Posts from the ‘20-10 PERMENUNGAN ALKITAIAH OKTOBER 2020’ Category

LAGI-LAGI PENYEMBUHAN PADA HARI SABAT

LAGI-LAGI PENYEMBUHAN PADA HARI SABAT

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXX – Jumat, 30 Oktober 2020)

OFMCap.: Peringatan Fakultatif B. Angelus dr Acri, Imam Biarawan

Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. Datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya. Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, “Apakah boleh menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” Mereka diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya serta menyuruhnya pergi. Kemudian Ia berkata kepada mereka, “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur pada hari Sabat?” Mereka tidak sanggup membantah-Nya. (Luk 14:1-6)

Bacaan Pertama: Flp 1:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 111:1-6

Pada zaman Yesus hidup di tengah bangsa Israel, memang ada diskusi-diskusi panas tentang apakah hari Sabat itu merupakan suatu hari yang pantas untuk melakukan penyembuhan orang-orang sakit. Memang sangat berbeda dengan zaman modern di mana kita hidup. Banyak dari kita bahkan tidak memiliki ekspektasi bahwa penyembuhan ilahi dapat menjadi bagian normal dari hidup kita sebagai umat Kristiani. Kalau begitu halnya, boro-boro kita akan mempertimbangkan pada hari yang mana seharusnya penyembuhan itu terjadi! Namun iman kita kepada/dalam Yesus seharusnya tidak boleh begitu sempitnya. Dari waktu ke waktu Allah menunjukkan kepada kita bahwa Dia tidak hanya ingin menyelamatkan jiwa kita, melainkan juga untuk menyembuhkan tubuh dan pikiran kita.

Kata Yunani untuk “menyelamatkan” (sozo) juga berarti “menyembuhkan” atau “membuat utuh”. Sebagai Juruselamat kita, Yesus ingin membuat kita menjadi utuh dalam setiap hal. Yesus menunjukkan kebenaran  ini selagi Dia berjalan dari tempat yang satu ke tempat yang lain untuk mewartakan Kerajaan Allah serta menyerukan pertobatan, sambil melakukan mukjizat-mukjizat penyembuhan dan berbagai tanda heran lainnya. Jika kita sungguh ingin menerima penyembuhan dari Yesus, maka kita memerlukan iman yang penuh pengharapan dan doa yang penuh ketekunan. Tentu saja, kita harus menghargai dan menghormati profesi di bidang medis-kedokteran, counseling dlsb. Semua itu juga merupakan instrumen-instrumen kuat-kuasa Allah. Namun jauh melampaui upaya medis/ kedokteran dan upaya-upaya manusiawi lainnya, Allah dapat melakukan dan masih melakukan mukjizat-mukjizat dan berbagai tanda heran lainnya. Secara individu maupun bersama-sama dengan orang lain kita dapat berdoa untuk kesembuhan orang sakit. Kita juga dapat mohon bantuan orang Kristiani dengan iman yang dewasa untuk mendoakan kita. Ingatlah apa yang ditulis oleh Yakobus: “Kalau ada seseorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para panatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan” (Yak 5:14).

Banyak studi ilmiah di bidang penyakit telah menunjukkan adanya suatu relasi antar  pikiran-pikiran kita dan tubuh kita. Kitab Suci Perjanjian Lama bahkan mengatakan kepada kita bahwa “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang” (Ams 14:30; bdk. 17:22). Barangkali yang lebih menarik lagi adalah studi-studi paling akhir yang telah menunjukkan adanya suatu relasi yang spesifik antara doa dan kesembuhan – bahkan ketika para pasien tidak mengetahui bahwa diri mereka sedang didoakan.

Allah ingin agar kita tetap penuh damai dan tenang selagi kita datang kepada-Nya dengan setiap kebutuhan kita. Selagi kita memusatkan diri kita dan “beristirahat” di hadapan hadirat-Nya, baiklah kita mengingat bahwa positive thinking dan ketenangan kita adalah pencerminan dari iman Yesus sendiri akan kemampuan Bapa-Nya untuk menjaga dan memelihara diri-Nya. Oleh karena itu, marilah kita membuka diri bagi kuat-kuasa Allah untuk menyembuhkan, di samping itu untuk menerima kesembuhan ilahi sebagai suatu bagian normal dari kehidupan kita sebagai umat Kristiani.

DOA: Bapa surgawi, perkenankanlah aku menjadi seorang saksi dari rahmat penyembuhan-Mu. Ajarlah aku untuk sabar dalam penderitaanku selagi aku berpaling kepada Roh Kudus untuk mempelajari kehendak-Mu. Jagalah aku agar dapat tetap berpengharapan dan terbuka bagi kuat-kuasa dan hasrat-Mu untuk membuat umat-Mu menjadi pribadi-pribadi yang utuh. Jadikanlah hatiku seperti hati Yesus Kristus, Putera-Mu terkasih. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 14:1-6), bacalah tulisan yang berjudul “” (bacaan tanggal 30-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 3-11-17 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 28 Oktober 2020 [Pesta S. Simon dan Yudas, Rasul]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS S

TIDAKLAH SEMESTINYA SEORANG NABI DIBUNUH DI LUAR YERUSALEM

TIDAKLAH SEMESTINYA SEORANG NABI DIBUNUH DI LUAR YERUSALEM

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXX – Kamis,  29 OKTOBER 2020)

Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus, “Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau. Jawab Yesus kepada mereka, “Pergilah  dan katakanlah kepada si rubah itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh di luar Yerusalem. Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi sampai pada saat kamu berkata: Terpujilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” (Luk 13:31-35)

Bacaan Pertama: Ef 6:10-20; Mazmur Tanggapan: Mzm 144:1,2,9-10

Baik Herodes yang berniat untuk membunuh Yesus maupun beberapa orang Farisi yang berupaya untuk melindungi diri-Nya, tidak dapat mengurangi niat atau bahkan mencegah Yesus dari upaya memenuhi rencana Bapa untuk menyelamatkan umat manusia. Rencana itu dibentuk sejak sediakala, dan Yesus mendedikasikan hidup-Nya untuk mewujudkan rencana itu. Yesus mengetahui bahwa Dia harus pergi ke Yerusalem dan disalibkan di sana, dan Ia pun berkata kepada orang-orang Farisi itu: “Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh di luar Yerusalem” (Luk 13:33).

Selagi melakukan perjalanan-Nya menuju saat-saat akhir hidup-Nya, Yesus meratapi Yerusalem, karena Dia sungguh menyadari bahwa pengorbanan-Nya yang didorong oleh cintakasih itu tidak akan mampu menyelamatkan mereka yang menolak diri-Nya. Yerusalem adalah tempat di mana banyak nabi Allah dibunuh secara brutal, dan Yesus pun bukanlah kekecualian. Namun demikian, Ia ingin agar orang-orang Yerusalem datang kepada-Nya. Seperti seorang ibu dan bapak tidak dapat memaksa seorang anak yang mbalelo untuk balik kepada mereka, maka Yesus juga tidak dapat menuntut umat-Nya untuk menanggapi tawaran-Nya sehubungan dengan belas kasih dan penebusan.

Kata-kata Yesus mengungkapkan hati dari seseorang yang bersedih bagi kita-manusia, bukan bagi diri-Nya. Dia akan pergi menuju salib dengan penuh keikhlasan, semua demi pengampunan diri kita. Tanpa meninggalkan jejak kepahitan atau penolakan, Yesus dengan bebas menunjukkan bela-rasa-Nya terhadap semua orang. Seperti telah “diramalkan” oleh Yesus sendiri, Ia akan sampai di Yerusalem dielu-elukan oleh orang banyak: “Terpujilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan!” (Luk 19:38; bdk. Mzm 118:26). Akan tetapi, beberapa hari kemudian Ia akan disalibkan. Orang-orang yang mengelu-elukan ketika Yesus memasuki Yerusalem kemudian malah melepaskan seorang penjahat yang bernama Barnabas, bukan menyelamatkan Yesus dari hukuman mati di kayu salib (Luk 23:18-19). “Hari ini mubarak, besok salibkan Dia!” Mereka akan membuang Yesus, dan atas dasar pilihan mereka sendiri, rumah mereka akan dibuang juga. Yesus mengetahui semua ini, dan pengetahuan inilah yang membuat diri-Nya sedih sehingga Dia meratapi penolakan Yerusalem terhadap diri-Nya.

“Rumah” kita sendiri tidak perlu dibuang. Walaupun kita semua adalah para pendosa, Yesus senantiasa menantikan kita, dengan penuh kerinduan Ia mau mengumpulkan kita dengan diri-Nya. Tidak ada satu hal pun yang telah kita lakukan – betapa berdosa sekali pun – dapat menghalangi diri-Nya mengasihi kita. Allah tidak pernah memaksa kita untuk kembali kepada-Nya. Seperti apa yang dilakukan-Nya dengan orang-orang Yerusalem, Yesus menaruh respek kepada kebebasan kita, dan Ia senantiasa menghargai keputusan yang kita ambil.

DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu walaupun kami pernah meninggalkan Engkau. Tolonglah kami agar dapat datang kepada pemeliharaan-Mu yang penuh kasih. Bawalah setiap orang – bahkan mereka yang kelihatannya jauh dari-Mu – ke dalam kehangatan pelukan-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 13:31-35), bacalah tulisan yang berjudul “KENAKANLAH SELURUH PERLENGKAPAN SENJATA ALLAH” (bacaan tanggal 29-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 31-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 28 Oktober 2020 [Pesta S. Simon dan Yudas, Rasul]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MEMPERLAKUKAN SESAMA KITA DENGAN ADIL

MEMPERLAKUKAN SESAMA KITA DENGAN ADIL

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIX – Jumat, 23 Oktober 2020)

Peringatan Fakultatif S. Yohanes dr Kapestrano, Imam

Keuskupan TNI-POLRI: Pesta S. Yohanes dr Kapestrano, Imam – Pelindung Para Pastor/Perawat Rohani Angkatan Bersenjata

Keluarga Kapusin [OFMCap. & OSCCap.]: Peringatan Wajib S. Yohanes Kapestrano

OSU: Peringatan Wajib Beata Klotilde Angela, dkk. – Para Martir Ursulin dr Valenciennes

Yesus berkata lagi kepada orang banyak, “Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: “Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?

Mengapa engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.” (Luk 12:54-59)

Bacaan Pertama: Ef 4:1-6; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-4ab,5-6

Dengan cara sendiri-sendiri, mereka yang ada ditengah-tengah orang banyak sebenarnya tahu bagaimana memahami dan menanggapi jalannya peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekeliling mereka. Awan akan mendatangkan hujan; angin selatan berarti panas terik. Dalam kedua situasi tersebut tidak sulitlah untuk mengetahui jenis pakaian apa yang akan kita kenakan atau bagaimana merencanakan kegiatan-kegiatan kita. Masalahnya adalah, bahwa orang-orang mau menanggapi dengan baik segala peristiwa alam yang berlangsung dalam hidup mereka, namun tidak mau memberikan tanggapan terhadap peristiwa-peristiwa yang bersifat adikodrati, beberapa di antaranya malah jauh lebih jelas dan dapat diandalkan daripada ramalan-ramalan cuaca.

Yesus bertanya mengapa mereka tidak dapat memahami “zaman ini” se-akurat seperti mereka dapat memahami hal-ikhwal cuaca atau keperluan-keperluan sehubungan dengan tindakan hukum (Luk 12:56). Ada dua kata dalam bahasa Yunani yang berarti ‘waktu’. Yang pertama adalah kronos (ingat kata kronologi) yang adalah waktu dalam arti sehari-hari. Ada lagi satu kata, yaitu kairos, yang dalam Perjanjian Baru sering dimaksudkan sebagai suatu waktu spesifik yang ditetapkan Allah sendiri. Tanda-tanda zaman ada di sekeliling orang-orang Yahudi: roti yang diperlipat-gandakan, orang lumpuh dapat berjalan, orang buta dibuat melihat lagi, para pendosa melakukan pertobatan, dan Kabar Baik juga disebar-luaskan. Yesus sendiri berdiri di tengah-tengah umat sebagai suatu manifestasi kasih dan kuasa Bapa surgawi. Bagaimana seseorang yang dikelilingi dengan tanda-tanda heran sedemikian, tidak terdorong untuk memeriksa keterbukaan dirinya terhadap karya Allah yang dilihatnya berlangsung di depan matanya? Bukankah ini kairos Tuhan?

Seperti juga pada zaman Yesus dulu, hari ini tanda-tanda yang sama ada dan berlangsung di sekeliling kita. Seluruh dunia telah ditransformasikan oleh kebangkitan Kristus dan pencurahan Roh Kudus. Tanda-tanda heran ada di sana, asal saja kita mau membuka mata (hati) kita. Mukjizat-mukjizat dan berbagai keajaiban terjadi: kesembuhan-kesembuhan batin maupun fisik terjadi manakala anak-anak Allah yang dipimpin Roh melibatkan diri, relasi-relasi yang sudah berantakan dapat dipulihkan kembali, sukacita Kristiani yang sejati terungkap dalam diri mereka yang melibatkan diri dalam karya- karya karitatif, bermunculannya dorongan-dorongan batin yang asli untuk melakukan persekutuan dengan mereka yang beriman lain dari kita.

Pada tahun 2002, saya sempat menyaksikan bagaimana Bruder Severino Lee OFM dan beberapa saudara dina lain setiap hari dengan penuh sukacita melayani orang-orang miskin kota Seoul lewat “dapur umum” mereka yang bernama BETHLEHEM (artinya “rumah roti”, bukan?). Samasekali bukanlah upaya “Kristenisasi”, tetapi sekadar melayani “wong cilik” dengan hati yang tulus sebagai sesama yang sederajat, seperti telah dicontohkan oleh Bapak Fransiskus. Saudari dan saudaraku yang terkasih, Allah memang terus bekerja di tengah-tengah umat-Nya. Begitu banyak buktinya, asal saja kita mau melihat dan mendengarkan Dia. Inilah kairos Tuhan, jangan merasa ragu lagi!

Yesus mendesak para pendengar-Nya agar membaca tanda-tanda ini dan bertindak selagi masih ada waktu untuk itu (Luk 12:57-59). Perumpamaan tentang pergi ke pengadilan untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang ada, menunjuk kepada Allah dan penghakiman-Nya. Memperlakukan sesama kita dengan adil adalah tanggapan yang pantas terhadap apa yang dikehendaki Allah. Dengan melakukan hal itu, kita pun sebenarnya sedang menyiapkan diri untuk penghakiman-Nya kelak.

DOA: Bapa surgawi, dalam kerahiman-Mu Engkau telah menebusku dan membuka pintu surga bagiku. Oleh Roh-Mu, tolonglah aku agar mampu mengenali tanda-tanda kasih dan kuasa-Mu. Tunjukkanlah kepadaku bagaimana menanggapi undangan-Mu kepada kehidupan sejati. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Ef 4:1-6), bacalah tulisan yang berjudul “SEMUA ORANG KRISTIANI DIPANGGIL UNTUK HIDUP SETURUT PANGGILAN YESUS KRISTUS” (bacaan tanggal 23-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tullisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 25-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 21 Oktober 2020 [OSU: HR S. Ursula, Perawan, Pelindung Tarekat]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS KRISTUS DATANG UNTUK MELEMPARKAN API KE BUMI

YESUS KRISTUS DATANG UNTUK MELEMPARKAN API KE BUMI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIX – Kamis, 22 Oktober 2020)

Peringatan Fakultatif S. Yohanes Paulus II, Paus

“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapa Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus dibaptis dengan suatu baptisan, dan betapa susah hati-Ku, sebelum hal itu terlaksana! Kamu menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.”  (Luk 12:49-53)

Bacaan Pertama: Ef 3:14-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 33:1-2,4-5,11-12,18-19

Selagi Yesus dengan penuh keyakinan melakukan perjalanan menuju kematian-Nya di Yerusalem, Ia berbicara mengenai “melemparkan api ke bumi”. Dalam pengertian alkitabiah, api dimaknai sebagai “pemurnian dan penghakiman”; membersihkan dan menyiapkan kita untuk membalikkan hati kita sepenuhnya kepada Allah dalam kasih. Api yang dimaksudkan Yesus adalah api yang sama seperti yang dijanjikan oleh Yohanes Pembaptis, ketika dia berkata: “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa daripada aku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Luk 3:16). Gambaran Roh Kudus dan api mengindikasikan bahwa apabila kita mengikuti Allah, maka kita dapat mengharapkan untuk mengalami pembersihan dan penghakiman. Hal ini menyangkut perjuangan, penderitaan, dan bahkan pengejaran serta penganiayaan atas diri mereka yang mencari Allah. 

Sepanjang sejarah Gereja, ada banyak sekali orang, baik perempuan maupun laki-laki yang – karena iman-kepercayaan mereka kepada Yesus Kristus – mengalami penderitaan, malah sampai kepada kematian. Seorang  tokoh awam yang patut dicontoh adalah Thomas More. Sebagai seorang anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus di negeri Inggris, Thomas More adalah tanda-lawan pada zamannya. Kehidupan-saleh yang dijalaninya, kesetiaannya kepada Gereja yang tak tergoyahkan; dan semuanya itu dibayar dengan darahnya sendiri. Kehidupannya seharusnya menjadi teladan bagi para awam Kristiani yang berkiprah di dunia sosial-politik. Ia adalah putera dari seorang ksatria dan sejak kecil sudah hidup saleh. 

Karir Thomas More sebagai negarawan dimulai pada tahun 1510, karir ini terus menanjak dengan pesat sampai mencapai puncaknya pada tahun 1529 ketika dia diangkat menjadi Lord High Chancellor menggantikan Kardinal Wolsey. Meskipun sudah menjadi pejabat negara puncak, dia masih menjalankan hidup rohaninya seperti sediakala. Sementara itu raja Henry VIII sudah merasa bosan dengan permaisurinya yang sah (Katarina dari Aragon) dan dia berahi pada salah seorang dayang-dayang di istana (sudah menikah) yang bernama Anna Boleyn dan ingin menikahinya. Henry VIII sudah mencoba mendapatkan izin dari Sri Paus agar dia boleh menceraikan permaisurinya dan menikah dengan Anna Boleyn. Sri Paus tidak setuju. Takhta Suci dengan benar menghukum Henry VIII itu, namun sang raja malah memperburuk hubungannya dengan Takhta Suci dan mengangkat dirinya menjadi kepala dari Church of England (Gereja Inggris = Anglikan). Persetujuan atas undang-undang yang mengatur pengangkatan raja sebagai kepala Gereja Inggris dimungkinkan karena parlemen yang lemah. Para uskup dan imam harus mengangkat sumpah untuk mengakui sang raja sebagai atasan mereka. Siapa saja yang tidak setuju dengan keputusan raja ini akan dihukum mati. Orang pertama yang menentang raja adalah pejabat tinggi negara yang selama ini sangat setia kepada raja, Thomas More.

Thomas More yakin dan percaya, bahwa tidak seorang pun pemimpin negara yang dapat mempunyai yurisdiksi atas Gereja Kristus. Hal inilah yang menjadi “biaya kemuridan” bagi dirinya dalam mengikuti jejak sang Guru, Yesus Kristus. Meskipun berhadapan dengan raja sebagai penguasa tertinggi negeri Inggris yang juga menguasai parlemen yang lemah, sebagai pejabat tinggi negara Thomas More dengan gigih menolak memberi persetujuannya atas perceraian raja Henry VIII. Ia juga tidak mau mengakui Henry VIII sebagai kepala Gereja Inggris yang memutuskan hubungan dengan Takhta Suci di Roma dan menolak Sri Paus sebagai pemimpin Gereja, padahal banyak sekali uskup dan imam memberi persetujuan mereka …… karena takut mati. Dia setia kepada Kristus lewat kesetiaannya kepada Gereja (lihat Ef 5:25 dsj). Thomas More tidak mau mundur sedikit pun dalam kesetiaannya kepada Kristus; sikap dan perilaku ini membawanya ke dalam kegelapan ruang penjara dan akhirnya kematian. Thomas More adalah contoh dari seseorang yang memperkenankan api Kristus membakar dirinya. Seorang saksi (martir) Kristus yang sejati! 

DOA: Tuhan Yesus Kristus, ajarlah aku untuk mengasihi-Mu dengan benar, dan untuk berani menyingkirkan segala hasratku akan kenyamanan dan kenikmatan dunia, serta hasrat agar selalu dapat diterima oleh orang-orang lain walaupun dengan mengorbankan prinsip-prinsip kebenaran iman. Ajarlah aku juga untuk dapat tetap sabar dan penuh sukacita dalam menghadapi berbagai tentangan, tantangan dan serangan dari siapa saja yang tidak menyukai aku oleh karena Engkau-lah yang aku imani, sebagai Tuhan dan Juruselamat-ku. Buatlah agar aku dapat berjuang dengan tekun dan berani selagi turut mengambil bagian dalam menegakkan kerajaan-Mu di dunia ini. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 12:49-53), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS BUKAN DATANG UNTUK MEMBAWA DAMAI DI ATAS BUMI, MELAINKAN PERTENTANGAN” (bacaan tanggal 22-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 24-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 21 Oktober 2020 [OSU: Hari Raya Santa Ursula, Perawan-Pelindung Tarekat]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENGHUJAT ROH KUDUS

MENGHUJAT ROH KUDUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan Wajib S. Ignasius dr Antiokhia, Uskup Martir – Sabtu, 17 Oktober 2020)

Aku berkata kepada-Mu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi siapa saja yang menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi siapa saja yang menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis di rumah-rumah ibadat atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu khawatir bagaimana kamu harus membela diri dan apa yang harus kamu katakan. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang yang harus kamu katakan.” (Luk 12:8-12)

Bacaan Pertama: Ef 1:15-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 8:2-3a,4-7

Kata-kata Yesus dalam bacaan Injil hari ini dapat membingungkan kita. Atau barangkali kita terkejut karena kata-kata itu tidak sesuai dengan gambaran kita tentang Dia selama ini. Yesus bersabda: “Siapa saja yang menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni” (Luk 12:10). Bagaimana seharusnya memahami pernyataan Yesus ini? Apakah yang dimaksudkan dengan “menghujat Roh Kudus”? Apakah mungkin bahwa kita pun pernah “menghujat” Roh Kudus? Mungkinkah Yesus bersikap begitu keras untuk tidaak mengampuni, pahahal kita mengenal-Nya sebagai Pribadi yang penuh belas kasih.

Santo (Paus) Yohanes Paulus II memberikan wawasan terkait teks yang penuh tantangan ini dalam ensikliknya Tentang Roh Kudus. Dalam ensiklik ini dikatakan bahwa hujat melawan Roh Kudus tidaklah dalam bentuk kata-kata, melainkan menolak untuk menerima keselamatan yang ditawarkan Allah kepada manusia melalui Roh Kudus, yang bekerja melalui kuasa Salib … Hal ini berarti menolak untuk datang kepada sumber Penebusan (butir 46).

Dengan perkataan lain, menghujat Roh Kudus berarti menyangkal hasrat Allah dan kemampuan-Nya untuk menyelamatkan kita. Jadi, dosa ini “tak dapat diampuni” justru karena disposisi si pendosa dalam menolak rahmat Roh Kudus menutup pintu untuk terjadinya pertobatan sejati. Allah sendiri sebenarnya mengampuni setiap pendosa yang bertobat, betapa besar pun dosa-dosanya.

Santo Yohanes Paulus II mendesak seluruh Gereja untuk berdoa agar dosa berbahaya melawan Roh Kudus memberi jalan kepada kesiapan suci untuk menerima misi-Nya sebagai sang Penasihat, jika Dia datang untuk meyakinkan dunia mengenai dosa, dan kebenaran dan penghakiman” (butir 47). Kita tidak perlu takut atau kehilangan pengharapan! Bahkan juga bila kita berpikir bahwa diri kita tidak dapat diampuni. Setiap hari, Yesus mendengar dan mengalami cercaan dari orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya, namun Ia selalu menawarkan pengampunan-Nya dan keselamatan bagi orang-orang itu. Setiap hari, Roh Kudus mengalami orang-orang percaya namun yang tidak mendengarkan suara-Nya, dan Ia tetap bekerja dengan mereka, dengan pengharapan akan membawa orang-orang itu ke dalam pertobatan sejati dan tentunya restorasi. Kita harus senantiasa mengingat bahwa Allah tidak pernah menyerah untuk menyelamatkan kita semua.

DOA: Allah, Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putera dan Roh Kudus. Curahkanlah rahmat-Mu ke atas kami semua. Kami membuka hati kami supaya dapat menerima karunia keselamatan dari-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 12:8-12), bacalah tulisan yang berjudulSEDIKIT PEMBAHASAN MENGENAI ROH KUDUS DAN PERAN-NYA DALAM KEHIDUPAN IMAN KITA” (bacaan  tanggal 17-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 19-10-19 dalam situs/blop SANG SABDA)

Cilandak, 15 Oktober 2020 [Peringatan Wajib S. Teresia dr Yesus, Perawan Pujangga Gereja]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TIDAK ADA SESUATU PUN YANG TERSEMBUNYI YANG TIDAK AKAN DIKETAHUI

TIDAK ADA SESUATU PUN YANG TERSEMBUNYI YANG TIDAK AKAN DIKETAHUI

(Bacaan Injil Misa Kudus,  Hari Biasa Pekan Biasa XXVIII – Jumat, 16 Oktober 2020)

Peringatan Fakultatif S. Hedwig, Biarawati

Peringatan Fakultatatif S. Margarita Maria Alacoque, Perawan

SCJ: Peringatan Wajib S. Margarita Maria Alacoque, Perawan

Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya, “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas rumah. Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Tetapi Aku akan menunjukkan kepada kamu siapa yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang  setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang  ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah lima ekor burung pipit dijual seharga dua receh terkecil? Sungguh pun demikian tidak seekor pun yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu, jangan takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit. (Luk 12:1-7)

Bacaan Pertama: Ef 1:11-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 33:1-2,4-5,12-13

“Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.” (Luk 12:2)

Dalam bacaan Injil hari ini Yesus berbicara mengenai ragi orang Farisi. Yesus mengingatkan para murid-Nya untuk waspada terhadap kemunafikan orang-orang Farisi tersebut. Berbagai pekerjaan dan tindakan mereka dalam mematuhi segala macam hukum dan peraturan keagamaan sesungguhnya tidak bernilai karena mereka tidak mempunyai iman-kepercayaan yang diperlukan. Ada kehampaan/kekosongan dalam diri mereka. Jadi, tidak seperti Abraham, kekosongan dalam diri mereka itu membuat segala hal yang mereka perbuat – termasuk praktek “kesalehan” dalam mentaati hukum Taurat – adalah tanpa iman.

Religiositas orang-orang Farisi bersifat sintetis (seperti halnya barang-barang palsu) dan kenyataan seperti itu tidak dapat disembunyikan untuk selamanya. Sebagaimana ragi, religiositas sintetis tersebut akan menunjukkan “keaslian”-nya, cepat atau lambat. Praktek agama yang bagaikan sandiwara itu tidak akan menyelamatkan, mentransformasikan atau memberi makna atas penderitaan seseorang.

Relasi kita dengan Allah adalah relasi yang paling serius dalam hidup kita, dan samasekali bukanlah sebuah game. Itulah sebabnya mengapa kepada kita diingatkan agar “takut akan Allah” (lihat Kej 42:18; 2Taw 26:5; Ayb 1:1; Mzm 66:16; Ams 19:23 dll.). Kita tahu bahwa kehendak Allah akan terwujud dengan satu cara atau lainnya. Allah tidak akan dapat ditipu oleh mereka yang bersandiwara walaupun bahasa yang dipakai adalah bahasa agama yang paling suci. Orang dapat menipu seorang gembala umat, namun tidak akan dapat menipu Allah. Yesus bersabda: “Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui” (Luk 12:2).

Kenyataan bahwa Allah mampu melihat hati kita yang terdalam dapat merupakan suatu penghiburan karena walaupun kita tidak sempurna, Allah melihat motif-motif kita yang sesungguhnya.  Sebaliknya, kemampuan Allah untuk melihat hati kita dapat merupakan sebuah sumber teror yang luarbiasa menakutkan jika orang-orang lain memandang kita sebagai “orang suci” sementara kita juga tahu bahwa Dia sangat mengetahui motif-motif pribadi kita yang bertentangan dengan kehendak-Nya.

Di atas disebutkan ketiadaan iman-kepercayaan orang munafik. Baiklah dalam kesempatan saya menyinggung sedikit soal iman ini. Seperti juga tubuh kita, iman kita juga mempunyai siklus dengan tahapan-tahapannya. Ada iman masa kecil yang terasa indah; ada iman yang penuh turbulensi, tanda-tanya dan sering membingungkan pada waktu kita menjalani masa remaja dst. Iman kita tidaklah bersifat linear dan selalu bertumbuh ke arah yang lebih baik, iman juga dapat turun-naik. Iman kita adalah sesuatu yang hidup, yang dipengaruhi oleh berbagai turbulensi dalam hidup kita. Di bawah setiap hal yang muncul dalam kesadaran kita, iman adalah fondasi di atas mana kita membangun sistem-sistem nilai, kepercayaan dan falsafah hidup kita.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku memuji Engkau dan aku meninggikan Engkau. Engkau adalah batu karangku dan tempat pengungsianku. Semoga aku senantiasa berpegang erat-erat pada-Mu sebagai seorang anak yang senantiasa berpegang erat-erat pada bapanya. Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan Yesus. Jadikanlah hatiku seperti hatimu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 12:1-7), bacalah tulisan yang berjudul “PENGAJARAN KHUSUS BAGI PARA MURID” (bacaan tanggal 16-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10  BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 19-10-18 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 14 Oktober 2020 [Peringatan Fakultatif S. Kalistus I, Paus Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SERUAN CELAKA YANG DITUJUKAN KEPADA ORANG-ORANG FARISI

SERUAN CELAKA YANG DITUJUKAN KEPADA ORANG-ORANG FARISI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan Wajib S. Teresia dr Yesus, Perawan Pujangga Gereja  – Kamis, 15 Oktober 2020)

KSFL: Pesta Tarekat: Hari Jadi Persaudaraan KSFL

Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, padahal nenek moyangmu telah membunuh mereka. Dengan demikian, kamu mengaku bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. Karena itu, hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan sebagian dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari orang-orang zaman ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari orang-orang zaman ini. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.”

Setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan berbagai pertanyaan. Mereka berusaha menjebak-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya. (Luk 11:47-54)

Bacaan Pertama: Ef 1:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 98:1-6

Yesus mengasihi orang-orang Farisi, walaupun mereka acapkali tampil sebagai lawan-Nya. Misi Yesus adalah untuk menarik semua orang kepada diri-Nya, dan memang inilah hasrat-Nya yang terdalam. Cinta Yesus kepada firman Allah dalam Kitab Suci dan cinta-Nya kepada umat Allah yang selama itu “dituntun” secara salah melalui distorsi-distorsi yang disebabkan oleh orang-orang Farisi, membuat Dia mengecam keras mereka. Dengan membangun makam nabi-nabi, orang-orang Farisi membenarkan perbuatan-perbuatan jahat nenek moyang mereka terhadap para nabi tersebut (Luk 11:48). Orang-orang Farisi sedikit berbeda dengan nenek moyang mereka. Yesus menggunakan contoh penolakan  terhadap para nabi sebagai suatu ilustrasi kemunafikan dan kebutaan kaum Farisi ini. Dari Habel sampai Zakharia (yang terbunuh di antara mezbah dan Rumah Allah pada waktu dia mencoba menyerukan kepada bangsanya untuk kembali kepada penyembahan yang benar), para pemimpin umat telah menutup pikiran dan hati mereka terhadap firman Allah dan menggantikannya dengan ide-ide mereka sendri. Dalam penampilan luarnya, orang-orang Farisi ini memang kelihatan religius (suci-suci), namun mereka telah mencoba agama melayani mereka dan hasrat-hasrat hati mereka sendiri, bukannya memperkenankan agama menggerakkan mereka untuk mendengarkan suara Allah dan menanggapi-Nya dalam ketaatan yang suci.

Hikmat Allah ada di tengah-tengah mereka, namun orang-orang Farisi dan para ahli Taurat itu tidak mampu melihat Dia. Mereka berupaya keras untuk “menghabiskan” Yesus, bukan memeluk ajaran-Nya dan mencontoh teladan hidup-Nya. Para ahli Taurat telah mengambil “kunci pengetahuan”, namun mereka sendiri tidak masuk ke dalam rumah “hikmat”, malah menghalang-halangi orang yang berusaha masuk  ke dalam rumah itu (Luk 11:52). Ketika menjelaskan “perumpamaan tentang Gembala yang baik”, Yesus bersabda: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Akulah pintu bagi domba-domba itu” (Yoh 10:7). Pintu apa? Pintu untuk masuk ke dalam rumah yang berisikan segala hikmat dan pengetahuan tentang Allah. Dengan menolak Yesus, orang-orang Farisi dan para ahli Taurat menolak hikmat dan pengetahuan tentang Allah, dengan demikian mereka menutup diri terhadap pekerjaan yang ingin dilakukan Allah guna mentransformasikan diri mereka.

Melalui para nabi, Allah menyiapkan jalan keselamatan oleh kematian Putera-Nya yang tunggal. Para pemimpin umat Yahudi secara konsisten menolak apa yang dikatakan oleh para nabi. Kita juga menghadapi pilihan-pilihan yang serupa dalam hidup kita di zaman modern ini. Allah ingin mengajar kita setiap hari melalui Yesus Kristus. Akankah kita memilih untuk mengikuti jejak Kristus, atau akankah kita memilih untuk menafsirkan Kitab Suci dan perintah-perintah Allah seturut hasrat hati kita sendiri? Akankah kita  memilih untuk mengikuti Yesus Kristus dan memperkenankan hidup baru-Nya memerintah dalam diri kita, atau akankah kita membiarkan angkara murka dan keserakahan terus mengatur diri kita? Inilah pilihan-pilihan yang tergelar di depan kita.

DOA: Bapa surgawi, Allah yang Mahakuasa, Engkau mengutus Santa Teresia dr Yesus (S. Teresia dari Avila) sebagai seorang saksi Kristus yang tangguh dalam Gereja ke jalan kesempurnaan lewat upayanya (bersama S. Yohanes dr Salib) melakukan reformasi ordonya. Semoga lewat teladan hidup dan tulisan-tulisan orang kudus ini tentang pengalaman rohaninya kami dapat lebih dekat lagi dengan Yesus, dengan demikian menjadi murid Yesus Kristus yang lebih baik.  Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 11:47-54), bacalah tulisan yang berjudul “KEMUNAFIKAN TIDAK PERNAH DAPAT DIKALAHKAN, KECUALI KALAU KITA MASING-MASING MAU BELAJAR UNTUK MENGALAHKAN KEMUNAFIKAN KITA SENDIRI” (bacaan tanggal 15-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 17-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 14 Oktober 2020 [Peringatan Fakultatif S. Kalistus I, Paus Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SEBUAH CATATAN MENGENAI TANDA NABI YUNUS

SEBUAH CATATAN MENGENAI TANDA NABI YUNUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVIII – Senin, 12 Oktober 2020)

OFMCap./OSCCap.: Peringatan Wajib S. Serafinus dr Montegranaro, Biarawan

Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus, “Orang-orang zaman ini adalah orang jahat. Mereka meminta suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk orang-orang zaman ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang-orang zaman ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama orang-orang zaman ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Yunus!”  (Luk 11:29-32)

Bacaan Pertama: Gal 4:22-24,26-27,31-5:1; Mazmur Tanggapan: Mzm  113:1-5a,6-7

Yesus telah membuat banyak mukjizat dan tanda heran lainnya di tengah orang-orang Yahudi, namun sejumlah pemimpin agama menuntut satu lagi tanda luarbiasa untuk membuat validasi atas pelayanan-Nya. Yesus bersedih hati melihat kekerasan hati para pemuka agama tersebut. Ia menegur mereka untuk ketidakpercayaan mereka dan mengatakan kepada mereka bahwa Dia tidak akan memberikan apa-apa kepada mereka, kecuali tanda nabi Yunus (lihat Luk 11:29-30). Apakah yang dimaksudkan dengan “tanda nabi Yunus” ini, dan bagaimana Yesus memenuhinya?

Orang-orang Niniwe adalah bangsa kafir yang secara rutin menteror bangsa-bangsa/negeri-negeri yang berdekatan tempat kediaman mereka, sehingga dengan demikian dosa-dosa mereka telah membuat mereka siap untuk dihukum oleh Allah (Yun 3:4). Setelah mendengar pesan dari Yunus, orang-orang Niniwe langsung melakukan pertobatan, dan Alllah pun berbelas kasih kepada mereka dan menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya ke atas orang-orang Niniwe (Yun 3:10; bdk. 4:2). Yang mengejutkan Yunus tentang hal ini dapat kita pahami: Mengapa YHWH harus sedemikian berbelas kasih atau sedemikian bermurah hati terhadap sekelompak orang kafir yang tidak pernah mengakui otoritas-Nya.

Inilah pokok masalahnya: Seperti Allah mengampuni orang-orang Niniwe, demikian pula halnya dengan Yesus yang telah mengampuni kita masing-masing untuk semua dosa kita. Kita tidak berbeda dengan orang-orang Niniwe, baik dalam hukuman yang pantas ditimpakan atas diri kita maupun dalam belas kasih atau kemurahan hati Allah yang kita terima. O, betapa dalamnya kasih Allah itu! Betapa lebar belas kasih-Nya! Allah sampai memutuskan untuk mengorbankan Putera-Nya sendiri sebagai kurban persembahan guna penebusan kita.

Dalam terang belas kasih Allah yang sedemikian, bagaimana sebaiknya kita memberi tanggapan? Para lawan Yesus mengeraskan hati mereka dan terus saja menuntut supaya Yesus membuat lebih banyak tanda lagi. Janganlah kita sampai memberi tanggapan seperti yang dilakukan oleh para lawan Yesus tersebut. Sebaliknya, marilah kita merangkul tanda nabi Yunus, bertobat atas dosa-dosa kita dan memperkenankan belas kasih Allah mengubah diri kita. Daripada mencari solusi ajaib untuk segala masalah kita, marilah kita mengundang Yesus masuk ke dalam tantangan-tantangan kecil dan godaan-godaan yang kita hadapi setiap hari. Misalnya, apakah kita (anda dan saya) membutuhan lebih banyak kesabaran dengan pasangan hidup kita, saudari-saudara sekomunitas dlsb.? Apakah kita tergoda untuk melakukan kecurangan di tempat kerja kita? Apakah kita merasa sulit untuk berdoa akhir-akhir ini?

Saudari-Saudara terkasih, Yesus adalah perwujudan belas kasih Allah, Ia adalah “Sakramen Bapa” (lihat Yoh 14:8-9). Marilah kita sekarang datang menghadap Yesus guna memohon pertolongan-Nya. Biarlah “tanda nabi Yunus” berbuah dalam hati kita dan membuat kita menjadi saksi-saksi yang lebih tangguh dari Injil Yesus Kristus.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, manakala aku dikepung dengan banyak masalah, jagalah agar aku tetap setia dalam iman selagi aku memusatkan pandanganku ke depan, yaitu kepada kepenuhan penyelamatan-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 11:29-32), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS SENDIRI ADALAH SUATU TANDA PERWUJUDAN KERAJAAN ALLAH” (bacaan tanggal 12-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 14-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 11 Oktober 2020 [HARI MINGGU BIASA XXVIII – TAHUN A]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MALAIKAT PELINDUNG DISEDIAKAN ALLAH UNTUK MEMBANTU KITA DALAM PERTEMPURAN ROHANI

MALAIKAT PELINDUNG DISEDIAKAN ALLAH UNTUK MEMBANTU KITA DALAM PERTEMPURAN ROHANI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan Wajib Para Malaikat Pelindung – Jumat, 2 Oktober 2020)

Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” Lalu Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka dan berkata, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan siapa saja yang merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Siapa saja yang menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”  Ingatlah, jangan menganggap rendah salah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu; Ada malaikat mereka di surga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga. Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.” (Mat 18:1-5,10) 

Bacaan Pertama: Kel 23:20-23a; Mazmur Tanggapan: Mzm 91:1-6,10-11

Anak-anak mencintai Yesus. Tidak seperti banyak orang dewasa yang suka mengusir anak-anak seperti mengusir lalat, Yesus sungguh mengasihi anak-anak, dan Ia sangat senang apabila ada banyak anak di sekeliling diri-Nya. Anak-anak merasa aman berada di dekat Yesus, anak-anak yang lebih besar merasa diterima dan dihargai dalam kehadiran Yesus. Setiap anak akan merasa dirinya spesial dan penting.

Ketika para murid Yesus bertanya kepada-Nya, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?”, tentunya mereka tidak mengharapkan sama sekali jawaban yang diberikan oleh sang Guru: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan siapa saja yang merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga” (Mat 18:3-4). Kita dapat membayangkan bagaimana para murid saling memandang antara mereka dengan wajah-wajah yang kelihatan sedikit aneh. Yesus menghargai keterbukaan sikap anak-anak. Tidak seperti orang-orang dewasa yang begitu sering membuat rumit pesan-Nya – karena mereka  mencampur-adukkan pesan-Nya dengan ide-ide mereka sendiri, misalnya dengan memelintirnya – anak-anak menerima kata-kata Yesus dengan iman sederhana.

Yesus bersabda: “Ingatlah, jangan menganggap rendah salah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata  kepadamu: Ada malaikat mereka di surga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga” (Mat 18:10). Apakah yang dimaksudkan oleh Yesus ketika Dia berbicara mengenai malaikat-malaikat di sini? Apakah kemungkinan signifikansi yang mungkin ada dari para malaikat terhadap kehidupan kita hari ini?

Sabda Yesus mengenai para malaikat pelindung menunjukkan bahwa kita bukanlah tuan/penguasa atas “nasib” kita sendiri. Sebaliknya kita semua adalah anak-anak yang membutuhkan perlindungan Allah. Kita adalah bagian dari sebuah dunia ciptaan yang berisikan makhluk-makhluk yang alamiah dan spiritual, dengan kekuatan-kekuatan yang memungkinkan  terjadinya kebaikan maupun kejahatan. Banyak dari kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kita setiap hari itu tidak terlihat. Apabila kita dapat melihat dengan mata kita pertempuran spiritual yang berkecamuk di sekeliling kita, maka kita pun akan merasa takjub dan menjadi tenang. Pertempuran rohani seperti ini tidak dapat dimenangkan dengan menggunakan sarana alamiah belaka. Kita memerlukan bantuan surgawi.

Para malaikat disediakan Allah untuk membantu kita dalam pertempuran rohani. Para malaikat ini adalah makhluk-makhluk surgawi yang berfungsi sebagai para pesuruh dan penolong dari Allah. Kita dapat membaca dalam Kitab Suci dan melihat bagaimana para malaikat bertindak atas nama manusia. Lihat bagaimana malaikat-malaikat menolong Abraham, atau Maria, atau Paulus. Apabila pilar-pilar iman ini ditolong oleh malaikat-malaikat, tentunya lebih banyak lagi pertolongan yang harus kita andalkan dari para malaikat itu. Marilah kita semua menerima pertolongan ilahi ini dan berterima kasih penuh syukur senantiasa kepada Bapa surgawi untuk segala kebaikan-Nya.

DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau sangat mengasihiku, sampai-sampai mengutus “seorang” malaikat untuk melindungi diriku. Aku sungguh berterima kasih untuk pertolongan dan perlindungan-Mu karena aku sadar bahwa kehidupanku sepenuhnya tergantung pada pemeliharaan dan perlindungan-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 18:1-5,10), bacalah tulisan yang berjudul “SALAH SATU BUKTI TENTANG KASIH ALLAH BAGI KITA” (bacaan tanggal 2-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 2-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 1 Oktober 2020 [Pesta S. Teresia dr Kanak-kanak Yesus, Perawan Pujangga Gereja, Pelindung Misi] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS