Archive for October, 2020

YESUS KRISTUS DATANG UNTUK MELEMPARKAN API KE BUMI

YESUS KRISTUS DATANG UNTUK MELEMPARKAN API KE BUMI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIX – Kamis, 22 Oktober 2020)

Peringatan Fakultatif S. Yohanes Paulus II, Paus

“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapa Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus dibaptis dengan suatu baptisan, dan betapa susah hati-Ku, sebelum hal itu terlaksana! Kamu menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.”  (Luk 12:49-53)

Bacaan Pertama: Ef 3:14-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 33:1-2,4-5,11-12,18-19

Selagi Yesus dengan penuh keyakinan melakukan perjalanan menuju kematian-Nya di Yerusalem, Ia berbicara mengenai “melemparkan api ke bumi”. Dalam pengertian alkitabiah, api dimaknai sebagai “pemurnian dan penghakiman”; membersihkan dan menyiapkan kita untuk membalikkan hati kita sepenuhnya kepada Allah dalam kasih. Api yang dimaksudkan Yesus adalah api yang sama seperti yang dijanjikan oleh Yohanes Pembaptis, ketika dia berkata: “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa daripada aku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Luk 3:16). Gambaran Roh Kudus dan api mengindikasikan bahwa apabila kita mengikuti Allah, maka kita dapat mengharapkan untuk mengalami pembersihan dan penghakiman. Hal ini menyangkut perjuangan, penderitaan, dan bahkan pengejaran serta penganiayaan atas diri mereka yang mencari Allah. 

Sepanjang sejarah Gereja, ada banyak sekali orang, baik perempuan maupun laki-laki yang – karena iman-kepercayaan mereka kepada Yesus Kristus – mengalami penderitaan, malah sampai kepada kematian. Seorang  tokoh awam yang patut dicontoh adalah Thomas More. Sebagai seorang anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus di negeri Inggris, Thomas More adalah tanda-lawan pada zamannya. Kehidupan-saleh yang dijalaninya, kesetiaannya kepada Gereja yang tak tergoyahkan; dan semuanya itu dibayar dengan darahnya sendiri. Kehidupannya seharusnya menjadi teladan bagi para awam Kristiani yang berkiprah di dunia sosial-politik. Ia adalah putera dari seorang ksatria dan sejak kecil sudah hidup saleh. 

Karir Thomas More sebagai negarawan dimulai pada tahun 1510, karir ini terus menanjak dengan pesat sampai mencapai puncaknya pada tahun 1529 ketika dia diangkat menjadi Lord High Chancellor menggantikan Kardinal Wolsey. Meskipun sudah menjadi pejabat negara puncak, dia masih menjalankan hidup rohaninya seperti sediakala. Sementara itu raja Henry VIII sudah merasa bosan dengan permaisurinya yang sah (Katarina dari Aragon) dan dia berahi pada salah seorang dayang-dayang di istana (sudah menikah) yang bernama Anna Boleyn dan ingin menikahinya. Henry VIII sudah mencoba mendapatkan izin dari Sri Paus agar dia boleh menceraikan permaisurinya dan menikah dengan Anna Boleyn. Sri Paus tidak setuju. Takhta Suci dengan benar menghukum Henry VIII itu, namun sang raja malah memperburuk hubungannya dengan Takhta Suci dan mengangkat dirinya menjadi kepala dari Church of England (Gereja Inggris = Anglikan). Persetujuan atas undang-undang yang mengatur pengangkatan raja sebagai kepala Gereja Inggris dimungkinkan karena parlemen yang lemah. Para uskup dan imam harus mengangkat sumpah untuk mengakui sang raja sebagai atasan mereka. Siapa saja yang tidak setuju dengan keputusan raja ini akan dihukum mati. Orang pertama yang menentang raja adalah pejabat tinggi negara yang selama ini sangat setia kepada raja, Thomas More.

Thomas More yakin dan percaya, bahwa tidak seorang pun pemimpin negara yang dapat mempunyai yurisdiksi atas Gereja Kristus. Hal inilah yang menjadi “biaya kemuridan” bagi dirinya dalam mengikuti jejak sang Guru, Yesus Kristus. Meskipun berhadapan dengan raja sebagai penguasa tertinggi negeri Inggris yang juga menguasai parlemen yang lemah, sebagai pejabat tinggi negara Thomas More dengan gigih menolak memberi persetujuannya atas perceraian raja Henry VIII. Ia juga tidak mau mengakui Henry VIII sebagai kepala Gereja Inggris yang memutuskan hubungan dengan Takhta Suci di Roma dan menolak Sri Paus sebagai pemimpin Gereja, padahal banyak sekali uskup dan imam memberi persetujuan mereka …… karena takut mati. Dia setia kepada Kristus lewat kesetiaannya kepada Gereja (lihat Ef 5:25 dsj). Thomas More tidak mau mundur sedikit pun dalam kesetiaannya kepada Kristus; sikap dan perilaku ini membawanya ke dalam kegelapan ruang penjara dan akhirnya kematian. Thomas More adalah contoh dari seseorang yang memperkenankan api Kristus membakar dirinya. Seorang saksi (martir) Kristus yang sejati! 

DOA: Tuhan Yesus Kristus, ajarlah aku untuk mengasihi-Mu dengan benar, dan untuk berani menyingkirkan segala hasratku akan kenyamanan dan kenikmatan dunia, serta hasrat agar selalu dapat diterima oleh orang-orang lain walaupun dengan mengorbankan prinsip-prinsip kebenaran iman. Ajarlah aku juga untuk dapat tetap sabar dan penuh sukacita dalam menghadapi berbagai tentangan, tantangan dan serangan dari siapa saja yang tidak menyukai aku oleh karena Engkau-lah yang aku imani, sebagai Tuhan dan Juruselamat-ku. Buatlah agar aku dapat berjuang dengan tekun dan berani selagi turut mengambil bagian dalam menegakkan kerajaan-Mu di dunia ini. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 12:49-53), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS BUKAN DATANG UNTUK MEMBAWA DAMAI DI ATAS BUMI, MELAINKAN PERTENTANGAN” (bacaan tanggal 22-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 24-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 21 Oktober 2020 [OSU: Hari Raya Santa Ursula, Perawan-Pelindung Tarekat]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENJADI HAMBA YANG SETIA DAN BIJAKSANA

MENJADI HAMBA YANG SETIA DAN BIJAKSANA

(Bacaan Injil Misa Kudus,Hari Biasa Pekan Biasa XXIX – Rabu, 21 Oktober 2020)

Peringatan Fakultatif S. Ursula, Perawan

OSU: Hari Raya S. Ursula, Perawan, Pelindung Tarekat

Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” Kata Petrus, “Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?” Jawab Tuhan, “Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya, ‘Tuanku tidak datang-datang,’ lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkanya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan memenggalnya dan membuatnya senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, akan banyak dituntut dari dirinya, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, akan lebih banyak lagi dituntut dari dirinya.” (Luk 12:39-48)

Bacaan Pertama: Ef 3:2-12; Mazmur Tanggapan: Yes 12:2-3,4bcd-6

Yesus meminta kita supaya terus berjaga-jaga dan siap sedia karena kita sungguh tidak akan mengetahui saat kedatangan-Nya dalam kemuliaan kelak. (Luk 12:40). Yesus juga mendorong kita semua untuk terus melayani-Nya, meski dihadapkan dengan berbagai kesulitan dan godaan yang seberat apa pun juga. Dia mengatakan: “Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu ketika tuannya itu datang” (Luk 12:43). Memang perintah Yesus ini tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Seperti hal-hal lainnya dalam kehidupan kita, kita pun dapat merasa lelah, kita ingin agar ada orang-orang lain yang menggantikan kita, atau hati kita menjadi ciut manakala hasil kerja itu tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Namun Yesus berjanji, apabila kita terus menekuni pekerjaan kita sebagai pelayan-Nya, maka kita semua akan diberkati.

Yesus tergantung kepada kita masing-masing untuk melanjutkan misi-Nya. Dia tidak lagi hadir di tengah-tengah kita secara fisik dan harus menggantungkan diri pada kita sebagai perpanjangan kaki dan tangan-Nya dalam dunia. Bukankah kita disebut “tubuh Kristus”? Tanpa keterlibatan kita yang aktif, kerajaan-Nya tidak akan bertumbuh-kembang secara optimal. Allah telah menganugerahkan kepada kita masing-masing seperangkat karunia dan talenta untuk kita gunakan dalam melakukan tugas pelayanan kita, namun kita tetap masih dapat memilih sendiri bagaimana akan menggunakan berbagai karunia dan talenta tersebut. Kita dapat saja menggunakan karunia dan talenta yang dianugerahkan kepada kita itu sebagaimana yang dilakukan “hamba yang jahat” (lihat Luk 12:45), yaitu untuk memuaskan diri-sendiri, atau kita dapat seperti “hamba yang setia dan bijaksana” (lihat Luk 12:42), yang bekerja sama dengan Roh Kudus dalam tugas besar membuat dunia ini siap untuk kedatangan kembali Yesus dalam kemuliaan-Nya pada akhir zaman.

Allah memanggil kita kepada suatu cara atau gaya hidup yang unik. Dunia mengagung-agungkan sukses dan kenikmatan duniawi tentunya, sehingga fokus perhatian orang-orang adalah pada sukses dan kenikmatan duniawi itu. Akan tetapi, Dia memanggil kita untuk memfokuskan perhatian kita kepada keberadaan kita sebagai “garam bumi” dan “terang dunia” (Mat 5:13-16). Yesus mengingatkan kita supaya tetap berjaga-jaga dan siap sedia untuk melayani, menghayati kehidupan kita seakan inilah hari terakhir, bukan karena rasa takut kita sedang tidak siap pada waktu Dia datang kembali, melainkan karena cintakasih kita dan hasrat mendalam untuk mengalami hidup kekal bersama Dia. Selama hidup-Nya di dunia Yesus banyak sekali membuat mukjizat dan tanda heran dan Ia mengatakan bahwa kita akan mampu melakukan bahkan hal-hal yang lebih besar daripada apa yang dilakukan-Nya (lihat Yoh 14:12). Yang harus kita lakukan cukup sederhana, yaitu belajar untuk bekerja sama dengan Roh Kudus dan memperkenankan-Nya membimbing kita dalam perjalanan hidup sehari-hari.

Anda mau pilih menjadi hamba yang seperti apa? Menjadi “hamba yang setia dan bijaksana” atau “hamba yang jahat”? Menjadi “hamba yang setia dan bijaksana” berarti menjadi seorang pribadi yang menyebarkan kebaikan Yesus kepada orang-orang lain. Ingatlah kata-kata Yesus, bahwa hamba yang didapatinya sedang melakukan pekerjaannya pada waktu Dia datang kembali, akan diberkati-Nya. Oleh karena itu, berjaga-jagalah selalu dan siap sedia. Carilah selalu kesempatan-kesempatan untuk melayani Tuhan kita!

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku telah mendengar seruan-Mu untuk tetap berjaga-jaga dan menjadi hamba yang baik dan bijaksana. Dengan pertolongan Roh Kudus-Mu, aku percaya bahwa aku tidak akan mengecewakan Engkau. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 12:39-48), bacalah tulisan yang berjudul “KITA HARUS SENANTIASA MENGINGAT SABDA YESUS INI DALAM PRAKTEK KEHIDUPAN KITA” (bacaan tanggal 21-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA https://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2015)

Cilandak, 20 Oktober 2020

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

HENDAKLAH PINGGANGMU TETAP TERIKAT DAN PELITAMU TETAP MENYALA

HENDAKLAH PINGGANGMU TETAP TERIKAT DAN PELITAMU TETAP MENYALA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIX – Selasa, 20 Oktober 2020)

“Hendaklah pinggangmu tetap terikat dan pelitamu tetap menyala. Hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetuk pintu, segera dibuka pintu baginya. Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Apabila ia datang pada tengah malam atau pada dini hari dan mendapati mereka berbuat demikian, maka berbahagialah mereka.” (Luk 12:35-38)

Bacaan Pertama: Ef 12:12-22; Mazmur Tanggapan: Mzm 85:9ab-14

Apakah anda sungguh siap? Apakah anda mempunyai minyak dalam jumlah yang cukup sehingga pelitamu tetap menyala? Orang-orang pada zaman Yesus sangat mengetahui apa artinya untuk selalu bersikap waspada, selalu berjaga-jaga. Para penjaga kota dan ronda malam harus selalu berjaga-jaga, siap untuk menghadapi bahaya macam apa pun yang datang mengancam. 

Memang kita berada dalam zaman yang sangat berbeda. Dalam kehidupan perkotaan besar, banyak tugas berjaga-jaga dan menjaga “properti” dan keamanan rumah-tangga sudah diberikan kepada para “profesional” seperti satpam, hansip dan lain sejenisnya. Namun sebagai umat beriman kita dipangggil, malah dituntut, untuk menjaga berbagai warisan yang kita peroleh dalam Yesus Kristus. Musuh-musuh kita adalah (1) nilai-nilai keduniawian yang menitikberatkan kenikmatan badani (konsumerisme, hedonisme, materialisme dan lain-lainnya); (2) warisan yang kita terima sebagai cucu-cucu Adam (kadang-kadang kita sebut sebagai fallen nature kita sebagai manusia), yaitu kecenderungan untuk memilih hal-hal yang disebut dalam butir (1) dalam hidup kita; dan (3) Iblis dan roh-roh jahat pengikutnya, yang terus-menerus menggoda kita agar menyimpang dari ‘jalan lurus’ Allah.

Untuk hal yang disebut dalam butir (3) di atas, Santo Petrus mengingatkan kita: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu bahwa semua saudara seimanmu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama” (1Ptr 5:8-9). Iblis dan roh-roh jahat pengikutnya terus mencari peluang untuk menjungkir-balikkan posisi kita yang penuh kepercayaan kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Berbagai tuduhan/dakwaan si Iblis ke dalam batin kita menyebabkan timbulnya keragu-raguan akan martabat kita sebagai anak-anak Allah yang terkasih.

Si Jahat dan pasukannya terus berupaya untuk mengaburkan memori kita akan karya-indah Allah dalam hidup kita pada waktu-waktu sebelumnya. Mereka mau meyakinkan kita bahwa Yesus Kristus dalam diri kita samasekali bukanlah harapan kemuliaan kita. Di hadapan ancaman-ancaman sedemikian, Yesus meminta kita untuk berjaga-jaga. Dia mengingatkan kita untuk bersiap-siap akan kedatangan-Nya untuk kedua kali ke dunia, tetapi juga untuk berjaga-jaga setiap waktu manakala Dia datang kepada kita dalam hidup kita sehari-hari untuk memberi pelayanan rahmat dan hikmat-Nya bagi kita. Kewaspadaan ini akan terus membuat kita terbuka untuk menyambut Yesus Kristus, kapan saja Dia datang. 

Janji Injil adalah, bahwa selagi kita tetap waspada memusatkan perhatian akan kehadiran Roh, musuh-musuh kita akan kehilangan kendali atas diri kita. Bahkan badai kehidupan akan menjadi peluang berharga bagi kita untuk melihat bagaimana Yesus berjuang bagi kita. Tuhan Yesus menanti-nantikan kesempatan untuk melayani kita. Oleh karena itu, baiklah kita menyerahkan segala beban dan kepedihan kita agar dibuat-Nya menjadi sukacita penuh bahagia (Luk 12:38).

Saudari dan Saudaraku, tetaplah waspada dan ingatlah selalu bahwa anda mempunyai Yesus Kristus yang mengasihi anda dan Dia menginginkan agar anda mengalami kemenangan-Nya dan mencicipi sukacita sejati pada waktu Dia datang kembali kelak. 

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah segalanya bagiku. Engkau adalah mutiaraku yang sangat berharga. Tolonglah aku agar dapat mengambil keputusan hari ini untuk menjaga harta kekayaan kehidupan yang telah Kautaruh dalam hatiku. Aku akan menjaga agar pelitaku terus bernyala, namun hal ini hanya akan menjadi kenyataan kalau Engkau memenuhi diriku dengan minyak Roh-Mu. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 12:35-38), bacalah tulisan yang berjudul “MELAKUKAN CEK-IMAN SECARA REGULAR” (bacaan tanggal 20-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 19-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2019.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 22-10-19 dalam situs/blog SAND SABDA)

Cilandak, 19 Oktober 2020 [Peringatan Fakultatif S. Yohanes de Brébeuf dan Isaac Jogues, Imam dkk. Martir Kanada; Peringatan S. Paulus dr Salib, Imam Pendiri Tarekat Pasionis]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

HAI ENGKAU YANG BODOH

HAI ENGKAU YANG BODOH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIX – Senin, 19 Oktober 2020)

Peringatan Fakultatif S. Yohanes de Brébeuf dan Isaac Jogues, Imam dkk. Martir Kanada; Peringatan Fakultatif S. Paulus dr Salib, Imam

CP (Kongregasi Pasionis: Hari Raya S. Paulus dr Salib, Imam Pendiri Tarekat

Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus, “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” Kata-Nya lagi kepada mereka, “Berjaga-jagalah dan waspadalah  terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya itu.” Kemudian Ia menyampaikan kepada mereka suatu perumpamaan, “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan akan menyimpan di dalamnya semua gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, engkau memiliki banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau yang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” (Luk 12:13-21)

Bacaan Pertama: Ef 2:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 100:2-5

“Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”  (Luk 12:21) [1]

Pesan Yesus dalam bacaan Injil hari ini jelas: “Hindarilah ketamakan/keserakahan dalam segala bentuknya. Seseorang dapat saja kaya dengan harta-benda duniawi, namun miliknya itu tidak dapat memberi kehidupan kekal baginya.”

Seorang pribadi yang rendah hati dan memiliki kemurahan hati, yang hidupnya berpusat pada Allah dan menanggapi dengan baik karunia iman yang dianugerahkan-Nya kepada dirinya akan melihat kehampaan dari segala keuntungan materiil. Memang kesombongan kita senantiasa menyebabkan rasa haus akan keuntungan materiil tersebut, tambah ini dan tambah itu. Namun kiranya rasa haus tersebut adalah sesuatu yang sia-sia tanpa kesudahan. Bahkan seorang yang tidak memiliki iman kepada/akan Yesus akan melihat kehampaan yang dihasilkan oleh sekadar harta kekayaan yang bersifat materiil. Ia akan belajar dari pengalamannya betapa tak berharganya dan penuh frustrasi-nya “kebahagiaan” (palsu) yang diperolehnya dari penyembahannya kepada “mamon” dalam upaya pengejarannya akan kepuasan/kenikmatan dalam harta benda dll. yang bersifat duniawi.

Jika kita terus saja berputar-putar di sekeliling upaya pencarian harta kekayaan, maka imajinasi kita dapat disesatkan dan kita pun dapat dibuat yakin bahwa Allah itu berada jauh di sana, bahkan keberadaan-Nya itu jauh dari riil. Tujuan-tujuan materiil yang jauh dan tak dapat dicapai itu sungguh dapat menyesatkan karena terasa dekat dan mudah dicapai. Kita menjadi semakin ngotot dalam mengejar kekayaan duniawi! Mengejar dan terus mengejar! Akhirnya, seperti orang kaya yang bodoh dalam perumpamaan Yesus, kita berkata: “Jiwaku, engkau memiliki banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!” (Luk 12:19).

Jadi, ketamakan akhirnya menguasai diri kIta.

Allah sesungguhnya dekat dengan kita, namun imajinasi yang penuh beban hampir tidak dapat melihat Dia dari kejauhan. Harta-kekayaan dan kenikmatan hidup menjadi realitas kita dan kelihatannya senantiasa berada dalam jangkauan kita. Kita berkata kepada diri kita sendiri: “Satu lagi saja keuntungan yang kuperoleh, maka aku pun memperoleh apa yang kukehendaki.” Jika aku cukup beruntung untuk memperolehnya, maka api keserakahan pun berkobar lagi. “Satu lagi! Satu lagi! Satu lagi!, tetapi tanpa henti. Setiap sukses baru menjadi lebih pahit daripada sukses sebelumnya, sampai akhirnya kita sampai kepada tingkat keserakahan yang  sudah gila-gilaan. Benarlah pepatah Inggris yang berbunyi: Greed begets greed!

Sementara kita melanjutkan mengundang hukuman dan penghancuran atas diri kita yang disebabkan oleh sikap kita yang tidak tahu terima kasih dan juga ketamakan, belas kasih Allah terus berlanjut. Kesabaran Allah yang tak mengenal batas itu senantiasa mengejar kita.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, semoga belas kasih-Mu pada akhirnya mengalahkan sikap kami yang tidak tahu berterima kasih kepada-Mu, walaupun tidak mudah kami bagi kami untuk mengubah sikap buruk kami itu. Kami juga ingat, Tuhan, bahwa penderitaan karena lapar si “anak hilang” (Luk 15:11-32) bukanlah suatu pengalaman yang mudah baginya, namun hal itu membawanya balik pulang ke rumah ayahnya. Amin.

[1] Bagi anda yang cermat dalam membaca teks Kitab Suci, maka ungkapan ‘kaya di hadapan Allah’ (Luk 12:21) yang dinilai baik ini akan sedikit membingungkan, karena dalam ‘Sabda Bahagia’ terdapat ayat: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah” (Mat 5:3). Terasa ada kontradiksi di sini. Saya menganjurkan untuk membaca ayat Mat 5:3 ini begini: “Berbahagialah orang yang miskin dalam roh” (Inggris: poor in spirit atau spiritually poor) agar tidak bingung berkepanjangan.Dengan demikian, juga tidak akan ada masalah dengan ungkapan ‘kaya di hadapan Allah’ di atas.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 12:13-21), bacalah tulisan yang berjudul “PERUMPAMAAN YESUS TENTANG ORANG KAYA YANG BODOH” (bacaan tanggal 19-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 21-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 18 Oktober 2020 [HARI MINGGU BIASA XXIX – TAHUN A]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KEWAJIBAN KITA KEPADA ALLAH DAN NEGARA

KEWAJIBAN KITA KEPADA ALLAH DAN NEGARA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXIX [TAHUN A], 18 Oktober 2020) 

HARI MINGGU MISI SEDUNIA

Kemudian pergilah orang-orang Farisi dan membuat rencana bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama para pendukung Herodes bertanya kepada-Nya, “Guru, kami tahu, Engkau seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata, “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.” Mereka membawa satu dinar kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka, “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka, “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Mat 22:15-21)

Bacaan Pertama: Yes 45:1,4-6; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1,3-5,7-10; Bacaan Kedua: 1Tes 1:1-5b

“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Mat 22:21)

Kita telah mendengar jawaban Yesus kepada orang-orang Farisi dan para pendukung Herodes begitu sering, sehingga kedengarannya seperti ungkapan akal sehat sederhana saja. Namun sesungguhnya jawaban Yesus itu adalah jawaban yang cerdik terhadap sebuah pertanyaan jebakan; sebuah ungkapan nyata dari “karunia berkata-kata dengan hikmat” yang sejati. Para pemuka agama ini berharap dapat menjebak Yesus membuat pernyataan politik yang akan menggambarkan diri-Nya, entah sebagai seorang revolusioner yang menolak membayar pajak (kepada penguasa Roma) atau sebagai boneka Roma yang mempromosikan sikap tunduk terhadap sebuah rezim penindas. Namun Yesus mengetahui benar hati (yang tidak lurus)  para pemuka agama itu dan juga pikiran Allah. Akan tetapi, Dia menghindar dari jebakan-jebakan yang sudah dipasang dan memberikan sebuah jawaban mendalam, jawaban mana masih menantang kita sampai hari ini. 

Kita dapat dengan langsung menyetujui bahwa “apa yang wajib kita berikan kepada Allah” adalah hati kita sendiri. Secara bebas-merdeka kita harus memberikan hati kita kepada Allah, mempersembahkan kepada-Nya hidup kita sendiri dan buah-buah pertama waktu doa dan penyembahan kita, dan menempatkan Dia sebelum dan di atas segala sesuatu. Akan tetapi bagaimana dengan “memberikan kepada Kaisar”? Apakah ini sekadar berarti melangkah sedikit lebih jauh dari tindakan “menggigit jari dan bersungut-sungut” setiap kali kita membayar pajak”? Yesus mau mengajak kita masuk lebih dalam lagi: Bagaimana pun, “memberi kepada Allah” harus mengubah –  malah mentransformasikan – cara kita “memberi kepada Kaisar” apa yang menjadi haknya. 

Pernahkah anda memikirkan tentang cara seorang Kristiani sampai dapat mentransformasikan budayanya? Apabila kita melihat masyarakat, kita harus melihatnya lewat ajaran Yesus tentang keadilan dan kerahiman atau belas kasih. Pelayanan kita kepada kaum miskin, perjuangan kita untuk penggelaran program-program sosial yang adil,  pengejaran kita akan kerahiman (Allah) bagi mereka yang membutuhkan, sungguh dapat mengubah dunia. “Memberi kepada Kaisar” bukanlah sekadar membayar pajak dengan bersungut-sungut, tetapi secara aktif berupaya membangun kerajaan Allah sudah sejak di bumi ini. 

Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki harta kekayaan dalam bentuk berdiamnya Roh Kudus dalam diri kita, hikmat Allah yang dapat diterapkan dalam setiap situasi. Kita harus mencari cara-cara membuat terobosan guna memasukkan “ragi” Allah ke dalam masyarakat di sekeliling kita pada berbagai kesempatan/peluang yang ada di depan mata, memperkenankan keadilan dan kerahiman-Nya menjadi adonan yang akan “mengembangkan serta meningkatkan” budaya kita ke tingkat yang lebih memiliki perspektif ilahi. Yesus sendiri telah mengajar kita untuk memberi kepada Kaisar apa yang wajib kita berikan kepada Kaisar, hal yang dapat mentransformasikan pemerintah kita. Sebagai pribadi-pribadi yang takut akan Allah dan warganegara yang memiliki komitmen, kita juga harus melakukannya. 

DOA: Bapa surgawi, Allah yang Mahakuasa, dikuduskanlah nama-Mu! Aku berjanji, ya Bapa, untuk memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang wajib kuberikan kepada-Mu. Aku mengakui dan tunduk kepada kekuasaan-Mu yang mutlak atas segala bidang kehidupanku dan kehidupan manusia pada umumnya. Demikian pula segala kewajibanku kepada negara dan bangsa Indonesia akan kupenuhi seturut bimbingan Roh Kudus-Mu. Aku berdoa demikian dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Sang Juruselamat yang hidup dan memerintah bersama Dikau dalam persekutuan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 22:15-21), bacalah tulisan yang berjudul “KEWAJIBAN KEPADA ALLAH DAN KEPADA NEGARA” (bacaan tanggal 18-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 22-10-17 dalam situs/blog SANG SABDA

Cilandak, 17 Oktober 2020 [Peringatan Wajib S. Ignasius dr Antiokhia, Uskup Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENGHUJAT ROH KUDUS

MENGHUJAT ROH KUDUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan Wajib S. Ignasius dr Antiokhia, Uskup Martir – Sabtu, 17 Oktober 2020)

Aku berkata kepada-Mu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi siapa saja yang menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi siapa saja yang menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis di rumah-rumah ibadat atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu khawatir bagaimana kamu harus membela diri dan apa yang harus kamu katakan. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang yang harus kamu katakan.” (Luk 12:8-12)

Bacaan Pertama: Ef 1:15-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 8:2-3a,4-7

Kata-kata Yesus dalam bacaan Injil hari ini dapat membingungkan kita. Atau barangkali kita terkejut karena kata-kata itu tidak sesuai dengan gambaran kita tentang Dia selama ini. Yesus bersabda: “Siapa saja yang menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni” (Luk 12:10). Bagaimana seharusnya memahami pernyataan Yesus ini? Apakah yang dimaksudkan dengan “menghujat Roh Kudus”? Apakah mungkin bahwa kita pun pernah “menghujat” Roh Kudus? Mungkinkah Yesus bersikap begitu keras untuk tidaak mengampuni, pahahal kita mengenal-Nya sebagai Pribadi yang penuh belas kasih.

Santo (Paus) Yohanes Paulus II memberikan wawasan terkait teks yang penuh tantangan ini dalam ensikliknya Tentang Roh Kudus. Dalam ensiklik ini dikatakan bahwa hujat melawan Roh Kudus tidaklah dalam bentuk kata-kata, melainkan menolak untuk menerima keselamatan yang ditawarkan Allah kepada manusia melalui Roh Kudus, yang bekerja melalui kuasa Salib … Hal ini berarti menolak untuk datang kepada sumber Penebusan (butir 46).

Dengan perkataan lain, menghujat Roh Kudus berarti menyangkal hasrat Allah dan kemampuan-Nya untuk menyelamatkan kita. Jadi, dosa ini “tak dapat diampuni” justru karena disposisi si pendosa dalam menolak rahmat Roh Kudus menutup pintu untuk terjadinya pertobatan sejati. Allah sendiri sebenarnya mengampuni setiap pendosa yang bertobat, betapa besar pun dosa-dosanya.

Santo Yohanes Paulus II mendesak seluruh Gereja untuk berdoa agar dosa berbahaya melawan Roh Kudus memberi jalan kepada kesiapan suci untuk menerima misi-Nya sebagai sang Penasihat, jika Dia datang untuk meyakinkan dunia mengenai dosa, dan kebenaran dan penghakiman” (butir 47). Kita tidak perlu takut atau kehilangan pengharapan! Bahkan juga bila kita berpikir bahwa diri kita tidak dapat diampuni. Setiap hari, Yesus mendengar dan mengalami cercaan dari orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya, namun Ia selalu menawarkan pengampunan-Nya dan keselamatan bagi orang-orang itu. Setiap hari, Roh Kudus mengalami orang-orang percaya namun yang tidak mendengarkan suara-Nya, dan Ia tetap bekerja dengan mereka, dengan pengharapan akan membawa orang-orang itu ke dalam pertobatan sejati dan tentunya restorasi. Kita harus senantiasa mengingat bahwa Allah tidak pernah menyerah untuk menyelamatkan kita semua.

DOA: Allah, Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putera dan Roh Kudus. Curahkanlah rahmat-Mu ke atas kami semua. Kami membuka hati kami supaya dapat menerima karunia keselamatan dari-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 12:8-12), bacalah tulisan yang berjudulSEDIKIT PEMBAHASAN MENGENAI ROH KUDUS DAN PERAN-NYA DALAM KEHIDUPAN IMAN KITA” (bacaan  tanggal 17-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 19-10-19 dalam situs/blop SANG SABDA)

Cilandak, 15 Oktober 2020 [Peringatan Wajib S. Teresia dr Yesus, Perawan Pujangga Gereja]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TIDAK ADA SESUATU PUN YANG TERSEMBUNYI YANG TIDAK AKAN DIKETAHUI

TIDAK ADA SESUATU PUN YANG TERSEMBUNYI YANG TIDAK AKAN DIKETAHUI

(Bacaan Injil Misa Kudus,  Hari Biasa Pekan Biasa XXVIII – Jumat, 16 Oktober 2020)

Peringatan Fakultatif S. Hedwig, Biarawati

Peringatan Fakultatatif S. Margarita Maria Alacoque, Perawan

SCJ: Peringatan Wajib S. Margarita Maria Alacoque, Perawan

Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya, “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas rumah. Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Tetapi Aku akan menunjukkan kepada kamu siapa yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang  setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang  ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah lima ekor burung pipit dijual seharga dua receh terkecil? Sungguh pun demikian tidak seekor pun yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu, jangan takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit. (Luk 12:1-7)

Bacaan Pertama: Ef 1:11-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 33:1-2,4-5,12-13

“Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.” (Luk 12:2)

Dalam bacaan Injil hari ini Yesus berbicara mengenai ragi orang Farisi. Yesus mengingatkan para murid-Nya untuk waspada terhadap kemunafikan orang-orang Farisi tersebut. Berbagai pekerjaan dan tindakan mereka dalam mematuhi segala macam hukum dan peraturan keagamaan sesungguhnya tidak bernilai karena mereka tidak mempunyai iman-kepercayaan yang diperlukan. Ada kehampaan/kekosongan dalam diri mereka. Jadi, tidak seperti Abraham, kekosongan dalam diri mereka itu membuat segala hal yang mereka perbuat – termasuk praktek “kesalehan” dalam mentaati hukum Taurat – adalah tanpa iman.

Religiositas orang-orang Farisi bersifat sintetis (seperti halnya barang-barang palsu) dan kenyataan seperti itu tidak dapat disembunyikan untuk selamanya. Sebagaimana ragi, religiositas sintetis tersebut akan menunjukkan “keaslian”-nya, cepat atau lambat. Praktek agama yang bagaikan sandiwara itu tidak akan menyelamatkan, mentransformasikan atau memberi makna atas penderitaan seseorang.

Relasi kita dengan Allah adalah relasi yang paling serius dalam hidup kita, dan samasekali bukanlah sebuah game. Itulah sebabnya mengapa kepada kita diingatkan agar “takut akan Allah” (lihat Kej 42:18; 2Taw 26:5; Ayb 1:1; Mzm 66:16; Ams 19:23 dll.). Kita tahu bahwa kehendak Allah akan terwujud dengan satu cara atau lainnya. Allah tidak akan dapat ditipu oleh mereka yang bersandiwara walaupun bahasa yang dipakai adalah bahasa agama yang paling suci. Orang dapat menipu seorang gembala umat, namun tidak akan dapat menipu Allah. Yesus bersabda: “Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui” (Luk 12:2).

Kenyataan bahwa Allah mampu melihat hati kita yang terdalam dapat merupakan suatu penghiburan karena walaupun kita tidak sempurna, Allah melihat motif-motif kita yang sesungguhnya.  Sebaliknya, kemampuan Allah untuk melihat hati kita dapat merupakan sebuah sumber teror yang luarbiasa menakutkan jika orang-orang lain memandang kita sebagai “orang suci” sementara kita juga tahu bahwa Dia sangat mengetahui motif-motif pribadi kita yang bertentangan dengan kehendak-Nya.

Di atas disebutkan ketiadaan iman-kepercayaan orang munafik. Baiklah dalam kesempatan saya menyinggung sedikit soal iman ini. Seperti juga tubuh kita, iman kita juga mempunyai siklus dengan tahapan-tahapannya. Ada iman masa kecil yang terasa indah; ada iman yang penuh turbulensi, tanda-tanya dan sering membingungkan pada waktu kita menjalani masa remaja dst. Iman kita tidaklah bersifat linear dan selalu bertumbuh ke arah yang lebih baik, iman juga dapat turun-naik. Iman kita adalah sesuatu yang hidup, yang dipengaruhi oleh berbagai turbulensi dalam hidup kita. Di bawah setiap hal yang muncul dalam kesadaran kita, iman adalah fondasi di atas mana kita membangun sistem-sistem nilai, kepercayaan dan falsafah hidup kita.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku memuji Engkau dan aku meninggikan Engkau. Engkau adalah batu karangku dan tempat pengungsianku. Semoga aku senantiasa berpegang erat-erat pada-Mu sebagai seorang anak yang senantiasa berpegang erat-erat pada bapanya. Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan Yesus. Jadikanlah hatiku seperti hatimu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 12:1-7), bacalah tulisan yang berjudul “PENGAJARAN KHUSUS BAGI PARA MURID” (bacaan tanggal 16-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10  BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 19-10-18 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 14 Oktober 2020 [Peringatan Fakultatif S. Kalistus I, Paus Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SERUAN CELAKA YANG DITUJUKAN KEPADA ORANG-ORANG FARISI

SERUAN CELAKA YANG DITUJUKAN KEPADA ORANG-ORANG FARISI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan Wajib S. Teresia dr Yesus, Perawan Pujangga Gereja  – Kamis, 15 Oktober 2020)

KSFL: Pesta Tarekat: Hari Jadi Persaudaraan KSFL

Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, padahal nenek moyangmu telah membunuh mereka. Dengan demikian, kamu mengaku bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. Karena itu, hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan sebagian dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari orang-orang zaman ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari orang-orang zaman ini. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.”

Setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan berbagai pertanyaan. Mereka berusaha menjebak-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya. (Luk 11:47-54)

Bacaan Pertama: Ef 1:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 98:1-6

Yesus mengasihi orang-orang Farisi, walaupun mereka acapkali tampil sebagai lawan-Nya. Misi Yesus adalah untuk menarik semua orang kepada diri-Nya, dan memang inilah hasrat-Nya yang terdalam. Cinta Yesus kepada firman Allah dalam Kitab Suci dan cinta-Nya kepada umat Allah yang selama itu “dituntun” secara salah melalui distorsi-distorsi yang disebabkan oleh orang-orang Farisi, membuat Dia mengecam keras mereka. Dengan membangun makam nabi-nabi, orang-orang Farisi membenarkan perbuatan-perbuatan jahat nenek moyang mereka terhadap para nabi tersebut (Luk 11:48). Orang-orang Farisi sedikit berbeda dengan nenek moyang mereka. Yesus menggunakan contoh penolakan  terhadap para nabi sebagai suatu ilustrasi kemunafikan dan kebutaan kaum Farisi ini. Dari Habel sampai Zakharia (yang terbunuh di antara mezbah dan Rumah Allah pada waktu dia mencoba menyerukan kepada bangsanya untuk kembali kepada penyembahan yang benar), para pemimpin umat telah menutup pikiran dan hati mereka terhadap firman Allah dan menggantikannya dengan ide-ide mereka sendri. Dalam penampilan luarnya, orang-orang Farisi ini memang kelihatan religius (suci-suci), namun mereka telah mencoba agama melayani mereka dan hasrat-hasrat hati mereka sendiri, bukannya memperkenankan agama menggerakkan mereka untuk mendengarkan suara Allah dan menanggapi-Nya dalam ketaatan yang suci.

Hikmat Allah ada di tengah-tengah mereka, namun orang-orang Farisi dan para ahli Taurat itu tidak mampu melihat Dia. Mereka berupaya keras untuk “menghabiskan” Yesus, bukan memeluk ajaran-Nya dan mencontoh teladan hidup-Nya. Para ahli Taurat telah mengambil “kunci pengetahuan”, namun mereka sendiri tidak masuk ke dalam rumah “hikmat”, malah menghalang-halangi orang yang berusaha masuk  ke dalam rumah itu (Luk 11:52). Ketika menjelaskan “perumpamaan tentang Gembala yang baik”, Yesus bersabda: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Akulah pintu bagi domba-domba itu” (Yoh 10:7). Pintu apa? Pintu untuk masuk ke dalam rumah yang berisikan segala hikmat dan pengetahuan tentang Allah. Dengan menolak Yesus, orang-orang Farisi dan para ahli Taurat menolak hikmat dan pengetahuan tentang Allah, dengan demikian mereka menutup diri terhadap pekerjaan yang ingin dilakukan Allah guna mentransformasikan diri mereka.

Melalui para nabi, Allah menyiapkan jalan keselamatan oleh kematian Putera-Nya yang tunggal. Para pemimpin umat Yahudi secara konsisten menolak apa yang dikatakan oleh para nabi. Kita juga menghadapi pilihan-pilihan yang serupa dalam hidup kita di zaman modern ini. Allah ingin mengajar kita setiap hari melalui Yesus Kristus. Akankah kita memilih untuk mengikuti jejak Kristus, atau akankah kita memilih untuk menafsirkan Kitab Suci dan perintah-perintah Allah seturut hasrat hati kita sendiri? Akankah kita  memilih untuk mengikuti Yesus Kristus dan memperkenankan hidup baru-Nya memerintah dalam diri kita, atau akankah kita membiarkan angkara murka dan keserakahan terus mengatur diri kita? Inilah pilihan-pilihan yang tergelar di depan kita.

DOA: Bapa surgawi, Allah yang Mahakuasa, Engkau mengutus Santa Teresia dr Yesus (S. Teresia dari Avila) sebagai seorang saksi Kristus yang tangguh dalam Gereja ke jalan kesempurnaan lewat upayanya (bersama S. Yohanes dr Salib) melakukan reformasi ordonya. Semoga lewat teladan hidup dan tulisan-tulisan orang kudus ini tentang pengalaman rohaninya kami dapat lebih dekat lagi dengan Yesus, dengan demikian menjadi murid Yesus Kristus yang lebih baik.  Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 11:47-54), bacalah tulisan yang berjudul “KEMUNAFIKAN TIDAK PERNAH DAPAT DIKALAHKAN, KECUALI KALAU KITA MASING-MASING MAU BELAJAR UNTUK MENGALAHKAN KEMUNAFIKAN KITA SENDIRI” (bacaan tanggal 15-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 17-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 14 Oktober 2020 [Peringatan Fakultatif S. Kalistus I, Paus Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SERUAN CELAKA UNTUK ORANG-ORANG FARISI DAN AHLI-AHLI TAURAT

SERUAN CELAKA UNTUK ORANG-ORANG FARISI DAN AHLI-AHLI TAURAT

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVIII – Rabu, 14 Oktober 2020)

Peringatan Fakultatif S. Kalistus I, Paus Martir

“ ……… Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih terhadap Allah. Hal-hal tersebut harus dilakukan tanpa mengabaikan yang lainnya. Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terbaik di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.”

Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya, “Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga.” Tetapi Ia menjawab, “Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun. ………” (Luk 11:42-46)

Bacaan Pertama: Gal 5:18-25; Mazmur Tanggapan: Mzm 1:1-4,6

Yesus mendeklarasikan yang berikut: “Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih terhadap Allah. Hal-hal tersebut harus dilakukan tanpa mengabaikan yang lainnya” (Luk 11:42). Pernyataan seperti ini dapat dengan mudah disalah-artikan, maka baik untuk ditelaah lebih lanjut. Di sini Yesus samasekali tidak mengutuk praktek-praktek keagamaan yang melampaui apa yang disyaratkan sebagai tugas-kewajiban. Yang membuat Yesus menyalahkan orang-orang Farisi adalah kenyataan bahwa mereka mengabaikan keadilan dan kasih terhadap Allah. Mereka sebenarnya dapat mematuhi segala persyaratan hukum Musa tanpa harus mengabaikan praktek-praktek keagamaan mendasar lainnya. Keadilan dan kasih terhadap Allah adalah aspek-aspek penting kehidupan rohani yang dipuji oleh Yesus. Kata ‘keadilan’ (Inggris: justice; Yunani: krisis) berarti ‘hak (teristimewa hak dari mereka yang tertindas) yang dibenarkan oleh Allah’, sang Hakim yang adil. Oleh karena itulah Yesus mencela orang-orang Farisi karena mereka tidak mempedulikan hak-hak ‘wong cilik’.

‘Kasih kepada/terhadap Allah’ di sini dalam Alkitab berbahasa Inggris disebut the love of God (mis. Revised Standard Version (RSV) –Catholic Edition dan The New Jerusalem Bible (NJB), dan juga the love for God (mis. The New American Bible (NAB) dan Goods News Bible (TEV). Mungkin seseorang yang ahli/mahir sekali dalam bahasa Yunani dapat menerjemahkannya kata aslinya dengan tepat. Dari kedua terjemahan yang berbeda dalam bahasa Inggris tadi, saya dapat mengatakan bahwa ungkapan itu dapat berarti ‘kasih Allah bagi semua orang’ atau ‘kasih yang harus dirasakan dan ditunjukkan oleh orang-orang kepada Allah’ sementara mereka menjadi sadar akan kenyataan betapa besar kasih dan kerahiman-Nya, yang diwujudkan dalam hidup mereka. Perwujudan paling agung dari kasih Allah kepada kita ini adalah kematian yang menyelamatkan dari Yesus Kristus – Putera Allah – serta kebangkitan-Nya. “Telur dulu atau ayam dulu nih?” Buatlah apa yang ditulis Yohanes berikut ini sebagai pegangan abadi bagi kita: “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (1Yoh 4:19). Jadi kalau kita mau ketat dalam terjemahan Inggrisnya, beginilah hasilnya: The love of God bagi kita dari pihak Allah, menyebabkan kita mengungkapkan the love for God. Karena ini bukan pelajaran bahasa Inggris, maka baiklah kita kembali kepada teks yang sedang kita renungkan.

Kata-kata Yesus kepada orang-orang Farisi itu harus mendorong kita untuk melakukan pemeriksaan batin. Kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri: Apakah kita cukup bermurah hati dalam hal berbagi uang kita, harta-milik kita lainnya, waktu kita, dan cintakasih kita (bukan dalam arti cinta seksual) kepada orang-orang lain yang membutuhkan? Apakah kita memiliki semangat berapi-api untuk tidak mengabaikan praktek-praktek keagamaan yang telah ditetapkan, sementara masih memendam dalam hati kita rasa-marah, akar-kepahitan atau pikiran-pikiran untuk membalas dendam terhadap anggota-anggota keluarga yang kita rasakan telah men’dzalimi’ diri kita? Apakah kita rajin menghadiri Perayaan Ekaristi dan kegiatan gerejawi lainnya, padahal kita terus melibatkan diri dalam praktek bisnis yang busuk, korup dan tidak etis? Apakah pada hari Minggu kita merupakan SANTA atau SANTO teladan, sedangkan dari hari Senin sampai dengan Sabtu kita sibuk dengan kegiatan SANTET terhadap para pesaing kita dalam karir atau bisnis? Kita tidak seharusnya menjadi takut kepada implikasi-implikasi dari kata-kata Yesus atas kehidupan kita. Malah kata-kata Yesus itu dapat menolong kita untuk dapat melihat dengan lebih jelas lagi sejumlah unsur sentral dari suatu kehidupan Kristiani yang lebih sehat.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, semoga Roh Kudus-Mu menyelidiki relung-relung hatiku yang terdalam dan mengajarkan aku kebenaran-kebenaran jalan-Mu. Semoga kehidupanku mencerminkan kepenuhan Injil. Tolonglah aku untuk mempraktekkan keadilan dan cintakasih kepada Allah dengan kesadaran penuh, bahwa Allah telah mengasihiku terlebih dahulu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Luk 11:42-46), bacalah tulisan yang berjudul “TEGURAN KERAS YESUS KEPADA PARA PEMUKA AGAMA YAHUDI YANG MUNAFIK” (bacaan tanggal 14-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini bersumberkan tulisan saya pada tahun 2009)

Jakarta,  13 Oktober 2020 [Peringatan Fakultatif B. Honoratus Kosminski, Biarawan]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SIKAP DAN PERILAKU YANG MENCERMINKAN KEMUNAFIKAN

SIKAP DAN PERILAKU YANG MENCERMINKAN KEMUNAFIKAN

(Bacaan Pertama Misa Kudus,  Hari Biasa Pekan Biasa XXVIII – Selasa, 13 Oktober 2020)

OFMCap.: Peringatan Fakultatif B. Honoratus Kosminski, Biarawan

Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Ia masuk ke rumah itu, lalu duduk makan. Orang Farisi itu heran melihat bahwa Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. Tetapi Tuhan berkata kepadanya, “Hai orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.” (Luk 11:37-41)

Bacaan Pertama: Gal 4:31b-5:6; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:41,43-45,47-48

Dalam pengajaran khusus-Nya kepada para murid, Yesus mengingatkan mereka: “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi” (Luk 12:1). Sang pemazmur berkata: “Taurat ialah kesukaanku” (Mzm 199:70), berabad-abad sebelum orang-orang Farisi melipatkangandakan hukum Taurat itu dengan begitu banyak hal-hal kecil, tetek bengek yang sungguh memusingkan kepala. “Orang-orang Farisi” di segala zaman setelah itu – baik orang-orang munafik yang Kristiani maupun non-Kristiani – dengan setia mengikuti pola pemikiran orang-orang Farisi pada zaman itu.

Reformasi selalu diserukan, kadang-kadang orang bersedia mati untuk terwujudnya reformasi, namun betapa jarangnya reformasi itu dengan sungguh-sungguh dicoba dilaksanakan!

Sikap dan perilaku yang munafik orang yang kaya dan berkuasa menginspirasikan timbulnya “pemberontakan”. Namun setiap generasi baru pemberontak dalam kurun waktu yang cukup singkat menjadi generasi tua para munafik. Ramai-ramai demonstrasi di depan gedung parlemen pada tahun 1998 menentang segala macam KKN dan kemunafikan lainnya dari para penguasa di kala itu, namun sekarang – setelah menduduki jabatan – sudah tidak ubahnya dengan mereka yang ditentang dan dikritisi oleh mereka sekian tahun lalu. Sungguh terlalu mudah bagi orang-orang untuk melakukan demontrasi protes demi perubahan atau katakanlah “pemberontakan”, untuk mengutuk dan menghancurkan, namun tidak demikianlah halnya dengan memimpin, merencanakan dengan matang, membangun dan memelihara serta melestarikan segala sesuatu yang sudah baik.

Kita tidak dapat menyangkal nilai baik dari para “nabi” yang “bernubuat” tentang masa depan yang suram dan hampir tak berpengharapan (Inggris: prophets of doom), dan kita pun tidak perlu berpura-pura terkejut melihat depresi dan rasa putus asa para pemudi-pemuda kita karena mereka melihat secara jelas terjadinya berbagai macam pembodohan oleh mereka yang memegang kekuasaan dan pembiaran terjadinya dosa-dosa dalam masyarakat oleh mereka yang seharusnya bertugas untuk menjaga semua itu agar semakin sedikit/jarang terjadi, bukan sebaliknya. Contoh-contoh: pelecehan seksual atas diri anak-anak, pembakaran hutan dlsb. Akan tetapi siapakah yang akan membangun kota yang baru jikalau kota yang lama dihancurkan? Siapa yang menjamin bahwa yang baru itu lebih baik daripada yang lama? Siapa yang akan memeliharanya dan melestarikannya. Di mana para “nabi” yang akan menyusun serta menggelar rencana-rencana, dan para pembangun yang membangun bangunan dengan struktur yang lebih baik?

Perhatikanlah “rapat-rapat kerja” yang diselenggarakan untuk memecahkan masalah-masalah yang serius, baik instansi publik maupun swasta. Dengarkanlah baik-baik argumentasi masing-masing peserta rapat kerja perihal apa yang seharusnya dilakukan, namun lihatlah bagaimana ketika memberikan suara, mereka pun pada umumnya menggunakan standar yang berbeda … standar demi kepentingan pribadi masing-masing.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, buatlah kami menjadi pribadi-pribadi jujur yang selalu menjunjung kebenaran. Sadarkanlah kami akan bahaya-bahaya dari kemunafikan di mana-mana, namun janganlah biarkan kami melupakan kemunafikan-kemunafikan kami sendiri. Reformasi – seperti juga segalanya yang lain – harus dimulai dari dalam – artinya dari dalam pikiran dan hati kami sendiri. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 11:37-41), bacalah tulisan yang berjudul “PENGHAYATAN IMAN YANG BEBAS DARI KEMUNAFIKAN” (bacaan tanggal 13-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10  BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 15-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 12 Oktober 2020 [Peringatan Fakultatif B. Honoratus Kosminski, Biarawan]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS