Archive for August, 2020

YESUS ADALAH YANG KUDUS DARI ALLAH

YESUS ADALAH YANG KUDUS DARI ALLAH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXII – Selasa, 1 September 2020)

Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras, “Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Apakah engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus membentaknya, “Diam, keluarlah dari dia!” Setan itu pun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari dia dan sama sekali tidak menyakitinya. Semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, “Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka pun keluar.” Lalu tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu. (Luk 4:31-37)

Bacaan Pertama: 1 Kor 2:10b; Mazmur Tanggapan: Mzm 145:8-14

Anda tidak dapat membaca Injil tanpa menjadi terkesan dengan kehadiran yang terus-menerus dari Iblis dan roh-roh jahatnya yang menentang Yesus sejak awal Dia mulai mewartakan Kabar Baik bahwa mereka yang bertobat akan diselamatkan. Para pembaca Injil modern tentunya menjadi tidak merasa enak dan nyaman dengan kehadiran Iblis dan roh-roh jahatnya tersebut dalam bacaan Kitab Suci. Budaya mereka yang bersifat sekular dan perhatian mereka yang penuh pada dunia materiil membuat mereka menjadi ragu-ragu. Apakah benar ada sebuah kekuatan yang sama kuatnya, dan riil, dan bersifat pribadi seperti Iblis?

Apabila kita adalah seorang pemerhati sejati, kita dapat melihat realitas pribadi-pribadi manusia yang memiliki kuasa yang besar untuk melakukan hal-hal yang jahat, untuk menruntuhkan apa yang baik, untuk membuat bingung dan menghancurkan. Kekuatan-kekuatan jahat itu sungguh besar dan tidak main-main. Ada orang-orang yang merasa tidak nyaman dan malah gelisah jika kita berbicara tentang Iblis karena iman mereka lemah. Apabila kita tidak menimba kekuatan dari kuat-kuasa Allah sendiri dalam kehidupan kita sehari-hari, maka kita merasa takut untuk menerima kenyataan bahwa kekuatan lain – kuasa jahat – adalah sungguh riil dan mengambil peranan yang semakin besar dalam kehidupan kita.

Kita sekarang melihat di sekeliling kita apa yang selalu kita lihat di mana iman pada Allah yang benar telah melemah. Kita melihat orang-orang pergi kesana kemari mencari “orang pintar” yang dapat menyediakan berbagai jenis substitut dari Allah, untuk mencari kedudukan penting di berbagai bidang, untuk minta kehidupan yang nyaman-kaya, untuk membuat orang-orang tertarik dan terkesan dlsb. Ada juga spiritisme dan malah penyembahan Iblis. Orang semakin senang  berkonsultasi dengan para dukun, para ahli astrologi dan sejenisnya. Banyak malah yang mempunyai “iman” kokoh dalam  urusan-urusan begini. Mereka membaca horoskop mereka dengan hati-hati sekali sebelum mereka berani bergerak. Inilah “iman” yang buta akan sebuah kekuatan yang lebih tinggi, tetapi sayangnya adalah kekuatan yang salah.

Kita akan menemukan segala jenis takhyul di tengah-tengah orang tak beriman: tukang ramal, tukang baca suratan tangan dlsb. semua bentuk upaya untuk kekuatan yang lebih tinggi yang “mengatur” kehidupan kita. Jikalau kita menerima klaim atas  suatu kekuatan yang lebih tinggi tersebut sebagai suatu substitut dari iman kita akan Allah, maka sesungguhnya kita adalah orang-orang bodoh.

Seperti dikatakan oleh Santo Paulus, “… mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya. Amin”  (Rm 1:25). Dusta itu memang game yang dimainkan si Iblis: Ia adalah pendusta dan bapak pendusta (Yoh 8:44), si ular tua, yang menyesatkan seluruh dunia (Why 12:9). Iblis adalah musuh dari kebenaran!  Yesus menghadapi godaan dengan mengingatkan Iblis akan perintah Allah yang pertama: “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Luk 4:8; bdk. Ul 6:13).

Pesan Injil hari ini adalah: Hanya Yesus Kristus-lah dengan kuasa-Nya sebagai Firman (Sabda) Allah yang dapat mengalahkan kuasa Iblis. Dia-lah “Yang Kudus dari Allah” (Luk4:34).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, bukalah mata kami agar dapat melihat kebenaran bahwa kuat-kuasa Allah senantiasa superior ketimbang kuasa Iblis dan roh-roh jahatnya. Kami mohon agar berkat pertolongan-Mu lewat Roh Kudus, kami dapat menarik kekuatan dari kuat-kuasa-Mu dalam hidup kami. Hanya Engkaulah yang akan membawa kami kepada kemenangan! Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 4:31-37), bacalah tulisan yang berjudul “KASIH YESUS MENCAKUP SEGALA ASPEK HIDUP KITA” (bacaan tanggal 1-9-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 3-9-19 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 31 Agustus 2020 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KITA MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN ROH KUDUS AGAR DAPAT MENGENAL YESUS DENGAN BENAR

KITA MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN ROH KUDUS AGAR DAPAT MENGENAL YESUS DENGAN BENAR

(Bacaan Injil Misa Kudus,  Hari Biasa Pekan Biasa XXII – Senin, 31 Agustus 2020)

Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Kitab Suci. Kepada-Nya diberikan kitab Nabi Yesaya dan setelah membuka kitab itu, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”

Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka, “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Kemudian berkatalah Ia kepada mereka, “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” Kata-Nya lagi, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Lagi pula, Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Pada zaman Nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang disembuhkan selain Naaman, orang Siria itu. Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangkit, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi. (Luk 4:16-30)

Bacaan Pertama: 1 Kor 2:1-5; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:97-102 

Kita dapat membayangkan bahwa orang-orang Nazaret merasa nyaman dengan keberadaan Yesus, seorang rabi yang sedang naik daun dan berasal dari kampung mereka sendiri. Akan tetapi, justru karena mereka berpikir bahwa mereka sungguh mengenal Yesus, maka mereka meremehkan dan tidak percaya kepada sabda Yesus yang mengklaim bahwa diri-Nyalah yang dinubuatkan dalam Kitab Yesaya (Luk 4:18-19; bdk. Yes 61:1-2), ketika Dia mengatakan, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya”  (Luk 4:21). Mereka berpikir, bagaimana dapat terjadi kepenuhan dari nubuatan  tentang kebebasan yang dibawa oleh sang Terurapi, dengan kata lain Mesias (Luk 4:18; bdk. Yes 61:1), justru pada waktu Kekaisaran Roma masih dengan kuat menancapkan kuku-kukunya di tanah Israel? Yesus memang datang untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah diutus Bapa surgawi  untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dst., namun tidak seperti yang mereka harap-harapkan selama ini.

Satu pokok penting dari bacaan Injil hari ini adalah,  bahwa walaupun kita telah melihat sendiri Yesus bertumbuh dari seorang anak kecil menjadi seorang dewasa, kita sebenarnya belum mengenal Dia. Kita hanya dapat mengenal Yesus dengan pertolongan Roh Kudus. Yesus bersabda kepada para murid-Nya pada malam sebelum sengsara dan wafat-Nya: “Jika Penolong yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, ia akan bersaksi tentang Aku”  (Yoh 15:26).

Sekadar membaca berbagai tulisan tentang Yesus hanya dapat memberikan kepada kita sedikit sekali dari apa yang harus kita ketahui tentang diri-Nya. Pengenalan akan Yesus yang benar adalah sesuatu yang harus kita peroleh melalui pertolongan Roh Kudus. Kita sudah mengetahui bahwa para murid Yesus – orang-orang yang paling dekat dengan diri-Nya – secara tetap dikejutkan oleh tindak-tanduk dan ucapan kata-kata-Nya. Tentunya adalah suatu tantangan riil untuk mengikuti Yesus ketika mereka melihat betapa dekat sang Guru mengasosiasikan diri-Nya dengan para pendosa dan mengasihi mereka, mengampuni dosa, dan memproklamasikan diri-Nya sebagai “Roti Kehidupan”, dan adalah satu dengan Allah (lihat a.l. Yoh 6:35; Yoh 14:7-9).

Pada zaman kita ini, Roh Kudus-lah yang memberi tantangan dan membuat kita terkejut. Roh Kudus yang menerangi kegelapan dalam pikiran dan meluaskan pemahaman kita tentang Yesus melalui pengalaman-pengalaman, ajaran-ajaran Gereja, dan Kitab Suci. Namun demikian, kita tidak akan pernah mengenal Tuhan secara menyeluruh dan lengkap. Misteri ilahi tidak pernah akan habis, …… selalu ada!

Itulah sebabnya mengapa kita harus senantiasa terbuka sehingga memperkenankan Roh Kudus “mengejutkan” kita dengan pewahyuan/pernyataan tentang Yesus. Manakala Yesus kelihatan lebih berbelas kasih daripada yang kita bayangkan semula, atau lebih bermurah hati dalam mengampuni daripada yang kita pikirkan, atau lebih penuh kuat-kuasa daripada ekspektasi kita, maka kita seharusnya memohon kepada-Nya untuk menunjukkan kepada kita perspektif-Nya. Semakin kita melakukan hal ini, maka iman Kristiani kita pun menjadi semakin hidup. Semakin serupa diri kita dengan Yesus, semakin kita menjadi mengejutkan dan tak dapat diprediksi. Bagaimana kita akan menjadi efektif sebagai saksi-saksi Kristus jika kita tidak memberi tantangan terhadap ekspektasi-ekspektasi orang-orang? Semoga semua orang Kristiani di mana-mana membuka diri mereka lebih dalam lagi bagi kuat-kuasa dan kejutan-kejutan Roh Kudus!

DOA: Datanglah Roh Kudus, ajarlah aku tentang Yesus. Dengan berjalannya waktu aku sudah merasa terlalu nyaman dengan Injil. Luaskanlah perspektifku. Tolonglah aku untuk lebih memahami Dia yang menciptakan diriku, Allah Yang Mahakuasa dan tidak dapat diprediksi. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 4:16-30), bacalah tulisan yang berjudul “KRISTUS DATANG GUNA MEMBAWA DAMAI SEJAHTERA, KESEMBUHAN, SUKA CITA” (bacaan tanggal 31820) dalam situs/blog  SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 2-9-19 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 30 Agustus 2020 [HARI MINGGU BIASA XXII – TAHUN A] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

BIAYA KEMURIDAN

BIAYA KEMURIDAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXII [TAHUN A] – 30 Agustus 2020

Sejak itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahl-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan mulai menegur Dia dengan keras, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali tidak akan menimpa Engkau.” Lalu Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus, “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanhya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. (Mat 16:21-27) 

Bacaan Pertama: Yer 20:7-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 63:2-6,8-9; Bacaan Kedua: Rm 12:1-2 

Siapa saja yang ingin menekuni profesi yang membutuhkan keterampilan tertentu, mengakui bahwa ada “biaya” atau “harga” yang harus dibayar untuk memperoleh privilese tersebut. Studi, magang dan ketekunan dibutuhkan untuk mempelajari profesi, dan selama masa tersebut banyak hal lain harus dikesampingkan/dikorbankan.

Dengan cara serupa, Yesus mengajar bahwa ada “biaya” yang harus dibayar untuk mengikut Dia. Yesus mengatakan kepada para murid-Nya bahwa Dia sedang menuju Yerusalem untuk menderita dan mati (Mat 16:21). Mereka yang menjadi murid/pengikut-Nya harus memikul salib karena seorang hamba/pelayan haruslah seperti tuannya (Mat 16:24; 10:24-25).

Memikul salib bukanlah masalah dengan sedih menanggung sengsara atau kesulitan hidup, atau mendisiplinkan diri kita agar dapat melakukan hal-hal yang benar secara moral. Salib seharusnya tidak dipandang sebagai sebuah instrumen kesedihan dan kematian saja, melainkan sebagai instrumen pilihan Allah sendiri untuk mengalahkan kuasa dosa. Melalui salib-lah orang-orang menerima kehidupan dan dengan demikian mampu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Memikul salib berarti mengembangkan suatu sikap hati yang …. mengikut Yesus dalam jalan kematian ke dalam kehidupan.

Kata-kata Yesus tentang membuang cara-cara duniawi mungkin terasa keras (Mat 16:25). Bagaimana pun juga kita-manusia adalah pengada spiritual (spiritual being, di samping rational being, emotional being, social being). Sebagai spiritual being, rumah kita yang sesungguhnya adalah di surga dan sekarang kita dipanggil oleh Yesus untuk membuang segala hal yang menjauhkan kita dari kasih Allah dan tujuan kekal kita. Hal-hal yang kita hasrati, paling sering kita pikirkan, dan memakai sebagian waktu kita untuk itu, adalah hal-hal cinta kita yang pertama. Para pengikut/murid Yesus tidak dapat disibukkan dengan hal-hal yang spiritual dan pengejaran hal-hal duniawi. Sang Guru telah mengajarkan kepada kita, bahwa kita tidak dapat melayani dua tuan.

Memang kemuridan/pemuridan menyangkut “biaya”, namun kita juga tidak boleh lupa bahwa dari salib datanglah kehidupan. Salib adalah tanda kematian, pada saat bersamaan salib adalah tanda kemenangan bagi para pengikut/murid Yesus. Salib membuka pintu bagi kita untuk memasuki kehidupan yang sejati – baik sekarang maupun dalam kekekalan. Itulah sebabnya mengapa Yesus mengajar bahwa “siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” dan bahwa Anak Manusia “… akan membalas setiap orang menurut perbuatannya” (Mat 16:25,27).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, tanamkanlah dalam hatiku suatu hasrat mendalam untuk memikul salib sehingga dengan demikian aku dapat menerima kehidupan sesuai dengan kehendak Bapa surgawi. Semoga aku dapat seperti Engkau yang dengan bebas memikul salibku dalam kehidupan ini. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 16:21-27), bacalah tulisan yang berjudul “SEORANG PENGIKUT YESUS DAN SALIB” (bacaan tanggal 30-8-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 3-9-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 28 Agustus 2020 [Peringatan Wajib S. Augustinus, Uskup Pujangga Gereja] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YOHANES PEMBAPTIS BERDIRI SEBAGAI PENDAHULU KRISTUS

YOHANES PEMBAPTIS BERDIRI SEBAGAI PENDAHULU KRISTUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan Wajib Wafatnya S. Yohanes Pembaptis, Martir – Sabtu, 29 Agustus 2020)

Sebab Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, istri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai istri. Memang Yohanes berkali-kali menegur Herodes, “Tidak boleh engkau mengambil istri saudaramu!” Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan kepada Yohanes karena ia tahu bahwa Yohanes orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Setiap kali ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.

Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka Galilea. Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyenangkan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu, “Mintalah apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!”, lalu bersumpah kepadanya, “Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!” Anak itu pergi dan menanyakan ibunya, “Apa yang harus kuminta?” Jawabnya, “Kepala Yohanes Pembaptis!” Lalu ia cepat-cepat masuk menghadap raja dan meminta, “Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di atas piring!” Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang algojo dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah piring besar dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya.

Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan. (Mrk 6:17-29) 

Bacaan Pertama: Yer 1:17-19; Mazmur Tanggapan: Mzm 71:1-2,3-4a,5-6ab,15ab,17 

Yohanes Pembaptis dapat dikatakan sebagai pengejawantahan atau perwujudan dari radikalisme. Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan (Mrk 1:6), dan Ia menyiapkan jalan bagi Yesus dengan secara berani memberitakan baptisan tobat untuk pengampunan dosa (Mrk 1:4). Sepanjang hidupnya, Yohanes berdiri sebagai pendahulu dari Yesus, yang “menggembar-gemborkan” kedatangan-Nya. Seorang malaikat memberitahukan terlebih dahulu tentang kelahiran mereka dan memberi nama kedua orang itu juga (Luk 1:13,31; Yes 49:1). Mereka berdua dikandung sebagai akibat intervensi ajaib (Luk 1:24-25,35). Bahkan ketika mereka baru dilahirkan, orang-orang mengenali tangan Allah menyertai mereka (Luk 1:66; 2:18-19).

Baik Yohanes maupun Yesus “bertambah besar dan makin kuat dalam roh”, dan masing-masing meluangkan waktu untuk berada sendiri sebelum memulai pelayanan di muka publik (Luk 1:80;2:40; Mrk 1:12-13). Allah membuat mulut-mulut mereka seperti pedang-pedang panjang (Yes 49:2) yang mampu membelah desepsi pemikiran manusia dengan kebenaran-kebenaran pertobatan, pengampunan, dan panggilan penuh kasih dari Allah untuk menghasilkan “buah-buah yang sesuai dengan pertobatan” (Luk 3:8; Mat 7:21). Yohanes dengan ikhlas menderita dan mati untuk Kristus – “jalan dan kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6) – seperti Yesus yang mati supaya semua orang dapat menjadi anak-anak Allah (Yoh 1:12; Rm 8:14).

Santo Beda Venerabilis [673-735] berkata tentang Yohanes Pembaptis sebagai berikut: “Itulah kualitas dan kekuatan dari seorang laki-laki yang menerima akhir kehidupannya sekarang dengan menumpahkan darahnya.” Walaupun ia “digembok dalam kegelapan penjara … [dia] pantas dinamakan sebuah lampu yang terang dan bercahaya” oleh Kristus sang “Terang kehidupan” (Homilies, 23).

Sebagai Bait Roh Kudus (1 Kor 6:19), kita juga dipanggil untuk menjadi terang yang bercahaya, yang memuliakan Kristus dalam sebuah dunia yang dibuat gelap oleh dosa (Mat 5:16). Walaupun kita barangkali tidak akan mengalami kematian sebagai martir, kita dapat meniru Kristus setiap hari dengan mengikuti bimbingan Roh Kudus, bukan mengikuti kencenderungan-kecenderungan kedagingan kita. Keradikalan kita dapat berakibat dalam penderitaan, namun hati kita akan dipenuhi dengan sukacita, selagi Roh Kudus memampukan kita (seperti Yesus) untuk berjaya mengalahkan maut. Walaupun menghadapi kesulitan-kesulitan, kita akan bersukacita selagi kita melihat Yesus lahir kembali ke dalam dunia melalui kesaksian kita.

DOA: Bapa surgawi, Engkau memanggil Yohanes Pembaptis untuk menjadi bentara dari kelahiran dan kematian Putera-Mu terkasih, Yesus Kristus. Yohanes menyerahkan hidupnya sendiri sebagai saksi bagi kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu kami pun akan berusaha untuk mempermaklumkan iman kami akan Injil kepada dunia di sekeliling kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 6:17-29), bacalah tulisan berjudul “YOHANES PEMBAPTIS: BENTARA DAN MARTIR KRISTUS” (bacaan tanggal 29-8-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-8-19 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 28 Agustus 2020 [Peringatan Wajib S. Augustinus, Uskup Pujangga Gereja] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ALLAH MENYELAMATKAN MEREKA YANG PERCAYA OLEH KEBODOHAN PEMBERITAAN INJIL

ALLAH BERKENAN MENYELAMATKAN MEREKA YANG PERCAYA OLEH KEBODOHAN PEMBERITAAN INJIL

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Peringatan Wajib S. Augustinus, Uskup Pujangga Gereja – Jumat, 28 Agustus 2020)

Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.

Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. Karena ada tertulis: “Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan.” Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmat, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: Untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang Yunani suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya daripada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia. (1 Kor 1:17-25) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 33:1-2.4-5.10ab-11; Bacaan Injil: Mat 25:1-13 

Memang cukup mengagetkanlah kenyataan, bahwa begitu banyak orang yang mendengar khotbah-khotbah Santo Paulus malah menolak pesan-pesannya. Atau apakah hal itu sesuatu yang mengagetkan dan tak disangka-sangka. Bagaimana pun juga, bukankah Injil atau Kabar Baik yang diberitakan oleh Paulus itu tidak sama dengan kebenaran lainnya yang dapat ditemukan dan dimengerti oleh hikmat manusia? Seseorang dapat bertanya dalam hatinya hal-hal seperti berikut: Mengapa Allah harus menjadi seorang rabi yang miskin dan berasal dari sebuah tempat kecil-kurang terkenal seperti Nazaret? Mengapa Dia membiarkan diri-Nya dihukum mati secara mengerikan di kayu salib, hanya untuk menyelamatkan aku? Bagaimana mungkin kita dikatakan diberkati, kalau pada kenyataannya kita menderita karena dikejar-kejar, dianiaya dan disiksa? Bagaimana mungkin kita harus mengampuni siapa saja yang bersalah kepada kita?

Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas tadi sah-sah saja kalau ditanyakan seseorang karena semua mengerucut pada kenyataan, bahwa tanpa Roh Kudus Injil memang tidak masuk akal. Tidak ada seorang pun yang hanya memiliki “hikmat dunia” dapat memahami kebenaran-kebenaran ini atau sampai kepada suatu pengenalan akan Allah (1Kor 1:20-21). Tugas Roh Kudus lah untuk membuat jantung Injil menjadi terang dan masuk ke dalam wilayah pengalaman pribadi. Roh Kudus adalah “batu ujian” dari kasih ilahi yang membuat segala teka-teki kehidupan ini menjadi dapat diterima oleh akal manusia. Dia memimpin kita ke dalam hadirat seorang Bapa yang kasih-Nya begitu tanpa syarat, mampu mengubah dan membersihkan dan tidak dapat kita sangkal. Cobalah mengabaikan Roh Kudus, maka Injil terasa sangat tidak masuk akal atau tereduksi menjadi sederetan peraturan dan doktrin yang samasekali tidak mempunyai kuasa untuk mengubah kehidupan manusia.

Dunia kita sekarang memang dapat dikatakan sangat berbeda dengan dunia orang-orang di Korintus pada abad pertama, namun kita menghadapi tantangan mendasar yang sama dengan yang mereka hadapi di kala itu, yaitu: Bagaimana menghayati kehidupan Kristiani dengan mempertahankan integritas dalam sebuah dunia yang sedang merosot jatuh. Tidak ada jawaban atau rumusan baku dan mudah yang dapat menolong kita! Akan tetapi, kita dapat mengandalkan Roh Kudus untuk menolong kita, apabila kita menjaga agar hati kita tetap terbuka bagi-Nya. Roh Kudus  akan menolong kita untuk mengingat kembali dan memahami sabda-sabda Yesus dan karya-karya-Nya. Roh Kudus pula yang akan mengajar kita untuk menerapkan ke dalam situasi-situasi khusus kehidupan, segala pelajaran yang kita peroleh dari segala ajaran dan perbuatan Yesus tersebut. Lagipula, Roh Kudus akan memampukan kita untuk ‘meng-konek’ kita dengan Allah, …… berelasi dengan-Nya, sehingga “sabda Allah” dan “kuasa salib” menjadi suatu realita yang semakin mendalam dalam kehidupan kita.

DOA: Datanglah Roh Kudus, Engkau sendiri yang membawa kuasa Allah ke dalam hidupku. Melalui Engkau aku dapat berkata, ‘Yesus Kristus adalah Tuhan!’. Melalui Engkau aku memiliki hidup yang meluap-luap. Seturut rencana-Mu, penuhilah diriku dengan karunia-karunia-Mu, ya Roh Kudus, setiap hari dalam perjalanan hidupku di dunia ini. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 25:1-13), bacalah tulisan yang berjudul “PERUMPAMAAN TENTANG SEPULUH ORANG GADIS(bacaan tanggal 28-8-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 31-8-18 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 27 Agustus 2020 [Peringatan Wajib S. Monika] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SENANTIASA WASPADA MENANTIKAN KEDATANGAN TUHAN YESUS

SENANTIASA WASPADA MENANTIKAN KEDATANGAN TUHAN YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan Wajib S. Monika – Kamis, 27 Agustus 2020)

Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.

Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Karena itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.

Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu ketika tuannya itu datang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu Tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi, apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkanya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.” (Mat 24:42-51)

Bacaan Pertama: 1Kor 1:1-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 145:2-7

“Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu ketika tuannya itu datang.” (Mat 24:46)

Apakah anda siap? Orang-orang pada zaman Yesus mengetahui, barangkali jauh lebih tahu dari kita semua, akan kebutuhan untuk senantiasa bersikap waspada. Pada zaman itu banyak perampok atau penyamun beroperasi di malam hari. Oleh karena itu para penjaga rumah dan/atau penjaga malam harus sungguh waspada setiap saat, siap untuk menghadapi bahaya apa pun yang mungkin mengancam.

Memang kebanyakan kita – teristimewa orang kota besar – tidak merasa adanya keperluan untuk menghadapi ancaman para pencuri di malam hari, namun kita dipanggil untuk menjaga harta warisan kita dalam Kristus. Musuh-musuh kita – Iblis, hal-ikhwal duniawi, kodrat kita sendiri yang cenderung berdosa – terus saja mengancam kita semua. Kalau tidak waspada, maka kita pun dapat hancur berkeping-keping! Iblis dan hal-hal yang disebutkan tadi senantiasa mencari kesempatan untuk menggeser posisi kita yang penuh kepercayaan pada Kristus, a.l. dengan menimbulkan keraguan terhadap martabat kita sebagai anak-anak Allah; juga dengan mengaburkan ingatan kita akan karya Allah dalam kehidupan kita dan yang meyakinan kita  bahwa Kristus sungguh ada dalam diri kita masing-masing, dan bahwa Dia samasekali bukanlah harapan kemuliaan bagi kita. Setiap Selasa malam dalam Ibadat Penutup, Santo Petrus senantiasa mengingatkan kita: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1Ptr 5:8).

Menghadapi ancaman-ancaman tersebut di atas, Yesus memanggil kita untuk senantiasa waspada. Dia ingin kita untuk siap-siaga tidak hanya dalam menantikan kedatangan-Nya untuk kedua kalinya, melainkan juga siap untuk segala waktu akan kedatangan-Nya kepada kita dalam kehidupan kita sehari-hari untuk memberikan rahmat dan hikmat-Nya kepada kita. Dengan tetap waspada, kita dapat menjaga posisi istimewa yang kita miliki dalam Kristus, martabat kita sebagai “kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah” (Ef 2:19). Kesiap-siagaan akan menjaga kita untuk terbuka menyambut Yesus kapan saja Dia datang.

Janji Injil hari ini adalah bahwa apabila kita tetap waspada menantikan kedatangan Tuhan Yesus, maka musuh-musuh kita akan kehilangan kontrolnya atas diri kita. Bahkan badai kehidupan sekali pun akan menjadi kesempatan-kesempatan sangat berharga untuk melihat bagaimana Yesus bertempur untuk kita.  Tuhan Yesus ingin sekali melayani kita dengan penuh kemurahan hati. Sayup-sayup atau jelas kita mendengar suara-Nya: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat 11:28). Oleh karena itu, marilah kita menyerahkan segala beban dan kesusahan kita, dan Ia pun akan menggantinya menjadi sukacita dan tawa-ceria.

Waspadalah dan selalu ingatlah bahwa kita (anda dan saya) mempunyai “seorang” Allah yang telah mengasihi kita sejak sediakala dan menginginkan kita mengalami kemenangan-Nya dan mencicipi sukacita yang akan datang bersama-Nya pada saat Ia kembali kelak.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah segalanya yang kubutuhkan. Engkau adalah mutiaraku yang sangat berharga. Tolonglah aku agar mampu mengambil keputusan-keputusan hari ini yang akan menjaga harta kehidupan yang telah Engkau taruh dalam hatiku. Aku akan menjaga agar pelitaku tetap bernyala selagi Engkau mengisi diriku dengan minyak Roh-Mu, karena bersama sang pemazmur aku percaya bahwa “Engkau, Tuhan, akan memberikan kebaikan” (Mzm 85:12) kepadaku . Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 22:24-51), bacalah tulisan yang berjudul “MENJADI HAMBA YANG SETIA DAN BIJAKSANA” (bacaan tanggal 27-8-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 30-8-18 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 25 Agustus 2020 [Pesta S. Ludovikus IX, Raja – Pelindung OFS]]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

CELAKALAH, HAI KAMU ORANG-ORANG MUNAFIK

CELAKALAH, HAI KAMU ORANG-ORANG MUNAFIK

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXI – Rabu, 26 Agustus 2020

Celakalah kamu, hal ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dicat putih, yang sebelah luarnya memang indah tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan berbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kelaliman.

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, lengkapilah juga apa yang sudah dilakukan nenek moyangmu! (Mat 23:27-32) 

Bacaan Pertama: 2Tes 3:6-10,16-18;  Mazmur Tanggapan: Mzm 128:1-2,4-5

Bacaan Injil hari ini terdiri dari dua ucapan Yesus yang terakhir dari keseluruhan tujuh “ucapan celaka” yang diucapkan-Nya terhadap para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Dalam ketujuh “ucapan celaka” tersebut, Yesus menamakan mereka sebagai “orang-orang munafik”.

Yesus biasanya bersikap sangat baik hati dan penuh pengampunan terhadap para pendosa. Mengapa sikap ini berubah secara tiba-tiba dalam hal dosa kemunafikan? Yesus jelas melihat para ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu memiliki sedikit sekali niat atau kecenderungan untuk menerima kesalahan mereka, sedikit hasrat untuk melakukan pertobatan sejati. Yesus melihat bahwa satu-satunya pendekatan adalah dengan menggunakan caci-maki yang terasa keras-kuat. Barangkali Yesus telah melihat adanya kebutuhan dalam diri kita dan semua orang yang mengikuti-Nya. Yesus ingin menunjukkan kepada kita  betapa buruknya kemunafikan itu.

Oleh karena itu Tuhan Yesus menjuluki para ahli Taurat dan orang-orang Farisi sama seperti kuburan yang dicat putih, indah dilihat bagian luarnya, namun di dalamnya penuh tulang belulang dan berbagai jenis kotoran. Sampai hari ini pun kuburan di Palestina dicat putih, suatu praktek sejak lebih dari 2.000 tahun lalu. Kuburan yang dicat dengan warna putih akan membantu mengidentifikasi kuburan tersebut.

Dari sinilah muncul istilah white-washing yang berarti menutup-nutupi sesuatu (cover up). Terkait dengan orang-orang Farisi, Yesus mengatakan bahwa kepatuhan pada hukum sebenarnya merupakan cover up untuk sesuatu yang sama sekali tidak sesuai dengan Hukum dan semangatnya.

Lihatlah, betapa sering kita cenderung untuk melakukan cover up atas kegagalan-kegagalan kita, bahkan dosa-dosa kita. Kita mencoba untuk menyembunyikan kesalahan-kesalahan kita agar kita terlihat sebagai “orang benar” di mata orang-orang lain, padahal selama itu kita sendiri sangat tahu bahwa kita tidak jujur, kita takut ketahuan. Artinya, kita hidup tanpa kedamaian di dalam hati.

Mengakui kesalahan-kesalahan kita adalah jauh lebih baik, demikian pula memohon pengampunan atas dosa-dosa kita, dan kemudian kita pun disembuhkan. Kita membutuhkan penyembuhan dan pengampunan dari Kristus dan juga antara orang satu sama lain. Namun hanya dengan keterbukaan yang jujur kita dapat mengharapkan untuk menerima penyembuhan dan pengampunan.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku mohon belas kasih-Mu dan pengampunan-Mu. Sembuhkanlah aku dari segala ketidakjujuran dan segala kecemasan yang diakibatkannya. Amin.

Catatan: Untuk mendalam bacaan Pertama hari ini (2Tes 3:6-10,16-18), bacalah tulisan yang berjudul “JIKA TIDAK MAU BEKERJA, JANGANLAH MAKAN” (bacaan tanggal 26-8-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 30-8-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 25 Agustus 2020 [Pesta S. Ludovikus IX, Pelindung OFS] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

HAI KAMU ORANG-ORANG MUNAFIK

 HAI KAMU ORANG-ORANG MUNAFIK

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa  XXI– Selasa, 25 Agustus 2020)

Peringatan Fakultatif S. Ludovikus; Peringatan Fakultatif S. Yosef dr Calasanz, Imam

Keluarga Besar Fransiskan: Peringatan Wajib S. Ludovikus IX

Ordo Fransiskan Sekular: Pesta S. Ludovikus IX, Raja (salah seorang Pelindung OFS)

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu memberi persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Hai kamu pemimpin pemimpin buta, nyamuk kamu saring dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.

Celakalah kamu, hai ahli-hali Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. (Mat 23:23-26) 

Bacaan Pertama: 2Tes 2:1-3a, 13b-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:10-13

Bacaan Injil hari ini memuat dua cercaan Yesus terhadap para ahli Taurat dan orang-orang Farisi sehubungan dengan kemunafikan mereka. Pertama-tama Yesus menyerang ajaran para tokoh/pemuka agama Yahudi ini: “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu memberi persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan” (Mat 23:23). Hal-hal yang kecil-kecil diikuti dengan teliti dan ketat, sementara hal-hal yang yang lebih penting seperti keadilan dan belas kasih diabaikan! Yesus lalu menambahkan sebuah contoh yang memang terdengar keras: “Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu saring dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan” (Mat 23:24).

LEGALISME dapat menyesatkan dan menjerumuskan orang ke dalam detil-detil kecil sehingga orang lupa menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang paling penting: pertanyaan-pertanyaan tentang kewajaran, keadilan, kesopanan, kasih. Tidak ada hukum apa pun harus membuat kita bersikap dan berperilaku tidak adil atau melawan keadilan.

Cercaan kedua adalah sehubungan dengan tindakan pembersihan dan pembasuhan seremonial secara tradisional seturut tradisi dan hukum Yahudi. Yesus tidak menyalahkan tindakan-tindakan seremonial ini. Yang dicerca-Nya adalah ekstrimisme dengan mana mereka kadang-kadang mentaati hal tersebut tanpa banyak acuan terhadap makna dan simbolisme semua itu. Cawan, pinggan, ini adalah metafora dari pribadi orangnya. Cercaan keras Yesus ditujukan kepada sikap dan perilaku yang lebih mementingkan “kebenaran-tepat” (Inggris: correctness) yang bersifat eksternal tanpa banyak memikirkan disposisi batiniah yang mau dilambangkan dan diwujudkannya.

Yesus bersabda: “…, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih” (Mat 23:26). Tentunya, yang dimaksudkan oleh Yesus, adalah bahwa bila disposisi batiniah kita baik, utuh, sungguh Kristiani dan berorientasi pada Injil Yesus Kristus, maka bagian luar kita yang kelihatan oleh orang lain, hidup kita, tindakan-tindakan kita, kontak-kontak kita dengan sesama kita juga akan sungguh Kristiani.

Tidak ada banyak gunanya kita baik secara lahiriah, sopan, “beradab”, kalau segalanya yang batiniah tidak sungguh-sungguh menjadi asal-usul dan dasar dari tindakan-tindakan kita. Kalau tidak demikian halnya, maka semuanya adalah kemunafikan, dan kita tidak lebih baik daripada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Jujur terhadap diri sendiri tidak hanya merupakan good mental health, melainkan juga menandakan bahwa kita adalah orang Kristiani dalam artian sebenarnya.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, pandanglah hati kami sedalam-dalamnya. Engkau mengetahui rancangan-Mu atas diri kami masing-masing. Bersihkanlah kami dari segalanya yang bukan berasal dari-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 19:23-30), bacalah tulisan berjudul “ALLAH SAJALAH YANG DAPAT MEMBERSIHKAN HATI KITA” (bacaan tanggal 25-8-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2020. 

(Tulisan ini  adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 27-8-19 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 24 Agustus 2020 [Pesta S. Bartolomeus, Rasul] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

NATANAEL: SEORANG MURID DAN MARTIR KRISTUS SEJATI

NATANAEL: SEORANG MURID DAN MARTIR KRISTUS SEJATI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta S. Bartolomeus, Rasul – Senin, 24 Agustus 2020)

Filipus menemui Natanael dan berkata kepadanya, “Kami telah menemukan Dia yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.”  Kata Natanael kepadanya, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”  Kata Filipus kepadanya, “Mari dan lihatlah!”  Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia, “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” Kata Natanael kepada-Nya, “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya, “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” Kata  Natanael kepada-Nya: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!”  Yesus berkata, “Apakah karena Aku berkata kepadamu, ‘Aku melihat engkau di bawah pohon ara,’ maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar daripada itu.”  Lalu kata Yesus kepadanya, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah naik turun kepada Anak Manusia”  (Yoh 1:45-51) 

Bacaan Pertama: Why 21:9b-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 145:10-13ab,17-18   

Sedikit sekali yang diketahui tentang rasul Bartolomeus. Pada umumnya para pakar setuju dan percaya bahwa Bartolomeus adalah Natanael dalam Injil Yohanes. Tradisi-tradisi dan legenda-legenda populer menceritakan bahwa Natanael mewartakan Injil di sejumlah negeri yang paling keras menentang penyebaran agama Kristiani di Timur, seperti India, Etiopia dan Persia – dan pada akhirnya Armenia di mana rasul ini mati sebagai martir Kristus. Apakah yang membuat Natanael tetap tegar dalam menghadapi berbagai pengejaran, penganiayaan dlsb. selagi melayani Tuhan dan Gurunya?

Bagi Natanael dan sebagian besar orang-orang Yahudi yang hidup di abad pertama, gelar “Anak Allah” tidak sama dengan apa yang kita pahami pada hari ini. Bagi mereka, “Anak Allah” berarti seseorang yang diurapi atau yang dipilih, orang yang sungguh istimewa di antara umat Israel. Pengakuan Natanael yang spontan itu memang hebat (Yoh 1:50), namun seperti Yesus sendiri berjanji, itu hanyalah awal. Ia akan melihat “langit terbuka  dan malaikat-malaikat Allah naik turun kepada Anak Manusia” (Yoh 1:51).

Pada kayu salib Yesus membuka “pintu air” surga dan dengan demikian membuat mungkin adanya suatu persekutuan hidup antara surga dan bumi. Apa yang diproklamasikan oleh Natanael karena rasa hormat/respek kepada Yesus menjadi suatu pernyataan iman yang didasarkan pada perwahyuan Roh Kudus – perwahyuan yang mendesaknya untuk memberikan keseluruhan hidupnya bagi Tuhan.

Kabar baiknya adalah bahwa janji Yesus untuk membuka pintu surga adalah untuk semua orang – seperti Natanael – yang berbalik kepada-Nya. Ketika surga terbuka dan kita menerima pewahyuan dari Roh Kudus, maka kita “melihat” kemuliaan dan keagungan Yesus dalam hati kita. Kita berlutut dan bersembah sujud dan menyerahkan hidup kita kepada aturan-aturan-Nya dan pemerintahan-Nya. Selagi rahmat-Nya dan belas kasih-Nya memenuhi hati kita, kita dibebaskan dari upaya keras untuk hidup berdasarkan peraturan hidup yang kita susun sendiri. Dengan berdiam-Nya Roh Kudus dalam diri kita, maka kita menjadi diberdayakan guna menjalani hidup Kristiani kita yang dimotivasikan oleh kasih dan diisi dengan kasih.

Namun, janganlah kita memakai waktu kita sepanjang hari untuk mencari sekadar pengetahuan intelektual tentang Yesus. Marilah kita memuat resolusi untuk memakai waktu dengan Dia dalam keheningan dan meminta kepada-Nya agar membuka surga bagi kita. Allah sungguh memiliki begitu banyak hal bagi orang-orang yang sungguh berharap kepada-Nya. Selagi Yesus menyatakan diri-Nya kepada kita, hati kita akan terbakar dengan kasih kepada-Nya dan kita pun akan memiliki suatu hasrat mendalam untuk membawa orang-orang lain kepada-Nya.

DOA: Kami bersyukur kepada-Mu, ya Allah semesta langit dan bumi. Kasih-Mu yang penuh gairah menyentuh semua orang yang menyerukan nama-Mu dari dalam hati. Engkau adalah kemuliaan dari kekuatan kami. Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih-setia-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalam Bacaan Injil hari ini (Yoh 1:45-51), bacalah tulisan berjudul “NATANAEL AKAN MELIHAT HAL-HAL YANG LEBIH BESAR” (bacaan tanggal 24-8-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 24-8-19 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 23 Agustus 2020 [HARI MINGGU BIASA XXI – TAHUN A] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS MEMILIH SIMON PETRUS

YESUS MEMILIH SIMON PETRUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXI [TAHUN A], 23 Agustus 2020)

Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, yang lain mengatakan: Elia dan yang lain lagi mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Jawab Simon Petrus, “Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya, “Berbahagialah engkau Simon anak Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya, kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.” (Mat 16:13-19) 

Bacaan Pertama: Yes 22:19-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-2a,2bc-3,6,8bc; Bacaan Kedua: Rm 11:33-36 

“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku.” (Mat 16:18)

Mengapa Yesus memilih Simon Petrus? Rasul ini memang membuat pernyataan iman yang berani, namun dia seringkali juga mengkontradiksikan dirinya sendiri seperti yang terjadi beberapa saat saja setelah pernyataan imannya. Baru saja Yesus untuk pertama kalinya memberitahukan kepada para murid-Nya tentang penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya (Mat 16:20), Petrus menarik Yesus ke samping dan mulai menegur Dia dengan keras, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali tidak akan menimpa Engkau” (Mat 16:21-22). Jawaban Yesus berupa sebuah teguran keras: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”(Mat 16:23). Lalu pada perjamuan terakhir, Petrus mencoba meyakinkan Yesus dengan pernyataannya, bahwa lebih baik dia mati daripada menyangkal Yesus (lihat Mrk 14:29-31,66-72). Memang Petrus jauh dari seorang pribadi yang sempurna!

Apakah kepemimpinan Petrus diberikan kepadanya karena prestasinya yang luarbiasa? Jelas tidak! Apa yang dilihat Yesus dalam diri Petrus adalah imannya. Memang, keterikatan penuh gairah Petrus kepada Yesus memimpinnya sedemikian rupa sampai pada suatu titik di mana dia membuat janji-janji yang tak mampu dipenuhinya, namun sebenarnya tanpa perlu diragukan lagi Petrus memiliki ketetapan hati untuk percaya. Setiap kali setelah ‘kejatuhannya’, Petrus selalu kembali kepada Yesus untuk pengampunan dan pemulihan dari-Nya. Keterikatan kepada Yesus seperti inilah – ketergantungan kepada-Nya at all costs – yang membuat Simon bin Yunus menjadi “batu karang” (Bahasa Aram: Kepha (Kefas); Yunani: Petrus) di atas mana Yesus mendirikan Gereja-Nya.

Keterikatan penuh gairah kepada Yesus – meskipun kita sendiri penuh dengan kelemahan – adalah yang paling disukai oleh Bapa surgawi. Apakah kita melakukan tindakan salah atau benar, hal sedemikian itu tidak sebegitu penting ketimbang sikap dan kemauan kita untuk selalu kembali datang kepada Allah untuk pengampunan setiap kali kita berdosa. Kita mungkin saja semata-mata melihat ketidakpercayaan dan kejatuhan kita, namun Yesus melihat hasrat-hasrat yang ada dalam hati kita. Dia tidak pernah negative thinking. Oleh karena itu, baiklah kita meneladan Simon Petrus sebagai contoh iman. Yesus dapat menggunakan bahkan orang-orang yang paling lemah sekali pun, selama mereka menanggapi rahmat iman yang diberikan oleh-Nya.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa untuk mereka yang sedang goyah imannya. Bawalah mereka agar sampai kepada keakraban yang lebih besar dengan-Mu. Janganlah semangat mereka menjadi menyusut karena kegagalan atau kejatuhan dalam dosa, namun selalu mau kembali kepada Allah untuk pengampunan. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 15:13-20), bacalah tulisan yang berjudul “ENGKAULAH MESIAS, ANAK ALLAH YANG HIDUP” (bacaan tanggal 23-8-20) dalam situs/blog  SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 27-8-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011) 

Cilandak, 21 Agustus 2020 [Peringatan Wajib S. Pius X, Paus]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS