Posts from the ‘17-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2017’ Category

IMAN DAN RASA TAKUT

IMAN DAN RASA TAKUT

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Yohanes Bosko, Imam – Selasa, 31 Januari 2017) 

yesus-menyembuhkan-wanita-yang-kena-plagueSesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sementara Ia berada di tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, sujudlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya, “Anak perempuanku sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.

Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menyentuh jubah-Nya. Sebab katanya, “Asal kusentuh saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Seketika itu juga berhentilah berhentilah pendarahannya dan ia merasa bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada saat itu juga Yesus mengetahui bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berbalik di tengah orang banyak dan bertanya, “Siapa yang menyentuh jubah-Ku?” Murid-murid-Nya menjawab: “Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menyentuh Aku?” Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan sujud di depan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang terjadi. Lalu kata-Nya kepada perempuan itu, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan damai dan tetaplah sembuh dari penyakitmu!”

Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata, “Anakmu sudah meninggal, untuk apa engkau masih menyusahkan Guru?” Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat, “Jangan takut, percaya saja!” Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah masuk Ia berkata kepada orang-orang itu, “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Tetapi mereka menertawakan Dia.

Semua orang itu disuruh-Nya keluar, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu serta mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya, “Talita kum,” yang berarti, “Hai anak perempuan, aku berkata kepadamu, bangunlah!” Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan. (Mrk 5:21-43) 

Bacaan Pertama: Ibr 12:1-4; Mazmur Tanggapan: Mzm 22:26-28,30-32

Dalam bacaan Injil yang agak panjang ini, Markus menceritakan sebuah cerita di dalam sebuah cerita, sesuatu yang juga pernah dilakukannya sebelum ini (lihat Mrk 3:20-35). Cerita-cerita mukjizat tentang anak perempuan Yairus dan perempuan yang menderita pendarahan memang sangat cocok diceritakan dalam satu “paket” yang sangat menarik.

yesus-menyembuhkan-berkata-talita-khumiDalam dua kasus ini kita melihat keberadaan situasi-situasi yang kelihatannya tak mempunyai pengharapan, namun ternyata iman kepada Yesus adalah jawabannya, seperti dikatakan oleh-Nya kepada perempuan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau” (Mrk 5:34). Jadi, yang kita butuhkan adalah rasa percaya (Inggris: trust).

Kita juga melihat dalam dua cerita ini bahwa rasa takut tidak mempunyai tempat dalam situasi di mana Yesus hadir. Ketika perempuan itu sadar bahwa dirinya telah diketemukan/diketahui, dia menjadi takut dan gemetar (Mrk 5:33), namun Yesus berkata: “Pergilah dengan damai dan tetaplah sembuh dari penyakitmu! Pada waktu laporan bahwa anak perempuan Yairus telah meninggal dunia menyebabkan rasa takut yang melumpuhkan dan ketiadaan pengharapan, Yesus berkata kepada Yairus: “Jangan takut, percaya saja!”  (Mrk 5:36).

Yesus menunjukkan kepada kita kuat-kuasa-Nya yang besar untuk menyembuhkan dan membuat mukjizat-mukjizat. Kuat-kuasa itu mengalir ke luar dari diri-Nya. Ada kuat-kuasa untuk menyembuhkan dalam sentuhan-Nya. Yesus mengajarkan kepada kita sesuatu tentang sentuhan manusiawi dan juga tentang sentuhan ilahi-Nya. Ia menginginkan agar kita juga menyentuh orang lain yang membutuhkan. Bilamana kita menyentuh, maka hal itu berarti bahwa kita tidak takut terlibat. Ada suatu kesembuhan tertentu dalam sentuhan seorang manusia. Hanya apabila kita sampai pada titik untuk dapat menghargai karunia dari Allah itu, hanya setelah itulah kita dapat menerima karunia sentuhan penyembuhan yang bersifat ilahi.

Tuhan Yesus membuat jelas bahwa tidak ada kasus yang tak berpengharapan dalam kehadiran-Nya. Apakah kita percaya akan hal ini? Jika muncul situasi-situasi yang hopeless dalam kehidupan kita, dalam keluarga kita, apakah kita berpaling kepada-Nya dengan iman dan rasa percaya? Atau, apakah reaksi kita yang pertama adalah rasa takut, rasa putus asa, bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat dilakukan? Kemudian, apakah kita pergi menemui “orang pintar” dan sejenisnya guna memperoleh jawaban yang mungkin?

Apakah sebenarnya yang diekspektasi oleh Yesus dari diri kita? Ia menginginkan agar kita melakukan hal yang terbaik. Ia ingin agar kita menggunakan segala kemampuan dan sumber daya yang kita miliki, semua karunia yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita. Namun semua itu harus senantiasa kita lakukan tanpa rasa takut, karena Dia hadir; dengan iman, karena Dia memang selalu memelihara kita.

DOA: Tuhan Yesus, mengapa kami begitu lemah dalam iman, begitu tertekan dengan rasa takut? Tunjukkanlah kepada kami bahwa kami tidak perlu menjadi takut, melainkan cukup menyerahkan diri kepada sentuhan kesembuhan-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 5:21-43), bacalah tulisan yang berjudul “MOHON DIBERIKAN TELINGA YANG MAU DAN MAMPU MENDENGARKAN SUARA YESUS” (bacaan tanggal 31-1-17), dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; 17-01 BACAAN HARIAN JANUARI 2017. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 5-2-15 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 30 Januari 2017 [Peringatan S. Yasinta Mareskoti, Perawan Ordo III S. Fransiskus] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

DENGAN SATU PERINTAH SAJA

DENGAN SATU PERINTAH SAJA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa IV –  Senin, 30 Januari 2017)

Keluarga Fransiskan: Peringatan S. Yasinta Mareskoti, Perawan Ordo III 

Healing_of_the_demon-possessedLalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang itu tinggal di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantai itu diputuskannya dan belenggu itu dipatahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak, “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya, “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” Kemudian Ia bertanya kepada orang itu, “Siapa namamu?” Jawabnya, “Namaku Legion, karena kami banyak.” Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir mereka keluar dari daerah itu.

Di lereng bukit itu banyak sekali babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, “Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!” Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan merasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tebing yang curam ke dalam danau dan mati lemas di dalamnyal

Penjaga-penjaga babi itu lari dan menceritakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan Legion itu. Mereka pun merasa takut. Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceritakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu. Lalu mereka mulai mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka.

Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan ini meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia. Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu, “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” Orang itu pun pergi dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala sesuatu yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran. (Mrk 5:1-20) 

Bacaan Pertama: 2 Sam 15:13-14,30;16:5-13a; Mazmur Tanggapan: Mzm 3:2-7 

Perjumpaan Yesus dengan orang Gerasa (Gadara) yang kerasukan roh-roh jahat memang membuat bulu merinding, bukan hanya disebabkan karena peristiwa tenggelamnya babi-babi yang dirasuki roh-roh jahat ke dalam danau, melainkan juga karena kejadian itu membuat terang realitas kerasukan roh-roh jahat. Memang benar bahwa tidak semua godaan datang secara langsung dari Iblis sendiri, namun ada saat-saat – teristimewa di mana kita secara secara khusus sedang berupaya untuk melayani Tuhan – ketika roh-roh jahat pengikut Iblis memainkan peranan aktif dalam menggoda kita supaya tidak taat kepada Allah dan tidak menghormati-Nya.

ignatius-of-loyola-100Santo Ignatius dari Loyola – seorang mantan perwira tentara – menarik pelajaran dari pengalaman masa lalunya sebagai seorang militer untuk menggambarkan kebenaran-kebenaran spiritual. Ignatius mengatakan bahwa Iblis menggunakan rencana yang tersusun rapih dan operasi rahasia, dan dia menyerang ketika kita berada dalam keadaan yang paling rentan. Itulah sebabnya mengapa Kitab Suci mengingatkan kita untuk senantiasa waspada dan tetap berdoa untuk pembebasan dari pengaruh si Jahat. Memang bukanlah sesuatu yang tidak biasa bagi si Jahat untuk menggoda kita dan mencoba menyesatkan kita dari “kesetiaan kita yang sejati kepada Kristus” (lihat 2 Kor 11:3). Kalau kita membiarkan godaan-godaan terus berlangsung, maka hal tersebut akan sedikit demi sedikit menumpuk dan menyebabkan terbukanya jalan masuk ke dalam cara kita berpikir yang membiarkan kita terjebak dalam ketiadaan-pengharapan, kemarahan, rasa takut, sinisme, atau sejumlah besar pola-pola negatif lainnya.

Apakah yang menyebabkan tersedianya berbagai jalan masuk sedemikian? Sebagian dari penyebab-penyebab yang paling biasa adalah mentoleransi godaan dalam hidup kita, dosa masa lampau yang belum kita sesali dan bertobat atasnya dan pola-pola dosa yang bersifat kebiasaan, …… pembiaran-pembiaran. Dengan kata lain, bilamana kita memperkenankan (membiarkan) kegelapan masuk ke dalam hati kita, maka sebenarnya kita memberikan suatu kesempatan kepada Iblis untuk mendirikan tempat berpijak dalam diri kita.

Apabila kita mau menyelidiki dengan saksama serta mendalam, kita akan dapat melihat area-area dalam diri kita yang membutuhkan pembebasan. Ini adalah konsekuensi alamiah dari kehidupan dalam sebuah dunia yang gelap, di samping membawa juga berbagai efek dari kodrat manusia kita yang cenderung untuk berdosa. Kabar baiknya adalah bahwa Yesus senantiasa siap untuk melindungi dan membebaskan kita. Yesus tidak pernah ingin meninggalkan/membiarkan kita sebagai bulan-bulanan tipu daya Iblis. Sebagaimana Dia membebaskan orang Gadara yang kerasukan itu dengan satu perintah “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” (Mrk 5:8), Yesus ingin membawa kita kepada kebebasan dan kemerdekaan dalam artian sesungguhnya. Yang diminta oleh Yesus – seperti halnya dengan orang Gadara itu, adalah supaya kita mengabaikan penolakan-penolakan dari sisi kodrat kita yang lebih gelap, dan kemudian membawa diri kita ke hadapan hadirat-Nya. Hanya dengan begitu penyembuhan dan pembebasan akan sungguh terwujud dalam diri kita.

DOA: Yesus, aku mohon kepada-Mu supaya Engkau membebaskan diriku. Oleh iman aku datang menghadap hadirat-Mu yang kudus, di mana kejahatan tidak dapat berdiam, dan aku membawa segala kegelapan dalam diriku ke dalam terang-Mu. Berikanlah kepadaku keberanian untuk menaruh kepercayaan pada sabda-Mu untuk membebaskan aku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 5:1-20), bacalah tulisan yang berjudul “PENGUSIRAN ROH JAHAT DARI ORANG GEREJA” (bacaan tanggal 30-1-17), dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; 17-01 BACAAN HARIAN JANUARI 2017. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 1-2-16 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 27 Januari 2017 [Peringatan S. Angela Merici, Pendiri OSU]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

BERBAHAGIALAH ORANG YANG ……

BERBAHAGIALAH ORANG YANG ……

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA IV [TAHUN A], 29 Januari 2017)

jm_200_NT1.pd-P13.tiff

Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah-lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan harus akan kehendak Allah, karena akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang berbelaskasihan, karena mereka akan beroleh belas-kasihan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya karena melakukan kehendak Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat 5:1-12) 

Bacaan Pertama: Zef 2:3;3:12-13; Mazmur Tanggapan: Mzm 146:1,7—10; Bacaan Kedua: 1Kor 1:26-31

Apakah artinya menjadi seorang kudus? Untuk itu marilah kita mendengarkan ajaran Yesus dalam bacaan Injil hari ini.

Orang-orang yang terberkati – yang berbahagia – adalah orang-orang yang miskin dalam roh (terjemahan LAI: miskin di hadapan Allah). Orang-orang yang terberkati – yang berbahagia – adalah orang-orang yang berdukacita atas ketidaktaatan manusia terhadap Hukum Allah.  Orang-orang yang terberkati – yang berbahagia – adalah orang-orang yang membawa damai ke tengah para sahabat dan anggota keluarga mereka.  Orang-orang yang terberkati – yang sungguh berbahagia – adalah orang-orang yang menderita demi kebenaran, iman dan kasih. Mereka berbahagia dan dipuaskan walaupun betapa berat rasa sakit yang mereka tanggung, karena mereka senantiasa merasa lapar akan Allah dan hal-hal yang menyangkut Allah.

Kepada orang-orang seperti itu, apabila kita adalah orang-orang seperti itu, Kristus berkata, “Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga”  (Mat 5:12). Orang-orang sedemikian akan menemukan kebahagiaan sejati karena hidup mereka dipusatkan pada Allah dan sesama demi Allah. Mereka adalah orang-orang yang bukan self-centered (berpusat pada diri sendiri). 

Menjadi seorang kudus berarti mengambil suatu keputusan bagi Kristus. Apabila kita mempelajari atau membaca riwayat hidup orang-orang kudus pelindung kita, maka pasti kita menemukan bahwa pada sebuah tempat tertentu, pada suatu saat tertentu dalam hidup mereka, mereka mengambil suatu keputusan yang teguh bagi Kristus, untuk menjadi pembawa damai dalam nama Kristus, untuk menjadi miskin seperti Kristus, untuk menjadi rendah hati (dina) dan jujur seperti Kristus.

Saudari dan Saudaraku, apakah kita (anda dan saya) telah membuat komitmen sedemikian? Apakah kita telah mengambil suatu keputusan yang teguh bagi Kristus? Apakah yang paling penting dalam hidup kita?

Apabila pikiran kita masih bercabang-cabang, misalnya memikirkan harta kekayaan karena pengaruh ajaran para motivator, nabi palsu dlsb., masih memikirkan kebutuhan materiil, apabila kita masih memikirkan kepentingan diri sendiri, bukannya berbelas kasih kepada sesama yang memerlukan pertolongan, bukannya membawa damai tetapi membawa perpecahan, maka sesungguhnya kita belum menjadi murid Kristus yang sejati.

Dalam “Sabda-Sabda Bahagia” Yesus Kristus telah memberikan pengajaran-Nya, berbagai resep untuk memperoleh kebahagiaan, untuk mencapai kekudusan sejati. Tidak ada jalan lain bagi kita untuk dipertobatkan, untuk benar-benar berkomitmen pada suatu hidup kekudusan.

DOA: Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami. Berikanlah kepada kami suatu hasrat yang baru untuk menjadi seperti Engkau dalam “Sabda-sabda Bahagia”. Mampukanlah kami untuk mengetahui bahwa Engkau akan memberikan segalanya yang kami butuhkan. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 5:1-12), bacalah tulisan yang berjudul “WARISAN YESUS BAGI KITA” (bacaan tanggal 29-1-17) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori:  17-01 BACAAN HARIAN JANUARI 2017. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya di tahun 2015) 

Cilandak, 28 Januari 2017 [Peringatan S. Timotius dan Titus, Uskup] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

ALLAH INGIN KITA SEMUA MEMILIKI IMAN AKAN KASIH-NYA SEPERTI DICONTOHKAN OLEH YESUS

ALLAH INGIN KITA SEMUA MEMILIKI IMAN AKAN KASIH-NYA SEPERTI DICONTOHKAN OLEH YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Thomas Aquino, Imam & Pujangga Gereja –  Sabtu, 28 Januari 2017) 

0-0-yesus-menenangkan-danau-001Pada hari itu, menjelang malam, Yesus berkata kepada mereka, “Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak  dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah topan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan memakai bantal. Lalu murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya, “Guru, tidak pedulikah Engkau kalau kita binasa? Ia pun bangun, membentak angin itu dan berkata kepada danau itu, “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka, “Mengapa  kamu begitu  takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain, “Siapa sebenarnya orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” (Mrk 4:35-41) 

Bacaan Pertama: Ibr 11:1-2,8-19 Mazmur Tanggapan: Luk 1:69-75

Apakah anda pernah merasakan diri anda begitu penuh dikasihi oleh seseorang sehingga anda berpikir tidak ada apa pun yang dapat salah lagi dalam kehidupan anda? Kita sering mendengar cerita-cerita dongeng mengenai ksatria muda berani yang berhasil menyelamatkan seorang tuan puteri dan kemudian mengawininya dan hidup bahagia bersama. Kita melihat pasutri yang baru saja menikah; mereka begitu “tertangkap” dalam keadaan saling mencinta satu sama lain, sehingga seluruh dunia menjadi baru bagi mereka.

Gambaran seperti itu memang indah, namun pengalaman mengatakan kepada kita bahwa dongeng tetaplah dongeng dan semua pasutri menghadapi banyak tantangan hidup disamping tentu adanya saat-saat penuh sukacita dan rasa aman. Faktanya adalah bahwa tidak ada seorang pun dari kita yang sempurna dan kita membawa ketidaksempurnaan kita masing-masing ke dalam hidup perkawinan kita. Sebaliknya, Allah itu mahasempurna. Dia adalah seperti sang ksatria muda berani yang menyelamatkan kita. Dia adalah sang pencinta sempurna jiwa-jiwa kita. Kelihatannya semua itu sangat idealistis, namun Allah sesungguhnya mengasihi kita secara total dan lengkap, tanpa syarat dan dengan penuh gairah. Kasih-Nya memiliki kuat-kuasa untuk menyingkirkan setiap rasa takut, membuang rasa susah dan khawatir, serta menyembuhkan setiap luka. Inilah intisari dari cerita “angin ribut di danau” yang terdapat dalam bacaan Injil hari ini.

Yesus mampu untuk tidur nyenyak di tengah berkecamuknya angin ribut karena Dia tahu bahwa apa pun yang terjadi, Bapa-Nya senantiasa mengasihi-Nya dan tidak akan menelantarkan-Nya. Di sisi lain, para murid merasa takut, merasa hidup mereka terancam karena mereka belum memahami secara mendalam betapa Allah memperhatikan mereka dengan penuh kasih sayang layaknya seorang Bapa. Yesus bertanya kepada para murid-Nya: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk 4:40), bukan karena Dia marah kepada mereka namun karena Dia ingin mereka melihat kontras antara reaksi-Nya terhadap angin ribut yang berkecamuk dan reaksi mereka.  Yesus ingin para murid-Nya melihat bahwa yang penting di sini adalah iman, bukan kebodohan; menaruh kepercayaan dan bukan grabak-grubuk tidak karuan.

Allah ingin kita semua memiliki iman akan kasih-Nya seperti dicontohkan oleh Yesus. Allah sangat mengetahui bahwa iman seperti itu tidak datang secara otomatis, sehingga dengan demikian setiap hari Dia memberi kesempatan-kesempatan – besar maupun kecil – kepada kita untuk menaruh kepercayaan kepada-Nya dan membiarkan Dia membuktikan diri-Nya kepada kita. Allah mengetahui bahwa semakin banyak kita mengambil langkah iman, semakin besar pula rasa percaya kita. Dan, semakin besar rasa percaya kita itu, kita pun menjadi semakin dipenuhi oleh damai-sejahtera-Nya.

DOA: Bapa surgawi, aku mengosongkan diriku bagi-Mu. Aku percaya bahwa Engkau senantiasa memegang aku erat-erat dalam situasi macam apa pun yang kuhadapi. Aku menyadari bahwa aku dapat tinggal dengan aman dalam kasih-Mu. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 4:35-41), bacalah tulisan yang  berjudul “YESUS SANGAT PEDULI” (bacaan tanggal 28-1-17) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 17-01  BACAAN HARIAN JANUARI 2017. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul “MENGAPA KAMU BEGITU TAKUT? MENGAPA KAMU TIDAK PERCAYA?” sebagai bacaan tanggal 30-1-16 dalam situs SANG SABDA) 

Cilandak, 25 Januari 2017 [Pesta Bertobatnya S. Paulus – Penutupan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SATU LAGI PERUMPAMAAN YESUS TENTANG KERAJAAN ALLAH

SATU LAGI PERUMPAMAAN YESUS TENTANG KERAJAAN ALLAH

(Bacaan Injil Misa Kudus – Hari Biasa Pekan Biasa III – Jumat, 27 Januari 2017)

Ordo Santa Ursula (OSU): HARI RAYA S. ANGELA MERICI, Pendiri Tarekat 

parable-of-mustard-seed-by-kazakhstan-artistLalu kata Yesus, “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: Seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu bertunas dan tumbuh, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai  sudah tiba.”

Kata-Nya lagi, “Dengan apa kita hendak membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah kita hendak menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil daripada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ditaburkan,  benih itu tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”

Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan kemampuan mereka untuk mengerti, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri. (Mark 4:26-34) 

Bacaan Pertama: Ibr 10:32-39; Mazmur Tanggapan: Mzm 37:3-6,23-4,39-40

Yesus seringkali mengajar dengan menggunakan perumpamaan-perumpamaan yang diambil dari kehidupan sehari-hari atau dari alam sekitar. Hal ini dimaksudkan agar dapat menangkap perhatian para pendengar-Nya dan memicu mereka untuk mengajukan lebih banyak lagi pertanyaan tentang pesan Injil dan hidup yang ingin disampaikan-Nya.

Penggunaan perumpamaan-perumpamaan oleh Yesus menerangi kebenaran-kebenaran mendalam tentang Kerajaan Allah kepada orang-orang yang mencari kebenaran-kebenaran tersebut. Perumpamaan-perumpamaan Yesus mengundang mereka untuk merenungkan realitas Kerajaan itu  dan relasi dengan sang Raja itu sendiri. Cerita-cerita Yesus bukan sekadar merupakan penjelasan-penjelasan sederhana bagi mereka yang sederhana juga, orang-orang biasa saja yang tidak belajar ilmu agama untuk memahami kebenaran ilahi. Lewat perumpamaan-perumpamaan-Nya, Yesus menarik para pendengar-Nya agar mencari Allah, sehingga kedalaman dan kekayaan keselamatan dapat dinyatakan melalui permenungan-permenungan yang dilakukan dalam suasana doa.

Yesus rindu untuk menyatakan diri-Nya kepada semua orang yang mencari-Nya. Kita dapat memperdalam relasi kita dengan Allah dan pemahaman kita tentang Kerajaaan-Nya selagi kita merenungkan cerita-cerita dalam perumpamaan-perumpamaan Yesus. Jika kita datang menghadap Yesus dalam doa dengan hati yang terbuka, mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang diri-Nya dan tentang hidup kita sendiri, kita membuka diri kita sehingga Dia dapat memperluas pemahaman kita tentang kehendak-Nya. Dengan berjalannya waktu, Yesus mentransformasikan diri kita untuk menjadi semakin serupa dengan diri-Nya. Dengan lemah lembut namun secara mendesak Yesus mengkonfrontir cara-cara atau jalan-jalan kita yang mementingkan diri sendiri dan menyatakan perspektif-Nya sendiri yang penuh kasih dan bersifat ilahi.

Kepada kita masing-masing telah diberikan iman sebesar “biji sesawi” pada saat kita dibaptis. Apa yang akan kita lakukan dengan benih yang kecil ini? Apabila kita membuka hati kita kepada Allah dengan membaca dan merenungkan sabda-Nya dalam Kitab Suci, apabila kita berdoa, dan datang kepada-Nya dalam Ekaristi, maka secara cukup mengejutkan Dia dapat memperbesar benih iman kita yang kecil itu menjadi suatu pemahaman yang mendalam tentang Kerajaan-Nya. Marilah kita berbalik kepada Yesus sehingga Dia dapat membalikkan hati kita menjadi “tanah yang baik”, yang dibutuhkan oleh iman kita untuk berakar dan bertumbuh. Yesus ingin mengajar kita. Marilah kita tingkatkan hasrat kita untuk sungguh menjadikan diri kita murid-murid-Nya yang baik.

DOA: Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Selagi kami datang menghadap Engkau dalam doa dan permenungan, ajarlah kami dan inspirasikanlah kami. Oleh kuat-kuasa Roh Kudus-Mu, buatlah iman kami menjadi iman yang hidup, sehingga dengan demikian kami dapat menjadi perpanjangan tangan-tangan kasih-Mu bagi orang-orang di sekeliling kami. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Mrk 4:26-34), bacalah tulisan yang berjudul “KERAJAAN ALLAH ADALAH UNTUK SETIAP ORANG” (bacaan tanggal 27-1-17) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 17-01 BACAAN HARIAN JANUARI 2017. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-1-16 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 24 Januari 2017 [Peringatan S. Fransiskus dr Sales, Uskup Pujangga Gereja – Hari Ketujuh Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

YESUS MENGAJAR JUGA LEWAT PEMBACAAN DAN PERMENUNGAN SABDA ALLAH DALAM KITA SUCI

YESUS MENGAJAR JUGA LEWAT PEMBACAAN DAN PERMENUNGAN SABDA ALLAH DALAM KITAB SUCI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Timotius dan Titus, Uskup – Kamis, 26 Januari 2017) 

a-woman-prayingLalu Yesus berkata kepada mereka, “Mungkinkah orang membawa pelita supaya ditempatkan di bawah tempayan atau di bawah tempat tidur? Bukankah supaya ditaruh di atas kaki pelita? Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”

Lalu Ia berkata lagi, “Perhatikanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil. (Mrk 4:21-25) 

Bacaan Pertama: Ibr 10:19-25 ; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-6

Perumpamaan Yesus tentang “seorang penabur dan benih” menyentuh hati sejumlah pendengar-Nya secara begitu mendalam sehingga mereka berada bersama Yesus sedikit lebih lama dan meminta kepada-Nya untuk mengajar mereka lebih banyak lagi (Mrk 4:10-11). Yesus mengakui hasrat mereka untuk diberi pengajaran yang lebih mendalam, dan Ia senang untuk meluangkan waktu ekstra dengan mereka. Kita hanya dapat membayangkan Ia minta kepada Roh Kudus untuk menunjukkan kepada-Nya cara terbaik untuk membuka hati orang-orang bagi lebih banyak lagi kebenaran-Nya. Melalui “perumpamaan tentang seorang penabur dan benih” dan “perumpamaan tentang pelita dan tentang ukuran” (bacaan Injil hari ini), Yesus mengibaratkan Kerajaan Allah dengan kegiatan sehari-hari sehingga dengan demikian orang-orang dapat memahami ajaran-Nya secara lebih mudah.

Yesus sangat senang apabila orang-orang meminta kepada-Nya untuk mengajar secara lebih mendalam, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, dan untuk memberikan kepada mereka hikmat-Nya. Kesenangan hati inilah yang ada di belakang kata-kata-Nya, “Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu” (Mrk 4:24). Orang-orang yang menyediakan waktu lebih banyak untuk bersimpuh di dekat kaki-kaki Yesus mengalami lebih banyak kasih dan berkat-berkat Allah dan diperlengkapi secara lebih baik untuk mengikuti-Nya.

Bahkan hari ini juga, Yesus ingin terus mengajar kita. Ada begitu banyak hal yang dapat diajarkan Yesus kepada kita selagi kita mengambil waktu setiap hari untuk membaca dan merenungkan sabda-Nya dalam Kitab Suci. Justru pada saat-saat seperti itu ketika kita memberikan kepada Allah segenap perhatian kita, maka Dia dapat membuat sesuatu yang “ajaib” dalam diri kita. Kata-kata sang pemazmur yang ditulisnya berabad-abad lalu tetap benar pada hari ini juga: “Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya” (Mzm 19:8-9).

Saudari dan Saudara yang terkasih, marilah kita mohon lebih lagi kepada Allah dengan menyediakan waktu setiap hari untuk membaca dan merenungkan sabda-Nya dalam Kitab Suci. Setiap saat kita memutuskan untuk memohon lebih lagi dari Allah, kita sebenarnya mengetuk pintu surga; dan Allah telah berjanji bahwa Dia akan selalu menjawab kita (Mat 7:7-8).

DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau berbagi hikmat-Mu dengan kami. Oleh Roh Kudus-Mu, bergeraklah dalam diri kami sehingga dengan demikian kami akan berkeinginan untuk meluangkan waktu bersama-Mu setiap hari. Kami mengetahui bahwa Engkau akan menanggapi hasrat kami untuk memperoleh lebih dengan mencurahkan berkat-berkat melimpah atas Gereja-Mu sehingga semua orang akan mengenal Engkau. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Ibr 10:19-25), bacalah tulisan yang berjudul “MENGHADAP ALLAH DENGAN HATI YANG TULUS DAN IMAN YANG TEGUH” (bacaan tanggal 26-1-17) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 17-01 BACAAN HARIAN JANUARI 2017. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 28-1-16 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 23 Januari 2017 [Hari Keenam Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SI PENGEJAR DAN PENGANIAYA UMAT KRISTIANI BERTOBAT

SI PENGEJAR DAN PENGANIAYA UMAT KRISTIANI BERTOBAT

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta Bertobatnya Santo Paulus, Rasul – Rabu, 25 Januari 2017)

[PENUTUPAN PEKAN DOA SEDUNIA UNTUK PERSATUAN UMAT KRISTIANI] 

apostole_paul_Hand_Made_Icons__zoom“Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini. Aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara. Tentang hal itu baik Imam Besar maupun Majelis Tua-Tua dapat bersaksi. Dari mereka aku telah membawa surat-surat untuk saudara-saudara di Damsyik dan aku telah pergi ke sana untuk menangkap penganut-penganut Jalan Tuhan, yang terdapat juga di situ dan membawa mereka ke Yerusalem untuk dihukum.

Tetapi dalam perjalananku ke sana, ketika aku sudah mendekati Damsyik, kira-kira tengah hari, tiba-tiba memancarlah cahaya yang menyilaukan dari langit mengelilingi aku. Lalu rebahlah aku ke tanah dan aku mendengar suara yang berkata kepadaku: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Jawabku: Siapakah Engkau, Tuan? Kata-Nya: Akulah Yesus, orang Nazaret, yang kauaniaya itu. Orang-orang yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar. Lalu kataku: Tuhan, apakah yang harus kuperbuat? Kata Tuhan kepadaku: Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu. Karena aku tidak dapat melihat disebabkan oleh cahaya yang menyilaukan mata itu, maka kawan-kawan seperjalananku memegang tanganku dan menuntun aku ke Damsyik. Di situ ada seorang bernama Ananias, seorang yang saleh menurut hukum Taurat dan terkenal baik di antara semua orang Yahudi yang ada di situ. Ia datang berdiri di dekatku dan berkata: Saulus, saudaraku, hendaklah engkau melihat kembali! Seketika itu juga aku melihat kembali dan menatap dia. Lalu katanya: Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya. Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar. Sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan dengan berseru kepada nama Tuhan! (Kis 22:3-16)

Bacaan Pertama [alternatif]: Kis 9:1-22; Mazmur Tanggapan: Mzm 117:1-2; Bacaan Injil: 16:15-18

Saulus dari Tarsus adalah seorang pengejar dan penganiaya orang-orang Kristiani yang tak mengenal lelah. Dan dia memang mempunyai wewenang untuk melakukan pengejaran berdasarkan kuasa dari lembaga keagamaan Yahudi tertinggi di Yerusalem. Semuanya demi Allah yang disembahnya. Lalu, pada suatu hari secara dramatis dia “berjumpa” dengan Tuhan Yesus dan mendengar sendiri Dia berbicara kepadanya di jalan menuju kota Damsyik. Setelah peristiwa itu, tidak ada lagi yang sama bagi/tentang Saulus,  …… dia berubah (diubah). Dia mengalami revolusi batiniah (inner revolution). Sebelum peristiwa itu hatinya dipenuhi kebencian luarbiasa terhadap para pengikut “Jalan Tuhan”, namun setelah peristiwa itu Paulus (nama baru dari Saulus) menjadi pewarta KABAR BAIK YESUS KRISTUS kelas wahid, nyaris tak tertandingi. Seorang penginjil sejati!!!

Ananias yang saleh menjelaskan kepada Saulus tentang apa yang baru saja terjadi atas dirinya dan apa yang harus dilakukannya: “Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya……. Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan dengan berseru kepada nama Tuhan” (Kis 22:14,16).

PERTOBATAN PAULUS - 105Dengan begitu, Paulus menjadi sebuah bejana rahmat yang besar dan merupakan salah satu orang kudus Gereja yang paling mengemuka. Namun demikian, Paulus tidak pernah melupakan “siapa dirinya dulu”, dan  bagaimana Allah telah menyelamatkannya. Bertahun-tahun setelah peristiwa di jalan menuju Damsyik itu, Paulus menulis kepada salah seorang rekan kerjanya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa” (1Tim 1:15). Paulus tidak pernah mengedepankan peranan dirinya sendiri dalam transformasi pribadinya. Paulus sangat mengetahui bahwa dia berhutang segalanya kepada belas kasihan dan pengampunan mutlak dari Allah: “… aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang yang ganas tetapi telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah anugerah Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus” (1Tim 1:13-14).

Rahmat dan belas kasihan yang telah mentransformasikan “Teroris dari Tarsus” menjadi pahlawan agung Gereja yang bernama Santo Paulus masih bekerja, bahkan pada hari ini juga. Hal itu disebabkan karena semua pertobatan – baik yang cepat dan dramatis atau yang bertahap – adalah karya Allah, dan Allah tidak pernah berubah. Nah, apabila Yesus dapat mengubah secara radikal seorang musuh Gereja yang begitu membenci umat-Nya, pikirkanlah apa yang dapat dilakukannya dalam diri kita – orang-orang yang sudah menjadi anggota tubuh-Nya dan telah dibersihkan oleh air baptisan. Allah ingin agar kita sepenuhnya hidup dalam Roh-Nya. Dia ingin memenuhi diri kita dengan kehidupan-Nya sendiri, sehingga secara alami kita dapat memanifestasikan sukacita karena mengenal Yesus secara pribadi dan menunjukkan kepada orang lain vitalitas dari kehidupan-Nya. Dengan demikian kita masing-masing mampu mengenal Yesus, sedalam Paulus mengenal-Nya, dan mengalami kehidupan dan kuasa-Nya. Yesus yang sama, yang telah menyentuh Saulus secara pribadi, pada saat ini pun siap dan mampu mentransformasikan diri kita masing-masing, membakar kita dengan api kasih-Nya.

Kunci untuk menerima lebih mendalam lagi Tuhan Yesus dan kuasa kehidupan-Nya adalah rasa haus serta lapar akan Dia; sederhananya: mohon terus kepada-Nya, lagi dan lagi. Di segala zaman tak terhitung banyaknya orang Kristiani yang dapat memberi kesaksian bahwa mereka pernah berjumpa dengan Yesus dalam suatu cara yang unik, baru dan penuh kuasa, sehingga hidup mereka berubah (diubah) secara dramatis – seperti Saulus yang kemudian menjadi Paulus. Banyak dari mereka, seperti Saulus, ditransformasikan secara radikal dan diberdayakan untuk salah satu peran pelayanan sebagai bagian dari misi tubuh Kristus. Kuasa dari “Tuhan yang bangkit” ini tersedia bagi kita masing-masing. Marilah kita menghaturkan permohonan kepada-Nya agar menyentuh kita secara segar, sehingga dengan demikian kita pun akan berubah menjadi seorang manusia baru. Percayalah, Saudari dan Saudaraku, Yesus dapat melakukannya!

DOA: Tuhan Yesus, aku mohon kepada-Mu agar Engkau sudi memberi sentuhan lebih mendalam dari kuasa-Mu dan kemuliaan-Mu ke dalam diriku. Aku tahu bahwa Engkau tidak pernah mengecewakan aku. Ubahlah diriku secara radikal, ya Tuhan, agar aku dapat mengasihi-Mu dan melayani-Mu sepanjang hidupku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama [alternatif] hari ini (Kis 9:1-22), bacalah tulisan dengan judul “PERTOBATAN PAULUS” (bacaan untuk tanggal 25-1-12), dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; 12-01 BACAAN HARIAN JANUARI 2012. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya di tahun 2011) 

Cilandak, 21 Januari 2017 [Hari Keempat Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

MENERIMA SEMUA UMAT ALLAH KE DALAM HATI KITA

MENERIMA SEMUA UMAT ALLAH KE DALAM HATI KITA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Fransiskus dari Sales, Uskup & Pujangga Gereja – Selasa, 24 Januari 2017)

Hari Ketujuh Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani 

yesus-mengajar-1000Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya, “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.”  Jawab Yesus kepada mereka, “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?”  Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata, “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku.”  (Mrk 3:31-35)

Bacaan Pertama: Ibr 10:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 40:2,4,7-8,10-11 

Barangkali keprihatinannya atas jadual kerja yang sedemikian padat dari Yesus dan efek-efek semua itu atas kesehatan-Nya, dan kekhawatirannya melihat semakin meningkatnya oposisi terhadap karya pelayanan Anaknya, telah mendesak Maria untuk menemukan Yesus, di tengah-tengah desas-desus di kalangan teman bahwa Dia mungkin sudah tidak waras lagi (Mrk 3:20-21). Mungkin Maria berpikir bahwa sudah waktunyalah bagi keluarga untuk ikut terlibat dan meluruskan kembali apa yang berkembang selama itu. Bagaimana pun juga, bukankah dia yang membesarkan Anaknya itu dan tidak pernah berhenti menjadi ibunda-Nya?

Pada saat Maria sampai ke tempat di mana Yesus sedang mengajar, ia memberi pesan melalui orang-orang yang sedang berkerumun bahwa dia dan beberapa anggota keluarganya sedang mencari Dia. Setelah mendengar pesan tersebut Yesus bertanya: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Kemudian Ia menjawab pertanyaan-Nya sendiri sambil melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya: “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku” (Mrk 3:33-35). Kata-kata Yesus ini, yang disampaikan kembali melalui kerumunan orang banyak sebenarnya mengingatkan Maria dengan lemah lembut bahwa ruang lingkup pelayanan-Nya dan nasihat penuh kasih kepada-Nya untuk meluaskan pelayanannya agar merangkul setiap orang yang akan dimenangkan Yesus guna menerima Injil-Nya.

Yesus samasekali tidak merasa kesal dengan Maria seperti suka disinyalir oleh sementara juru tafsir. Yesus mengingatkan Maria akan karya pelayanan-Nya dan karya pelayanannya. Selagi Dia berkeliling di Israel dan membawa orang-orang ke dalam Kerajaan Allah, Yesus memberikan lebih banyak orang lagi kepada Maria guna mendapat perhatiannya sebagai seorang ibu. Pada dasarnya, Yesus berkata: “Siapa keluargaku? Semua murid-Ku! Ibu, dapatkah engkau, dengan kasih-sayang seorang ibu, memperhatikan orang-orang ini – yang terluka, berdosa, dan terbuang dari masyarakat dll. – dan menemukan ruangan dalam hatimu bagi mereka? Dapatkah kasihmu seluas dan sedalam seperti kasih-Ku?

Maria perlu bertumbuh dalam pemahamannya tentang panggilan hidupnya. Walaupun begitu pikiran dan hati Maria yang jernih memampukan dirinya untuk memikul salib. Ketika Maria menghadapi tantangan, dengan rendah hati dia menerima kehendak Allah dan memohon rahmat-Nya agar kehendak-Nya itu dapat terpenuhi.

Saudari dan Saudara yang terkasih,  sampai berapa serius kemauan kita untuk merangkul keluarga Allah yang besar ini sebagai keluarga kita sendiri? Apakah kita membatasi diri kita sendiri pada orang-orang dengan ikatan kekeluargaan karena hubungan darah, dan juga para sahabat kita saja? Apakah kita terbuka bagi pengembangan relasi dengan setiap orang yang ingin mengikut Yesus? Marilah kita mengikuti contoh Maria dan menerima semua umat Allah ke dalam hati kita.

DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau telah membuat diriku sebagai seorang anggota keluarga-Mu. Terima kasih juga karena Engkau tidak malu untuk menjadi saudara tuaku. Tuhan, tariklah aku dan semua murid-Mu yang lain untuk berada di sekeliling diri-Mu dan ajarlah kami untuk mengasihi. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 3:31-35 , bacalah tulisan yang berjudul “MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH” (bacaan tanggal 24-1-17), dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; 17-01 BACAAN HARIAN JANUARI 2017. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 26-1-16 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 21 Januari 2017 [Hari Keempat  Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

MEMPERKENANKAN YESUS MEMERINTAH DALAM HIDUP KITA

MEMPERKENANKAN YESUS MEMERINTAH DALAM HIDUP KITA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa III Senin, 23 Januari 2017)

Hari Keenam Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani

konflik-dgn-orang-farisi-dll-dengan-kuasa-mana-engkauAhli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata, “Ia kerasukan Beelzebul,”  dan, “Dengan pemimpin setan Ia mengusir setan.”  Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan, “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Semua dosa dan hujat apa pun yang diucapkan anak-anak manusia akan diampuni. Tetapi siapa saja yang menghujat Roh Kudus tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa yang kekal.”  Ia berkata demikian karena mereka mengatakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.  (Mrk 3:22-30)

Bacaan Pertama: Ibr 9:15,24-28; Mazmur Tanggapan: Mzm 98:1-6

Ketika kita dibaptis, kita sebenarnya ditarik dari cengkeraman Iblis dan dijadikan ciptaan baru melalui darah Yesus. Iblis-lah yang dimaksudkan dengan “orang kuat” dalam bacaan Injil di atas (Mrk 3:27), namun pada kenyataannya Yesus bahkan lebih kuat lagi! Sekarang masalahnya adalah, apakah kita (anda dan saya) percaya bahwa Yesus telah mengikat musuh kita yang paling hebat dan ganas itu? Yang diminta oleh Yesus untuk kita lakukan adalah untuk tetap menjalani hidup kita dalam kemenangan ini. Bagaimana? Dengan memperkenankan-Nya memerintah dalam kehidupan kita. Karena Iblis dan roh-roh jahatnya senantiasa mencari jalan untuk masuk kembali ke dalam diri kita, maka kita harus mengambil langkah-langkah praktis guna melindungi pikiran dan hati kita. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat kita lakukan.

Pada saat kita bangun tidur di pagi hari, maka baiklah kita mengambil waktu beberapa menit untuk mengkomit hati kita dan masalah dan sikon kita kepada Yesus. Lalu, di siang hari, kita juga tidak boleh lupa menyediakan waktu untuk bersama Yesus. Baiklah kita berbicara kepada-Nya dan mendengarkan apa yang dikatakan-Nya. Walaupun seandainya waktu kita sangat langka (kita semua orang sibuk, bukan?), baiklah kita memohon kepada Roh Kudus untuk menolong kita agar memperoleh kesempatan untuk meluangkan waktu sepuluh menit saja untuk berada di hadapan hadirat-Nya. Inilah yang kita semua perlukan untuk disegarkan kembali dan dikuatkan. Mungkin di sore hari kita dapat mengusahakan waktu selama lima menit sampai sepuluh menit untuk membaca sabda Allah dalam Kitab Suci serta secara singkat merenungkannya, dan memperkenankan sabda Allah tersebut meresap ke dalam hati kita.

Selagi Yesus memenuhi hati kita, Iblis tidak akan menemukan jalan masuk atau titik lemah pada diri kita untuk diganggu dan diobrak-abrik lagi. Bukannya membuat terobosan melalui benteng pertahanan kita, Iblis akan berhadapan dengan Yesus sendiri, sang “orang kuat”, yang menjaga kita dengan penuh siap-siaga.

Pada saat Yesus wafat di kayu salib, Ia mengalahkan Iblis secara lengkap dan total. Musuh kita ini sekarang bagaikan seekor anjing yang keras menyalak tetapi tanpa kemampuan untuk menggigit kita. Iblis tidak dapat “menggigit” kita apabila kita berdiri di atas dasar kemenangan Yesus dan memegang erat-erat segala peralatan dan senjata yang telah diberikan-Nya kepada kita. Kita harus senantiasa mengingat, bahwa “Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga” dan memungkinkan kita untuk menjadi “kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Ef 1:3,4).

Dengan demikian Saudari dan Saudaraku, tempatkanlah iman kita dalam kuat kuasa Allah dan rahmat-Nya! Marilah kita berdiri tegak selagi kita membangun suatu pertahanan yang kokoh. Marilah kita memperkenankan Yesus memerintah dalam hidup kita secara lebih penuh lagi dalam hati kita masing-masing, dan dengan demikian Iblis pu akan melarikan diri dari kita.

DOA: Tuhan Yesus, dengan rendah hati aku mengundang Engkau untuk mendirikan takhta-Mu dalam hatiku. Tolonglah aku dalam membangun pertahanan terhadap serangan musuh sehingga dengan demikian aku dapat mengasihi dan menghormati Engkau, sekali lagi mengkonfirmasi janji-janji baptisku.  Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 3:22-30), bacalah tulisan dengan judul “IBLIS MENGUSIR IBLIS?” (bacaan tanggal 23-1-17), dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; 17-01 BACAAN HARIAN JANUARI 2017. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 26-1-15 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 20 Januari 2017 [Hari Ketiga Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

PERSATUAN DALAM TERANG DAN HIDUP YANG MENYELAMATKAN DARI KRISTUS

PERSATUAN DALAM TERANG DAN HIDUP YANG MENYELAMATKAN DARI KRISTUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA III [TAHUN A] – 22 Januari 2017) 

stdas0070Tetapi waktu Yesus mendengar bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, supaya digenapi firman yang disampaikan oleh Nabi Yesaya, “Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang Sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, – bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang  besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.” Sejak itu Yesus mulai memberitakan, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!”

Ketika Yesus sedang berjalan menyusur Danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka, “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikiuti Dia. Setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya dua orang bersaudara yang lain lagi, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu, Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.

Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Surga serta menyembuhkan orang-orang di antara bangsa itu dari segala penyakit dan kelemahan mereka. (Mat 4:12-23) 

Bacaan Pertama: Yes 8:23b-9:3; Mazmur Tanggapan: Mzm 27:1,4,13-14; Bacaan Kedua: 1Kor 1:10-13,17 

Sejak awal tahun, liturgi Gereja untuk Misa Hari Minggu [Tahun A] memusatkan perhatiannya pada peristiwa-peristiwa penting pada awal penampilan Yesus di depan publik; pembaptisannya oleh Yohanes Pembaptis dan terlihat secara nyata Roh Kudus seperti burung merpati (Mat 3:13-17), pengakuan oleh Yohanes Pembaptis bahwa Yesus adalah Dia yang diutus oleh Allah (Yoh 1:29-34), dan pada hari ini adalah tentang awal pelayanan-Nya di “Galilea” wilayah bangsa-bangsa lain (baca: orang kafir) (Mat 4:15). Signifikansi karya Yesus di wilayah ini, menurut Matius, adalah guna memenuhi nubuatan Yesaya (Yes 9:1-2). Signifikansi bagi kita hari ini adalah bahwa dunia kita sendiri, yang sedang dilanda budaya kematian, juga telah menyaksikan terang yang sama.

Ini adalah hakekat dari pelayanan Yesus: Terang telah datang, terang kehidupan. Hasilnya – menurut nubuat Yesaya – adalah bahwa orang-orang akan dipenuhi dengan sukacita (Yes 9:2-3). Sukacita dan pengharapan itu ada dalam hati sang pemazmur yang menyatakan “Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN (YHWH) di negeri orang-orang yang hidup!” (Mzm 27:13). Namun tidak ada yang otomatis berkaitan dengan pengalaman akan kehidupan dan terang tersebut. Sejak awal pelayanan-Nya di depan publik, Yesus menyerukan agar orang-orang bertobat (Mat 4:17). Memang terang kehidupan itu merupakan karunia yang gratis, namun kita harus mengklaimnya dengan melakukan reformasi atas hidup kita sendiri dan secara nyata kita meninggalkan kehidupan dosa.

Hal ini tidak selalu mudah. Gereja awal di Korintus telah melihat terang itu dan mengalami hidup, namun perpecahan mulai muncul. Sejumlah orang menjadi pengikut pemimpin yang satu, sedang sejumlah orang lain menjadi pengikut pemimpin yang lainnya, seakan-akan Kristus dibelah-belah di antara para “pemimpin” itu. Bagi Paulus, perpecahan-perpecahan sedemikian merupakan penyangkalan terhadap hidup dan terang Kristus dalam tubuh-Nya, yaitu Gereja. Inilah alasan di belakang seruan Paulus yang dramatis kepada jemaat di Korintus untuk menjadi “akur-akur” satu sama lain (1Kor 1:10). Paulus tidak mengejar keseragaman pandangan, melainkan persatuan dalam terang dan hidup yang menyelamatkan dari Kristus. Sang Rasul mengetahui bahaya-bahaya perpecahan dalam bentuk faksi-faksi dan kesetiaan yang didasarkan terlebih-lebih pada gaya manusia dan bukan konten ilahi. Paulus memahami risikonya apabila seseorang memusatkan poerhatiannya pada sesuatu atau seseorang yang bukan Yesus dan terang dan hidup-Nya: “Aku dari golongan si A, atau dari golongan si B” (lihat 1Kor 1:12).

Peringatan oleh Paulus sama absahnya bagi kita di masa kini seperti juga bagi jemaat di Korintus pada waktu itu. Hanya kalau kita menempatkan rasa percaya kita pada Kristus sendiri, bukannya pada orang ini atau orang itu, maka kita dapat menghayati hidup terang yang telah dimenangkan-Nya bagi kita dan mengalami sukacita yang dijanjikan oleh Allah.

DOA: Yesus, Tuhanku dan Allahku. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu, jagalah kami agar dapat tetap hidup dan berkarya sebagai murid-murid-Mu yang sejati. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 4:12-23), bacalah tulisan yang berjudul “BERTOBATLAH, SEBAB KERAJAAN SURGA SUDAH DEKAT!” (bacaan tanggal 22-1-17) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 17-01 BACAAN HARIAN JANUARI 2017. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 26-1-14 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 19 Januari 2017 [Hari Kedua Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS