Yesus mengambil rupa manusia seperti kita sehingga dengan demikian Ia dapat menyembuhkan kita. Yesus tidak pernah menolak kita, malah Ia merangkul segala kelemahan kita. Keluarga Yesus yang sesungguhnya adalah mereka yang datang kepada-Nya dengan iman, yang percaya bahwa Ia telah datang ke tengah umat manusia untuk menyelamatkan kita dari dosa dan kegelapan, karena Bapa surgawi sangat mengasihi kita-manusia.

Hari ini adalah hari keempat PEKAN DOA SEDUNIA UNTUK PERSATUAN UMAT KRISTIANI. Memang harapan akan terwujudnya persatuan itu terasa agak tipis bagi kita pada hari ini, namun kita akan menemukan jawaban-jawabannya apabila kita memandang dalam-dalam hati Yesus Kristus Yang Mahakudus dan memperkenankan-Nya untuk membebaskan kita – yang menamakan diri umat Kristiani – dari sikap-sikap dan pendapat-pendapat yang membuat kita tetap terpisah satu sama lain. Hanya apabila kita datang menghadap Yesus seperti orang banyak dalam bacaan Injil hari ini, maka kita dapat bertumbuh dalam pemahaman kita mengenai niat-niat-Nya dan kita pun dapat dipimpin-Nya ke dalam persatuan yang lebih mendalam.

Santa Agnes. Orang Kudus yang kita peringati pada hari ini, Santa Agnes, adalah seseorang yang mengimani bahwa siapa dan apapun saja tidak akan dapat memisahkan dirinya dari kasih Allah yang ada dalam Yesus Kristus. Ketika masih gadis berumur 13 tahun, Agnes berani memilih dipenjarakan oleh penguasa Romawi dan dihukum berat daripada mengkhianati iman-kepercayaannya kepada Kristus. Di dalam penjara dia dirayu oleh beberapa orang pemuda sahabat Kaisar dan salah seorang mengajaknya nikah agar dapat diselamatkan, dan  tentunya sementara itu untuk menyangkal imannya juga. Jawaban Agnes: “Maaf, saya sudah mempunyai kekasih. Ia mengasihiku dan saya pun mengasihi-Nya. Dia adalah Yesus Kristus”. Agnes menjadi saksi Kristus dalam bentuk tindakan nyata dan pernyataan iman yang begitu singkat-jelas, bukannya ulasan teologis rumit dan “ribet”, bukan pula khotbah yang panjang-panjang dan “ngalor-ngidul”’ dari atas mimbar. Agnes wafat sebagai seorang martir (+ 304), mati ditusuk pedang ketika dibakar hidup-hidup. Ini adalah martyria (kesaksian) dalam arti sesungguh-sungguhnya.

DOA: Bapa surgawi, ajarlah kami untuk mendekat kepada Yesus, yang telah menjadi satu dengan kami. Tolonglah kami untuk berjalan dengan semangat bela-rasa, penuh kesabaran, dan persatuan dengan saudari-saudara Kristiani lainnya sampai kepada hari di mana kami dapat melihat Engkau, muka ketemu muka. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Ibr  9:2-3, 11-14), bacalah tulisan yang berjudul “HANYA DARAH KRISTUS YANG DAPAT MEMURNIKAN DIRI KITA” (bacaan tanggal 21-1-23) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-01 BACAAN HARIAN JANUARI 2023.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 22-1-22 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 20 Januari 2023 [Hari ketiga Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

BERBAHAGIALAH ORANG YANG TIDAK MENOLAK YESUS

BERBAHAGIALAH ORANG YANG TIDAK MENOLAK YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pw S. Yohanes dr Salib, Imam Pujangga Gereja – Rabu, 14 Desember 2022)

Ketika Yohanes mendapat kabar tentang semua peristiwa itu dari murid-murid-Nya, ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata, “Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta. Lalu Yesus menjawab mereka, “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta  melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku.” (Luk 7:18-23)

Bacaan Pertama: Yes 45:6b-8,18,21b-25; Mazmur Tanggapan: Mzm 85:9-14

“Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku.” (Luk 7:23)

Jawaban Yesus kepada kedua orang murid Yohanes Pembaptis sangat menarik. Ia tidak memberikan jawaban “ya” atau “tidak”, konsisten dengan apa yang dikatakan-Nya dalam kesempatan lain: “Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar” (Yoh 5:31-32). Yesus juga tidak langsung membuka dompet-Nya dan mengambil KTP-Nya, kemudian menunjukkan KTP itu kepada kedua murid Yohanes Pembaptis seraya berkata: “Lihat ini, nama: Yesus; tempat/tanggal lahir: Betlehem, Yudea, tanggal 1-1-01; pekerjaan: Mesias dst.”

Yesus memberikan jawaban alkitabiah yang jauh lebih dapat mengungkapkan tentang siapa sebenarnya diri-Nya. Nabi Yesaya telah menggambarkan sukacita dari mereka yang ditebus: “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai” (Yes 35:5-6; bdk. Luk 7:22). Peranan Yesus adalah untuk membawa kepada orang-orang tertindas, miskin, ‘wong cilik’, segala berkat yang sudah dinubuatkan dalam Kitab Yesaya. Kerajaan-Nya adalah kerajaan keadilan, kasih dan damai-sejahtera. Kerajaan itu datang seturut ‘pemikiran’ cara Allah sendiri, tidak dengan kekerasan, melainkan melalui undangan penuh kasih.

Segala mukjizat kesembuhan yang dilakukan Yesus dan Kabar Baik yang diwartakan oleh-Nya mencerminkan pekerjaan Mesias seperti dinubuatkan kitab para nabi. Jadi memang ada jawaban yang lebih bermakna bagi Yohanes Pembaptis daripada sekadar jawaban “ya” atau “tidak”. Kedua murid Yohanes Pembaptis akan melaporkan kembali kepadanya bahwa apa saja yang dikerjakan oleh Yesus memang penggenapan dari nubuatan-nubuatan mengenai Mesias, “Ia yang akan datang” (Luk 3:16).

Yang patut dicatat adalah pesan  tambahan yang diberikan oleh Yesus: “Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku” (Luk 7:23). Kata-kata Yesus ini merupakan suatu tantangan bagi Yohanes Pembaptis, dan juga tantangan bagi kita semua, yaitu untuk membuang dari pikiran kita pendapat yang terbentuk sebelumnya mengenai bagaimana Allah seharusnya bertindak dan untuk siapa. Ingat: Allah adalah Allah! Kita manusia hanyalah makhluk ciptaan-Nya.

Dalam Yesus kita semua terberkati, kita semua berbahagia, karena dalam Dia kita menerima kehidupan. Dia datang, menyembuhkan, mewartakan kabar baik, menderita, wafat dan bangkit kembali, sehingga kita dapat turut ambil bagian dalam kehidupan kekal yang telah dimiliki-Nya sejak keabadian sebagai Firman Allah (lihat Yoh 1:1 dsj.) Ia datang untuk mendamaikan kita dengan Bapa surgawi dan memberikan kepada kita kuasa Roh Kudus.

Kepada  semua orang yang tidak menemukan batu sandungan dalam diri-Nya, tetapi yang percaya dan  menerima-Nya, Dia memberikan kesempatan untuk partisipasi penuh dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus. Kalau begitu halnya, betapa terberkatinya kita, betapa bahagianya kita! Oleh karena itu kita – dengan penuh iman – harus berupaya untuk memperoleh kehidupan sedemikian.

Teristimewa pada masa Adven ini, dalam suasana doa kita harus melakukan permenungan atas berbagai kesaksian yang ada dalam Kitab Suci, kesaksian Gereja sepanjang masa, termasuk kesaksian para kudus dan kesaksian umat beriman pada zaman modern ini.

Santo Yohanes dari Salib [1542-1591]. Pada hari ini kita memperingati Santo Yohanes dari Salib (Juan de la Cruz). Imam Karmelit ini adalah salah seorang teolog-mistik terbesar dalam sejarah Gereja dan pendiri Ordo Karmelit tak berkasut [OCD]. Sebagai seorang Pujangga Gereja, gelarnya adalah ‘Doktor Teologi Mistik (Inggris: Doctor of Mystical Theology). Yohanes kuliah di Universitas Salamanca. Dia kemudian menginisiasi pembaharuan-pembaharuan dalam ordo Karmelit karena menurut pandangannya kehidupan para biarawan karmelit itu terlalu santai dan mewah. Dalam gerakan pembaharuan itu Yohanes bekerja sama dengan Santa Teresa dari Avila yang jauh lebih tua umurnya. Yohanes adalah seorang pencinta Kristus, seorang mistikus … dan dia menderita demi Yesus yang dikasihinya. Dia dipenjarakan  dalam  ruangan bawah-tanah biara di Toledo oleh saudara-saudaranya para biarawan Karmelit sendiri. Terjadilah mukjizat setelah 9 bulan dia meringkuk dalam penjara. Yohanes secara ajaib dapat melarikan diri dari biara di Toledo dan berlindung di biara San Jose. Setelah itu Yohanes banyak menulis tentang mistisisme, salah satu bukunya adalah Mendaki gunung Karmel. Dari cerita singkat berkaitan dengan Santo Yohanes dari Salib ini, sekali lagi kita diyakinkan, bahwa kita tidak dapat membatasi bagaimana dan/atau di mana Allah akan bekerja! Allah kita itu ‘Mahalain’, tentunya dalam arti yang baik. Kita tidak mungkin lebih tahu daripada Allah yang Mahatahu!

DOA: Tuhan Yesus Kristus, kami mengakui Engkau sebagai Dia yang telah datang agar supaya kami dapat memperoleh kehidupan, dan memperolehnya secara penuh. Kuatkanlah iman kami, agar dengan demikian kami dapat menghayati secara lebih penuh kehidupan yang telah Kaumenangkan bagi kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Yes 45:6b-8,18,21b-25),  bacalah  tulisan yang berjudul “YESUS MEMANG SANG MESIAS YANG DINANTIKAN ITU” (bacaan tanggal 15-12-21) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori 22-12 BACAAN HARIAN DESEMBER 2022. 

Bacaan Injil hari ini menurut Penanggalan Liturgi 2023 [Tahun A/1 adalah Luk 7:19-23], namun karena saya menggunakan Kitab Suci Perjanjian Baru edisi LAI 1974, maka untuk memperjelas pesan Injil saya masukkan juga ayat 18. Dengan demikian, kesuluruhan Bacaan Injil adalah Luk 7:18-23.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 14-12-21 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 13 Desember 2022 [PW S. Lusia, Perawan & Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS