Posts from the ‘18-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2018’ Category

MATI TERHADAP DOSA, TETAPI HIDUP BAGI ALLAH DALAM KRISTUS YESUS

MATI TERHADAP DOSA, TETAPI HIDUP BAGI ALLAH DALAM KRISTUS YESUS

(Bacaan Kitab Suci Misa Kudus, TRIHARI PASKAH: MALAM PASKAH – Sabtu, 31 Maret 2018)

Atau tidak tahukah kamu bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis  dalam kematian-Nya? Dengan demikian, kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia melalui baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus  telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi, jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu bahwa sesudah bangkit dari antara orang mati, Kristus tidak mati lagi: Maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab Ia mati, yakni mati terhadap dosa, satu kali untuk selama-lamanya; namun ia hidup, yakni hidup bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: Bahwa kamu  telah mati terhadap dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. (Rm 6:3-11) 

Kematian dan kehidupan – Sungguh sebuah kontras yang kita hadapi pada hari Sabtu Suci ini. Semua sunyi-sepi dari pagi sampai dengan sore hari. Catatan singkat dalam kalendarium menjelaskan semuanya: “Dengan Berdoa dan Berpuasa  Gereja berada di Makam Tuhan.” Gedung gereja terlihat kosong, termasuk tabernakel. Akan tetapi tidak demikianlah malam ini.

Malam ini dikenal sebagai Easter Vigil, a night of vigil, suatu malam untuk kita berjaga-jaga, malam untuk berefleksi, malam antisipasi. Yesus telah wafat dan jenazah-Nya telah diletakkan dalam kuburan yang ditutup dengan batu besar. Tubuh-Nya telah dirusak oleh berbagai dera dan siksa. Darah-Nya telah ditumpahkan, dan semua dosa kita telah ditebus. Pada malam ini kita kembali akan diperkenalkan kepada kepenuhan hidup lewat kebangkitan Yesus yang penuh kemuliaan. Pada malam ini gereja-gereja kita akan dipenuhi dengan hidup baru dan keindahan. Memang sebuah kontras bila dibandingkan dengan keadaan dan suasana pada pagi/siang harinya.

Dengan demikian, malam ini juga adalah malam penuh sukacita! Pada malam ini kita semua akan membuat komitmen yang lebih mendalam lagi kepada Yesus. Mengapa? Karena kita semua telah mati juga. “Tidak tahukah kamu bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?” (Rm 6:3). Tidak hanya dosa-dosa kita yang telah dicuci bersih, melainkan sumber dosa-dosa itu sendiri – diri kita yang lama, kodrat lama kita yang mempunyai kecenderungan berdosa telah dibawa Kristus ke kayu salib dan kemudian dikuburkan. Dalam kubur Yesus di rahim bumi, kita ditransformasikan dan dilahirkan kembali ke dalam suatu hidup baru, suatu kehidupan yang tersedia bagi kita oleh rahmat dan melalui iman.

Dalam tulisan Santo Paulus yang menjadi salah satu dari sejumlah bacaan pada Misa Malam Paskah ini, rasul ini mengajar kita bahwa kita ikut ambil bagian, baik dalam kematian maupun kebangkitan Yesus. Pembaptisan kita sendiri sebenarnya adalah sebuah paradoks kehidupan dan kematian. Melalui baptisan ke dalam kematian Yesus di kayu salib, kita mati terhadap dosa. Melalui baptisan yang sama ke dalam kebangkitan-Nya, kita juga dibangkitkan ke dalam suatu kehidupan baru dalam Roh-Nya. Suatu kontras penuh kemuliaan yang diperuntukkan bagi kita. Selagi kita setiap hari mati terhadap diri kita sendiri dan dosa, kita menerima hidup baru lewat kuasa kebangkitan Yesus. Kehidupan Tuhan yang bangkit ada dalam diri kita karena kita telah dibaptis ke dalam diri-Nya. Kuasa-Nya ada dalam diri kita guna mengubah kita. Oleh Roh-Nya, kita dapat mulai menghayati suatu hidup baru.

Vigili Paskah merupakan suatu kesempatan bagus sekali bagi kita untuk mencari hidup baru ini lewat doa dan pembacaan serta permenungan firman Allah dalam Kitab Suci. Sedapat mungkin, gunakanlah hari yang khusus ini sebagai sebuah hari untuk mencari Allah dalam keheningan dan penantian. Marilah kita mengantisipasi karunia hidup baru yang akan kita terima malam ini selagi kita memperbaharui janji baptis dan turut serta dalam liturgi Paskah.

Vigili Paskah ini merupakan suatu kesempatan untuk bertumbuh semakin dekat pada Yesus dan menerima hidup-Nya dengan lebih mantap lagi. Yesus telah mengalahkan dosa, kematian dan Iblis. Kita dapat mengalami kemenangan kematian dan kebangkitan-Nya pada hari ini. Kita dapat mengharapkan terjadinya perubahan-perubahan nyata dalam kehidupan kita di hari-hari dan pekan-pekan mendatang, karena kite telah menerima kuasa kebangkitan Yesus sendiri.

DOA: Tuhan Yesus, aku ingin ikut ambil bagian dalam hidup-Mu hari ini. Tolonglah aku agar mampu mengatasi dosa-dosaku melalui kuasa kematian dan kebangkitan-Mu. Berikanlah kepadaku hidup baru dalam Roh Kudus! Amin. 

Catatan: Untuk mendalami sebuah Bacaan Kitab Suci lainnya malam ini (Kel 14:15-15:1), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS ADALAH JURUSELAMAT KITA YANG SEJATI” (bacaan tanggal 31-3-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-03 BACAAN HARIAN MARET 2018.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 15-4-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 29 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

KEMATIAN DAN KEBANGKITAN YESUS SEBAGAI PUSAT SEGALANYA

KEMATIAN DAN KEBANGKITAN YESUS SEBAGAI PUSAT SEGALANYA

(Bacaan Pertama Upacara, TRI HARI PASKAH: HARI JUMAT AGUNG, 30 Maret 2018)

Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia – begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi – demikianlah ia akan membuat tercengang  banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.

Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepda siapakah tangan kekuasaan TUHAN (YHWH) dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan YHWH dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan  bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi YHWH  telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan gtipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi YHWH berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjuta, dan kehendak YHWH akan terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.(Yes 52:13-53:12) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 31:2,6,12-13,15-17,25; Bacaan Kedua: Ibr 4:14-16; 5:7-9; Bacaan Injil: Yoh 18:1-19:28 

Betapa pun sedihnya suasana pada upacara hari Jumat Agung ini, hari ini tetap merupakan salah satu hari paling besar dan agung dalam tradisi Gereja. Karena kita tidak pernah berpikir tentang Salib Kristus tanpa mengingat apa yang telah dicapai oleh kematian Yesus bagi kita semua. Yesus Kristus, Imam Besar Agung (lihat Ibr 4:14) kita, mengenal betul kelemahan-kelemahan kita dan Dia telah mempersembahkan kurban sempurna untuk dosa-dosa kita, yaitu diri-Nya sendiri. Kematian-Nya itu adalah rekonsiliasi kita dengan Allah. Salib-Nya telah mempersatukan kita lagi dengan Allah yang Mahapengasih. Kalau salib Kristus diibaratkan sebuah jembatan, maka itu adalah jembatan dengan mana kita menyeberang bersama Yesus dari kematian/maut kepada kehidupan kekal.

Yesus adalah penggenapan setiap nubuatan, janji dan niat Allah Bapa. Salib-Nya adalah tempat pertemuan antara kebenaran dan belas kasih, antara penghakiman dan rahmat, antara kesetiaan dan kedaulatan rajawi. Tanpa salib tidak akan ada keselamatan, tidak ada Gereja, tidak ada pengampunan, tidak ada kesembuhan/penyembuhan, tidak ada pengharapan. Jadi, segalanya berpusat pada kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Salib berdiri di pusat kehidupan Yesus, dimaksudkan untuk menjadi pusat kehidupan kita juga. Setiap berkat yang kita terima dari Allah, setiap pelajaran yang diajarkan-Nya kepada kita, setiap rahmat yang diberikan-Nya kepada kita untuk meninggalkan hidup lama kita – semua itu dimaksudkan untuk membawa kita lebih dekat lagi kepada salib pemberi hidup itu. Setiap peristiwa dalam kehidupan kita adalah suatu kesempatan untuk mengambil satu langkah lagi menuju salib. Setiap tindakan kasih dengan mana kita menaruh sebagian dari hidup kita untuk sesama kita akan membawa kita lebih dekat lagi pada kaki salib. Di sana, pada kayu salib, kita masuk ke dalam kehidupan baru, keakraban baru dengan Allah yang telah dimenangkan oleh Yesus bagi kita semua.

Pada hari Jumat Agung ini, dapatkah kita merangkul salib dengan lebih erat lagi? Dapatkah kita mohon kepada Yesus untuk mematikan dosa yang ada di dalam diri kita? Itulah sebabnya mengapa dia datang ke dunia dan …… mengalami kematian. Inilah alasan di belakang setiap mukjizat yang dibuat-Nya, setiap perumpamaan yang diceritakan-Nya, dan setiap perintah yang diberikan-Nya. Marilah kita merangkul salib Kristus dan menerima setiap karunia yang ingin dianugerahkan-Nya kepada kita.

DOA: Tuhan Yesus, siapakah aku ini sehingga Engkau begitu mengasihiku sampai memberikan hidup-Mu sendiri untukku? Terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena telah memberikan rahmat untuk dapat berada dekat dengan-Mu dan mengakui dosa-dosaku. Aku mempercayai kasih-Mu, aku membuka hatiku bagi-Mu. Tunjukkanlah segala hal yang selama ini telah memisahkanku dari diri-Mu. Gantilah segala segala caraku untuk mementingkan diri sendiri dengan cara-cara kasih-Mu. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama Upacara hari ini (Yes 52:13-53:12), bacalah tulisan yang berjudul “RENCANA ALLAH UNTUK MEMIMPIN KITA KEPADA SUATU KEHIDUPAN YANG PENUH DENGAN KEMULIAAN” (bacaan tanggal 30-3-18 dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-03 BACAAN HARIAN MARET 2018 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 14-4-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 28 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PEMBASUHAN KAKI PARA MURID OLEH GURU DAN TUHAN MEREKA

PEMBASUHAN KAKI PARA MURID OLEH GURU DAN TUHAN MEREKA

(Bacaan Injil Misa Kudus, TRI HARI PASKAH: KAMIS PUTIH, 29 Maret 2018)

Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu bahwa saat-Nya sudah tiba untuk pergi dari dunia ini kepada Bapa. Ia mengasihi orang-orang milik-Nya yang di dunia ini, dan Ia mengasihi mereka sampai pada kesudahannya. Ketika mereka sedang makan bersama, Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. Yesus  tahu bahwa Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah baskom dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Lalu sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya, “Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” Jawab Yesus kepadanya, “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” Kata Petrus kepada-Nya, “Engkau tidak akan pernah membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Jawab Yesus, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” Kata Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!” Kata Yesus kepadanya, “Siapa saja yang telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu juga sudah bersih, hanya tidak semua.” Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata, “Tidak semua kamu bersih.”

Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka, “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. (Yoh 13:1-15) 

Bacaan Pertama: Kel 12:1-8,11-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 116:12-13,15-18; Bacaan Kedua: 1 Kor 11:23-26

Seluruh kehidupan Yesus adalah suatu tindakan cintakasih. Inkarnasi-Nya, tahun-tahun tersembunyi di Nazaret, hari-hari ketika Dia berpuasa di padang gurun dan digoda oleh Iblis, perjalanan-perjalanan melelahkan di Galilea dan tempat-tempat lain pada waktu Dia melayani orang-orang: mewartakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan, menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh-roh jahat yang merasuki banyak orang, membangkitkan orang mati dan banyak lagi mukjizat dan tanda heran lainnya – semua yang dilakukan-Nya itu mengungkapkan cintakasih-Nya. Penulis Injil Yohanes memulai gambaran peristiwa-peristiwa terakhir dalam kehidupan Yesus dengan pernyataan sederhana, yaitu bahwa Yesus “mengasihi orang-orang milik-Nya yang di dunia ini, dan Ia mengasihi mereka sampai pada kesudahannya” (Yoh 13:1). Peristiwa “pembasuhan kaki” pada malam sebelum kematian-Nya ini memberikan gambaran yang indah tentang hati Yesus yang penuh kasih.

Bayangkan Yesus berlutut di atas lantai yang keras dan kotor, kemudian dengan rendah-hati membasuh kaki-kaki para murid yang tebal, kotor penuh debu – bahkan kaki dari dia yang sebentar lagi akan mengkhianati Dia, Yudas. Di mata para murid, semuanya ini menunjukkan betapa dina, betapa “memalukan”, betapa melanggar adat-kebiasaan yang berlaku, sang Guru mereka itu. Kebanyakan dari kita sebenarnya juga sangat berkemungkinan untuk bereaksi dalam sikap dan perilaku seperti Pak Petrus ini. Namun, ingatlah bahwa cintakasih Yesus tidak berhenti di situ. Keesokan harinya, Ia membiarkan diri-Nya dituduh tanpa dasar-kuat,  dihina, disiksa dan dijatuhi hukuman mati – dan Ia mengasihi kita sampai akhir hidup-Nya.

Pada peristiwa “pembasuhan kaki” yang penuh kerendahan ini Yesus mau meyakinkan para murid-Nya akan cintakasih-Nya kepada mereka. Apabila mereka yakin, maka para murid pun diharapkan dapat mengasihi orang-orang lain dan mensyeringkan sabda-Nya kepada orang-orang lain itu. Hari ini dan setiap hari, Yesus ingin melakukan yang sama bagi kita. Yesus selalu siap untuk memperhatikan kebutuhan kita, menyembuhkan sakit-penyakit kita, dan menghibur kita dalam kekecewaan-kekecewaan yang kita alami. Dia sangat berkeinginan untuk membangkitkan  kita kalau kita jatuh, dan memberikan kepada kita bimbingan serta arahan apabila kita mohon kepada-Nya. Kita seharusnya jangan pernah merasa takut untuk memperkenankan Yesus membasuh kaki kita. Apabila kita memperkenankan Dia untuk melayani kita, maka kita sendiri pun akan diberdayakan untuk melayani orang-orang lain, untuk meneladan contoh yang ditinggalkan oleh-Nya: untuk saling membasuh kaki di antara kita (Yoh 13:14-15) dan memberikan hidup kita bagi orang lain seperti yang telah dilakukan sendiri oleh-Nya.

Yesus membasuh kaki para murid-Nya pada Perjamuan Terakhir, perayaan Ekaristi pertama. Malam ini, selagi kita memperingati peristiwa yang terjadi sekitar 2.000 tahun itu, bahkan setiap kali kita merayakan Misa Kudus, Yesus sesungguhnya hadir untuk membasuh kaki kita masing-masing. Setiap kali kita makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya, Yesus rindu untuk melayani kita, sehingga ketika pada akhir Misa imam selebran berseru, “Marilah pergi! Kita diutus”, maka kita menjawab “Syukur kepada Allah” dengan segala energi dan rahmat yang diperlukan.

DOA: Bapa surgawi, kami melihat kesempurnaan kasih-Mu bagi kami semua dalam diri Putera-Mu, Yesus, yang telah mengosongkan diri-Nya agar diri kami dapat dipenuhi. Kami membuka hati kami untuk menerima segala sesuatu yang Kauingin berikan kepada kami. Perkenankanlah Roh Kudus-Mu untuk membuka mata hati kami agar melihat Yesus dalam diri sesama kami. Biarlah Roh-Mu itu membentuk kami menjadi orang-orang yang – lewat sikap dan perilaku sehari-hari – mampu menunjukkan kasih-Mu kepada dunia di sekeliling kami. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kel 12:1-8,11-14), bacalah tulisan yang berjudul “SEBAGAIMANA YHWH MEMBEBASKAN ORANG ISRAEL DARI PERBUDAKAN DI TANAH MESIR, YESUS MEMBEBASKAN KITA DARI PERBUDAKAN DOSA” (bacaan tanggal 29-3-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-03 BACAAN HARIAN 2018. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 13-4-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 24 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KATA YESUS KEPADA YUDAS: ENGKAU TELAH MENGATAKANNYA

KATA YESUS KEPADA YUDAS: ENGKAU TELAH MENGATAKANNYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI RABU DALAM PEKAN SUCI 28 Maret 2018)

Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata, “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.

Pada hari pertama dari hari raya Roti tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata, “Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” Jawab Yesus, “Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: Waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.” Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.

Setelah hari malam Yesus duduk makan bersama-sama dengan keduabelas murid itu. Ketika mereka sedang makan, Ia berkata, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, salah seorang dari antara kamu akan menyerahkan Aku.” Lalu dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya, “Bukan aku, ya Tuhan?” Ia menjawab, “Dia yang  bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam mangkuk ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuati dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan. Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu berkata, “Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya, “Engkau telah mengatakannya.” (Mat 26:14-25) 

Bacaan Pertama: Yes 50:4-9a; Mazmur Tanggapan: Mzm 69:8-10, 21-22,31,33-34 

Ketika Yesus mengatakan bahwa salah seorang murid-Nya akan mengkhianati diri-Nya, maka sebelas orang murid-Nya, satu persatu bertanya kepada-Nya, “Bukan aku, ya Tuhan?”. Kemudian Yudas juga mengajukan pertanyaan yang mirip tetapi tidak sama: “Bukan aku, ya Rabi?” (Mat 26:22,25). Jelas kelihatan bahwa kesebelas murid telah mampu melihat Yesus sebagai seseorang yang bukan sekadar seorang rabi dan guru berbakat dengan visi baru untuk Israel. Sesuatu telah terjadi atas diri mereka yang membuat mereka memandang diri Yesus sebagai seorang yang layak dan pantas untuk ditaati, seorang pribadi yang mereka harus sapa sebagai “Tuhan”. Sebaliknya, Yudas tidak berhasil sampai ke titik itu.

Ada banyak cara untuk memandang Yesus: sebagai seorang guru yang berkharisma, seorang tabib pandai, seorang nabi besar, seorang kudus yang luarbiasa. Sebenarnya Yesus jauh lebih daripada sekadar gelar-gelar yang diberikan tadi. Dia juga adalah Tuhan, Ia memerintah atas segala sesuatu dengan otoritas yang penuh. Ia memang pantas untuk segala kehormatan, kemuliaan dan kuasa.

Kita semua sudah familiar dengan frase-frase ini, namun apa yang dimaksudkan oleh frase-frase tersebut bagi kita pada tingkat praktis? Bagaimana kebenaran-kebenaran ini mempengaruhi cara kita hidup dan cara kita memandang kehidupan kita? Satu jawaban adalah sementara kita harus memandang Yesus sebagai sahabat kita, kita juga harus melihat dia sebagai Allah kita. Dia memiliki otoritas atas diri kita yang dapat dikalahkan oleh siapa dan apa pun juga. Ajaran-ajaran-Nya sendiri sangat berbobot dan pantas untuk dipatuhi. Kekuasaan-Nya juga mutlak. Kita dapat memandang Yesus dengan iman yang penuh pengharapan, karena kita tahu bahwa Dia dapat membuat berbagai mukjizat dan tanda heran lainnya, melepaskan orang-orang dari penderitaann mereka, dan memperhatikan kehidupan kita dan kehidupan orang-orang di sekeliling kita sampai ke detil-detilnya.

Martabat Yesus sebagai Tuhan atas diri kita tidaklah boleh dilihat sebagai beban yang menekan. Sebaliknya, malah memberikan kebebasan dan damai-sejahtera yang luarbiasa. Ketuhanan-Nya mentransformasikan kita, memberikan kepada kita arahan bagi kehidupan kita yang jauh lebih memuaskan daripada rencana apa pun bikinan kita sendiri. Yesus bukanlah seorang penguasa yang tidak adil dan masa bodoh. Sebagai Allah, Dia adalah kasih.

Pada hari ini, marilah kita mengikuti kesebelas murid yang memanggil Yesus sebagai Tuhan. Selagi kita melakukannya, Yesus akan membuat kehadiran-Nya dan kuasa-Nya terwujud dalam kehidupan kita. Dia akan menciptakan sebuah hati yang baru dalam diri kita masing-masing dan memberikan kepada kita suatu damai-sejahtera yang jauh melampaui semua pemahaman manusia.

DOA: Tuhan Yesus, aku menyerahkan diriku kepada-Mu. Tolonglah aku untuk mampu menerima Engkau dengan sepenuh hati dalam hatiku dan pikiranku. Tolonglah aku agar selalu berjalan di jalan-Mu. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 26:14-25), bacalah tulisan yang berjudul “LEBIH BAIK BAGI ORANG ITU SEKIRANYA IA TIDAK DILAHIRKAN” (bacaan tanggal 28-3-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-03 BACAAN HARIAN MARET 2018. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 12-4-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 24 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

PERBUATLAH DENGAN SEGERA

PERBUATLAH DENGAN SEGERA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI SELASA DALAM PEKAN SUCI – 27 Maret 2018)

Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, salah seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya. Salah seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar di dekat-Nya, di sebelah kanan-Nya. Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata, “Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!” Lalu murid yang duduk dekat Yesus berpaling dan berkata kepada-Nya, “Tuhan, siapakah itu?” Jawab Yesus, “Dialah yang kepadanya aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” Sesudah berkata demikian Ia mencelupkan roti itu, lalu mengambil dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Lalu Yesus berkata kepadanya, “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.” Tetapi tidak ada seorang pun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti mengapa Yesus mengatakan itu kepada Yudas. Karena Yudas memegang kas, ada yang menyangka bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin. Setelah menerima roti itu, Yudas segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.

Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus, “Sekarang Anak Manusia dimuliakan dan Allah dimuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dimuliakan di dalam Dia, Allah akan memuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan memuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula sekarang Aku mengatakannya kepada kamu juga.

Simon Petrus berkata kepada Yesus, “Tuhan, ke manakah Engkau pergi?” Jawab Yesus, “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.” Kata Petrus kepada-Nya, “Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!” Jawab Yesus, “Nyawamu akan kauberikan kepada-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (Yoh 13:21-33.36-38) 

Bacaan Pertama: Yes 49:1-6; Mazmur Tanggapan: Mzm 71:1-6,15,17

Episode dari Injil Yohanes di atas menggambarkan saat-saat genting-penting dalam kehidupan Yesus di dunia: pengkhianatan oleh si murid (rasul) korup (lihat Yoh 12:4-6). Gambaran besarnya adalah “perjamuan terakhir”, perjamuan Yesus dengan para murid dalam rangka perayaan Paskah. Upacara “pembasuhan kaki para murid” disertai pengajaran agar para murid mengikuti teladan-Nya telah selesai dilakukan oleh-Nya (Yoh 13:1-15). Demikian pula dengan pengajaran singkat yang diakhiri dengan pernyataan sangat penting bagi para murid-Nya pada waktu itu, tentunya para murid/utusan-Nya di masa-masa mendatang: “Siapa saja yang menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan siapa saja yang menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku” (Yoh 13:20). Episode di atas kemudian disusul dengan serangkaian pengajaran Yesus (Yoh 14:1-16:33). Setelah itu, sebelum ditangkap di taman Getsemani, Injil Yohanes menggambarkan Yesus yang berdoa kepada Bapa surgawi untuk para murid-Nya (Yoh 17:1-26).

Yesus tahu benar tentang rencana jahat Yudas. Ia berkata kepada Yudas, “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera” (Yoh 13:27). Dengan begitu Yesus memperkenankan dimulainya serangkaian kejadian yang akan memuncak keesokan siang harinya dengan kematian-Nya di kayu salib di bukit Kalvari. Di sinilah terletak ironi besar dalam Pekan Suci. Setelah Yudas meninggalkan ruangan perjamuan, Yesus bersabda: “Sekarang Anak Manusia dimuliakan dan Allah dimuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dimuliakan di dalam Dia, Allah akan memuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan memuliakan Dia dengan segera” (Yoh 13:31-32). Ia mengatakan ini justru setelah baru saja mengkomit diri-Nya pada kematian di kayu salib, yaitu dengan memberi lampu hijau kepada Yudas. Pernyataan Yesus ini mengandung kebenaran tersembunyi tentang keputusan-Nya tersebut.

Ada paradoks rencana penyelamatan ilahi di sini. Karena kasih, Putera Allah yang Mahakuasa menjadi manusia agar Ia dapat menyelamatkan dunia, dan dalam upaya penyelamatan itu kematian di salib adalah jalan yang harus ditempuh. Dalam kematian Yesus di kayu salib kita melihat hikmat Allah, suatu perwujudan-nyata dari kasih Allah yang penuh kerahiman bagi dunia dan seisinya.  Yesus melihat kemuliaan-Nya dan kemuliaan Bapa surgawi, dalam peristiwa pengkhianatan seorang murid yang dipilih-Nya sendiri dan dikasihi-Nya; juga pada saat-saat Dia dituduh dan dihukum oleh para pemuka agama bangsa-Nya sendiri dan dihukum oleh seorang penguasa negara yang plin-plan.  Yesus dimuliakan pada saat Ia disiksa, didera, diludahi dan diolok-olok serta dihina, karena dengan demikian Ia menerima kehendak Bapa – bahwa Dia harus menanggung hukuman mati demi saudari-saudaranya (manusia) yang berdosa. Justru karena Yesus telah mengalami diri-Nya ditinggalkan oleh Bapa, mengalami desolasi dan penolakan demi ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa, maka sekarang Ia duduk di sebelah kanan Allah Bapa; dari sanalah Ia melakukan syafaat untuk seluruh umat manusia.

Ketika sejarah berada pada titik kritis, ketaatan Yesus pada kehendak Bapa memancar terang dengan indah dan penuh keagungan. Yesus mempertimbangkan ketundukan serta ketaatan pada Allah – yang justru ditolak Lucifer dan begundal-begundalnya – sebagai kehormatan dan kemenangan besar. Ketaatan Yesus telah menjungkir-balikkan segala pra-konsepsi dan membuktikan bahwa Allah itu mahaadil dan maharahim. Cintakasih Yesus yang total kepada Bapa mengungkapkan kasih yang total Allah kepada dunia. Di sini ditunjukkanlah seorang Bapa, yang demi menyelamatkan anak-anak-Nya tidak sungkan-sungkan untuk membayar harga semahal apa pun. At all costs! 

DOA: O Raja segala raja, Engkau menerima mahkota berduri, jubah penderitaan dan kematian demi keselamatan diriku. Engkau tidak pernah mengkhianati Bapa, sedangkan aku – seperti Yudas Iskariot – pernah menghianati-Mu. Jagalah aku selalu agar tidak mengkhianati-Mu lagi. Aku kehabisan kata-kata untuk memuji-muji-Mu, ya Tuhan. Hanya terima kasih penuh syukur yang dapat kuucapkan. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 13:21-33,36-38), bacalah tulisan yang berjudul “TERANG BAGI BANGSA-BANGSA” (bacaan tanggal 27-3-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-03 BACAAN HARIAN MARET 2018. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 11-4-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 24 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

HAMBA YHWH PERJANJIAN BARU ADALAH YESUS SENDIRI

HAMBA YHWH PERJANJIAN BARU ADALAH YESUS SENDIRI

(Bacaan Pertama Misa Kudus, HARI SENIN DALAM PEKAN SUCI 26 Maret 2018)

Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.

Beginilah firman Allah, TUHAN (YHWH), yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya: “Aku ini, YHWH, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara. (Yes 42:1-7) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 27:1-3,13-14; Bacaan Injil: Yoh 12:1-11 

Menjelang akhir dari masa pembuangan Babel, antara tahun 550 dan 538 SM, artinya sekitar 2.500 tahun lalu, YHWH Allah berbicara kepada seorang nabi yang identitasnya begitu terselubung dalam misteri, sehingga para pakar hanya dapat memberikan nama kepadanya “Yesaya Kedua” atau dalam bahasa kerennya “Deutero Yesaya”, karena keserupaan tulisannya dengan nabi Yesaya yang  besar itu, yang hidup sekitar 200 tahun sebelumnya. Kiranya “Yesaya Kedua” ini adalah seorang beriman yang dengan tekun telah mempelajari tulisan nabi Yesaya. Dia mewartakan serangkaian pesan yang sekarang dikenal sebagai “kitab penghiburan” dalam Kitab Yesaya (Yes 40-55). Nabi yang tak dikenal ini hidup bersama orang-orang Yahudi sebangsanya di pembuangan Babel sekitar tahun 550 SM.  Kota suci Yerusalem pada masa itu telah dirusak dan diporak-porandakan, dan Bait Suci tempat berdiam YHWH telah dibakar habis-habisan. Segalanya yang dipandang sebagai berkat dari YHWH Allah – tanah mereka, raja mereka, Bait Suci mereka, semuanya sudah hilang. Sekarang mereka berada dalam pembuangan yang menyedihkan. Banyak dari mereka bertanya: “Apakah Allah telah meninggalkan mereka sepenuhnya dan untuk selama-lamanya?

Dalam suasana keragu-raguan akan kasih Allah yang hampir mendekati titik keputus-asaan ini, maka YHWH Allah – lewat mulut nabi-Nya – mengucapkan sabda penghiburan dan janji-Nya. Sepanjang nubuatan-nubuatannya, sang nabi mengatakan kepada umat Yahudi betapa mendalamnya Allah ingin memulihkan relasi-Nya dengan umat-Nya. Sang nabi memahami bahwa sejarah – baik di masa lampau maupun masa mendatang – bergantung pada penghiburan dan pengharapan yang akan datang, ketika Allah bertindak mengampuni umat-Nya dan memulihkan mereka untuk berbalik kepada-Nya.

Dalam Yes 40-50 terdapat 4 (empat) sajak yang biasa dinamakan “Nyanyian Hamba YHWH” (Yes 42:1-7;  49:1-6; 50:4-9; 52:13-53:12). Nyanyian-nyanyian ini melukiskan sebuah gambar tentang seseorang yang hidupnya diabdikan sepenuhnya kepada YHWH Allah, dan yang penderitaannya untuk YHWH mendatangkan pengampunan dan restorasi atas umat-Nya. Identitas hamba Allah ini tidak diketahui, namun Gereja secara tradisional melihat dalam nyanyian-nyanyian ini suatu gambaran kenabian dari Yesus sendiri yang diinspirasikan Roh Kudus. Yesus adalah seorang hamba Allah yang sempurna, yang sengsara dan wafat-Nya di kayu salib membawa kita kembali ke dalam pelukan Bapa surgawi.

Dalam Pekan Suci ini, Allah mengundang kita  semua untuk memusatkan pandangan kita pada Yesus, agar kita dapat mengalami kasih-Nya yang luarbiasa besar bagi kita. Sebagaimana sang hamba YHWH dalam Kitab Yesaya, Yesus memperhatikan kita dengan hati yang penuh bela rasa dan  belas kasih: “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya” (Yes 42:3). Konsepsi manusia tentang keadilan memang berbeda dengan konsepsi Allah. Keadilan Allah tidak datang kepada umat manusia melalui hukum atau kekuatan militer, namun sebagai seorang Manusia yang menderita karena ketidakadilan hukuman yang sebenarnya pantas ditimpakan kepada kita semua. Yesus adalah utusan Allah yang dipercayai-Nya untuk menghentikan segala penindasan dan untuk menegakkan keadilan (lihat Yes 42:4). Yesus datang ke tengah-tengah dunia membawakan keselamatan, bukan hukuman (lihat Yoh 3:17). Ia datang untuk membawa kesembuhan dan pengharapan kepada siapa saja yang datang kepada-Nya. Selama Pekan Suci ini, marilah kita mohon kepada Tuhan Yesus, untuk menunjukkan kepada kita hati-Nya yang penuh kasih dan membuat hati kita seperti hati-Nya sendiri agar kita dapat mengasihi orang-orang lain seperti Dia mengasihi kita.

DOA: Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami, bukalah hati kami bagi kasih-Mu yang lemah lembut. Oleh Roh Kudus-Mu, tunjukkanlah kepada kami bela rasa dan belas kasih-Mu dengan mana Engkau selalu memandang dan memelihara kami. Ajarlah kami untuk mengasihi seperti Engkau mengasihi. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 12:1-11), bacalah tulisan yang berjudul “KAMI MENYEMBAH ENGKAU TUHAN YESUS KRISTUS DI SINI DAN DI SEMUA GEREJA-MU YANG ADA DI SELURUH DUNIA” (bacaan tanggal 26-3-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-03 BACAAN HARIAN MARET 2018. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 10-4-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 22 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS INGIN MENGOYAKKAN TIRAI YANG MENGHALANGI KITA DAN BAPA-NYA DI SURGA

YESUS INGIN MENGOYAKKAN TIRAI YANG MENGHALANGI KITA DAN BAPA-NYA DI SURGA

(Bacaan Injil Kisah Sengsara dalam Misa Kudus,  HARI MINGGU PALMA MENGENANGKAN SENGSARA TUHAN [Tahun B], 25 Maret 2018)

Bacaan Perarakan: Mrk 11:1-10 atau Yoh 12:12-26;

Bacaan Pertama: Yes 50:4-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 22:8-9,17-20,23-24; Bacaan Kedua: Flp 2:6-11

Bacaan Injil Kisah Sengsara: Mrk 14:1-15:47 (Mrk 15:1-39)

Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menghembuskan napas terakhir-Nya. Ketika itu tirai Bait Suci terkoyak menjadi dua dari atas sampai ke bawah. Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat-Nya menghembuskan napas terakhir seperti itu, berkatalah ia, “Sungguh, orang ini Anak Allah!” (Mrk 15:37-39)

Bacaan Injil hari merupakan seluruh kisah sengsara Tuhan kita Yesus Kristus dalam Injil Markus: a) Yesus diurapi di Betania (Mrk 14:3-9); b) Yudas mengkhianati Yesus (Mrk 14:10-11); c) Perjamuan Malam Terakhir (Mrk 14:12-26); d) Penyangkalan diberitahukan (Mrk 14:27-31); e) Di Getsemani (Mrk 14:32-42; f) Penangkapan Yesus (Mrk 14:43-52); g) Yesus di hadapan Mahkamah Agama (Mrk 14:53-65); h) Petrus menyangkal Yesus (Mrk 14:66-72; i) Yesus di hadapan Pilatus (Mrk 15:1-15); j) Yesus diolok-olok (Mrk 15:16-20a); k) Jalan Salib ke Kalvari (Mrk 15:20b-21);  l) Yesus disalibkan (Mrk 15:22-27); m) Yesus pada kayu salib diolok-olok (Mrk 15:29-32); n) Yesus wafat (Mrk 15:33-39); o) Para saksi kematian Yesus (Mrk 15:40-41); p) Yesus dikubur (Mrk 15:42-47). Karena alasan praktis,  kali ini saya tidak mengutip teks bacaan Injil secara keseluruhan.

Pada hari Minggu Palma kita tidak saja merayakan penebusan kita, melainkan juga merayakan kasih Yesus kepada kita semua untuk satu pekan lamanya. Selama satu pekan ini kita akan memperingati alasan-alasan mengapa Yesus mati untuk kita. Namun ini bukanlah satu pekan kesedihan, melainkan satu pekan yang dipenuhi dengan rasa terima kasih penuh syukur, sukacita dan pengharapan.

Markus menceritakan kepada kita bahwa ketika Yesus menghembuskan napas-Nya yang terakhir, tirai Bait Suci terkoyak menjadi dua dari atas sampai ke bawah (lihat petikan di atas). Tirai ini adalah semacam gorden tebal yang memisahkan umat dengan tempat/bagian terkudus dari Bait Suci (bdk. Ibr 9:7). Sesungguhnya, dengan mengoyakkan tirai Bait Suci ini, Allah membuat sebuah pernyataan yang penuh kuat-kuasa: Tidak ada lagi yang memisahkan antara Dia dan umat-Nya.

Tirai Bait Suci memisahkan umat dari kehadiran dan kekudusan Allah, demikian pula tirai tebal kedosaan memisahkan kita dan Pencipta kita. Namun ketika Yesus wafat di kayu salib, tirai ini juga terkoyak menjadi dua dari atas (surga) ke bawah (bumi). Artinya, jalan ke surga menjadi terbuka, dan hidup Allah serta kasih-Nya menjadi bebas mengalir kepada kita masing-masing.  Akhirnya, sekarang kita semua pun dapat mendengar suara-Nya dan mengalami kehadiran-Nya secara pribadi. Semua ini terdengar indah, namun siapa dari kita yang tidak pernah mengalami apa rasanya berada terpisah dari Allah? Tirai-tirai masih dapat menyelubungi hidup kita, memblokir akses kita kepada takhta Bapa di surga.

Saudari dan Saudara terkasih, Yesus ingin kita mengoyakkan tirai-tirai ini pada Pekan Suci ini. Dia ingin membuang segala penghalang yang masih ada antara kita dan Bapa-Nya di surga. Yang perlu kita lakukan hanyalah datang kepada-Nya dan meminta. Keseluruhan alasan mengapa Yesus wafat untuk kita adalah agar kita dapat melihat kemuliaan-Nya dan dipenuhi dengan kasih-Nya. Oleh karena itu, janganlah kita bersedih pada Pekan Suci ini, melainkan membuka hati kita bagi Yesus. Janganlah menjadi sedih, tetapi penuh dengan pengharapan. Allah, sang Mahalain, dapat mengambil setiap tirai yang menghalangi kita ditransformasikan untuk menjadi semakin serupa dengan diri-Nya (2Kor 3:18).

DOA: Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Setiap kali aku memandang salib-Mu, aku kehilangan kata-kata indah untuk berdoa. Apa yang dapat kulakukan hanyalah memuji-muji kasih-Mu yang tak terhingga dan memohon kepada-Mu untuk datang merobek tirai-tirai dalam hidupku, yang memisahkan aku dari Bapa di surga. Tuhan Yesus, aku ingin melihat kemuliaan-Mu dan oleh Roh Kudus-Mu dibuat menjadi semakin serupa dengan-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Perarakan hari ini (Mrk 11:1-10), bacalah tulisan yang berjudul “HOSANA DI TEMPAT YANG MAHA TINGGI!” dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-03 BACAAN HARIAN MARET 2018. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-3-15 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 22 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MARIA DIBERI KABAR OLEH MALAIKAT GABRIEL

MARIA DIBERI KABAR OLEH MALAIKAT GABRIEL

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Raya Kabar Sukacita – Sabtu, 24 Maret 2018)

Dalam bulan yang keenam malaikat Gabriel disuruh Allah pergi ke sebuah kota yang bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu datang kepada Maria, ia berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”  Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh anugerah di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapak leluhur-Nya, dan Ia akan memerintah atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”  Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”  Kata Maria, “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Luk 1:26-38) 

Bacaan Pertama: Yes 7:10-14;8:10; Mazmur Tanggapan: Mzm 40:7-11; Bacaan Kedua: Ibr 10:4-10 

“Maria diberi kabar oleh malaikat Tuhan, bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus. Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu”, demikianlah bunyi sebagian dari doa Malaikat Tuhan (Angelus), yang kita doakan tiga kali setiap hari di luar masa Paskah (lihat Puji Syukur # 15).

Sekarang marilah kita membayangkan apa yang kiranya terjadi dengan seorang gadis desa berusia 14/16 tahun yang bernama Maria itu sekitar 2.000 tahun lalu: Malaikat Gabriel mengunjungi Maria dan memberi kabar kepada gadis itu bahwa dia telah dipilih untuk mengandung dan melahirkan Putera Allah. Tanggapan Maria atas pemberitahuan malaikat tersebut adalah: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Ini adalah tanggapan dari seorang pribadi manusia yang senantiasa siap sedia untuk dipakai Allah. Sikap dan perilaku yang patut kita contoh.

Sejak Maria mengatakan “ECCE ANCILLA DOMINI FIAT MIHI SECUNDUM VERBUM TUUM” (ini versi Latin dalam Vulgata) ini, semua ciptaan tidak akan pernah sama lagi. Pada saat yang sangat penting dalam sejarah penyelamatan umat manusia itu, Allah yang Mahakuasa menyatakan kedalaman kasih-Nya: Putera-Nya merendahkan diri-Nya, menjadi sama dengan manusia. Putera-Nya taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (lihat Flp 2:7-8). Santo Athanasios Agung (296-373), Uskup dan salah satu dari empat orang Pujangga Gereja Timur, pembela iman yang benar, menulis: “Daripada makhluk ciptaan-Nya hancur-hilang dan karya Bapa bagi kita menjadi sia-sia, Dia mengambil bagi diri-Nya sesosok tubuh manusia seperti kita” (diambil dari tulisannya tentang Inkarnasi).

Yesus berhasrat untuk mengambil kemanusiaan kita bagi diri-Nya agar oleh kematian dan kebangkitan tubuh-Nya, Dia dapat memberikan hidup-Nya sendiri kepada kita. Yesus turut ambil bagian sepenuhnya dalam setiap aspek kemanusiaan kita. Dengan demikian Ia dapat menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya menjalani hidup dalam dunia ini. Sebagai imam besar agung yang penuh belas kasih, yang ‘ditakdirkan’ untuk memikul segala dosa manusia, Yesus menjalani kehidupan manusia sepenuh-penuhnya seperti halnya kita. Ia telah dicobai, hanya saja Ia tidak berbuat dosa (Ibr 4:15). Yesus hidup dalam dunia ini yang sudah dirusak oleh dosa. Oleh karena itu Dia mampu untuk menghibur kita dan mengangkat hati kita kepada Bapa surgawi.

Apakah anda pernah mengalami kehilangan orangtua atau orang yang sangat anda kasihi karena kematian? Sebagai manusia Yesus pun telah mengalami kematian “ayah angkat-Nya” Yusuf. Apakah anda mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah relasi tertentu? Sebagai manusia Yesus pun harus belajar bagaimana mengasihi setiap jenis pribadi manusia. Apakah anda merasa terluka pada waktu orang-orang yang dekat padamu justru tidak memahami anda? Sebagai manusia Yesus pun terus menghormati ibu-Nya, bahkan pada saat Maria sang ibu tidak dapat memahami misi-Nya (lihat Luk 2:48-51). Tuhan Yesus mendampingi kita masing-masing dalam setiap situasi, memberikan kepada kita rahmat dan memperkuat kita dengan cintakasih-Nya. Marilah kita mohon kepada-Nya untuk selalu berada di sisi kita setiap saat. Baiklah kita menerima segala berkat yang tersedia bagi kita melalui keikutsertaan-Nya yang penuh kedinaan dalam kemanusiaan kita.

DOA: Aku mengasihi-Mu, Yesus, Tuhan dan Juruselamatku! Perendahan dan kedinaan-Mu untuk  ikut-serta dalam kemanusiaan sungguh tak mampu tertangkap akal budiku. Terima kasih karena Engkau telah mengambil bagian dalam hidup kemanusiaanku. Terima kasih karena Engkau selalu bersamaku dalam setiap situasi. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 1:26-38), bacalah tulisan yang berjudul “FIAT SP MARIA YANG SANGAT MENENTUKAN DALAM SEJARAH KESELAMATAN UMAT MANUSIA” (bacaan tangggal 24-3-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-03 BACAAN HARIAN MARET 2018. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 25-3-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 21 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS MENGKLAIM DIRI-NYA SEBAGAI PUTERA ALLAH

YESUS MENGKLAIM DIRI-NYA SEBAGAI PUTERA ALLAH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Prapaskah – Jumat, 23 Maret 2018) 

Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka, “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu, “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menjadikan diri-Mu Allah. Kata Yesus kepada mereka, “Bukankah ada tertulis dalam kitab Tauratmu: Aku telah berfirman: Kamu adalah ilah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut ilah – sedangkan Kitab Suci tidak dapat dibatalkan – masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” Sekali-kali mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.

Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Banyak orang datang kepada-Nya dan berkata, “Yohanes memang tidak membuat satu tanda mukjizat pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini memang benar.” Lalu banyak orang di situ percaya kepada-Nya. (Yoh 10:31-42) 

Bacaan Pertama: Yer 20:10-13; Mazmur Tanggapan: Mzm 18:2-7 

Yesus mengklaim diri-Nya sebagai Putera Allah (lihat Yoh 10:36), satu dengan Bapa (Yoh 10:30) dan mempunyai suatu relasi yang pribadi dan intim dengan Allah. Bagi orang-orang Yahudi, ini adalah hujat. Sebaliknya, bagi kita umat Kristiani, ini adalah fondasi dari pengharapan kita bahwa kita juga dapat mengenal dan mengalami Allah sebagai Bapa kita dan kita sendiri sebagai anak-anak angkat-Nya.

Yesus – dahulu dan sekarang – adalah setara dengan Bapa – satu dengan Bapa dan Roh Kudus dalam kehidupan Trinitas (Allah Tritunggal Mahakudus). Kita tentunya tidak setara dengan Bapa surgawi, namun kita adalah anak-anak angkat-Nya melalui Roh Kudus yang berdiam dalam diri kita. Rasul Paulus menulis, “Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, ‘Ya Abba, ya Bapa!’ Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Rm 8:14-16).

Melalui baptisan, kita dibawa ke dalam keluarga Allah. Selagi kita menghayati iman Kristiani dalam kehidupan kita, kita pun mulai mengalami kasih kebapaan dari Allah dan martabat kita sendiri sebagai anak-anak-Nya. Namun kita juga mengetahui adanya waktu-waktu kekeringan spiritual dan keragu-raguan, pada saat mana Allah terasa jauh sekali. Mengapa hal ini sampai terjadi?

Kadang-kadang Allah memperkenankan adanya waktu-waktu penderitaan atau waktu-waktu di mana kita merasa jauh sekali dari diri-Nya untuk alasan-alasan yang tidak dapat kita pahami. Akan tetapi, seringkali masalahnya terletak dalam hati kita. Barangkali kita merasa inferior dan tak pantas untuk terjalinnya relasi penuh harapan dengan Dia;  barangkali juga kita berpikir bahwa dosa-dosa kita terlalu besar untuk dapat diampuni; bahkan kita dapat membayangkan bahwa Allah sudah begitu bosan dengan dosa kita yang telah berulang-ulang, sehingga Dia membuang kita. Kadang-kadang kita juga dapat merasa ragu-ragu terhadap Allah, karena kita dengan bersusah payah telah mencari bukti yang berwujud sampai pada saat ini, sehingga kita melupakan karya Allah yang terdahulu dalam kehidupan kita. Kita harus mengambil sedikit waktu untuk memikirkan apa kiranya yang selama ini menjadi penghalang antara kita dan kasih yang ingin ditunjukkan Allah kepada kita masing-masing.

Melalui baptisan, Roh Kudus ada dalam diri kita dan selalu siap untuk menunjukkan kepada kita posisi kita sebagai anak-anak pilihan Allah. Tidak ada dosa yang begitu besar yang tidak ingin diampuni oleh kuasa kematian Yesus dan kebangkitan-Nya. Tidak ada seorang pun yang begitu rendah yang dilupakan oleh Allah – karena setiap pribadi manusia diciptakan dalam gambar dan rupa-Nya dan sangat dikasihi oleh-Nya. Niat Allah adalah agar setiap orang mengenal dan mengalami kasih-Nya sebagai ‘seorang’ Bapa.

DOA: Roh Kudus Allah, buanglah dari diri kami setiap rintangan yang menghalang-halangi kami untuk mengenal dan mengalami kasih Allah Bapa. Kami ingin mengalami relasi yang penuh kasih dan intim dengan Allah yang dijanjikan dan dimenangkan oleh Yesus. Datanglah, ya Roh Kudus dan berdayakanlah diriku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 10:31-42), bacalah tulisan yang berjudul “JANGANLAH KITA SAMPAI KEHILANGAN KESEMPATAN” (bacaan tanggal 23-3-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.catatanseorangofs.wordpress.com; kategori 18-03 BACAAN HARIAN MARET 2018. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 7-4-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 20 April 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS SUDAH SEBELUM ABRAHAM ADA

YESUS SUDAH ADA SEBELUM ABRAHAM ADA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Prapaskah – Kamis, 22 Maret 2018)

Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Siapa saja menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Kata para pemuka Yahudi kepada-Nya, “Sekarang kami tahu bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Siapa saja

Yang menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Apakah Engkau lebih besar daripada bapak kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapa Engkau samakan diri-Mu?” Jawab Yesus, “Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan aku menuruti firman-Nya. Abraham bapakmu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.” Lalu kata para pemuka Yahudi itu kepada-Nya, “Umur-Mu belum lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” Kata Yesus kepada mereka, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, sebelum Abraham ada, Aku telah ada.” Lalu mereka mengambil batu untuk melem;pari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah. (Yoh 8:51-59) 

Bacaan Pertama: Kej 17:3-9, Mazmur Tanggapan: Mzm 105:4-9 

Sepanjang pembicaraan-Nya dengan para pemuka Yahudi, Yesus telah memberi indikasi tentang identitas-Nya. Hal ini membuat marah para lawan-Nya dalam proses komunikasi tersebut. Sampai titik ini, mereka telah mencap-Nya sebagai seorang pembohong, menuduh diri-Nya sebagai seorang Samaria dan kerasukan setan (lihat Yoh 8:48). Jadi, tidak mengherankanlah kalau mereka kemudian bertanya kepada-Nya: “Dengan siapa Engkau samakan diri-Mu?” (Yoh 8:53). Sungguh sukar bagi mereka untuk menerima apa yang dikatakan Yesus, bahwa diri-Nya lebih besar daripada Bapak Abraham (lihat Yoh 8:52-57). Akan tetapi, situasinya menjadi semakin “parah” ketika Yesus berkata: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, sebelum Abraham ada, Aku telah ada” (Yoh 8:58). Karena pernyataan-Nya itu mereka mengambil batu untuk melempari Dia (lihat Yoh 8:59).

Dilema yang kita hadapi dalam zaman modern ini agak berbeda. Tidak seperti orang-orang Yahudi pada abad pertama, banyak orang hari ini tidak peduli akan identitas Yesus. Banyak orang memandang Yesus tidak lebih daripada seorang yang berhati baik, yang melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk orang-orang lain. Sebagai akibatnya, cakrawala visi kehidupan mereka tentang kehidupan menjadi terlalu sempit, dan hal ini memang menyedihkan.

Akan tetapi, bagi kita umat Kristiani, pemahaman tentang siapa Yesus ini membuka kemungkinan-kemungkinan yang tidak pernah kita bayangkan dan pertimbangkan sebelumnya. Yesus sebenarnya menyatakan diri-Nya Allah (lihat Yoh 8:58). Dalam diri-Nya terdapatlah segala kualitas Allah sendiri. Sebagai Putera Allah yang kekal, Dia selalu ada. Sebelum dunia ada, Dia telah ditentukan sebelumnya untuk memerintah kita sebagai seorang Gembala yang menjaga domba-domba-Nya. Bahkan sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, Bapa surgawi sudah bermaksud mengutus Putera-Nya untuk memenuhi diri kita dengan kehidupan ilahi dan membawa kita ke hadapan hadirat-Nya.

Mendengar Yesus mendeklarasikan diri-Nya sebagai Allah, seharusnya menggerakkan hati kita dengan jaminan bahwa kita berada di  suatu tempat yang aman. Sekarang, sungguh percayakah anda bahwa Allah yang kekal mengetahui setiap saat dari kehidupan anda? Percayakah anda bahwa Dia ada bersama anda dalam setiap situasi yang anda hadapi, dan Ia tidak pernah melepaskan anda dari pandangan-Nya? Bahkan pada waktu kita jatuh ke dalam dosa dan ketidakpercayaan, Yesus ada di sana, siap untuk memimpin kita kembali kepada tangan-tangan Bapa surgawi. Allah telah menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada kita semua. Hari ini, marilah kita berterima kasih kepada-Nya untuk kesetiaan-Nya dan mohon kepada Roh Kudus-Nya untuk menanamkan lebih dalam lagi kebenaran-kebenaran ini dalam hati kita.

DOA: Yesus, sungguh menghiburlah untuk mengenal dan mengalami kasih-Mu yang tak pernah sedikit pun berkurang kepada diriku. Biarlah sabda-Mu meresapi hatiku, sehingga aku dapat melihat-Mu sebagai Engkau yang sesungguhnya, ya Putera Allah yang kekal. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kej 17:3-9), bacalah tulisan yang berjudul “PERJANJIAN YANG KEKAL ANTARA ALLAH DAN ABRAHAM” (bacaan tanggal 22-3-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-03 BACAAN HARIAN MARET 2018. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 6-4-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 20 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS