Posts from the ‘20-11 PERMENUNGAN ALKITABIAH NOVEMBER 2020’ Category

YESUS MENYEMBUHKAN ORANG YANG SAKIT BUSUNG AIR PADA HARI SABAT

YESUS MENYEMBUHKAN ORANG YANG SAKIT BUSUNG AIR PADA HARI SABAT

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXX – Jumat, 29 Oktober 2021)

Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. Datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya. Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, “Apakah boleh menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” Mereka diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya serta menyuruhnya pergi. Kemudian Ia berkata kepada mereka, “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur pada hari Sabat?” Mereka tidak sanggup membantah-Nya. (Luk 14:1-6)

Bacaan Pertama: Rm 9:1-5; Mazmur Tanggapan: Mzm 147:12-15,19-20

Pada suatu hari Sabat Yesus diundang makan oleh seorang pemimpin kaum Farisi dan Yesus tidak menolak undangan itu,  meskipun biasanya orang-orang Farisi adalah “lawan”-Nya. Bukankah Yesus datang untuk menyelamatkan semua orang? Rumah sang pemimpin kaum Farisi tersebut tentunya ditandai dengan suatu suasana kepatuhan kepada Hukum yang serius: semua rituale moral dan tradisi ditaati secara ketat. Hari itu adalah hari Sabat, sebuah hari yang teramat suci bagi sang tuan rumah. Gerak-gerik Yesus juga terus diamat-amati (dimata-matai?) dengan saksama oleh mereka yang hadir. Yesus akan dinilai berdasarkan ukuran kesalehan kaum Farisi yang begitu terinci. Mereka yang hadir itu tentunya sangat memperhatikan kesucian hari Sabat. Seringkali memang sikap dan perilaku kaum Farisi suka memberi kesan bahwa mereka lebih tahu dari Allah sendiri dalam  menilai orang-orang lain, apakah benar atau salah.

Tiba-tiba di depan Yesus sudah berdiri seorang laki-laki yang sakit busung air, tentunya bukan salah seorang dari yang diundang-makan. Kiranya dia mengamat-amati dari kejauhan situasi dalam rumah itu, lalu menggunakan kesempatan yang ada secara tepat-waktu. Menurut pandangan kaum Farisi, setiap penyakit merupakan suatu hukuman atas kejahatan yang tersembunyi. Mereka pasti yakin bahwa orang malang ini sedang dihukum Allah karena kehidupannya yang tidak bermoral. Berbeda dengan cerita sebelumnya (Luk 13:10-17), kali ini Yesus yang mengambil inisiatif untuk bertanya: “Apakah boleh menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” (Luk 14:3). Pertanyaan ini terasa sebagai suatu surprise attack, kalau kita mau berbicara mengenai taktik atau strategi perang: suatu serangan tiba-tiba ketika pihak musuh belum menyiapkan diri.

Yesus tentu sudah mengetahui pandangan dari mashab/aliran/sekolah yang ada di kalangan kaum Farisi: Kalau hidup seseorang itu berada dalam bahaya, maka diperkenankan untuk menolongnya, namun kalau tidak ada bahaya yang akan terjadi segera, maka orang harus menunggu sampai hari Sabat lewat, sebelum mengambil tindakan. Orang-orang Farisi itu diam dan tidak menanggapi pertanyaan Yesus yang sederhana (namun mengena) itu. Mereka tidak mau membahas isu itu dengan Yesus, karena menurut pandangan mereka sendiri, merekalah yang memiliki “kebenaran”. Tidak ada kebiasaan yang perlu diubah … Yesus tidak dapat berbicara dalam/atas nama Allah, karena Dia tidak mengikuti ajaran-ajaran tradisional kaum Farisi tersebut.Lalu Yesus memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya serta menyuruhnya pergi. Kemudian Ia mengajukan sebuah pertanyaan lagi: “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur pada hari Sabat?” (Luk 14:5).

Inipun sudah ada jawabannya, namun para Farisi yang kasuistis itu tidak menjawab. Bagi mereka, kalau ada hewan jatuh ke dalam sumur pada hari Sabat, maka orang diperbolehkan memberi makan hewan tersebut, kalau tidak hewan itu akan mati pada keesokan harinya. Juga diperkenankan untuk melemparkan selimut dan bantal/kasur kecil guna memudahkan hewan itu keluar (dikeluarkan) dari sumur. Lebih dari itu tidak ada lagi yang dapat/boleh dilakukan pada hari Sabat, karena sudah dipandang sebagai “bekerja”. Peristiwa ini merupakan sebuah contoh yang menunjukkan kepada kita, dari belenggu macam apa kita dibebaskan oleh Yesus. Ia telah memberikan kepada kita semua suatu cara baru memandang hari Sabat. Kita diajak untuk melihat makna hari Sabat yang melampaui pertimbangan legalisme. Sabat adalah hari “Kebaikan Hati Ilahi”, hari penebusan, hari pembebasan, hari kerahiman Ilahi yang diperuntukkan bagi mereka yang miskin, yang malang dan sial, para pendosa. Pada hari Sabat justru seseorang harus melakukan kebaikan, menyembuhkan, menyelamatkan; lebih dari hari-hari yang lain. Hari Sabat adalah saat kita harus memperkenankan Yesus menyembuhkan diri kita. Dunia kita hari ini menimbulkan banyak masalah baru. Tahukah kita bagaimana menghadapi masalah-masalah tersebut dengan bekal pemahaman yang sama mendalamnya dan penilaian yang benar, seperti telah dicontohkan oleh Yesus?

DOA: Tuhan Yesus Kristus, ajarlah kami untuk selalu setia, meskipun dalam perkara-perkara kecil. Pada saat yang sama kami juga mohon agar Kaujauhkan kami dari pemikiran dan sikap yang dipenuhi oleh legalisme dan segalanya yang tidak benar di mata-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 14:1-6), bacalah tulisan yang berjudul “APAKAH BOLEH MENYEMBUHKAN ORANG PADA HARI SABAT?” (bacaan tanggal 29-10-21) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 21-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2021.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2009)

Cilandak, 28 Oktober 2021

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MARIA ADALAH GURU KRISTIANI BESAR YANG PERTAMA

MARIA ADALAH GURU KRISTIANI BESAR YANG PERTAMA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Selasa, 22 Desember 2020)

Lalu kata Maria, “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan kuduslah nama-Nya. Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”  Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya. (Luk 1:46-56)

Bacaan pertama: 1Sam 1:24-28; Mazmur Tanggapan: 1Sam 2:1.4-8abcd

Dua orang imam bersaudara anggota Ordo Salib Suci (OSC), P. Bernard C. Mischke OSC dan P. Fritz Mischke OSC (dalam Pray today’s Gospel, hal. 25),  benar sekali ketika mengatakan bahwa Maria, Ibunda Kristus, adalah yang pertama dan terbaik dari orang-orang Kristiani. Maria adalah orang pertama yang menerima panggilan Allah berkaitan dengan penebusan umat manusia dalam Putera-Nya, dan tanggapannya terhadap panggilan itu dipenuhi sukacita dan lengkap. Bahkan Maria menghayati panggilan Allah sepanjang hidupnya di dunia.

Maria adalah model Kristiani berkaitan dengan tanggapannya yang sepenuh hati terhadap sabda Allah. Itulah sebabnya mengapa kita memohon pertolongannya dan menjawab panggilan untuk hidup dalam Kristus. Karena kemauan Maria untuk menjawab panggilan Allah, maka kita pun sekarang memperoleh privilese diundang untuk ikut ambil bagian dalam kekayaan Allah.

Maria menjawab panggilan Allah dengan penuh sukacita: dia menyanyikan kidung pujian dan syukurnya yang dikenal sebagai MAGNIFICAT (Luk 1:46-55), “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku.” Sepantasnyalah apabila kita memohon kepada Allah agar dapat ikut ambil bagian dalam “optimisme” Maria, sukacitanya yang seharusnya merupakan sukacita semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita semua. Setiap hari di seluruh dunia, dalam Ibadat Sore, para puteri dan puteranya dalam Gereja menyanyikan “Kidung Maria” ini. Dengan berputarnya bumi ini, praktis kidung pujian dan syukur Maria berkumandang dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dari biara yang satu ke biara yang lain, dari komunitas yang satu ke komunitas yang lain, dari keluarga yang satu ke keluarga yang lain……. tanpa henti sampai akhir zaman.

Maria adalah pribadi pertama yang menerima Kristus. Tidak seorang pun telah mengenal dan mengasihi sang Juruselamat seperti Maria. Peranannya adalah menuntun kita kepada Kasih yang sama; teladannya memberi inspirasi kepada kita untuk memiliki hasrat yang sama untuk mendengarkan, dan mentaati, dan mengasihi. Ketika seorang perempuan yang sedang mendengarkan khotbah Yesus berkata kepada-Nya, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau” (Luk 11:27), maka Yesus menjawab, “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” (Luk 11:28). Kata-kata ini melipatgandakan pujian perempuan itu bagi Maria. Mengapa? Karena bagi semua orang yang pernah mendengar atau akan mendengar sabda/firman Allah dan memeliharanya, Maria adalah yang terbesar.

Maria adalah guru Kristiani besar yang pertama. Dalam kehidupan bangsa Yahudi, orangtua lah yang menjadi guru-guru utama. Jadi, Maria dan Yusuf adalah guru-guru dari siapa Yesus menerima hikmat manusia dan pembelajaran awal. Anak laki-laki Yahudi dianggap dewasa secara keagamaan pada usia 13 tahun. Mulai usia itu ia harus hidup penuh tanggung jawab. Setelah mencapai usia 12 tahun, remaja pria dididik langsung oleh ayahnya, agar setahun kemudian ia mampu tampil sebagai orang dewasa (Stefan Leks, Tafsir Injil Lukas, hal. 101). Ketika Maria berkata “Ya” terhadap rencana Allah, sesungguhnya dia setuju untuk menjadi ibu dan guru dari Yesus Kristus, sang Juruselamat. Itulah pentingnya peranan Maria dalam sejarah penyelamatan Allah.

Bersama Elisabet, marilah kita menyambut Maria dengan berkata: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. …… Berbahagialah ia yang percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (Luk 1:42, 45).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, beberapa hari lagi kami akan merayakan kelahiran-Mu di Betlehem. Kami percaya bahwa Engkau sama sekali tidak berkeberatan apabila pada saat-saat ini kami mengenang jasa bunda-Mu dan bunda kami semua, Maria, sebagai guru-Mu tatkala masih seorang anak dan pada saat yang sama juga murid-Mu yang paling setia, yang senantiasa patut kami teladani. Amin.

Catatan: Untuk mendalam Bacaan Injil hari ini (Luk 1:46-56), bacalah tulisan yang berjudul “JANJI-JANJI ALLAH YANG DIGENAPI DALAM DIRI YESUS” (bacaan tanggal 22-12-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori 20-12 BACAAN HARIAN DESEMBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 22-12-18 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 21 Desember 2020

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ROH KUDUS TELAH MEMBIMBING ANDREAS KEPADA IMAN YANG HIDUP

ROH KUDUS TELAH MEMBIMBING ANDREAS KEPADA IMAN YANG HIDUP

 (Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta Santo Andreas, Rasul – Sabtu, 30 November 2020)

Sebab jika engkau mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka engkau akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Karena Kitab Suci berkata, “Siapa saja yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.” Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Tuhan yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang dan murah hati kepada semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab, “siapa saja yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.”

Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”

Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata, “Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?” Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Tetapi aku bertanya: Apakah mereka tidak mendengarnya? Justru mereka telah mendengarnya, “Suara mereka sampai ke seluruh dunia dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.” (Rm 10:9-18)

Mazmur Tanggapan: Mzm 19:2-5; Bacaan Injil: Mat 4:18-22

“Sebab jika engkau mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka engkau akan diselamatkan.” (Rm 10:9)

Kematian dan kebangkitan Yesus Kristus adalah peristiwa paling penting dalam sejarah umat manusia. Secara langsung Allah melakukan intervensi ke dalam “waktu dan ruang” (yang membatasi kehidupan manusia) agar dapat mencapai keselamatan bagi seluruh umat manusia. Ia “menyejarah”, kata para teolog; masuk ke dalam sejarah umat manusia! Namun kita tidak pernah boleh memandang peristiwa itu sebagai sekadar peristiwa sejarah yang menarik. Sebagai umat Kristiani, kita dipanggil untuk membuat pengakuan iman dengan kata-kata yang kita ucapkan dan kepercayaan dalam hati kita, bahwa Allah membangkitkan Yesus dari alam maut. Ini adalah kebenaran yang akan menyelamatkan kita!

Membuat pengakuan iman bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hati kita bahwa Allah membangkitkan Dia dari kematian haruslah dilakukan dengan dan dalam iman-kepercayaan dan menghasilkan pertumbuhan dan perubahan dalam hidup kita. Hal ini perlu memimpin kita kepada keyakinan-keyakinan yang sungguh mempengaruhi cara kita berhubungan dengan orang-orang lain, cara kita melakukan bisnis, cara kita mengambil keputusan-keputusan. Singkatnya, hal tersebut harus harus menyentuh setiap aspek cara yang kita menjalani kehidupan ini. Selagi kita mulai mencocokkan kehidupan kita dengan rencana Allah, maka kita pun dapat menjadi seperti para rasul Kristus yang pertama, …… mampu untuk memproklamasikan kebenaran Injil dan memimpin orang-orang lain kepada keselamatan dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita.

Pada hari ini, tanggal 30 November, Gereja merayakan Pesta Santo Andreas yang kadang-kadang disebut sebagai “rasul pertama”. Andreas adalah seorang murid dari Santo Yohanes Pembaptis ketika Yesus – sang Rabi dari Nazaret – memanggilnya untuk menjadi murid-Nya. Pada gilirannya, Andreas mengajak Petrus untuk bertemu dengan Yesus (Yoh 1:40-42). Andreas mengikuti Yesus dan menjadi salah seorang rasul-Nya. Setelah menanggapi panggilan-Nya, nama Andreas hanya disebutkan sebanyak dua kali lagi dalam Injil (Yoh 6:8; 12:12). Menurut tradisi Andreas mewartakan Injil Yesus Kristus di tempat-tempat yang cukup jauh dari tanah Palestina, yaitu di tempat-tempat yang sekarang dikenal sebagai Turki dan Yunani, di mana dia dibunuh sebagai martir Kristus.

Sebagaimana banyak rasul yang lain, Andreas adalah seorang nelayan tanpa latar belakang pendidikan yang hebat. Ia bukanlah pemegang lisentiat dari pesantren ini atau madrasah itu. Namun oleh karya Roh Kudus, dia menjadi percaya dalam hatinya bahwa Yesus adalah Tuhan dan memproklamasikan dengan kata-katanya dan hidupnya bahwa Allah membangkitkan Yesus dari alam maut. Roh Kudus telah membimbing Andreas kepada iman yang hidup; dan Roh Kudus yang sama juga ingin menuntun kita kepada iman yang sama. Roh Kudus ingin mengajar dan memberdayakan kita! Selagi hal ini terjadi, maka kita akan percaya dengan kedalaman yang sedemikian sehingga hidup kita berubah dan kita pun akan mampu mewartakan pesan keselamatan dari Injil Yesus Kristus kepada orang-orang di sekeliling kita: para anggota keluarga kita sendiri, sahabat-sahabat kita, rekan-rekan sekerja kita dlsb. Allah sungguh ingin bekerja agar terjadi mukjizat iman dalam diri kita, teristimewa dalam masa Adven yang akan mulai kita jalani beberapa hari lagi.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, kami berterima kasih penuh syukur kepada-Mu karena Engkau telah memberikan kepada kami Santo Andreas, rasul dan martir-Mu. Di bawah bimbingan Roh Kudus-Mu, Santo Andreas memproklamasikan Kabar Baik-Mu lewat kata-katanya dan hidupnya, jauh dari tanah kelahirannya. Perkenankan kami dibentuk oleh Roh Kudus agar dapat menjadi murid-Mu yang setia seperti Santo Andreas. Terima kasih Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 4:18-22), bacalah tulisan yang berjudul “SANTO ANDREAS: SEORANG PENJALA MANUSIA SEJATI” (bacaan tanggal 30-11-20) dalam situs/blogs SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-11 BACAAN HARIAN NOVEMBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 30-11-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 29 November 2020 [HARI MINGGU ADVEN I – TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MERAYAKAN KEDATANGAN TUHAN KITA YESUS KRISTUS

MERAYAKAN KEDATANGAN TUHAN KITA YESUS KRISTUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU ADVEN I [Tahun B], 29 November 2020)

Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu kapan saatnya tiba. Keadaannya  sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penjaga pintu supaya berjaga-jaga. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu kapan tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta, supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur. Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah! (Mrk 13:33-37)

Bacaan Pertama: Yes 63:16b-17; 64:1,3b-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 80:2ac-3b,15-16,18-19; Bacaan Kedua: 1Kor 1:3-9

Masa Adven adalah masa bagi kita untuk merayakan kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Pertama adalah kedatangan-Nya dalam sejarah yang sudah lampau, yaitu pada waktu Dia dilahirkan sebagai seorang anak manusia, yaitu kedatangan-Nya pada Hari Raya Natal; kedua adalah kedatangan/kehadian-Nya pada waktu sekarang di tengah orang-orang yang menderita, miskin dan tersisihkan (lihat Mat 25:31-46); ketiga adalah kedatangan-Nya di masa yang akan datang, yaitu ketika Dia datang kembali ke dunia pada akhir zaman (parousia).

Bacaan Pertama dari Kitab Yesaya berbicara mengenai penantian Perjanjian Lama akan “hari-hari yang akan datang” ketika sang Mesias akan datang membawa hikmat-kebijaksanaan, terang dan damai sejahtera. Yesus memenuhi ekspektasi ini ketika Dia datang sebagai seorang manusia, suatu peristiwa yang merupakan hal masa lampau bagi kita.

Bacaan Injil hari ini membuat suatu lompatan besar ke masa depan ketika Yesus berbicara mengenai kedatangan-Nya pada akhir zaman. Selagi kita menantikan kedatangan-Nya ini, Yesus mendesak kita untuk bersiap-siap, karena kedatangan-Nya akan terjadi pada waktu yang kita tidak sangka-sangka.

Dalam artian tertentu, kedatangan kembali Yesus Kristus di masa mendatang dan bersifat final ini adalah sebuah proses, sesuatu yang akan dimulai bagi kita secara pribadi pada waktu kita meninggal dunia dan waktu berakhir bagi kita. Untuk sementara waktu, kita masih hidup dalam semacam “masa transisi”, yaitu masa antara kedatangan Yesus Kristus dalam sejarah masa lampau sebagai anak manusia (ambil bagian dalam kemanusiaan kita) dan satu titik di masa depan pada saat di mana Dia datang untuk memimpin kita ke dalam kemuliaan surgawi.

“Masa transisi” yang dimaksudkan di atas haruslah kita jaga agar tidak “kosong dan tanpa makna”, dengan demikian kita sungguh merayakan suatu Masa Adven yang memuncak dalam Hari Raya Natal setiap tahunnya untuk mengenang mengapa kita menanti-nanti dan siapakah yang kita nanti-nantikan itu.

“Menantikan” memainkan suatu peranan besar dalam kehidupan kita, dengan demikian pentinglah bagi kita untuk belajar bagaimana melakukan penantian. Anak-anak kecil serasa tidak sabar dalam menanti-nantikan saatnya mereka bertumbuh menjadi besar agar mereka dapat tidur lebih malam. Anak-anak remaja serasa tidak sabar dalam menanti-nantikan saatnya di mana mereka dapat mengendara mobil sendiri. Demikian pula orang-orang dewasa yang sudah bertunangan dalam menanti-nantikan saatnya mereka menikah. Masing-masing kita mempunyai sesuatu yang dinanti-nantikan: berakhirnya satu hari kerja yang penuh kesibukan, mulainya akhir pekan; suatu penyakit untuk berakhir atau mulainya waktu untuk bergembira bersama keluarga; berakhirnya belanja Natal atau mulainya melakukan dekorasi Natal di rumah.

Sebagai manusia kita selalu melakukan penantian karena hidup kita tidak pernah lengkap dalam dirinya sendiri. Selalu ada saja hal baru yang akan datang. Salah satu tujuan Masa Adven adalah mengajar kita bagaimana melakukan penantian – dengan penuh kesabaran, ekspektasi dan optimisme. Dan …… sementara kita menanti-nanti, kita tidak perlu membuang-buang waktu. Kita dapat berdoa, atau membuat perencanaan-perencanaan, atau sekadar rileks dan melakukan refleksi.

Satu tujuan lain dari Masa Adven adalah mengajar kita bagaimana mengenali kedatangan Tuhan kita – dalam tugas-tugas yang kita laksanakan, atau dalam hal-hal yang terjadi atas diri kita, atau dalam diri orang-orang yang kita temui.

Kedatangan Tuhan yang tidak terduga-duga tidak hanya terjadi pada saat kematian atau pada akhir dunia.  Tuhan kita datang secara tanpa disangka-sangka bahkan ketika kita sedang menunggu giliran diperiksa oleh dokter, atau ketika berdiri di depan kasir sebuah toko swalayan, di sebuah stasiun kereta atau di sebuah terminal bandara.

Dalam Masa Adven ini kita harus mendisiplinkan diri sendiri agar dapat melihat Yesus Kristus dalam diri setiap orang dan setiap situasi. Dengan demikian penantian kita bukanlah suatu “penantian penuh frustrasi”, melainkan suatu “penantian yang penuh kesiapan dan antisipasi”.

DOA: Datanglah, ya Yesus! Kejutkanlah diriku dengan berbagai anugerah-Mu dalam masa Adven ini. Buatlah aku mampu mengenali dan mengalami kehadiran-Mu dalam diri saudari-saudara yang kulayani, dalam Kitab Suci sebagaimana dialami oleh Bapak Fransiskus dari Assisi, dalam kegiatan-kegiatanku mempersiapkan hari Natal, dalam Sakramen Rekonsiliasi, dan teristimewa dalam Perayaan Ekaristi. Biarlah aku men-sharing-kan anugerah-anugerah ini dengan saudari-saudaraku yang lain – termasuk mereka yang beriman lain, sehingga mereka semua pun dapat mengenal Engkau, Tuhan dan Juruselamat semua orang. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 13:33-37), bacalah tulisan yang berjudul “HATI-HATILAH DAN BERJAGA-JAGALAH!” (bacaan tanggal 29-11-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-11 BACAAN HARIAN NOVEMBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 3-12-17 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 27 November 2020 [Pesta S. Fransiskus Antonius Pasani, Imam]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

NASIHAT-NASIHAT YESUS SEHUBUNGAN DENGAN AKHIR ZAMAN

NASIHAT-NASIHAT YESUS SEHUBUNGAN DENGAN AKHIR ZAMAN

 (Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIV – Sabtu, 28 November 2020)

OFM/OFMConv.: Peringatan Wajib S. Yakobus dr Marka, Imam

CM: Peringatan Wajib S. Katarina Labouré, Perawam

OSU: Pesta Uni Roma Ordo Santa Ursula

“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan dibebani oleh pesta pora dan kemabukan serta kekhawatiran hidup sehari-hari dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu  jerat. Sebab hari itu akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” (Luk 21:34-36)

Bacaan Pertama: Why 22:1-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 95:1-7

Yesus baru saja membuat pengumuman tentang “Kedatangan Anak Manusia” dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya (Luk 21:27). Yesus juga baru mengumumkan bahwa “Kerajaan Allah sudah dekat” (Luk 21:31), tidak ubahnya dengan kedatangan musim panas yang ditandai dengan pohon-pohon yang bertunas (Luk 21:30).

Sekarang, dalam bacaan Injil hari ini, Yesus kembali memberikan sejumlah nasihat kepada para sahabat-Nya, nasihat-nasihat yang cocok dengan masa penantian. Ia bersabda: “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan dibebani ……” (Luk 21:34). Setelah mengundang para sahabat-Nya untuk berharap dan menaruh kepercayaan, Yesus sekarang memperingatkan mereka supaya berjaga-jaga senantiasa. Bagi kita semua yang hidup pada zaman ini, pesan Yesus itu mengajak kita untuk senantiasa berjaga-jaga, teristimewa akan “kedatangan-Nya untuk kedua kalinya”.

Kita harus senantiasa menjaga diri, agar hati kita jangan dibebani oleh pesta pora dan kemabukan serta kekhawatiran hidup sehari-hari (lihat Luk 21:34). Keterlekatan yang berkelebihan pada kenikmatan-kenikmatan jasmani memuat hati kita beku. Bilamana kita membiarkan diri kita dikuasai oleh berbagai benda serta kenikmatan duniawi, maka sangat boleh jadi kita akan lupa akan “Hari Tuhan”, jangan sampai tiba-tiba jatuh ke atas diri kita seperti suatu jerat. Sebab hari itu akan menimpa semua penduduk bumi ini (lihat Luk 21:34-35).

“Hari Penghakiman” memang akan tiba tanpa pengumuman terlebih dahulu. Setiap detik setiap hari, ada ratusan orang mati di seluruh dunia. Kita masing-masing tidak mengetahui tinggal berapa detik lagi yang tersedia bagi kita untuk hidup di atas bumi ini. Keruntuhan Yerusalem (Luk 21:20-24) seharusnya merupakan sebuah peringatan bagi kita semua. Ini adalah suatu tanda penghakiman yang jatuh ke atas seluruh dunia.

Hari ini adalah hari terakhir dari tahun liturgi (Tahun B/II). Apa lagi yang lebih cocok bagi kita daripada membaca dan merenungkan nasihat Yesus untuk “berjaga-jaga senantiasa sambil berdoa”, supaya kita beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kita tahan berdiri di hadapan Anak Manusia (lihat Luk 21:36).

Ya, Yesus menasihati para sahabat-Nya untuk tak henti-hentinya berdoa. Santo Paulus mengulangi nasihat yang sangat urgent ini kepada umat Kristiani perdana, juga lewat contoh dirinya sendiri (bacalah 1Tes 5:17; 2Tes 1:11; Flp 1:4; Rm 1:10; Kol 1:3,9; Flm 1:4). Rangkuman berbagai pesan Paulus: “Kami berdoa terus-menerus …… Dalam doa-doaku pada setiap saat …… Aku selalu bersyukur kepada Allah pada saat aku mengingat kamu dalam doa-doaku ……”

Kita harus senantiasa mengingat nasihat-nasihat Yesus yang sangat menentukan dan menerapkan semuanya pada diri kita sendiri: pengharapan, rasa percaya dan kepastian, kesiap-siagaan, ketenangan hati, kesiap-siagaan penuh kemauan, doa-doa, ……. karena tidak seorang pun tahu kapan “Hari Tuhan” itu. “Berjaga-jaga senantiasa sambil berdoa” dimaksudkan supaya kita beroleh kekuatan untuk ‘luput’ dari semua yang akan terjadi itu ……” (Luk 21:36). “Luput” di sini adalah “luput” dari aspek-aspek yang sangat buruk dan mengerikan dari “Hari Tuhan” itu. Rasa percaya, sukacita, pengharapan, …… tidaklah sama dengan rasa-aman yang salah. Kita harus berjaga-jaga. Kita harus “luput”. Ada bahaya yang mengancam. Kita harus memiliki kekuatan untuk meluputkan diri.

“…… supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia” (Luk 21:36). Ini adalah potongan kalimat terakhir dari sabda Yesus sebelum kisah sengsara-Nya. “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, …… supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Allah”! Tidak lama setelah itu Yesus sendiri sampai kepada “akhir”-Nya …… melalui penderitaan sengsara-Nya. Namun demikian, Ia telah memandang diri-Nya sebagai “Anak Manusia” yang penuh kemuliaan dan duduk “di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa”, sebagaimana Dia akan mengumumkannya dalam beberapa hari kemudia di hadapan Sanhedrin (lihat Luk 22:69L

DOA: Tuhan Yesus Kristus , kami percaya bahwa adalah sang “Anak Manusia” yang mempunyai “kata terakhir”. Dan, apabila kami senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa, maka kami pun akan tahan berdiri dihadapan-Mu. Tuhan Yesus, datanglah! Amin.

Catatan: Untuk mendalam Bacaan Pertama hari ini (Why 22:1-7), bacalah tulisan yang berjudul “BERBAHAGIALAH ORANG YANG MENURUTI PERKATAAN-PERKATAAN NUBUAT KITAB INI” (bacaan tanggal 28-11-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-11 BACAAN HARIAN NOVEMBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 1-12-18 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 26 November 2020 [Peringatan Wajib/Peringatan Fakultatif S. Leonardus dr Porfto Mauritio, Imam]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KETAHUILAH BAHWA KERAJAAN ALLAH SUDAH DEKAT

KETAHUILAH BAHWA KERAJAAN ALLAH SUDAH DEKAT

(Bacaan Injil Misa,  Hari Biasa Pekan Biasa XXXIV – Jumat, 27 November 2020)

OFMConv.: Pesta S. Fransiskus Antonius Fasani, Imam

Lalu Yesus mengatrakan perumpamaan ini kepada mereka, “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Orang-orang zaman ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.” (Luk 21:29-33)

Bacaan Pertama: Why 20:1-4,11-21:2; Mazmur Tanggapan: Mzm 84:3-6a,8a

“Jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.”  (Luk 21:31)

Di negara-negara yang mayoritas penduduknya  adalah umat Kristiani, hampir setiap orang telah melihat ada saja plakat yang mengingatkan orang-orang akan satu  hal ini, yaitu sudah dekatnya akhir zaman; di sudut-sudut jalanan, di tepi pantai, dlsb. Bahkan pada peristiwa-peristiwa seperti pertandingan olah-raga: ada penonton yang kelihatan “nyentrik” dengan memakai kaos yang bertuliskan kata-kata berikut ini secara mencolok: “Akhir zaman sudah dekat!” Orang itu pun berteriak-teriak! Kebanyakan orang yang melihat biasanya menutup kuping dan mata mereka; mereka mengabaikan pesan-pesan tentang malapetaka yang akan menimpa,…… EGP – emangnya gue pikirin! Namun apabila kita mau kelihatan lebih dekat dengan ajaran-ajaran Yesus tentang akhir zaman, maka yang ditulis pada kaos itu kiranya lebih “pas” berbunyi sebagai berikut: “Awalnya sudah ada di sini!”

Apa yang diajarkan oleh Yesus tentang akhir zaman ini? Sambil duduk di Bait Suci, Yesus mengajar orang banyak: “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Orang-orang zaman ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi” (Luk 21:29-32). Yesus ingin agar para pendengar-Nya memahami bahwa apa yang mereka saksikan adalah awal dari pemerintahan mesianis. Dengan masuknya Yesus ke tengah dunia, maka “akhir zaman” sudah dimulai.

Acuan kepada pohon ara oleh Yesus dalam bacaan Injil hari ini sungguh memberikan pengharapan kepada kita semua. Mengapa? Sebatang pohon ara, seperti kebanyakan pohon dalam musim dingin, kelihatannya sudah mati namun sebenarnya siap membawa hidup baru dalam musim semi. Demikian pula halnya dengan Gereja dan diri kita pribadi masing-masing. Walaupun kita mengalami pelbagai kesulitan, pelbagai masalah dan kematian yang jelas akan terjadi, di kedalaman diri kita masing-masing berdiamlah Roh Kudus sejak saat kita dibaptis. Roh Kudus adalah inti/pangkal (nucleus) dari hidup baru dan kelahiran baru kita. Pembaptisan mengingatkan kita bahwa pada akhir musim dingin spiritual kita, suatu tunas akan mampu muncul dari bebatuan untuk mengawali hidup baru. Apa pun yang terjadi, kita seharusnya tidak merasa ragu akan kuat-kuasa panggilan Allah, pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari, dan kehendak Allah yang khusus bagi kita, karena kita yakin jika kita memiliki iman dalam terang Tuhan, maka kita dapat survive kegelapan macam apa saja.

Memang merupakan suatu tantangan untuk menerima sesuatu yang kelihatan seperti paradoks karena selama 2.000 tahun lamanya kita-manusia sudah hidup dalam “tahapan-tahapan awal” dari pemerintahan Kristus. Kepenuhan pemerintahan-Nya masih akan datang, namun hal itu tidak berarti bahwa pemerintahan Kristus belum dimulai. Kita tahu bahwa melalui kebangkitan-Nya Yesus membuka pintu surga bagi kita. Dan hal itu berarti bahwa segenap tatanan ciptaan telah diubah. Sekarang, surga dibawa turun ke bumi, dan kita para makhluk di bumi dapat diangkat ke surga. Kita sekarang hidup pada zaman Gereja. Sebagai orang-orang yang telah ditebus oleh Allah, kita dapat mendeklarasikan kemenangan kita atas dosa dan maut, bahkan ketika kita masih “menanti-nanti dalam pengharapan penuh sukacita” untuk pembebasan kita yang final.

Melalui Yesus Kristus, Roh Kudus telah dicurahkan untuk mempersiapkan diri kita menyambut kedatangan-Nya untuk kedua kalinya. Marilah kita sekarang dengan penuh keyakinan berpartisipasi dalam era rahmat hidup doa kita ini, dalam komitmen kita untuk melayani dan melakukan evangelisasi, serta ikut ambil bagian dalam sakramen-sakramen – tanda-tanda istimewa yang mengatakan kepada kita semua bahwa Kerajaan Yesus ada di sini, walaupun belum secara penuh. Dengan cara begini, tindakan-tindakan kita dan kehidupan kita akan senantiasa terdengar jauh lebih keras dan membawa dampak daripada plakat-plakat yang bertuliskan kata-kata seperti berikut: “Kerajaan Allah, kemenangan rencana Allah, akhir sejarah, ada di sini!”

DOA: Tuhan Yesus Kristus, ajarlah kami kuasa dan kebenaran firman-Mu. Biarlah firman-Mu menjadi batu karang dan benteng di tengah-tengah keributan kehidupan. Biarlah firman-Mu menjadi pelita bagi langkah kami, sehingga kami dapat menantikan kedatangan-Mu dengan pengharapan penuh sukacita. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Why 20:1-4,11-21:2), bacalah tulisan yang berjudul “ALLAH AKAN MEMPERBAHARUI SEGENAP CIPTAAN” (bacaan tanggal 27-11-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori:  20-11 BACAAN HARIAN NOVEMBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-11-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 25 November 2020 [Peringatan Fakultatif dr Aleksandria, Perawan Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KEDATANGAN YESUS UNTUK KEDUA KALINYA

KEDATANGAN YESUS UNTUK KEDUA KALINYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIV – Kamis, 26 November 2020)

OFMConv.: Peringatan Wajib S. Leonardus dr Porto Mauritio, Imam

Keluarga Fransiskan lainnya: Peringatan Fakultatif S. Leonardus dr Porto Maurito, Imam

OP: Peringatan Fakultatif S. Leonardus dr Porto Mauritio

SJ: Peringatan Wajib S. Yohanes Berchmans, Biarawan

“Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan ketika semua yang telah tertulis akan digenapi. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesusahan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.”

“Akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan guncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah kepalamu, sebab pembebasanmu sudah dekat.”  (Luk 21:20-28)

Bacaan Pertama: Why 18:1-2,21-23; 19:1-3,9a; Mazmur Tanggapan: Mzm 100:2-5

Seorang anak muda, murid yang cemerlang, mengajukan pertanyaan yang sulit kepada guru agamanya. Karena tidak mampu untuk memberikan jawaban yang memadai, maka sang guru menjawab: “Oh, itu suatu misteri iman”.  Sekarang, pertanyaannya adalah apakah “misteri” itu sebenarnya? Suatu misteri bukanlah sesuatu yang kita tidak dapat ketahui samasekali. Misteri adalah sesuatu yang tidak dapat kita ketahui sepenuhnya, tidak dapat diketahui segalanya. Kedatangan Kristus untuk kedua kalinya, yang kita baca dalam Injil hari ini adalah salah satu dari misteri itu. Kita tidak dapat mengetahui segala sesuatunya tentang kedatangan kembali Kristus dalam kemulian kelak, kita tidak tahu kapan hal itu akan terjadi, tidak tahu peristiwa-peristiwa aktual apakah yang mendahului kedatangan-Nya, dan bagaimana penghakiman terakhir akan berlangsung.

Akan tetapi, kita dapat mengetahui beberapa hal, dan salah satunya terdengar tidak mengenakkan: “Kerajaan Kristus baru akan menang sesudah serangan terakhir kekuatan-kekuatan jahat” (Katekismus Gereja Katolik [KGK], 680). Kitab Suci mencatat bahwa kedatangan kembali Yesus akan didahului oleh suatu masa yang dipenuhi dengan gejolak-gejolak dramatis dalam masyarakat, menyangkut peperangan, tanda-tanda pada alam ciptaan, kekacauan dlsb., baik di dunia maupun di dalam Gereja sendiri. Bangsa akan melawan bangsa dalam peperangan. Kita akan melihat kelaparan, wabah penyakit menular dan pengejaran serta penganiayaan terhadap umat beriman. Akhirnya orang-orang tidak lagi taat kepada kebenaran, melainkan semakin percaya kepada hal-hal yang ridak benar, yang tidak berasal dari Allah.

Peringatan yang diberikan oleh Yesus di atas bukanlah dimaksudkan untuk menakut-nakuti kita. Peringatan Yesus itu dimaksudkan untuk mempersiapkan diri kita. Yesus membawa pesan kasih dan belas kasih, bukan pesan mala-petaka dan kemurungan. Ia datang untuk menolong kita agar siap dalam menghadapai akhir zaman. Yesus tidak pernah mengatakan semuanya akan mudah dan senantiasa berjalan mulus. Kita tidak begitu saja dapat berpindah dari kerajaan dunia ke kerajaan Allah, seperti pindah kamar tidur yang letaknya bersebelahan. Akan tetapi, apabila kita mempersiapkan segala sesuatu dengan baik sambil mengambil langkah-langkah khusus yang akan membantu kita bertumbuh dalam kasih dan pelayanan kepada Allah dan sesama, maka kita dapat mengantisipasi sesuatu yang indah bersama Allah dalam kehidupan yang kekal. Santo Paulus menulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: Semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1Kor 2:9; bdk. Yes 64:4).

Oleh karena itu marilah kita memusatkan perhatian kita pada persiapan yang tidak dipenuhi rasa takut akan akhir zaman yang menggemparkan itu. Baiklah kita yakin akan kemenangan Yesus dan marilah kita mempersiapkan awal penuh kemuliaan dari kehidupan kekal: berjalan dalam iman, bukan keraguan; dipenuhi dengan pengharapan, bukan kekhawatiran; dan bertumbuh dalam kasih, bukan rasa takut. Yesus telah mengalahkan dunia. Dia telah mengalahkan dosa dan maut. Sekarang Ia sedang menunggu waktu yang tepat untuk kembali dan membawa kita pulang ke rumah Bapa.

DOA: Bapa surgawi, Allah yang baik dan kekal, tolonglah aku mempersiapkan dengan antisipasi besar akan kehidupan kekal. Aku ingin berada bersama Engkau dan keluarga yang telah Kaukumpulkan dalam kekekalan kerajaan-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 21:20-28), bacalah tulisan yang berjudul “KEDATANGAN SANG MESIAS YANG DINANTI-NANTIKAN” (bacaan tanggal 26-11-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-11 BACAAN HARIAN NOVEMBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 28-11-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 24 November 2020 [Peringatan Wajib S. Andreas Dūng Lac, Imam dkk. Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KALAU KAMU TETAP BERTAHAN, KAMU AKAN MEMPEROLEH KEHIDUPAN

KALAU KAMU TETAP BERTAHAN, KAMU AKAN MEMPEROLEH KEHIDUPAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIV – Rabu, 25 November 2020)

Peringatan Fakultatif S. Katarina dr Aleksandria, Perawan Martir

OSF Sibolga: Pesta Beata Elisabet dr Reute, Pelindung Kongregasi, Perawan

OSU: Pesta Berdirinya Kompani S. Ursula

“Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh kehidupan.” (Luk 21:12-19)

Bacaan Pertama: Why 15:1-4; Mazmur Tanggapan: Mzm 98:1-3ab,7-9

“Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh kehidupan.” (Luk 21:19)

Tahun 1942. Di negeri Belanda yang ketika itu diduduki oleh pasukan Nazi Jerman, ada seorang biarawati Karmelites yang bernama Edith Stein [1891-1942]. Berulang kali biarawati ini dipanggil ke markas besar Nazi. Dia harus ke luar dari biaranya, padahal dia adalah seorang biarawati kontemplatif. Di dalam markas Nazi tersebut dia mengalami interogasi-interogasi yang lama dan penuh intimidasi,  difitnah dengan tuduhan-tuduhan palsu. Keselamatan dirinya dan orang-orang yang dikasihinya juga diancam, …… karena dia adalah seorang keturunan Yahudi. Semua itu dilakukan pihak Nazi dengan harapan agar dapat menghancurkan semangatnya, namun mereka gagal menaklukkan perempuan tangguh ini.  

Suster Edith Stein bukanlah biarawati sembarangan. Sebelum menjadi seorang katolik di tahun 1922, dia adalah seorang dosen di salah satu perguruan tinggi di Jerman, yaitu di Universitas Freiburg dan dia adalah pemegang gelar doktor filsafat dari Universitas Göttingen [1918]. Sebelum itu Edith juga pernah bekerja sebagai perawat rumah sakit. Pada waktu masuk Gereja Katolik, Edith berniat masuk biara Karmelites a.l. karena dipicu oleh bacaannya atas tulisan-tulisan Santa Teresa dari Avila, yang bersama Santo Yohanes dari Salib adalah para pembaharu Ordo Karmelit. Namun para mentor spiritualnya tidak mendorongnya. Kemudian Edith bekerja sebagai guru di sebuah sekolah Katolik di Münster.

Karena kebijakan rasialisme dari pihak Nazi, dia harus meninggalkan pekerjaannya sebagai guru pada tahun 1933 dan bergabung dengan biara suster-suster Karmelites tak berkasut (OCD) di Cologne pada tahun 1934. Nama biaranya adalah Suster Benedikta dari Salib. Demi keamanan mereka, pada tahun 1938 Suster Benedikta dari Salib dan Suster Rosa, saudarinya, dipindahkan ke biara Karmelites di Echt, Belanda.

Pada bulan Agustus tahun 1942, sebagai balasan terhadap pernyataan para uskup Belanda yang memprotes kebijakan Nazi terhadap orang-orang Belanda keturunan Yahudi, maka semua orang Katolik keturunan Yahudi di Belanda ditangkapi dan dideportasi. Ketika pihak Nazi datang ke biara untuk menangkap Edith, dengan tenang dia berkata kepada Suster Rosa yang juga ditangkap: “Mari, kita akan pergi ke umat kita.” Dalam perjalanan penuh penderitaan selama tujuh hari ke Auschwitz, Edith menguatkan dan menghibur semua orang yang ada dalam rombongannya dan mereka semua akan terkejut sekali ketika sampai pada akhir perjalanan.

Edith Stein wafat di kamar gas di kamp konsentrasi Auschwitz pada tanggal 9 Agustus 1942, dan sisa-sisa jenazahnya dikremasikan bersama sisa-sisa jenazah ribuan orang lainnya yang dibinasakan pada hari itu. Banyak cerita yang belakangan diceritakan oleh orang-orang yang masih hidup ketika perang usai dan menjadi saksi-saksi dari hari-hari terakhir Edith Stein. Damai-sejahtera yang dibawakannya kepada orang-orang tahanan lainnya, bela rasanya bagi mereka yang menderita di sekeliling dirinya, dan kemampuannya untuk menanggung penderitaan adalah hal-hal yang dicatat tentang dirinya.

Cerita tentang Edith Stein melukiskan bagaimana kata-kata Yesus yang disampaikan kepada para murid-Nya tidak terbatas pada umat Kristiani abad pertama. Semua umat beriman yang mencari dan berupaya untuk memajukan rencana Bapa bagi umat-Nya akan mengalami peristiwa-peristiwa serupa dalam hidup mereka. Sesungguhnya, semua pencobaan yang kita alami sebagai umat Kristiani (besar ataupun kecil) adalah tanda-tanda dari sifat dunia ini yang tidak permanen dan juga sifat permanen dari “dunia” yang akan datang – sebuah dunia yang penuh dengan pengharapan, damai sejahtera dan sukacita yang bertentangan dengan rencana-rencana dari orang-orang yang terikat pada dunia yang penuh dengan keterbatasan ini.

Dalam setiap zaman Gereja mengalami pengejaran dan penganiayaan, baik dari dalam maupun dari dalam. Setiap zaman mempunyai cerita-cerita tentang para pahlawan seperti Edith Stein, namun juga tentang peristiwa-peristiwa yang kita semua hadapi setiap hari. Dalam setiap sikon yang kita hadapi, dalam setiap orang yang kita temui, kepada kita diberi kesempatan untuk memancarkan sinar terang benderang seperti yang terjadi dengan Edith Stein, apabila kita memperkenankan Tuhan untuk memperkuat diri kita dan menolong agar kita mengetahui kata-kata apa yang harus kita ucapkan dan bagaimana untuk mengasihi. Dalam setiap peristiwa, kita dapat mengalami janji Yesus yang besar dan sangat berharga: “Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu” (Luk 21:19).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, buatlah diriku agar menjadi murid-Mu yang setia seperti Edith Stein, sehingga aku dapat bertahan dalam segala pencobaan dan pengejaran. Aku ingin menerima “mahkota kehidupan” yang Kaujanjikan kepada orang-orang yang mengasihi Engkau (Yak 1:12). Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 21:12-19), bacalah tulisan yang berjudul “KALAU KAMU TETAP BERTAHAN” (bacaan tanggal 25-11-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-11 BACAAN HARIAN NOVEMBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 27-11-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 24 November 2020 [Peringatan Wajib S. Andreas Dŭng Lac, Imam dkk. Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENANTIKAN KEDATANGAN KEMBALI YESUS KRISTUS DENGAN PENUH KESIAPSIAGAAN

MENANTIKAN KEDATANGAN KEMBALI YESUS KRISTUS DENGAN PENUH KESIAPSIAGAAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan Wajib S. Andreas Dūng Lac, Imam dkk. Martir – Selasa, 24 November 2020)

Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah, betapa bangunan itu dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus, “Apa yang kamu lihat di situ – akan datang harinya ketika tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”

Lalu mereka bertanya kepada Yesus, “Guru, kapan itu akan terjadi? Apa tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya, “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: ‘Akulah Dia,’ dan: ‘Saatnya sudah dekat.’ Janganlah kamu mengikuti mereka. Apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu takut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.”

Ia berkata kepada mereka, “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang menakutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit. (Luk 21:5-11)

Bacaan Pertama: Why 14:14-20; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:10-13

“Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan … “ (Luk 21:10).

Bagaimana kita menanggapi peringatan profetis (kenabian) Yesus berkaitan dengan zaman akhir seperti ini? Apakah nubuatan seperti ini menyebabkan kita menjadi dirundung rasa takut, kekhawatiran, atau … pengharapan? Orang-orang di segala zaman tentu saja ada yang mengira-ngira apakah akhir zaman akan terjadi dalam kehidupan mereka, khususnya pada saat-saat mengalami bencana alam berskala besar. Beberapa contoh: Wabah yang dinamakan the Black Death telah “menghilangkan” sepertiga penduduk Eropa pada abad ke-14. Demikian pula gempa bumi dahsyat yang terjadi pada tahun 1906 di San Francisco telah memakan korban yang sangat banyak. Sejak beberapa minggu lalu kita juga telah menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya super-typhoon Haiyan (Yolanda) menghantam negara Filipina. Berkaitan dengan perang, cukuplah kita melayangkan pandangan kita sejenak kepada negara-negara  Timur Tengah dan Afrika, yang sejak beberapa dasawarsa terakhir secara bergiliran mengalami konflik intern maupun ekstern antara negara yang satu dengan negara yang lain.

Sebagai umat Kristiani, kita tidak dapat membiarkan rasa takut menguasai diri kita. Rasa takut hanya akan mengakibatkan suatu iman yang kurang dalam ekspektasi. Orang-orang yang mengenal dan mengalami kasih Bapa surgawi mengetahui bahwa Dia ingin agar semua orang diselamatkan. Begitu besar kasih Allah itu pada dunia ini, sehingga Dia mengaruniakan Putera-Nya yang tunggal, Yesus, ke tengah dunia (lihat Yoh 3:16). Kita pun melihat bagaimana Yesus mati untuk kita semua. Daripada kita menjadi takut dan bergetar melihat berbagai bencana dan malapetaka yang terjadi di dunia, baiklah kita melihat semua itu sebagai alarm bangun pagi sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan dunia yang sungguh mengerikan.

Kita harus senantiasa menantikan kedatangan kembali Yesus dengan penuh kesiap-siagaan. Apakah akhir zaman datang pada hari ini atau seribu tahun lagi, disposisi hati kita seharusnya tetap sama. Selagi Fransiskus dari Assisi mencangkul di kebunnya pada suatu hari, salah seorang saudaranya bertanya kepadanya apakah yang akan diperbuatnya sekiranya akhir zaman terjadi pada saat itu. Fransiskus – yang begitu yakin akan persiapannya sendiri dan lebih yakin lagi akan belas kasih (kerahiman) Allah – menjawab bahwa dia akan terus mencangkul. Keyakinan sederhana itu hanya dapat diungkapkan oleh seorang pribadi yang dirinya sudah sepenuhnya didiami oleh Roh Kudus dan sepenuhnya dipimpin oleh Roh Kudus itu (Spirit filled and Spirit led). Keyakinan Fransiskus yang sama dapat menjadi keyakinan kita juga!

Yesus memang pasti akan datang kembali. Kapan dan bagaimana caranya, tidak ada seorang pun yang mengetahui. Namun kita tahu dari Kitab Suci bahwa penghakiman-Nya akan tegas-keras atas orang-orang yang tidak mau bertobat, walaupun Ia juga akan sangat berbelas-kasih atas diri orang-orang yang telah bertobat. Kristus telah memenangkan keselamatan bagi kita. Marilah kita ikut ambil bagian – walaupun secara kecil-kecilan – dalam upaya memajukan Kerajaan-Nya lewat doa-doa kita dan karya-karya kasih kita yang ditujukan bagi keluarga-keluarga kita, kota dan/atau desa tempat kediaman kita, bahkan seluruh dunia. Kita tidak boleh takut!  Selagi kita menjadi semakin dekat dengan Yesus – teristimewa dalam peristiwa-peristiwa yang sulit dalam kehidupan kita – kita pun dapat menjadi duta-duta besar-Nya untuk dunia ini, menawarkan kepada mereka keyakinan sama yang ada dalam hati kita.

DOA: Bapa surgawi, Allah yang Mahabaik dan Mahapengampun, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa-dosa dunia di sekeliling kami. Dalam nama Putera-Mu, Tuhan kami Yesus Kristus, bawalah kesembuhan, bimbingan dan arahan ke dalam hidup kami masing-masing agar dengan demikian kami pun menjadi siap menyambut kedatangan-Nya kembali dalam kemuliaan kelak. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Why 14:14-20), bacalah tulisan yang berjudul “SECARA TETAP ALLAH MEMPERSIAPKAN UMAT-NYA UNTUK AKHIR ZAMAN” (bacaan tanggal 24-11-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-11 BACAAN HARIAN NOVEMBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 26-11-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 23 November 2020 [Peringatan Fakultatif S. Klemens I, Paus Martir;  Peringatan Fakultatif S. Kolumbanus, Abas]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERSEMBAHAN YANG MENYENANGKAN HATI ALLAH

PERSEMBAHAN YANG MENYENANGKAN HATI ALLAH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIV – Senin, 23 November 2020)

Peringatan Fakultatif S. Klemens I, Paus Martir;

Peringatan Fakultatif S. Kolumbanus, Abas

Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua uang tembaga, ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkah yang dimilikinya.” (Luk 21:1-4)

Bacaan Pertama: Why 14:1-3,4b-5; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-2,3-4ab,5-6

Kasus ini menunjukkan bahwa jumlah uang persembahan yang kecil namun diberikan dari kondisi yang serba kekurangan, ternyata jauh lebih berharga di mata Allah daripada uang persembahan yang besar namun diberikan dari kelebihan (surplus) berlimpah.

Di satu sisi kita melihat orang-orang kaya memberi sumbangan kepada perbendaharaan Bait Suci, jumlahnya relatif besar namun berasal dari surplus mereka. Berbagai kebutuhan hidup mereka telah terpenuhi, misalnya kebutuhan akan sandang, pangan, papan, barangkali juga sejumlah “kenikmatan” dan “kemewahan” hidup tertentu. Jadi, setelah pertama-tama memperoleh kenyamanan hidup, barulah mereka mempersembahkan sesuatu bagi Allah. Di sisi lain, kita juga melihat seorang janda miskin, tidak mempunyai apa-apa lagi (boro-boro mempunyai polis asuransi jiwa) guna menopang masa depannya; dan ia memberi dengan penuh keikhlasan dari segala kekurangannya itu …… memberi dari kemiskinannya. Janda miskin ini mempercayakan dirinya kepada Allah, percaya bahwa dengan pertama-tama mencari Kerajaan-Nya dan kebenarannya, dia akan memperoleh segala sesuatu yang diperlukannya (lihat Mat 6:33). Janda miskin itu sungguh memiliki iman yang mengagumkan: ia menaruh kepercayaan penuh kepada Allah pada saat ia tidak memiliki apa-apa.

Injil Lukas seringkali menggambarkan tema peninggian orang-orang miskin dan perendahan orang-orang yang berkuasa. Melalui kemiskinan mereka, orang-orang miskin belajar untuk menggantungkan diri sepenuhnya kepada Allah dan mengalami kemurahan-hati-Nya dan kekayaan-Nya. Di mata orang banyak dapat saja apa yang dilakukan oleh sang janda miskin kelihatan sebagai suatu tindakan bodoh, namun di mata Allah ini adalah sebuah pengorbanan sejati, suatu tindakan yang jauh lebih menyenangkan hati-Nya daripada tindakan mereka yang memberi banyak namun sebenarnya bukan merupakan sebuah pengorbanan samasekali. Kenyataan bahwa Yesus mengakui persembahan sang janda miskin sangat menghibur dan menyemangati kita semua karena dapat diartikan bahwa Yesus mengakui pengorbanan-pengorbanan kita yang kelihatan kecil. Ya, itulah Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita! Percayalah, Saudari dan Saudaraku, Yesus tidak akan mengecewakan kita.

Cerita tentang janda miskin yang memberikan persembahan ini mendorong kita untuk merendahkan diri kita di hadapan Allah. Allah sangat mengasihi kita dan Ia ingin memberikan segala sesuatu yang baik kepada kita. Yang diminta oleh-Nya adalah agar kita menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada pemeliharaan-Nya yang penuh kasih. Ketika dia memberikan persembahannya yang sedikit itu, sang janda miskin menyadari bahwa Allah mengasihi dirinya dan akan memperhatikannya dengan penuh kasih sayang. Marilah kita memberikan hati kita kepada Allah dan memperkenankan diri-Nya memperhatikan setiap kebutuhan kita.

DOA: Datanglah Roh Kudus, tolonglah kami agar dapat mengenal Allah secara pribadi seperti yang dicontohkan oleh sang janda miskin dalam bacaan Injil hari ini. Dengan demikian kami dapat memberi persembahan kepada-Nya berupa kasih sejati yang sungguh ke luar dari hati kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 21:1-4), bacalah tulisan yang berjudul “SANG ANAK DOMBA DAN PARA PENGIKUT-NYA YANG DITEBUS-NYA” (bacaan tanggal 23-11-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-11 BACAAN HARIAN NOVEMBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 25-11-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 22 November 2020 [HARI RAYA TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS