Archive for July, 2020

YOHANES PEMBAPTIS SETIA TERHADAP PANGGILAN ALLAH KEPADANYA

YOHANES PEMBAPTIS SETIA TERHADAP PANGGILAN ALLAH KEPADANYA

 (Bacaan Injil Misa Kudus,  Peringatan Wajib S. Alfonsus Maria de Leguori, Uskup Pujangga Gereja – Sabtu, 1 Agustus 2020)

CSsR [Redemptorist]: Hari Raya S. Alfonsus Maria de Liguori – Pendiri Tarekat

HARI SABTU IMAM

Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya, “Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya.” Memang Herodes  telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, istri Filipus saudaranya. Karena Yohanes berkali-kali menegurnya, katanya, “Tidak boleh engkau mengambil Herodias!” Walaupun Herodes ingin membunuhnya, ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyenangkan hati Herodes, sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. Setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata, “Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di atas sebuah piring.” Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara dan kepala itu pun dibawa orang di sebuah piring besar, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus. (Mat 14:1-12) 

Bacaan Pertama:Yer 26:11-16,24; Mazmur Tanggapan: Mzm 69:15-16,30-31,33-34

Ketika Herodes Antipas mendengar laporan-laporan mengenai Yesus, ia pun menjadi yakin bahwa Dia sesungguhnya adalah Yohanes Pembaptis – yang telah dipenggal kepalanya atas dasar perintahnya – yang kembali dari alam maut. Di sini kita lihat betapa dalamnya kesan yang diberikan oleh kehidupan Yohanes Pembaptis, ajaran-ajarannya, dan karya-karyanya atas diri Herodes.

Bahkan sebelum kelahiran Yohanes Pembaptis, seorang malaikat telah menampakkan diri kepada bapanya, Zakharia, dan mengatakan kepadanya akan dipenuhi dengan Roh Kudus dan “ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka” (Luk 1:16).

Pada saat kelahiran Yohanes Pembaptis, dengan segala latar belakang kehamilan ibunya yang sudah tua dan penuh misteri, banyak orang bertanya-tanya dalam hati: “Menjadi apakah anak ini nanti?” (Luk 1:66). Dengan segala tanda seperti penampakan malaikat Tuhan, dikandungnya secara ajaib, doa profetis sang ayah (lihat Benedictus; Luk 1:68-79), tentunya mereka mempunyai ekspektasi akan hal-hal besar dari diri Yohanes Pembaptis ini.

Kita dapat membayangkan banyak orang di tempat keluarga Zakharia dan Elizabet tinggal (Ain Karim) merasa sedikit kecewa dan menggeleng-gelengkan kepala mereka sambil menggerutu, ketika Yohanes yang sudah dewasa malah pergi ke padang gurun dan hidup sebagai seorang pertapa. Reaksi yang tidak jauh berbeda dapat saja terjadi dalam situasi serupa pada zaman modern ini.

Namuuuuun, Yohanes bersikap dan berperilaku benar dan setia terhadap panggilan Allah kepadanya ketika dia pergi ke padang gurun untuk belajar mendengar suara Allah. Justru di padang gurunlah Yohanes Pembaptis dibuat sadar bahwa dirinya akan menjadi “sahabat mempelai laki-laki” (Yoh 3:29), yang akan meratakan jalan bagi sang Mesias. Yohanes Pembaptis mengabdikan seluruh hidupnya untuk satu tujuan ini. Dalam ketaatan yang penuh kasih, dia menyerahkan hidupnya kepada kehendak Allah, dengan demikian ia menjadi seorang saksi yang terang bercahaya terhadap kebesaran yang melampaui semua itu dari Dia yang datang setelah dirinya.

Seperti Yohanes Pembaptis, kita masing-masing diciptakan untuk suatu tujuan unik. Roh Kudus akan mengajar kita berkaitan dengan misi kita jika kita mencari Allah melalui doa, pembacaan dan permenungan sabda Allah dalam Kitab Suci, dan berbagai ajaran Gereja. Kita dapat seperti Yohanes dan menyerahkan hati kita demi kemajuan Kerajaan Allah. Kita juga dapat menjadi sahabat-sahabat mempelai laki-laki selagi kita berdiri di kaki salib Yesus dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Allah akan menunjukkan kepada kita apa misi kita itu jika kita bertanya kepada-Nya.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, ambillah dan terimalah hidupku sebagai persembahan dariku. Engkau telah memberikan kepadaku kehormatan tertinggi sebagai seorang “anak Allah” dan sahabat-Mu sendiri. Berikanlah kepadaku rahmat agar mau dan mampu mendengar panggilan-Mu dan memberi tanggapan terhadap panggilan itu dengan segenap kekuatan dan segenap hatiku. Terpujilah nama-Mu selalu! Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 14:1-12), bacalah tulisan yang berjudul “SEANDAINYA HERODES ANTIPAS SUNGGUH PERCAYA PADA PERINTAH-PERINTAH ALLAH” (bacaan tanggal 1-8-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 3-8-19 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 30 Juli 2020 [Peringatan Fakultatif S. Petrus Krisologus, Uskup Pujangga Gereja]  

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

JANGANLAH KITA MENGUNCI YESUS

JANGANLAH KITA MENGUNCI YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan Wajib S. Ignasius dr Loyola, Imam – Jumat, 31 Juli 2020)

SJ (Serikat Yesus): Hari Raya S. Ignasius dr Loyola, Imam Pendiri Tarekat

Setibanya di tempat asal-Nya,mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata, “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mukjizat-mukjizat itu? Bukankah ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi, dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?” Lalu mereka menolak Dia. Kemudian Yesus berkata  kepada mereka, “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” Karena mereka tidak percaya, tidak banyak mukjizat diadakan-Nya di situ. (Mat 13:54-58) 

Bacaan Pertama: Yer 26:1-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 69:5,8-10,14

Yesus mengajar orang-orang melalui kata-kata dan perbuatan, dan banyak orang mulai mengikuti-Nya. Sejumlah orang memberi tanggapan kepada-Nya secara positif selagi mereka mengalami kasih-Nya dan merangkul kebenaran yang diajarkan-Nya. Di sisi lain ada juga orang-orang yang kemudian meninggalkan diri-Nya karena mereka merasakan ajaran-ajaran-Nya terlalu berat bagi mereka. Inilah yang dihadapi oleh Yesus di tempat asal-Nya.

Nazaret adalah sebuah kota kecil yang terletak cukup jauh dari jalan yang biasanya ramai dilalui orang-orang yang melakukan perjalanan. Di kota kecil seperti itu, orang saling mengenal. Orang-orang Nazaret tergolong miskin dan harus bekerja keras untuk mencari nafkah agar dapat bertahan hidup. Ini adalah tempat di mana Yesus tinggal di masa kecil-Nya dan bertumbuh menjadi dewasa. Ia telah meninggalkan Nazaret untuk memulai karya pelayanan-Nya di depan publik. Ketika Dia kembali, ada dua hal yang terjadi – keduanya telah dinubuatkan dalam Kitab Suci. Ia menunjukkan pengetahuan dan hikmat yang besar … dan Dia ditolak (Yes 11:2; 8:14).

Apa yang sesungguhnya terjadi? Tentunya orang-orang senang bertemu dengan Yesus, karena biar bagaimana pun juga mereka telah mengenal Dia bertahun-tahun lamanya. Mereka barangkali dipenuhi hasrat untuk mendengar Dia berbicara, dan memang pada awalnya mereka takjub mendengar kata-kata yang diucapkan-Nya. Namun, sayangnya ketakjuban mereka tidak mampu membuka hati mereka atau memimpin mereka kepada kepercayaan. Mereka seakan mengunci Yesus ke dalam kerangka pengetahuan dan pengenalan mereka sendiri tentang Dia dan, dengan melakukan hal seperti itu, mereka membatasi apa yang dapat dilakukan oleh-Nya di dalam hati mereka. Teman-teman-Nya dan keluarga-Nya mengenal diri-Nya dengan begitu baik (atau menurut pikiran mereka memang begitu), dan memandang diri-Nya terlalu seperti mereka sendiri sehingga sebenarnya tidak memperkenankan Yesus menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri mereka.

Cobalah renungkan sekarang, betapa  sering kita melakukan hal yang sama; kita mengikat Yesus dengan pengetahuan/pengenalan dan pengalaman kita sendiri yang terbatas. Kita tidak memperkenankan Yesus memimpin kita ke dalam hidup baru untuk mana Dia memanggil kita. Sebaliknya, kita mencoba untuk mencocok-cocokkan (menyesuaikan) diri-Nya dan ajaran-ajaran-Nya ke dalam cara kita percaya. Bukannya kita menyerupakan diri kita dengan diri-Nya, kita malah mencoba untuk membuat diri-Nya menjadi serupa dengan kita. Walaupun demikian, kita tetap dapat mempunyai pengharapan: Bapa surgawi telah memberikan Roh Kudus kepada kita untuk mengajar kita kebenaran tentang siapa Yesus ini (lihat Yoh 15:26) dan memberdayakan serta memampukan kita agar dapat memperluas pandangan kita yang sempit tentang diri-Nya, sehingga dengan demikian hati kita pun akan terbuka lebar bagi sentuhan kasih-Nya.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, ampunilah kami karena membatasi karya-Mu dalam diri kami masing-masing. Ampunilah kami untuk ketidakpedulian kami, prasangka kami, kebutaan kami yang membatasi keterbukaan kami bagi-Mu. Datanglah, ya Roh Kudus, terangilah kegelapan pikiran kami dan ajarlah kami bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 13:54-58), bacalah tulisan yang berjudul “JADIKANLAH DIRI KITA DEKAT DENGAN YESUS” (bacaan tanggal 31-7-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-07 BACAAN HARIAN JULI 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 2-8-19 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 29 Juli 2020 [Peringatan Wajib S. Marta] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PEMISAHAN ANTARA MEREKA YANG BERGUNA DAN MEREKA YANG TIDAK BERGUNA

PEMISAHAN ANTARA MEREKA YANG BERGUNA DAN MEREKA YANG TIDAK BERGUNA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVII – Kamis, 30 Juli 2020)

Peringatan Fakultatif S. Petrus Krisologus, Uskup Pujangga Gereja

“Demikianlah pula hal Kerajaan Surga itu seumpama jala yang ditebarkan di laut lalu mengumpulkan berbagai jenis ikan. Setelah penuh, jala itu diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam tempayan dan ikan yang tidak baik mereka buang. Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.

Mengertikan kamu semuanya itu?” Mereka menjawab, “Ya, kami mengerti.” Lalu berkatalah Yesus kepada mereka, “Karena itu, setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran tentang Kerajaan Surga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.”

Setelah Yesus selesai menceritakan perumpamaan-perumpamaan itu, Ia pun pergi dari situ. (Mat 13:47-53) 

Bacaan Pertama: Yer 18:1-6; Mazmur Tanggapan: Mzm 146:2-6

“Perumpamaan tentang jala besar” (Mat 13:47-52) adalah yang terakhir dari serangkaian pengajaran oleh Yesus dengan menggunakan perumpamaan dalam Injil Matius. Perumpamaan ini serupa dengan “perumpamaan tentang lalang di antara gandum” (Mat 13:24-30; lihat penjelasannya dalam Mat 13:36-43).

Dalam perumpamaan ini Kerajaan Surga (Kerajaan Allah) diumpamakan sebagai sebuah jala besar yang penuh berisi dengan segala jenis ikan, ada yang dapat dimakan dan ada yang tidak dapat dimakan. Yang baik – artinya ikan yang dapat dimakan – disimpan. Sisanya, yang tidak baik – artinya yang tidak dapat dimakan – dibuang. Begitu pula halnya dengan Kerajaan Allah di atas bumi, baik dilihat sebagai Gereja secara keseluruhan, atau satu bagiannya yang kecil, misalnya sebuah paroki atau sebuah komunitas Kristiani, mengumpulkan segala jenis orang. Orang-orang itu dikumpulkan sampai datangnya hari penghakiman ketika “yang baik” akan dipisahkan dari “yang jahat” (Mat 13:49; bdk. Mat 25:31-46).

Sebagai individu-individu kita merupakan warga Kerajaan Surga. Kita adalah bagian dari Gereja, sebuah paroki, atau sebuah komunitas Kristiani. Sekarang masalahnya, kita berada di sebelah mana? Apakah kita merupakan anggota-anggota yang berarti, yang berguna? Tidak ada yang “setengah-setengah” dalam hal ini. Jadi, apakah kita merupakan orang-orang Kristiani yang berkomitmen atau orang-orang yang tidak berguna dalam Kerajaan.

Baik “perumpamaan tentang lalang di antara gandum” maupun “perumpamaan tentang jala besar” dengan cukup jelas mengajar kita bahwa tidak dapat dicapai kedamaian lengkap dalam hidup ini. Yesus mengatakan dengan sangat jelas bahwa kedamaian lengkap hanya mungkin terjadi pada hari penghakiman akhir. Namun Ia bersabda: “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”  (Mat 5:9). Dengan demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mencoba membawa lebih banyak orang kepada suatu komitmen yang sejati kepada Kristus, untuk menjadi anggota-anggota Kerajaan yang berarti.

Apakah kita memahami semua ini? Apabila jawab kita terhadap pertanyaan ini adalah “ya”, maka Yesus berkata bahwa kita akan mampu untuk merekonsiliasikan hal-hal yang lama dengan hal-hal yang baru. Kita akan mampu untuk melihat bahwa dalam Kerajaan Allah segalanya yang memiliki nilai sejati mempunyai tempat, apakah Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, apakah yang tradisional dalam Gereja atau wawasan-wawasan baru. Apakah pikiran dan hati kita terbuka kepada hal-hal yang berarti, entah di mana ditemukannya? Atau, kita cenderung untuk mendiskreditkan apa saja hanya karena hal itu merupakan sesuatu yang baru, atau hanya karena hal itu merupakan sesuatu yang lama/kuno?

DOA: Ya Bapa, Allah Yang Mahapengasih, sampaikanlah kasih-Mu kepada semua anggota Kerajaan-Mu. Bahkan kepada para anggota yang Engkau pandang tidak berguna sekali pun, berikanlah juga kepada mereka rahmat agar dapat berubah. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 13:47-53), bacalah tulisan yang berjudul  “PEMISAHAN ORANG JAHAT DARI ORANG BENAR PADA AKHIR ZAMAN” (bacaan tanggal 30-7-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-07 BACAAN HARIAN JULI 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 1-8-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 29 Juli 2020 [Peringatan Wajib S. Marta] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YA TUHAN, AKU PERCAYA BAHWA ENGKAULAH MESIAS, ANAK ALLAH

YA TUHAN, AKU PERCAYA BAHWA ENGKAULAH MESIAS, ANAK ALLAH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Marta – Rabu, 29 Juli 2020)

Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. Ketika Marta mendengar bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Lalu kata Marta kepada Yesus, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” Kata Yesus kepada Marta, “Saudaramu akan bangkit.”  Kata Marta kepada-Nya, “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” Jawab Yesus kepada, “Akulah kebangkitan dan hidup; siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akah hal ini?” Jawab Marta, “Ya Tuhan, aku percaya bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, yang akan datang ke dalam dunia.” (Yoh 11:19-27) 

Bacaan Pertama: 1Yoh 4:7-16; Mazmur Tanggapan: Mzm 34:2-11; Bacaan Injil Alternatif: Luk 10:38-42

Marta dan saudara-saudarinya – Lazarus dan Maria – adalah sahabat-sahabat dekat Yesus dan juga pengikut-Nya. Dalam bahasa Aram “Marta” berarti “nyonya”. Sifat pribadinya memang cocok dengan perannya sebagai nyonya, karena Marta menyambut Yesus ke dalam rumahnya (Luk 10:38-42), jelas sebagai sang kepala rumah tangga. Lukas menggambarkan Marta sebagai seorang yang sibuk melayani dalam rumah, barangkali dalam mempersiapkan makanan dan minuman dan melihat apa yang dibutuhkan oleh para tamunya.

Bacaan Injil hari ini berlatar-belakang kematian Lazarus. Yohanes menggambarkan Marta pergi mendapatkan Yesus dan menyapa-Nya dengan suatu pernyataan iman (Yoh 11:21-22). Di sini tidak ada kata-kata “menegur” Yesus seperti yang diucapkan kepada-Nya sebelumnya (lihat Luk 10:38-42). Yang ada hanyalah penerimaan kenyataan akan ketidak-hadiran-Nya ditambah dengan suatu kepercayaan akan kuat-kuasa-Nya. Di sini Yohanes Penginjil menggambarkan seorang perempuan yang sudah lebih matang/dewasa dalam imannya ketimbang yang digambarkan oleh Lukas dalam Luk 10:38-42. Yesus telah mengajarkan kepada Marta tentang pentingnya berupaya mengenal hal-hal surgawi.

Marta telah sampai kepada pemahaman bahwa Yesus mempunyai suatu relasi istimewa dengan Bapa-Nya di surga. Yesus mencoba untuk mengembangkan iman-kepercayaan perempuan ini dengan berkata: “Saudaramu akan bangkit” (Yoh 11:23). Marta mengetahui tentang hal kebangkitan dari kepercayaan yang meluas di antara orang-orang Yahudi saleh pada zaman itu bahwa akan ada suatu kebangkitan pada akhir zaman: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman”  (Yoh 11:24). Namun Yesus menanggapi ucapan Marta tersebut dengan berkata: “Akulah kebangkitan dan hidup, siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya” (Yoh 11:25-26). Mendengar kata-kata Yesus itu, Marta membuat suatu lompatan iman yang besar dengan mengatakan: “Ya, Tuhan, aku percaya bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, yang akan datang ke dalam dunia” (Yoh 11:27).

Kiranya inilah pesan bagi kita pada hari ini. Apabila kita duduk bersimpuh di dekat kaki Yesus dan belajar dari diri-Nya, iman kita akan bertumbuh selagi Dia mengajar kita jalan-jalan-Nya. Waktu yang kita luangkan bersama Yesus dalam doa, pembacaan dan permenungan Sabda-Nya dalam Kitab Suci, dan Ekaristi akan menolong memperdalam iman-kepercayaan kita selagi kita diajar oleh Yesus dan menyimpan sabda-Nya dalam hati kita.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, kami datang menghadap Engkau dan duduk bersimpuh di dekat kaki-Mu untuk mendapat pengajaran dari-Mu. Semoga kami semua terbuka bagi sabda-Mu yang disampaikan kepada kami dalam doa-doa kami, selagi kami membaca dan merenungkan sabda-Mu dalam Kitab Suci, dan dalam Ekaristi. Tolonglah kami agar dapat merangkul ajaran-Mu sehingga dengan demikian kami dapat percaya bahwa Engkau adalah sungguh kebangkitan dan hidup. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil Alternatif hari ini (Luk 10:38-42), bacalah tulisan yang berjudul “MARTA, SAUDARA PEREMPUAN DARI LAZARUS DAN MARIA DARI BETANIA” (bacaan tanggal 29-7-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 15-07 BACAAN HARIAN JULI 2015.  

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2014) 

Cilandak, 28 Juli 2020

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

JANGAN MENGHAKIMI ORANG LAIN

JANGAN MENGHAKIMI ORANG LAIN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVII – Selasa, 28 Juli 2020)

Sesudah itu Yesus meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya, “Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.” Ia menjawab, “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan sedangkan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman  dan para penuai itu malaikat. Jadi, seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyebabkan orang berdosa dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Mat 13:36-43) 

Bacaan Pertama: Yer 14:17-22; Mazmur Tanggapan: Mzm 79:8-9,11,13

Bacaan Injil hari ini adalah penjelasan Yesus atas “perumpamaan tentang lalang di antara gandum” (Mat 13:24-30). Perumpamaan ini hanya terdapat dalam Injil Matius. Menurut Dr. William Barclay (THE DAILY STUDY BIBLE – The Gospel of Matthew – Volume 2 – Chapters 11-28, Edinburgh: The Saint Andrew Press, 1975 [Revised Edition], hal. 74), dalam hal pelajaran-pelajaran yang diberikan maka ini adalah salah satu perumpamaan yang paling praktis yang pernah diajarkan oleh Yesus. Berikut ini adalah saduran bebas saya dari pemikiran Dr. William Barclay yang tertuang dalam buku termaksud, hal. 74-75.

  1. Perumpamaan ini mengajar kita bahwa selalu akan ada suatu kekuasaan jahat di dalam dunia, yang berupaya dan menantikan saatnya untuk menghancurkan benih yang baik. Dari pengalaman dapat dilihat adanya dua jenis pengaruh yang bekerja dalam kehidupan kita. Yang pertama adalah pengaruh yang menolong benih-benih dunia menjadi subur dan bertumbuh, dan yang kedua adalah pengaruh yang berupaya untuk menghancurkan benih yang baik, bahkan sebelum benih itu dapat menghasilkan buah.
  1. Perumpamaan ini mengajar kita betapa sulit untuk membedakan antara mereka yang ada dalam Kerajaan dan mereka yang tidak. Seorang pribadi manusia dapat kelihatan baik namun faktanya dia buruk. Sebaliknya, seseorang dapat kelihatan jelek/buruk namun pada kenyataannya dia baik. Kita terlalu cepat mengklasifikasikan orang-orang dan memberi mereka “label” baik atau buruk tanpa mengetahui semua fakta.
  1. Perumpamaan ini mengajar kita untuk tidak cepat-cepat menilai/menghakimi orang. Apabila para penuai bekerja menurut kehendak mereka sendiri, maka mereka akan langsung saja mencoba untuk mencabut lalang, dengan demikian mereka akan mencabut juga gandum yang ada. Penghakiman harus menanti saat tuaian. Seorang pribadi manusia pada akhirnya akan dihakimi, tidak oleh satu-dua tindakannya semasa hidupnya, melainkan oleh keseluruhan hidupnya. Penghakiman baru dapat terlaksana pada titik akhir. Seseorang dapat saja membuat suatu kesalahan besar, kemudian menyesali perbuatannya itu, dan oleh rahmat Allah dia melakukan pertobatan yang membuat sisa hidupnya menjadi sebuah persembahan yang indah bagi Allah. Sebaliknya, seseorang dapat saja menjalani hidup saleh, namun kemudian mengalami kehancuran hidup disebaban keruntuhan akhlak serta kejatuhannya ke dalam jurang dosa. Tidak ada seorang pun yang hanya melihat sebagian saja dari satu keseluruhan dapat memberi penilaian atas keseluruhan tersebut. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hanya sebagian saja dari kehidupan seseorang dapat memberi penilaian atas keseluruhan pribadi orang tersebut.
  1. Perumpamaan ini mengajar bahwa penghakiman datang pada titik akhir. Penghakiman tidak datang dengan tergesa-gesa, tetapi pasti datang. Berbicara secara manusiawi, seseorang dapat saja seorang pendosa yang menghindari konsekuensi-konsekuensi dosanya, namun ada kehidupan yang akan datang. Berbicara secara manusiawi, kebaikan tidak pernah kelihatan akan memperoleh ganjarannya, tetapi ada sebuah dunia baru untuk memperbaiki ketidakseimbangan di masa lampau.
  1. Perumpamaan ini mengajar bahwa satu-satunya Pribadi yang berhak untuk menghakimi adalah Allah. Allah saja-lah yang dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Hanya Allah-lah yang melihat semua aspek/bagian dari seorang manusia dan seluruh kehidupannya. Hanya Allah-lah yang dapat menghakimi.

Dengan demikian, pada akhirnya dapat dikatakan bahwa perumpamaan ini mempunyai dwifungsi: (1) sebagai peringatan agar kita tidak menghakimi orang lain; dan (2) sebagai peringatan bahwa pada akhirnya datanglah penghakiman dari Allah sendiri.

DOA:  Tuhan Yesus Kristus, kami berterima kasih penuh syukur kepada-Mu karena Engkau mengingatkan lagi kepada kami ajaran-Mu yang menekankan bahwa kami tidak boleh menghakimi orang lain. Penghakiman adalah hak Bapa surgawi semata. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Yer 14:17-22), bacalah tulisan yang berjudul “BELAS KASIH DAN BELAS RASA SANG NABI” (bacaan tanggal 28-7-30) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-07 BACAAN HARIAN JULI 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 30-7-19 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 27 Juli 2020 [Peringatan Fakultatif B. Maria Magdalena Martinengo, Perawan, Ordo II S. Fransiskus] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

RAHMAT ADALAH PERTOLONGAN DARI ALLAH UNTUK KITA

RAHMAT ADALAH PERTOLONGAN DARI ALLAH UNTUK KITA

(Bacaan Injil Misa Kudus,  Hari Biasa Pekan Biasa XVII – Senin, 27 Juli 2020)

Keluarga Besar Fransiskan: Peringatan Fakultatif B. Maria Magdalena Martinengo,

Perawan-Ordo II

Yesus menyampaikan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.”

Ia menceritakan perumpamaan ini juga kepada mereka, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu sebanyak empat puluh liter sampai mengembang seluruhnya.”

Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatu pun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, supaya digenapi firman yang disampaikan oleh nabi, “Aku mau membuka mulut-Ku menyampaikan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.” (Mat 13:31-35) 

Bacaan Pertama: Yer 13:1-11; Mazmur Tanggapan: Ul 32:18-21 

Tentu sebagian besar dari kita mempunyai wéker (Inggris: alarm clock) dalam salah satu bentuknya, apalagi dengan tersedianya berbagai peralatan yang semakin modern ini (smart phones dlsb.). Kita memang membutuhkan peralatan seperti itu, karena pada waktu yang ditetapkan oleh kita, alat itu akan berbunyi dan membuat kita “keluar” dari tidur kita. Namun alat itu tidak akan mampu membangkitkan kita dari tempat tidur kita. Banyak dari kita tentunya dikagetkan oleh bunyi wéker pada jam 4 pagi, namun langsung tidur lagi setelah mematikannya.

Semoga contoh wéker ini dapat menggambarkan “ragi” yang diceritakan dalam bacaan Injil hari ini, “adonan” Kerajaan Surga (Kerajaan Allah) yang adalah “rahmat”, adonan sesungguhnya dalam hidup seorang Kristiani. Rahmat sesungguhnya dapat menyentuh kita setiap saat dalam satu hari kehidupan kita, seperti tiupan angin sepoi-sepoi basa di musim panas, atau seperti hujan badai yang disertai sambaran kilat yang sambung menyambung. Atau, rahmat itu datang kepada kita melalui kata-kata penuh hikmat yang diucapkan oleh seorang sahabat, atau sebuah gambar, dlsb.

Jadi, apakah yang dimaksudkan dengan “adonan indah” atau rahmat ini? Rahmat sesungguhnya adalah pertolongan dari Allah untuk kita agar dapat hidup sebagai orang-orang Kristiani yang sejati. Kita menerima rahmat ini banyak kali dalam sehari. Ini adalah bantuan batiniah yang diberikan Allah untuk memperkuat diri kita ketika kekuatan memang dibutuhkan oleh kita, untuk memberikan sukacita, keberanian, pengharapan kepada kita yang melampaui kemampuan manusiawi kita. Jadi, seperti bunyi wéker yang berdering-dering di dalam diri kita, Tetapi lebih dari wéker biasa, karena rahmat tidak saja mengingatkan kita untuk bangun dari tidur, melainkan juga memberikan dorongan kepada kita, rahmat menolong kita untuk bangkit ke luar dari kedosaan kita, untuk bangkit dari hal-hal yang sekadar natural.

Santo Paulus menulis kepada jemaat di Filipi, “…… Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Flp 2:13). Inilah rahmat yang sesungguhnya. Rahmat tidak hanya menginspirasikan kita akan hal yang baik, melainkan juga menolong kita untuk mewujudkannya. Kita hanya akan menghasrati hal-hal yang baik apabila pikiran kita dicerahkan. Kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksudkan dengan “baik”. Jadi kita tidak dapat menutup diri terhadap rahmat pengetahuan. Kita harus membuka diri terhadap sang Terang, berkemauan untuk melakukan pembacaan bacaan yang baik (Kitab Suci dlsb.), untuk berpikir dan memikirkan hal-hal yang baik, untuk berdoa. Kita harus senantiasa memohon kepada Allah untuk menerangi kegelapan hati kita.

Namun demikian, walaupun kita telah dicerahkan untuk mengenal mana yang benar ketimbang mana yang salah, kita membutuhkan “adonan rahmat” guna membangkitkan kita agar melakukan hal-hal yang baik. Allah memberikan pertolongan ini, kekuatan ini, dorongan dan hasrat untuk melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Kita semua pasti pernah mengalami desakan-desakan dalam batin kita untuk memikirkan, mengambil sikap dan/atau melakukan hal-hal tertentu yang baik, namun seringkali kita tidak mempedulikan desakan-desakan batiniah tersebut.

DOA: Bapa surgawi, Engkau adalah Allah Yang Mahatahu. Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku (Mzm 139:8-10). Terpujilah nama-Mu selalu, ya Tuhan dan Allahku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 13:31-35), bacalah tulisan yang berjudul “BIJI MUSTAR, RAGI DAN KERAJAAN SURGA” (bacaan tanggal 27-7-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-07 BACAAN HARIAN JULI 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-7-19 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 26 Juli 2020 [HARI MINGGU BIASA XVII – TAHUN A] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KITA TIDAK PERLU TAKUT

KITA TIDAK PERLU TAKUT

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI  MINGGU BIASA XVII [TAHUN A] 26 Juli 2020)

“Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamnya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.

Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”

“Demikianlah pula hal Kerajaan Surga itu seumpama jala yang ditebarkan di laut lalu mengumpulkan berbagai jenis ikan. Setelah penuh, jala itu diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam tempayan dan ikan yang tidak baik mereka buang. Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.

Mengertikan kamu semuanya itu?” Mereka menjawab, “Ya, kami mengerti.” Lalu berkatalah Yesus kepada mereka, “Karena itu, setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran tentang Kerajaan Surga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.” (Mat 13:44-52; versi pendek Mat 13: 13:44-46) 

Bacaan Pertama: 1Raj 3:5,7-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:57,72,76-77,127-130; Bacaan Kedua: Rm 8:28-30

Apakah kematian harus terjadi? Ya! Apakah ada surga dan neraka? Ya! Apakah akan ada suatu penghakiman terakhir, suatu pemisahan antara ikan yang baik dan yang buruk, pemisahan antara domba dan kambing (Mat 25:31-46), pemisahan antara gandum dan lalang (Mat 13:24-30)? Ya! Semua perumpamaan yang mengacu pada akhir zaman ini sungguh riil dan semua itu menenangkan hati. Namun, kita harus berhati-hati agar tidak membiarkan pikiran tentang akhir zaman itu memenuhi diri kita dengan rasa takut yang tak perlu. Sebagai umat Kristiani, kita tahu dan seharusnya yakin bahwa Allah adalah “seorang” Bapa yang sangat mengasihi kita. Dia memberikan kepada kita apa saja yang kita butuhkan agar tetap berdiri tegak penuh keyakinan dalam hari penghakiman terakhir.

Kitab Suci tidak bosan-bosannya mengingatkan kita bahwa mereka yang hidup dalam Kristus adalah “ciptaan baru” (2Kor 5:17) dan mereka yang percaya kepada Yesus telah berpindah dari kematian ke kehidupan dan “tidak turut dihukum” (Yoh 5:24). Kebenaran yang membebaskan dari Injil adalah bahwa apabila kita tetap hidup dalam Kristus, kita menjadi “ikan-ikan yang baik”. Dalam Dia kita adalah “domba-domba” dan bukan “kambing-kambing”, “gandum” dan bukan “lalang”.

Apakah keniscayaan akan adanya penghakiman terakhir menakutkan anda? Atau apakah anda menghindarkan diri dari isu atau topik sekitar penghakiman terakhir, dan kemudian menyibukkan diri anda dengan kesibukan sehari-hari? Untuk dua situasi ini, jawabnya terletak pada suatu pernyataan yang lebih dalam dari Yesus. Ia akan menunjukkan kepada anda bahwa anda tidak perlu takut akan penghakiman terakhir. Ia juga akan menolong anda menempatkan hal-hal dalam  kehidupan anda secara teratur sehingga dengan demikian anda dapat memusatkan perhatian anda pada hari di mana anda akan memandangnya muka ketemu muka.

Saudari dan Saudaraku yang dikasihi Kristus, selagi kita (anda dan saya) datang kepada Yesus dalam doa dan pembacaan serta permenungan sabda-Nya dalam Kitab Suci, maka Dia akan menunjukkan kepada kita betapa berharga harta yang kita miliki dalam Dia, dan Ia pun akan menunjukkan kepada kita bagaimana hidup dengan cara-cara yang menyenangkan hati-Nya.

Allah ingin agar kita mengetahui bahwa baptisan hanyalah awal dari relasi kita dengan diri-Nya. Dia ingin menopang kita setiap hari dengan Roh Kudus-Nya. Dia ingin mengajar kita bagaimana hidup “dalam Kristus” setiap hari sehingga dengan demikian apa pun yang kita hadapi dalam perjalanan hidup kita, kita dapat berpegang pada janji-janji keselamatan-Nya dan tetap yakin bahwa kita ditebus dalam Dia. Setiap hari Yesus ingin memberikan diri-Nya kepada kita sehingga kita dapat memberikan diri kita sendiri kepada-Nya.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku ingin dipersatukan dengan Engkau. Usirlah kekhawatiranku tentang kematian dan penghakiman terakhir. Tolonglah aku untuk memusatkan perhatianku pada tujuan untuk memandang Engkau muka ketemu muka dan hadir dalam pesta perjamuan di dalam kerajaan surga. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 13:44-52), bacalah tulisan yang berjudul  “KERAJAAN SURGA DALAM TIGA PERUMPAMAAN YESUS” (bacaan tanggal 26-7-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-07  BACAAN HARIAN JULI 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 30-7-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak,  24 Juli 2020 [Peringatan Fakultatif S. Sharbel Makhlūf, Imam] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

BIARLAH DIRI KITA JUGA DILUCUTI

BIARLAH DIRI KITA JUGA DILUCUTI

 (Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta Santo Yakobus, Rasul – Sabtu, 25 Juli 2020)

Tetapi harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak hancur terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. Dengan demikian, maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.

Namun demikian karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata. Karena kami tahu bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus, Ia juga akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya. Sebab semuanya itu terjadi karena kamu, supaya anugerah yang semakin besar berhubungan dengan semakin banyaknya orang yang menjadi perccaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah. (2Kor 4:7-15) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 126:1-6; Bacaan Injil: Mat 20:20-28 

Pada hari ini kita merayakan pesta Santo Yakobus, saudara dari Yohanes dan anak dari Zebedeus, dan merupakan salah seorang murid Yesus pertama yang mati sebagai seorang martir Kristus (Kis 12:2). Pada waktu dipanggil oleh Yesus, Yakobus dan Yohanes – yang berprofesi sebagai nelayan – sedang membereskan jala di dalam perahu. Kakak beradik itu meninggalkan ayah mereka, Zebedeus, di dalam perahu bersama-sama orang-orang upahannya, lalu mengikuti Yesus (lihat Mrk 1:19-20). Pekerjaan nelayan yang membutuhkan kerja fisik yang keras barangkali yang membuat Yakobus tangguh secara fisik dan juga temperamennya.

Melihat ketetapan hati dan hasratnya untuk melayani Allah, Yesus pun memasukkan Yakobus sebagai salah seorang dari tiga orang sahabat terdekat-Nya (di samping Petrus dan Yohanes). Yakobus dan Yohanes hadir di tempat kediaman Petrus dan Andreas di mana ibu mertua Petrus disembuhkan dari sakit demamnya oleh Yesus (Mrk 1:29-31); bersama Petrus dan Yohanes, Yakobus hadir ketika Yesus membangkitkan puteri Yairus dari kematian (Mrk 5:37); bersama Petrus dan Yohanes, rasul ini juga menyaksikan transfigurasi Yesus di atas sebuah gunung yang tinggi (Mrk 9:2); dan dia juga bersama Petrus dan Yohanes berada di dekat Yesus dalam taman Getsemani (Mrk 14:33).

Selama dia bersama Yesus sekitar tiga tahun itu, Yakobus mengalami suatu “pelucutan” progresif dari hidup lamanya yang mengandalkan pada kekuatannya sendiri, sehingga dengan demikian dia dapat menerima dari Yesus hidup baru dalam Roh. Misalnya, ketika sebuah kota di Samaria menolak kunjungan Yesus, Yakobus dan Yohanes ingin agar api turun dari langit untuk membinasakan penduduk kota itu (lihat Luk 9:54). Kedua orang bersaudara itu pun ditegur oleh Yesus (Luk 9:55). Sikap keras kakak beradik tersebut barangkali merupakan alasan mengapa mereka dipanggil dengan nama Boanerges yang berarti anak-anak guruh (lihat Mrk 3:17).

Dalam kesempatan lain, ketika dengan beraninya Yakobus (bersama Yohanes) meminta kedudukan-kedudukan terhormat dalam Kerajaan, Yesus mengambil kesempatan untuk menunjukkan kepada dua orang murid-Nya ini betapa pemikiran-Nya bertolak belakang dengan sifat dari kemuridan (Mrk 10:35-45). Pada akhirnya, proses pelucutan hidup lama Yakobus berarti kehilangan nyawanya sendiri. Sementara itu, dengan keikhlasan seorang murid, Yakobus merangkul hidup Kristus dan bersedia memberikan segalanya untuk memuliakan Guru dan Sahabatnya. Di awal-awal sejarah Gereja Perdana, Raja Herodes Agrippa I (cucu dari Raja Herodes Agung) mulai bertindak keras terhadap beberapa orang dari jemaat. Raja menyuruh membunuh Yakobus dengan pedang (lihat Kis 12:1-2).

Seperti yang dilakukan-Nya atas diri Yakobus, Yesus ini melucuti diri kita dari cinta-diri kita. Melalui perhatian kita pada sabda Allah dan keterbukaan terhadap sakramen Rekonsiliasi dan sakramen Ekaristi, kita dapat membuat diri kita sendiri tersedia bagi Yesus dan menperkenankan Dia untuk membentuk kita kembali agar semakin serupa dengan diri-Nya. Mungkin kita tidak akan mati sebagai martir, namun kita akan melihat diri kita secara progresif dibebaskan dari cengkeraman dosa dan kegelapan. Yesus akan semakin memerintah dalam hati kita, dan Ia akan memenuhi diri kita lebih dan lebih lagi dengan hikmat dan kuat-kuasa-Nya.

Sekarang, marilah kita masing-masing meminta kepada Yesus agar menunjukkan kepada kita di area-area mana dalam hidup kita ada hal-hal yang harus dilucuti, sehingga kita menjadi semakin kecil dan Dia menjadi semakin besar (bdk. Yoh 3:30). Marilah kita bergembira penuh sukacita sebagai para pewaris Kerajaan-Nya.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, jagalah kami agar tetap setia kepada-Mu selagi Engkau membuang dari diriku semua yang bukan dari-Mu. Aku bersukacita dalam kuat-kuasa salib-Mu yang telah membebaskan aku dari kuasa maut. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (2Kor 4:7-15), bacalah tulisan-yang berjudul “YAKOBUS MELAKSANAKAN PELAYANANNYA SAMPAI TITIK PUNCAK, YAITU KEMATIANNYA SEBAGAI SEORANG MARTIR KRISTUS” (bacaan tanggal 25-7-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-07 BACAAN HARIAN JULI 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 25-7-19 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 24 Juli 2020 [Peringatan Fakultatif S. Sharbel Makhlūf, Imam] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS MEMBANDINGKAN ORANG-ORANG DENGAN EMPAT MACAM TANAH

YESUS MEMBANDINGKAN ORANG-ORANG DENGAN EMPAT MACAM TANAH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVI –  Jumat, 24 Juli 2020)

Peringatan Fakultatif S. Sharbel Makhlūf, Imam

Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Surga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di  tanah yang berbatu-batu ialah orang yang  mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang ini pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” (Mat 13:18-23)

Bacaan Pertama: Yer 3:14-17; Mazmur Tanggapan: Yer 31:10,11-12ab,13

Pada bacaan Injil hari ini Yesus sendiri memberikan kepada kita sebuah contoh “tafsir spiritual” yang bersifat hakiki, apabila kita sungguh ingin memahami perumpamaan-perumpamaan-Nya.

Yesus membandingkan orang-orang  dengan empat macam tanah: benih yang sama – sabda/firman Allah yang sama – memberikan hasil yang lebih atau kurang mendalam sesuai dengan tanggapan yang kita berikan terhadap sabda Allah tersebut.

Yang pertama: “Setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Surga, tetapi tidak mengertinya…” (Mat 13:19).

Dalam kasus ini, sabda Allah dalam Kitab Suci (misalnya Injil) telah dibaca, atau didengar secara literer – pada tingkat pembacaan biasa. Namun, sesungguhnya sabda Allah adalah “sabda yang hidup”: “Pengarang” sesungguhnya dari Kitab Suci adalah Dia yang berbicara itu, “hidup HARI INI” dan … Dia berbicara kepada kita.

Dengan demikian Kitab Suci (misalnya Injil) bukanlah terutama suatu koleksi ide-ide atau pemikiran-pemikiran, melainkan “sebuah pertemuan dengan Seseorang”. Tatkala kita melakukan permenungan atau meditasi atas Injil misanya, pertanyaan pertama yang harus kita tanyakan kepada-Nya dalam keheningan adalah: “Tuhan, apakah yang dapat membuat diriku menemukan Engkau melalui bacaan Kitab Suci ini?”

Kedua: “Orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. … Apabila datang penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad” (Mat 13:20-21).

Ada orang-orang yang memulai meditasi dengan penuh antusiasme. Benarlah, pada awalnya doa kita dapat dipenuhi dengan konsolasi. Namun demikian, ketekunan diperlukan … Tidak cukuplah untuk taat mengikut Allah di kala segalanya mudah dan lancar,  akan tetapi juga pada saat-saat penuh pencobaan dan kepedihan.

Pengenalan akan Allah yang sungguh mendalam diperoleh hanya melalui suatu keakraban dengan sabda-Nya dalam Kitab Suci, … dibaca dan dibaca lagi, direnungkan dan direnungkan kembali dalam kurun waktu yang panjang. Yesus menyatakan diri-Nya kepada kita, dalam kalimat ini, sebagai seorang Pribadi yang tidak puas dengan semangat yang bersifat sementara: Ia mengharapkan kita sungguh setia kepada-Nya.

Ketiga: “Orang yang mendengar firman itu, lalu kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah” (Mat 13:22).

Kita harus membuat pilihan. Yesus bersabda: “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan” (Mat 6:24). Menemukan Allah adalah suatu petualangan yang indah (wonderful adventure) yang menuntut suatu komitmen total dari pihak kita masing-masing. Kelekatan pada hal-hal duniawi, selera kuat akan kenikmatan-kenikmatan dan kehausan akan harta-kekayaan dapat mencekik sabda/firman Allah!

Ada sabda Yesus tentang harta-kekayaan yang tidak mudah untuk dilupakan: “Alangkah sukarnya orang yang banyak harta masuk ke dalam Kerajaan Allah” …… “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah”  (Mrk 10:23-25; bdk. Mat 19:23-24; Luk 18:24-25).

Keempat: “Orang yang mendengar firman  itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat” (Mat 13:23).

Yesus telah memperingatkan kita: Tidak ada panenan tanpa kerja keras. Para petani di tanah Palestina sangat mengetahui kenyataan itu. Yesus mengajak kita bekerja dan berdoa. Inilah peranan kita, dan juga tanggung jawab kita.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, tolonglah aku agar dapat memusatkan perhatian pada kehendak-Mu. Hembuskanlah nafas kehidupan-Mu ke dalam nas-nas Kitab Suci yang kubaca agar aku dapat memahami sabda-Mu dan disembuhkan. Aku mempercayakan seluruh hatiku kepada-Mu. Oleh Roh Kudus-Mu, buatlah hatiku itu agar dapat menghasilkan buah-buah berlimpah demi kemuliaan-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 13:18-23), bacalah tulisan yang berjudul “PENJELASAN YESUS ATAS PERUMPAMAAN TENTANG SEORANG PENABUR” (bacaan tanggal 24-7-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-07 BACAAN HARIAN JULI 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 27-7-18 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 23 Juli 2020 [Peringatan Fakultatif S. Birgitta dr Swedia]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

HUKUM KEHIDUPAN YANG KERAS

HUKUM KEHIDUPAN YANG KERAS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVI – Kamis, 23 Juli 2020)

Peringatan Fakultatif S. Birgitta dr Swedia, Ordo III S. Fransiskus [OFS] dan Pendiri Tarekat Biarawati

Kemudian datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya dan bertanya kepada-Nya, “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan? Jawab Yesus, “kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia  berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil daripadanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Jadi, pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak memahami. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. (Mat 13:10-17) 

Bacaan Pertama: Yer 2:1-3,7-8,12-13; Mazmur Tanggapan: Mzm 36:6-7ab,8-11 

“Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil daripadanya.” (Mat 13:12)

Secara sekilas lintas ayat ini terdengar sangat kejam; namun secara sederhana sebenarnya menyatakan sebuah kebenaran yang merupakan suatu hukum kehidupan yang tidak dapat dihindari.

Dalam setiap lapisan kehidupan, sesuatu yang lebih diberikan kepada orang yang mempunyai, dan yang dipunyainya diambil dari orang yang tidak mempunyai. Dalam hal beasiswa, seorang mahasiswa yang bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan menjadi mampu untuk memperoleh lebih banyak lagi pengetahuan. Kepadanyalah diberikan kesempat untuk research, mata-mata kuliah tingkat lanjut; hal itu sedemikian karena lewat kerajinannya dan kesetiaannya dia telah membuat dirinya cocok dan pantas untuk menerima semua itu. Di sisi lain, mahasiswa yang malas dan menolak untuk bekerja pada akhirnya akan mengalami kehilangan, bahkan pengetahuaan yang dimilikinya.

Misalnya, banyak orang kehilangan kemampuannya untuk menguasai bahasa asing yang dipelajari mereka pada masa sekolah dulu. Saya sendiri mengalaminya dalam hal bahasa Jerman, padahal angka ujian akhir/negeri SMA saya untuk bahasa Jerman jauh lebih baik ketimbang bahasa Inggris. Mengapa? Karena mereka (termasuk saya) tidak pernah berupaya untuk mengembangkan dan menggunakan bahasa-bahasa asing tersebut. Dalam hal kemampuan berbahasa asing dan berbagai keahlian lainnya, seorang pribadi yang rajin dan suka bekerja keras dan cerdas berada dalam posisi untuk diberikan lebih dan lebih lagi, sedangkan seorang malas dapat saja kehilangan apa yang telah dimilikinya selama ini. Setiap pemberian/anugerah itu dapat dikembangkan, dan karena tidak ada yang tetap sama dalam kehidupan ini, maka jika suatu pemberian/anugerah/talenta tidak dikembangkan atau dilipatgandakan, maka ujung-ujungnya akan hilang, … “gone with the wind”.

Demikianlah halnya dengan kebaikan. Setiap godaan yang berhasil kita patahkan membuat diri kita mampu untuk mengatasi godaan berikutnya, dan setiap godaan yang membuat kita jatuh akan membuat kita kurang mampu untuk tegak menghadapi serangan berikutnya. Setiap pekerjaan baik yang kita lakukan, setiap tindakan penuh disiplin-diri, juga pelayanan kita; ini semua membuat kita lebih mampu untuk tahapan berikutnya. Sebaliknya, setiap kali kita gagal untuk menggunakan kesempatan sedemikian membuat kita kurang mampu untuk menggunakan kesempatan berikutnya ketika kesempatan itu datang.

Kehidupan selalu merupakan sebuah proses untuk memperoleh lebih atau kehilangan lebih. Yesus telah mengungkapkan kebenaran bahwa semakin dekat seseorang hidup dengan-Nya, maka semakin dekat pula orang itu akan bertumbuh dengan ideal Kristiani. Sebaliknya semakin jauh seseorang dari Kristus, maka semakin kurang mampu pula bagi dirinya untuk mencapai kebaikan; karena kelemahan, seperti juga kekuatan, adalah sesuatu yang sifatnya meningkat.

Catatan: Uraian di atas merupakan adaptasi dari William Barclay, THE DAILY STUDY BIBLE, The Gospel of Matthew, Volume 2 Chapter 11-28, hal. 66-67).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku ingin membuat tanggapan terhadap rahmat yang Dikau tawarkan kepadaku sekarang. Ampunilah aku karena terkadang aku tidak membuka pintu hatiku dan mencoba untuk menjauh dari diri-Mu.  Ya Tuhan dan Allahku, aku telah berketetapan hati untuk selalu terbuka bagi kehendak-Mu atas kehidupanku, sekarang dan selamanya. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 13:10-17), bacalah tulisan yang berjudul “KRISTUS TERUS SAJA MENGETUK HATI KITA” (bacaan tanggal 23-7-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-07 BACAAN HARIAN JULI 2020. 

(Tulisn ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 27-7-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 21 Juli 2020 [Pesta S. Laurensius dr Brindisi, Imam Pujangga Gereja] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS