Archive for October, 2020

PENGHORMATAN KEPADA PARA KUDUS YANG KINI DENGAN PENUH SUKACITA MENIKMATI KEMULIAAN HIDUP KEKAL DALAM SURGA

PENGHORMATAN KEPADA PARA KUDUS YANG KINI DENGAN PENUH SUKACITA MENIKMATI KEMULIAAN HIDUP KEKAL DALAM SURGA

(Bacaan Kedua Misa Kudus, HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS – Minggu, 1 November 2020)

Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu, dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang terkasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi, kita tahu bahwa apabila Kristus dinyatakan, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia adalah suci. (1 Yoh 3:1-3)

Bacaan Pertama: Why 7:2-4,9-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-4ab,5-6; Bacaan Injil: Mat 5:1-12a.

Perayaan Gerejawi hari ini memberikan kepada kita (para peziarah di tengah dunia) suatu pemandangan sekilas tentang kehidupan surgawi yang dinikmati oleh orang-orang kudus yang sangat, sangat, sangat banyak jumlahnya. Dalam kehidupan mereka di dunia orang-orang kudus ini telah menaruh kepercayaan mereka sepenuhnya kepada belas kasih Allah dan kini secara kekal-abadi menyanyikan puji-pujian mereka kepada Dia. Mereka bersukacita dalam kemenangan Yesus Kristus, yang wafat-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya telah menyelamatkan mereka dari maut dan membawa mereka agar dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan-Nya yang mulia.

Kasih yang secara berlimpah-limpah telah dicurahkan atas diri kita (1Yoh 3:1) adalah karunia dalam diri Putera-Nya yang tunggal agar kita dapat menjadi anak-anak Bapa surgawi. Kita sesungguhnya dipanggil untuk hidup dalam status kita yang baru sebagai anak-anak Allah. Dengan melihat kuat-kuasa salib Kristus yang dibuat hadir oleh Roh Kudus melalui sabda-Nya dan sakramen, maka secara bertahap kita akan semakin mampu untuk berjalan bersama dengan Yesus Kristus. Pengharapan dan kerinduan akan saat pengudusan kita sekarang dimungkinkan, namun tidak lengkap di saat sekarang. Dalam kegembiraan penuh sukacita karena memperoleh jaminan akan karunia kehidupan dan kasih dari Allah, maka kita menatap ke masa depan dengan penuh kayakinan akan pemenuhannya, yaitu saat di mana kita akan mengalami konformasi total dengan Allah, menjadikan kita menurut gambar dan rupa sang Pencipta seturut rencana Allah pada mulanya (lihat Kej 1:26,27).

Banyak pribadi yang kita telah kenal dan kasihi secara pribadi telah menghayati hidup iman dalam kehidupan di dunia ini dan sekarang menikmati kemuliaan hidup surgawi sebagai warga-warga surga. Perayaan kita hari ini adalah suatu perayaan sukacita para kudus itu, dan juga pengharapan yang memenuhi hati kita selagi kita melakukan perjalanan ziarah ke tempat tujuan yang sama: Rumah Bapa! Baiklah sekarang kita membuka hati kita lebih lebar lagi dan memperkenankan diri kita didorong atau disemangati oleh “banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita …… dan menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. …… dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita kepada kesempurnaan ……” (Ibr 12:1-2).

Iman Kristiani Katolik kita percaya bahwa para kudus yang sudah berada di dalam surga ini terus melakukan doa syafaat di hadapan takhta Allah, memohonkan rahmat bagi kita semua yang masih berada di dunia ini. Mereka sangat mengetahui bahwa kita masih berjuang melawan dosa dan banyak godaan. Mereka berdoa agar kita dapat menghayati/menjalani hidup kudus dan menikmati hidup kekal surgawi yang sekarang hanya dapat kita lihat dalam iman, namun yang telah mereka nikmat secara muka ketemu muka.

DOA: Bapa surgawi, kami bergembira penuh sukacita hari ini karena kenyataan bahwa para kudus – saudari-saudari dan saudara-saudara kami – terus-menerus menyanyikan puji-pujian bagi-Mu di dalam surga. Kami merindukan saat di mana kami pun dapat bergabung dengan para kudus di sekeliling takhta surgawi untuk melambungkan puji-pujian bagi-Mu. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu, ajarlah kami bagaimana memperoleh inspirasi ilahi perihal kehidupan para kudus-Mu selagi kami dari hari ke hari melakukan peziarahan menuju Rumah Bapa. Semoga sukacita mereka menjadi sukacita kami juga, sehingga kami senantiasa kuat dalam melakukan perjalanan ziarah ini. Dalam nama Yesus Kristus saja kami memanjatkan doa ini kepada-Mu, ya Allah! Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama (Why 7:2-4,9-14), bacalah tulisan yang berjudul “SEMUA ORANG KUDUS” (bacaan tanggal 1-11-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-11 BACAAN HARIAN 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 1-11-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 30 Oktober 2020 [Peringatan Fakultatif B. Angelo dr Acri, Imam Kapusin]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SERAHKANLAH KEPADA TUAN RUMAH

SERAHKANLAH KEPADA TUAN RUMAH

 (Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXX – Sabtu, 31 Oktober 2020)

Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.

Karena Yesus melihat bagaimana para undangan memilih tempat-tempat kehormatan, Ia menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka, “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat daripada engkau, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di tempat yang lebih terhormat. Dengan demikian, engkau akan menerima hormat di depan mata semua orang yang makan bersamamu. Sebab siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Luk 14:1,7-11)

Bacaan Pertama: Flp 1:18b-26; Mazmur Tanggapan: Mzm 42:2-3,5bcd

Dengan latar belakang perjamuan makan di rumah seorang pemimpin orang-orang Farisi, Lukas melanjutkan pengajaran Yesus tentang pesta. Yesus menceritakan sebuah perumpamaan yang tidak seorang pun dari para hadirin akan mengalami kesulitan untuk memahami perumpamaan tersebut. Kelihatannya perumpamaan itu berada pada tingkat nasihat duniawi tentang bagaimana sampai kepada posisi puncak pada meja dengan mengawalinya dari posisi bawah, dan bagaimana menghindari tindakan memulai di posisi puncak hanya untuk menemukan diri kita digeser ke posisi bawah; namun jika memang itu yang dimaksudkan Yesus, maka hampir dapat dikatakan bahwa itu bukanlah sebuah perumpamaan. Cerita itu bergerak dari hal-hal yang familiar kepada hal-hal yang tidak familiar; Yesus menggiring para pendengar-Nya melalui metafora pesta perkawinan sampai kepada pandangan sekilas lintas tentang Kerajaan Allah, untuk memahami bagaimana kehormatan diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang sungguh rendah hati.

Nasihat yang ditawarkan Yesus bersifat sederhana dan langsung: apabila engkau diundang ke pesta perkawinan, jangan terburu-buru mengambil tempat kehormatan pada meja perjamuan: para tamu terhormat akan tiba di tempat pesta belakangan, dan kita harus memberi tempat kepada mereka; dengan demikian kita berada dalam situasi di mana kita dipermalukan …… berjalan melewati tempat-tempat lain yang telah diisi, dan akhirnya kita mengambil tempat paling bawah pada meja perjamuan. Jadi, daripada memusatkan perhatian kita pada tempat terhormat, ambillah tempat terbawah sehingga dengan demikian ketika tuan rumah masuk ke ruang perjamuan dan melihat kita, maka dia akan menghormati kita di depan para hadirin dengan membimbing kita ke tempat yang lebih tinggi. Karena kita masing-masing adalah tamu pada pesta perjamuan, maka serahkanlah kepada tuan rumah untuk menentukan siapa saja yang pantas menduduki tempat-tempat terhormat, karena ini adalah perjamuannya, maka hal tersebut adalah privilesenya.

Pada pembacaan awal, kata-kata Yesus kelihatannya menawarkan suatu cara yang terkalkulasi dan cerdik, yang menjamin bahwa kita (anda dan saya) akan memperoleh posisi top jika saja kita memainkan power-game dengan cara yang  cocok-manis, tidak hanya akan membuat kita mencapai posisi top, tetapi setiap orang dengan gamblang akan melihat kita naik sampai ke posisi puncak itu. Kemudian kita dapat duduk dan diam-diam memberi selamat kepada diri kita sendiri karena berhasilnya strategi kita. Namun pendalaman lebih lanjut atas teks Injil ini akan meratakan tafsir yang baru saja dikemukakan tadi: orang yang meninggikan dirinya sendiri – apakah melalui cara-cara kasar dengan merebut posisi  atau secara halus lewat insinuasi – akan direndahkan. Jadi, apabila seseorang mengambil tempat paling rendah bukan karena dia percaya bahwa posisi itu adalah memang diperuntukkan baginya, melainkan sebagai hitung-hitung untuk mempengaruhi sikap tuan rumah untuk memindahkannya ke tempat yang lebih tinggi, maka orang itu akhirnya akan terdampar dalam posisi yang memalukan, yaitu ditinggalkan dalam posisi terendah tadi. Kerendahan hati bukanlah masalah memainkan power game yang cantik, melainkan masalah mengakui kebenaran bahwa karena kita diundang (artinya sebuah privilese), maka peranan Allah-lah – bukan peranan kita – untuk memilih tempat duduk kita dalam pesta perjamuan yang diadakan.

Di sini Yesus samasekali tidak memberikan sebuah ringkasan kursus tentang “etiket pada perjamuan makan”; Ia mengundang para pendengar-Nya untuk bergerak melalui contoh sebuah pesta perjamuan yang familiar di telinga para pendengar-Nya untuk sampai kepada pemahaman sebenarnya perihal kehormatan sejati dalam Kerajaan Allah. Seorang pribadi yang akan ditinggikan dalam Kerajaan Allah bukanlah orang yang telah merekayasa jalannya menuju posisi puncak, melainkan seseorang yang mengakui bahwa kehormatan dalam Kerajaan Allah akan diperolehnya (datang kepadanya) pada waktu Sang Tuah Rumah (Allah) sendiri mengakui hal tersebut, bukan pada waktu seorang tamu mengganggapnya demikian. Kehormatan dalam Kerajaan Allah dianugerahkan sesuai dengan apa yang sudah diungkapkan dalam Kidung Maria (Magnificat): “(Ia) menceraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa” (Luk 1:51b-53).

DOA:  Tuhan Yesus Kristus, ajarlah aku untuk menaruh kepercayaan pada penyelenggaraan ilahi hari ini dan tolonglah aku untuk mengasihi dan memperhatikan siapa saja yang Kautempatkan pada jalan hidupku hari ini. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 14:1,7-11), bacalah tulisan yang berjudul “PERGILAH DUDUK DI TEMPAT YANG PALING RENDAH” (bacaan tanggal 31-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 3-11-18 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 29 Oktober 2020

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

LAGI-LAGI PENYEMBUHAN PADA HARI SABAT

LAGI-LAGI PENYEMBUHAN PADA HARI SABAT

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXX – Jumat, 30 Oktober 2020)

OFMCap.: Peringatan Fakultatif B. Angelus dr Acri, Imam Biarawan

Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. Datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya. Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, “Apakah boleh menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” Mereka diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya serta menyuruhnya pergi. Kemudian Ia berkata kepada mereka, “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur pada hari Sabat?” Mereka tidak sanggup membantah-Nya. (Luk 14:1-6)

Bacaan Pertama: Flp 1:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 111:1-6

Pada zaman Yesus hidup di tengah bangsa Israel, memang ada diskusi-diskusi panas tentang apakah hari Sabat itu merupakan suatu hari yang pantas untuk melakukan penyembuhan orang-orang sakit. Memang sangat berbeda dengan zaman modern di mana kita hidup. Banyak dari kita bahkan tidak memiliki ekspektasi bahwa penyembuhan ilahi dapat menjadi bagian normal dari hidup kita sebagai umat Kristiani. Kalau begitu halnya, boro-boro kita akan mempertimbangkan pada hari yang mana seharusnya penyembuhan itu terjadi! Namun iman kita kepada/dalam Yesus seharusnya tidak boleh begitu sempitnya. Dari waktu ke waktu Allah menunjukkan kepada kita bahwa Dia tidak hanya ingin menyelamatkan jiwa kita, melainkan juga untuk menyembuhkan tubuh dan pikiran kita.

Kata Yunani untuk “menyelamatkan” (sozo) juga berarti “menyembuhkan” atau “membuat utuh”. Sebagai Juruselamat kita, Yesus ingin membuat kita menjadi utuh dalam setiap hal. Yesus menunjukkan kebenaran  ini selagi Dia berjalan dari tempat yang satu ke tempat yang lain untuk mewartakan Kerajaan Allah serta menyerukan pertobatan, sambil melakukan mukjizat-mukjizat penyembuhan dan berbagai tanda heran lainnya. Jika kita sungguh ingin menerima penyembuhan dari Yesus, maka kita memerlukan iman yang penuh pengharapan dan doa yang penuh ketekunan. Tentu saja, kita harus menghargai dan menghormati profesi di bidang medis-kedokteran, counseling dlsb. Semua itu juga merupakan instrumen-instrumen kuat-kuasa Allah. Namun jauh melampaui upaya medis/ kedokteran dan upaya-upaya manusiawi lainnya, Allah dapat melakukan dan masih melakukan mukjizat-mukjizat dan berbagai tanda heran lainnya. Secara individu maupun bersama-sama dengan orang lain kita dapat berdoa untuk kesembuhan orang sakit. Kita juga dapat mohon bantuan orang Kristiani dengan iman yang dewasa untuk mendoakan kita. Ingatlah apa yang ditulis oleh Yakobus: “Kalau ada seseorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para panatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan” (Yak 5:14).

Banyak studi ilmiah di bidang penyakit telah menunjukkan adanya suatu relasi antar  pikiran-pikiran kita dan tubuh kita. Kitab Suci Perjanjian Lama bahkan mengatakan kepada kita bahwa “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang” (Ams 14:30; bdk. 17:22). Barangkali yang lebih menarik lagi adalah studi-studi paling akhir yang telah menunjukkan adanya suatu relasi yang spesifik antara doa dan kesembuhan – bahkan ketika para pasien tidak mengetahui bahwa diri mereka sedang didoakan.

Allah ingin agar kita tetap penuh damai dan tenang selagi kita datang kepada-Nya dengan setiap kebutuhan kita. Selagi kita memusatkan diri kita dan “beristirahat” di hadapan hadirat-Nya, baiklah kita mengingat bahwa positive thinking dan ketenangan kita adalah pencerminan dari iman Yesus sendiri akan kemampuan Bapa-Nya untuk menjaga dan memelihara diri-Nya. Oleh karena itu, marilah kita membuka diri bagi kuat-kuasa Allah untuk menyembuhkan, di samping itu untuk menerima kesembuhan ilahi sebagai suatu bagian normal dari kehidupan kita sebagai umat Kristiani.

DOA: Bapa surgawi, perkenankanlah aku menjadi seorang saksi dari rahmat penyembuhan-Mu. Ajarlah aku untuk sabar dalam penderitaanku selagi aku berpaling kepada Roh Kudus untuk mempelajari kehendak-Mu. Jagalah aku agar dapat tetap berpengharapan dan terbuka bagi kuat-kuasa dan hasrat-Mu untuk membuat umat-Mu menjadi pribadi-pribadi yang utuh. Jadikanlah hatiku seperti hati Yesus Kristus, Putera-Mu terkasih. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 14:1-6), bacalah tulisan yang berjudul “” (bacaan tanggal 30-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 3-11-17 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 28 Oktober 2020 [Pesta S. Simon dan Yudas, Rasul]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS S

TIDAKLAH SEMESTINYA SEORANG NABI DIBUNUH DI LUAR YERUSALEM

TIDAKLAH SEMESTINYA SEORANG NABI DIBUNUH DI LUAR YERUSALEM

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXX – Kamis,  29 OKTOBER 2020)

Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus, “Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau. Jawab Yesus kepada mereka, “Pergilah  dan katakanlah kepada si rubah itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh di luar Yerusalem. Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi sampai pada saat kamu berkata: Terpujilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” (Luk 13:31-35)

Bacaan Pertama: Ef 6:10-20; Mazmur Tanggapan: Mzm 144:1,2,9-10

Baik Herodes yang berniat untuk membunuh Yesus maupun beberapa orang Farisi yang berupaya untuk melindungi diri-Nya, tidak dapat mengurangi niat atau bahkan mencegah Yesus dari upaya memenuhi rencana Bapa untuk menyelamatkan umat manusia. Rencana itu dibentuk sejak sediakala, dan Yesus mendedikasikan hidup-Nya untuk mewujudkan rencana itu. Yesus mengetahui bahwa Dia harus pergi ke Yerusalem dan disalibkan di sana, dan Ia pun berkata kepada orang-orang Farisi itu: “Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh di luar Yerusalem” (Luk 13:33).

Selagi melakukan perjalanan-Nya menuju saat-saat akhir hidup-Nya, Yesus meratapi Yerusalem, karena Dia sungguh menyadari bahwa pengorbanan-Nya yang didorong oleh cintakasih itu tidak akan mampu menyelamatkan mereka yang menolak diri-Nya. Yerusalem adalah tempat di mana banyak nabi Allah dibunuh secara brutal, dan Yesus pun bukanlah kekecualian. Namun demikian, Ia ingin agar orang-orang Yerusalem datang kepada-Nya. Seperti seorang ibu dan bapak tidak dapat memaksa seorang anak yang mbalelo untuk balik kepada mereka, maka Yesus juga tidak dapat menuntut umat-Nya untuk menanggapi tawaran-Nya sehubungan dengan belas kasih dan penebusan.

Kata-kata Yesus mengungkapkan hati dari seseorang yang bersedih bagi kita-manusia, bukan bagi diri-Nya. Dia akan pergi menuju salib dengan penuh keikhlasan, semua demi pengampunan diri kita. Tanpa meninggalkan jejak kepahitan atau penolakan, Yesus dengan bebas menunjukkan bela-rasa-Nya terhadap semua orang. Seperti telah “diramalkan” oleh Yesus sendiri, Ia akan sampai di Yerusalem dielu-elukan oleh orang banyak: “Terpujilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan!” (Luk 19:38; bdk. Mzm 118:26). Akan tetapi, beberapa hari kemudian Ia akan disalibkan. Orang-orang yang mengelu-elukan ketika Yesus memasuki Yerusalem kemudian malah melepaskan seorang penjahat yang bernama Barnabas, bukan menyelamatkan Yesus dari hukuman mati di kayu salib (Luk 23:18-19). “Hari ini mubarak, besok salibkan Dia!” Mereka akan membuang Yesus, dan atas dasar pilihan mereka sendiri, rumah mereka akan dibuang juga. Yesus mengetahui semua ini, dan pengetahuan inilah yang membuat diri-Nya sedih sehingga Dia meratapi penolakan Yerusalem terhadap diri-Nya.

“Rumah” kita sendiri tidak perlu dibuang. Walaupun kita semua adalah para pendosa, Yesus senantiasa menantikan kita, dengan penuh kerinduan Ia mau mengumpulkan kita dengan diri-Nya. Tidak ada satu hal pun yang telah kita lakukan – betapa berdosa sekali pun – dapat menghalangi diri-Nya mengasihi kita. Allah tidak pernah memaksa kita untuk kembali kepada-Nya. Seperti apa yang dilakukan-Nya dengan orang-orang Yerusalem, Yesus menaruh respek kepada kebebasan kita, dan Ia senantiasa menghargai keputusan yang kita ambil.

DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu walaupun kami pernah meninggalkan Engkau. Tolonglah kami agar dapat datang kepada pemeliharaan-Mu yang penuh kasih. Bawalah setiap orang – bahkan mereka yang kelihatannya jauh dari-Mu – ke dalam kehangatan pelukan-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 13:31-35), bacalah tulisan yang berjudul “KENAKANLAH SELURUH PERLENGKAPAN SENJATA ALLAH” (bacaan tanggal 29-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 31-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 28 Oktober 2020 [Pesta S. Simon dan Yudas, Rasul]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SEDIKIT CATATAN MENGENAI SANTO SIMON DAN SANTO YUDAS TADEUS

SEDIKIT CATATAN MENGENAI SANTO SIMON DAN SANTO YUDAS TADEUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta Santo Simon dan Yudas, Rasul – Rabu,  28 Oktober 2020)

Pada hari-hari itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudaranya, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.

Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: Di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat disembuhkan. Semua orang banyak itu berusaha menyentuh Dia, karena ada kuasa yang keluar dari Dia dan menyembuhkan semua orang itu.  (Luk 6: 12-19) 

Bacaan Pertama: Ef 2:19-22; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:2-5

Betapa bahagia kiranya Simon dan Yudas ketika mereka dipilih menjadi bagian dari kelompok dua belas orang rasul Yesus. Bayangkanlah, dari sedemikian banyak murid yang ada, Yesus memilih mereka. Memang kita tidak tahu banyak tentang dua orang rasul yang kita rayakan pestanya hari ini, namun kita dapat membayangkan bagaimana kiranya perasaan mereka dalam mengantisipasi apa artinya hidup akrab dengan Yesus dari hari ke hari, menjadi murid dan sekaligus mitra evangelisasi Yesus sendiri, berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain.

Namun Simon dan Yudas tidaklah sendiri. Pada hari ini, Yesus juga mengundang kita masing-masing untuk masuk ke dalam relasi persahabatan yang akrab dengan diri-Nya. Dia memanggil kita masing-masing untuk menjadi saudari-saudara-Nya, dan Ia mempunyai misi khusus untuk kita masing-masing. Bagi sejumlah orang, misi itu adalah untuk berkhotbah dan mengajar; bagi sejumlah orang lainnya, misi itu adalah untuk mengungkapkan kasih-Nya melalui upaya mendengarkan dengan penuh bela rasa, teristimewa suara-suara, keluhan-keluhan orang-orang kecil. Seperti yang dilakukan Yesus dalam doa-Nya bagi dua belas orang rasul (Luk 6:12), Ia berdoa untuk kita masing-masing, bahwa Allah akan menarik kita semakin dekat kepada-Nya sehingga dengan demikian kita dapat mengenal dan mengalami kasih-Nya dan melayani Dia dengan kehidupan kita. Kita dapat berpikir bahwa terkadang sangatlah sulit untuk percaya, namun Yesus menarik kita kepada diri-Nya bukan karena kedalaman devosi kita, melainkan karena kasih-Nya kepada kita.

Sebagian dari kita mungkin merasa ragu-ragu untuk menanggapi panggilan Yesus justru karena kita menyadari keterbatasan-keterbatasan kita. “Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga.” “Saya hanyalah seorang buruh bangunan.” “Saya sudah terlalu tua untuk membuat perubahan sesungguhnya dalam dunia ini.” Dalam hal ini semua, baiklah kita mengingat bahwa – seperti juga pada zaman Simon dan Yudas – Yesus tidak meminta para pahlawan untuk menjadi murid-murid-Nya.  Beberapa dari dua belas rasul itu adalah para nelayan biasa, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang sangat berani pada awalnya (Luk 5:1-11; Mat 26:56,69-75). Yang dicari oleh-Nya adalah orang-orang yang akan membuka hati mereka bagi-Nya. Dalam hati manusia yang terbuka dengan ekspektasi, Yesus dapat bertindak. Yesus bertindak dalam hati dua belas rasul, walaupun ketika mereka salah, karena mereka mengakui kebutuhan  dan hasrat mereka akan diri-Nya.

Di mata Yesus, kita adalah harta yang sangat berharga. Ia merasa sangat senang terhadap diri kita masing-masing. Ia berdoa untuk kita masing-masing secara individual dan intens seperti ketika Dia berdoa untuk para murid-Nya dulu (lihat Ibr 7:24). Semoga kita semua mendengar suara-Nya dan menanggapi panggilan-Nya.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau telah memanggil aku keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terang-Mu. Aku memberikan hatiku kepada-Mu, ya Yesus. Datanglah, dan diamlah dalam hatiku. Penuhilah diriku dengan kasih-Mu. Biarlah hatiku dikobarkan dengan antisipasi terhadap apa yang akan Kaulakukan. Gunakanlah diriku dalam pelayanan kepada sesama seturut kehendak-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Ef 2:19-22), bacalah tulisan yang berjudul “DUA ORANG RASUL KRISTUS YANG KITA RAYAKAN PESTANYA PADA HARI INI” (bacaan tanggal 28-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsbda.wordpress.com; kategori: 20-10  BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 28-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak,  27 Oktober 2020

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN YESUS TENTANG BIJI SESAWI DAN TENTANG RAGI

PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN YESUS TENTANG BIJI SESAWI DAN TENTANG RAGI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXX – Selasa, 27 Oktober 2020)

Lalu kata Yesus, “Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung bersarang pada cabang-cabangnya.”  Ia berkata lagi, “Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Kerajaan itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu sebanyak empat puluh liter sampai mengembang seluruhnya.” (Luk 13:18-21)

Bacaan Pertama: Ef 5:21-33; Mazmur Tanggapan: Mzm 128:1-5

Dalam bacaan Injil yang relatif singkat hari ini, secara berturut-turut Yesus mengajarkan dua perumpamaan sarat-makna tentang Kerajaan Allah, yaitu pertama diumpamakan sebagai biji sesawi yang ditanam di kebun, dan kedua diumpamakan dengan ragi yang diadukkan ke dalam tepung terigu.

Di tangan seorang guru atau rabi yang “hebat”, perumpamaan-perumpamaan dapat menjadi sarana-sarana berguna untuk memicu pemikiran dan permenungan  tentang sebuah pokok pengajaran. Melalui gambaran-gambaran yang sederhana namun kaya, perumpamaan-perumpamaan menantang para pendengarnya untuk menggeluti suatu subjek pada tingkat yang berbeda-beda. Yesus seringkali menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk meluaskan pemahaman para murid-Nya tentang Kerajaan Allah.

Setelah dalam beberapa bab digambarkan Kerajaan Allah dan makna dari jalan Kristiani, Lukas kemudian merangkumnya dengan perumpamaan-perumpamaan tentang biji sewati dan ragi. Perumpamaan-perumpamaan ini diberikan seiring dengan semakin bertambahnya oposisi terhadap Yesus, termasuk penolakan terhadap dirinya oleh orang orang-orang Samaria (Luk 9:51-53), pengakuan terhadap penolakan itu (Luk 12:51) dan suatu panggilan kepada pertobatan secara universal (Luk 13:5).

Dalam terang oposisi ini, Yesus mengundang para murid-Nya untuk memandang Kerajaan Allah dari suatu perspektif global: “Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung bersarang pada cabang-cabangnya ……Seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu sebanyak empat puluh liter sampai mengembang seluruhnya” (Luk 13:18-21).

Dua perumpamaan ini memberikan gambaran-gambaran tentang cara sederhana dengan mana Kerajaan Allah itu mulai ketika pertama kali diumumkan oleh seorang tukang kayu dari Nazaret yang tidak dikenal, kepada sekelompok orang yang kebanyakan terdiri dari mereka yang tidak berstatus penting dalam masyarakat, …… “wong cilik”. Namun demikian, justru dari kelompok tak berarti inilah Kerajaan Allah yang tak terbatas bertumbuh-kembang dengan pesat di dalam dunia kita yang terbatas. Menghadapi perlawanan atau tidak, Kerajaan Allah akan terus berlanjut di dalam dunia ini, sampai Kristus datang kembali dalam kemuliaan pada akhir zaman.

Yesus juga meminta agar para murid-Nya menerapkan dua perumpamaan ini pada tingkat personal. Apabila kita melihat dengan cara begini, maka kita menyaksikan bahwa bahkan hal-hal kecil sekali pun yang kita lakukan untuk membuat diri kita sebagai sarana Allah untuk turut membangun Kerajaan-Nya akan membawa dampak tidak kecil.

Siapa yang dapat menyangka bahwa seorang biarawati-guru keturunan Albania dengan postur tubuh kecil  dan bekerja di India – Bunda Teresa dari Kalkuta – pada suatu hari dalam kehidupannya akan mampu mendirikan sebuah kongregasi religius yang begitu berdedikasi pada “wong cilik” di Kalkuta. Kongregasi ini bertumbuh-kembang dengan cepat dan diberkati oleh Allah secara berlimpah untuk menjadi “garam bumi” dan “terang dunia” di tengah masyarakat yang sebagian besar terdiri dari saudari-saudara yang beriman lain. Sekarang kongregasi ini telah menjadi kongregasi multi-nasional yang mengagumkan dalam spiritualitas maupun karya kerasulan mereka. Ini adalah bukti bahwa Allah menggunakan “biji sesawi” dan “ragi” yang ada dalam seorang Bunda Teresa dari Kalkuta guna mencapai karya kasih-Nya secara gemilang. Pelajaran yang kita dapat tarik dari dua perumpamaan Yesus dalam bacaan Injil hari ini adalah bahwa Kerajaan Allah mulai di hati kita secara kecil-kecilan, namun dapat bertumbuh menjadi sesuatu yang dapat mentransformasikan dunia.

DOA: Bapa surgawi, Engkau tidak menetapkan batas sampai mana Kerajaan-Mu akan berkembang. Semoga melalui ketaatanku, Kerajaan-Mu hadir dalam hidupku dan dalam hidup orang-orang di sekelilingku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 13:18-21), bacalah tulisan yang berjudul “DUA PERUMPAMAAN SINGKAT TENTANG KERAJAAN ALLAH” (bacaan tanggal 27-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini )adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 26 Oktober 2020

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MEMBEBASKAN DARI HAL-HAL YANG MENGIKAT KITA

MEMBEBASKAN DARI HAL-HAL YANG MENGIKAT KITA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXX – Senin, 26 Oktober 2020)

Pada suatu kali Yesus mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri tegak lagi. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya, “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga tegaklah perempuan itu, dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak. “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.”  Tetapi Tuhan berkata kepadanya, “Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Perempuan ini keturunan Abraham dan sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis; bukankah ia harus dilepaskan dari ikatannya itu?”  Waktu ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perbuatan mulia yang telah dilakukan-Nya. (Luk 13:10-17)

Bacaan Pertama: Ef 4:32-5:8; Mazmur Tanggapan: Mzm 1:1-4,6

Apakah kiranya yang menjadi motivasi perempuan yang bungkuk ini? Barangkali – seperti juga banyak orang lain yang memenuhi sinagoga pada hari Sabat itu, perempuan itu hanya didorong oleh rasa ingin tahunya tentang sang rabi “pembuat mukjizat” dari Nazaret yang banyak dibicarakan orang-orang itu. Setelah 18 tahun lamanya tidak mampu berdiri dengan tegak, perempuan itu barangkali tidak mengharapkan terlalu banyak agar dapat disembuhkan sepenuhnya …… untuk menjadi “normal” kembali. Walaupun dia mencari kesempatan untuk mengalami penyembuhan secara fisik, dia barangkali tidak pernah mengira bahwa Yesus akan memulihkan martabat dirinya sebagai seorang “keturunan Abraham” (Luk 13:16). Faktanya, inilah yang dilakukan oleh Yesus.

Perempuan ini sungguh ditransformasikan. Setelah begitu lama menderita karena diikat oleh roh yang melumpuhkan, perempuan ini sudah hampir kehilangan kekuatan dan martabat pribadinya. Namun sekarang, dia dapat berdiri tegak sekali lagi dan menatap masa depannya dengan penuh sukacita. Yesus telah membuat dirinya utuh – manusiawi secara penuh dan otentik, seorang puteri Allah yang hidup.

Santo Paulus mengatakan kepada kita bahwa kita semua telah menerima Roh yang menjadikan kita anak Allah (Rm 8:15). Allah telah mengadopsi kita sebagai anak-anak milik-Nya sendiri, dan martabat kita sekarang berarti berakar pada kebenaran ini. Kita adalah anak-anak-Nya  sendiri, dirahmati dengan suatu warisan yang diberikan kepada kita oleh “seorang” Allah yang mahakuasa dan mahapemurah. Tidak ada apapun atau siapapun yang dapat mengambilnya dari diri kita.

Bagaimana kita mengklaim warisan ini? Dipimpin oleh Roh Kudus, kita dapat pergi menghadap Yesus dan mohon kepada-Nya untuk membebaskan kita dari hal-hal yang mengikat diri kita. Sekarang, marilah kita melihat diri kita sendiri, apakah kita selama ini dibebani oleh masalah yang kelihatannya begitu berat menindih? Apakah kita (anda dan saya) kadang-kadang merasa tertekan oleh rasa takut yang tak kunjung dapat kita buang? Allah ingin membebaskan kita dari berbagai kelemahan kita, sehingga dengan demikian kita dapat hidup dengan penuh kepercayaan dan dalam kebenaran.

Kita harus senantiasa waspada dan menjaga agar martabat kita sebagai anak-anak Allah yang telah dimenangkan oleh Yesus pada kayu salib jangan sampai dirampas oleh si jahat. Kemenangan Yesus itu adalah kemenangan kita: “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah” (Rm 8:15). Dalam doa kita hari ini, marilah kita memohon kepada Allah untuk membebas-merdekakan kita dari apa saja yang menindih kita. Dia ingin memulihkan kita sehingga kita sungguh dapat menjadi cerminan-Nya. Oleh karena itu, marilah kita menghadap Yesus dan mengklaim martabat yang adalah milik kita dalam Dia.

Sekarang, marilah kita singgung sedikit tentang kegusaran kepala rumah ibadat karena Yesus menyembuhkan perempuan itu pada hari Sabat dan tanggapan Yesus terhadap kegusarannya. Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat bukanlah karena Dia tidak menghormati hari Sabat itu, melainkan karena Dia menempatkan peraturan-peraturan tentang Sabat itu ke dalam perspektif yang benar.

Roh Kudus memampukan kita untuk menafsirkan dan menerapkan peraturan-peraturan keagamaan, yang  jika dilakukan tanpa hikmat sedemikian dapat secara mudah menjadi bertentangan dengan maksudnya yang semula. Suatu peraturan pada dirinya bukanlah tujuan melainkan sarana untuk mencapai tujuan. Misalnya peraturan gerejawi bahwa seseorang harus berpuasa selama satu jam (58 menit) sebelum menyambut Komuni Kudus. Menerapkan peraturan itu secara kaku malah dapat mengaburkan tujuan asli dari peraturan tersebut, yaitu respek pada Ekaristi.

DOA: Bapa surgawi, kami percaya pada kuat-kuasa-Mu dan kasih-Mu. Bebaskanlah diri kami semua dari apa saja yang mengikat/mengungkung kami dan sembuhkanlah kami, agar kami dapat sungguh-sungguh hidup sebagai anak-anak-Mu. Oleh Roh Kudus-Mu, mampukanlah kami untuk menafsirkan dan menerapkan berbagai peraturan keagamaan dengan penuh hikmat. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 13:10-17), bacalah tulisan yang berjudul “LAGI-LAGI PENYEMBUHAN PADA HAR SABAT ” (bacaan tanggal 26-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tu;isan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tranggal 29-10-18 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 25 Oktober 2020 [HARI MINGGU BIASA XXX – TAHUN A]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

GURU, PERINTAH MANAKAH YANG TERUTAMA DALAM HUKUM TAURAT?

GURU, PERINTAH MANAKAH YANG TERUTAMA DALAM HUKUM TAURAT?

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXX [TAHUN A], 25 Oktober 2020)

Ketika orang-orang Farisi mendengar bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia, “Guru, perintah manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah perintah yang terutama dan yang pertama. Perintah yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua perintah inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 22:34-40)

Bacaan Pertama: Kel 22:21-27; Mazmur Tanggapan: Mzm 18:2-4,47,51; Bacaan Kedua 1Tes 1:5-10

Seorang Farisi yang ahli hukum bertanya untuk mencobai Yesus lewat suatu diskusi mengenai perintah Allah mana yang harus dinilai sebagai hukum yang terutama. Ini adalah suatu isu yang memang sering diperdebatkan di kalangan para rabi pada masa itu. Tantangan dari orang Farisi itu dijawab oleh Yesus dengan memberikan “ringkasan agung” dari segala ajaran-Nya. Sebenarnya jawaban yang diberikan oleh Yesus itu tidak diformulasikan oleh-Nya sendiri. Bagian pertama: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”(Mat 22:37) diambil dari Kitab Ulangan (Ul 6:5); sedangkan bagian kedua: “”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22:39) diambil dari Kitab Imamat (Im 19:18). Banyak rabi juga mengakui bahwa kedua ayat ini merupakan jantung atau hakekat dari hukum Taurat. 

Seperti kita akan lihat selanjutnya, keunikan ajaran Yesus dalam hal ini adalah penekanan yang diberikan oleh-Nya pada “hukum kasih” dan kenyataan bahwa Dia membuatnya menjadi prinsip dasar dari tafsir-Nya atas keseluruhan Kitab Suci: “Pada kedua perintah inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Mat 22:40).

Mengasihi Allah dengan segenap energi yang kita miliki dan mengasihi sesama seperti diri kita sendiri! Hampir dipastikan hanya sedikit saja orang yang akan memperdebatkan keindahan dari “cita-cita” ini. Namun menghayatinya seperti yang telah dilakukan oleh Yesus sendiri dalam kehidupan-Nya sebagai sang Rabi dari Nazaret, sungguh membutuhkan komitmen yang pantang mundur dan kemurahan hati tanpa batas. Kita bertanya kepada diri sendiri: “Dapatkah aku mempraktekkan kasih seperti itu?” 

Salah satu cara terbaik bagi kita untuk memenuhi perintah-perintah Allah ini adalah untuk menawarkan kepada sesama kita anugerah yang sama yang telah mengubah hati kita, yaitu INJIL TUHAN YESUS KRISTUS! Kita mengasihi sesama kita dengan menunjukkan kepada mereka “jalan menuju keselamatan dalam Yesus”, dan kita mengasihi Allah dengan berjuang terus untuk memanisfestasikan kebaikan-Nya kepada orang-orang di sekeliling kita. 

Berbagi (Inggris: sharing) Kabar Baik Tuhan Yesus Kristus adalah keharusan bagi kita semua, namun tidaklah semudah itu melaksanakannya, apalagi kalau kita bukan merupakan pribadi yang outgoing, yang mudah bersosialisasi. Kita juga bisa dilanda rasa waswas atau khawatir bahwa orang-orang akan menuduh kita sebagai orang Kristiani yang “ekstrim” (Saya tidak memakai kata “radikal” atau “fanatik”, karena kedua kata ini pada dasarnya  baik menurut pandangan pribadi saya). Akan tetapi, apabila kita memohon Roh Kudus untuk memimpin kita, maka evangelisasi adalah satu dari pengalaman paling indah yang dapat kita miliki, dan menjadi bagian dari kehidupan kita. Pada kenyataannya, aspek evangelisasi yang paling penting terjadi sebelum kita mengucapkan satu patah kata sekali pun kepada siapa saja. Hal ini dimulai pada waktu kita menyediakan waktu dengan Tuhan Allah dalam keheningan, dan mohon kepada-Nya untuk menunjukkan kehendak-Nya: suatu proses discernment. Misalnya, kita dapat berdoa agar Tuhan Allah menerangi kegelapan hati kita dan menganugerahkan kepada kita iman yang benar, pengharapan yang teguh dan cintakasih yang sempurna; juga kita mohon agar kita diberikan perasaan yang peka dan akal budi yang cerah, sehingga kita senantiasa dapat mengenali dan melaksanakan perintah-perintah atau kehendak Allah yang kudus dan tidak menyesatkan. 

Dalam suasana doa inilah Allah dapat menolong kita menunjukkan siapa saja di antara anggota keluarga kita atau para teman dan sahabat kita yang terbuka bagi pemberitaan Kabar Baik Tuhan Yesus Kristus. Kita juga tidak boleh lupa untuk berdoa agar orang-orang kepada siapa kita diutus menerima sentuhan Roh Kudus yang akan membuka hati mereka bagi Injil, bahkan sebelum bibir kita mengucapkan kata yang pertama. Kemudian, selagi kita mulai melakukan evangelisasi, kita akan menemukan orang-orang yang memberikan kesaksian mengenai  pengalaman-pengalaman mereka tentang kasih Allah yang kita sendiri sedang wartakan kepada mereka. Allah senang menyiapkan hati orang-orang secara demikian. Lalu, agar kita dapat menjadi instrumen-instrumen penyebaran Injil yang baik dan efektif, sangatlah penting bagi kita untuk mengabdikan diri dalam doa-doa syafaat bagi orang-orang lain. Seorang pewarta Injil atau pelayan sabda yang tidak akrab dengan doa merupakan fenomena yang boleh dipertanyakan. 

Selagi kita melakukan penginjilan – memberikan kesaksian tentang kasih Kristus kepada orang-orang lain – kita harus senantiasa menyadari bahwa cintakasih itu senantiasa mengatasi dosa. Dengan demikian janganlah sampai kita hanya berbicara kepada mereka yang kita Injili. Yang juga sangat penting adalah bahwa kita pun harus mengasihi orang-orang itu. Kita harus memperhatikan dan menunjukkan bela rasa kepada mereka. Kita memberikan saran-saran mengenai tindakan-tindakan yang perlu mereka lakukan.

Dengan sukarela marilah kita menawarkan bantuan kepada  mereka, dan hal ini bukan selalu berarti bantuan keuangan. Lebih pentinglah bagi kita untuk memperkenankan Yesus mengasihi orang-orang lain melalui diri kita daripada menjelaskan Injil secara intelektual kepada mereka, meskipun hal sedemikian penting juga. Selagi kita memperkenalkan dan menawarkan kasih Yesus lewat kata-kata yang kita ucapkan dan tindakan-tindakan yang kita lakukan, kita harus menyadari bahwa kita mensyeringkan anugerah Allah yang terbesar bagi manusia: Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita sendiri! Dengan demikian, kita pun akan mengasihi sesama kita dengan kasih Kristus sendiri! 

DOA: Tuhan Yesus Kristus , terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau memakai diriku untuk membawa orang-orang lain ke dalam kasih perjanjian-Mu. Tolonglah aku agar mampu mengenali privilese yang besar ini selagi Engkau membuat diriku menjadi bentara Injil-Mu. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Mat 22:34-40), bacalah tulisan yang berjudul “PERINTAH YANG TERUTAMA” (bacaan tanggal 25-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-10-17 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 24 Oktober 2020 [Peringatan Fakultatif S. Antonius Maria Claret, Uskup]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

JIKALAU KAMU TIDAK BERTOBAT

JIKALAU KAMU TIDAK BERTOBAT

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIX – Sabtu, 24 Oktober 2020)

Peringatan Fakultatif S. Antonius Maria Claret, Uskup

Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampur Pilatus dengan darah kurban yang mereka persembahkan. Yesus berkata kepada mereka, “Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? “Tidak!”, kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa dengan cara demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya daripada kesalahan semua orang lain yang tinggal di Yerusalem? “Tidak”, kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa dengan cara demikian.”

Kemudian Yesus menyampaikan perumpamaan ini, “Seseorang mempunyai pohon ara yang ditanam di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Lihatlah, sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan sia-sia! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!” (Luk 13:1-9)

Bacaan Pertama: Ef 4:7-16: Mazmur Tanggapan: Mzm 122:1-4a,4b-5

Kelahiran Yesus menandakan kedatangan Kerajaan Allah di atas bumi, dan sepanjang karya pelayanan-Nya, Dia memproklamasikan realitas Kerajaan ini ke mana saja Dia pergi. Yesus ingin agar semua pendengar pewartaan-Nya mengetahui bahwa dengan kedatangan Kerajaan Surga, datang pula penghakiman dan pengharapan akan keselamatan. Inilah sebabnya mengapa berulang-ulang kali Yesus mengingatkan para murid-Nya untuk senantiasa menaruh perhatian dan menabur benih-benih kebenaran dan kemurnian, sehingga dengan demikian mereka tidak akan gagal dalam tes. Yesus mengingatkan para murid untuk senantiasa mengambil sikap waspada: “Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi” (Luk 12:2), dan siap sedia, “karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga” (Luk 12:40).

Yesus mengakhiri pengajaran-Nya pada hari ini tidak dengan suatu peringatan yang keras sehubungan dengan penghakiman mendatang, melainkan dengan suatu panggilan penuh semangat bagi orang-orang untuk bertobat. Yesus menjelaskan kegawatan dari situasi yang dihadapi: “Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa dengan cara demikian” (Luk 13:3). Allah yang kita sembah adalah “seorang” Allah yang Mahakudus; tidak seorang pun yang masih ternoda oleh dosa dapat hidup bersama-Nya di dalam surga. Pemikiran tentang penghakiman Allah dapat terdengar keras bagi kita, namun kebenaran penuh di sini adalah bahwa Allah tidak ingin menghukum siapa pun dari umat-Nya. Allah menjanjikan umat-Nya pengampunan dan pembebasan dari belenggu dosa. Yang diminta oleh Allah hanyalah bahwa kita bertobat dan percaya, serta menerima baptisan dalam nama Putera-Nya.

Semua orang telah berdosa – bahkan mereka yang hidup sempurna dan membuat orang-orang lain menjadi iri hati. Namun demikian, walaupun kita telah berdosa, Allah Bapa menginginkan kita semua – tanpa kecuali – untuk dikasihi-Nya dengan penuh kelembutan dan hidup bersama-Nya selama-lamanya. Allah menawarkan pengampunan atas dosa-dosa kita, asalkan kita mau bertobat! Dia begitu rindu untuk mengumpulkan kita semua di sekeliling diri-Nya. Itulah sebabnya mengapa Dia mengutus Putera-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16).

Allah tidak menjamin bahwa kita akan mempunyai hari esok untuk bertobat. Perumpamaan tentang pohon ara mengajarkan kepada kita bahwa hari penghakiman telah ditunda untuk sementara waktu, namun pasti akan datang. Semoga kita semua dapat menghadap takhta Allah, telah dibersihkan oleh darah yang telah dicurahkan oleh Yesus untuk pengampunan dosa-dosa kita, juga dengan mengenakan kebenaran-Nya.

DOA: Bapa surgawi, kami sangat menyadari bahwa Engkau sungguh mengasihi kami. Engkau mengutus Putera-Mu yang tunggal, Yesus Kristus, yang kemudian wafat di kayu salib guna menebus dosa-dosa kami. Kami sungguh berniat untuk meninggalkan hidup kami yang dipenuhi dosa. Tolonglah kami agar dapat menghasilkan buah yang berguna untuk kemajuan Kerajaan-Mu di dunia. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 13:1-9), bacalah tulisan yang berjudulSUMBER SEKALIGUS TUJUAN AKHIR DARI SEMUA KARUNIA KITA ADALAH YESUS KRISTUS” (bacaan tanggal 24-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 26-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 22 Oktober 2020 [Peringatan Fakultatif S. Yohanes Paulus II, Paus] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MEMPERLAKUKAN SESAMA KITA DENGAN ADIL

MEMPERLAKUKAN SESAMA KITA DENGAN ADIL

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIX – Jumat, 23 Oktober 2020)

Peringatan Fakultatif S. Yohanes dr Kapestrano, Imam

Keuskupan TNI-POLRI: Pesta S. Yohanes dr Kapestrano, Imam – Pelindung Para Pastor/Perawat Rohani Angkatan Bersenjata

Keluarga Kapusin [OFMCap. & OSCCap.]: Peringatan Wajib S. Yohanes Kapestrano

OSU: Peringatan Wajib Beata Klotilde Angela, dkk. – Para Martir Ursulin dr Valenciennes

Yesus berkata lagi kepada orang banyak, “Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: “Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?

Mengapa engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.” (Luk 12:54-59)

Bacaan Pertama: Ef 4:1-6; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-4ab,5-6

Dengan cara sendiri-sendiri, mereka yang ada ditengah-tengah orang banyak sebenarnya tahu bagaimana memahami dan menanggapi jalannya peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekeliling mereka. Awan akan mendatangkan hujan; angin selatan berarti panas terik. Dalam kedua situasi tersebut tidak sulitlah untuk mengetahui jenis pakaian apa yang akan kita kenakan atau bagaimana merencanakan kegiatan-kegiatan kita. Masalahnya adalah, bahwa orang-orang mau menanggapi dengan baik segala peristiwa alam yang berlangsung dalam hidup mereka, namun tidak mau memberikan tanggapan terhadap peristiwa-peristiwa yang bersifat adikodrati, beberapa di antaranya malah jauh lebih jelas dan dapat diandalkan daripada ramalan-ramalan cuaca.

Yesus bertanya mengapa mereka tidak dapat memahami “zaman ini” se-akurat seperti mereka dapat memahami hal-ikhwal cuaca atau keperluan-keperluan sehubungan dengan tindakan hukum (Luk 12:56). Ada dua kata dalam bahasa Yunani yang berarti ‘waktu’. Yang pertama adalah kronos (ingat kata kronologi) yang adalah waktu dalam arti sehari-hari. Ada lagi satu kata, yaitu kairos, yang dalam Perjanjian Baru sering dimaksudkan sebagai suatu waktu spesifik yang ditetapkan Allah sendiri. Tanda-tanda zaman ada di sekeliling orang-orang Yahudi: roti yang diperlipat-gandakan, orang lumpuh dapat berjalan, orang buta dibuat melihat lagi, para pendosa melakukan pertobatan, dan Kabar Baik juga disebar-luaskan. Yesus sendiri berdiri di tengah-tengah umat sebagai suatu manifestasi kasih dan kuasa Bapa surgawi. Bagaimana seseorang yang dikelilingi dengan tanda-tanda heran sedemikian, tidak terdorong untuk memeriksa keterbukaan dirinya terhadap karya Allah yang dilihatnya berlangsung di depan matanya? Bukankah ini kairos Tuhan?

Seperti juga pada zaman Yesus dulu, hari ini tanda-tanda yang sama ada dan berlangsung di sekeliling kita. Seluruh dunia telah ditransformasikan oleh kebangkitan Kristus dan pencurahan Roh Kudus. Tanda-tanda heran ada di sana, asal saja kita mau membuka mata (hati) kita. Mukjizat-mukjizat dan berbagai keajaiban terjadi: kesembuhan-kesembuhan batin maupun fisik terjadi manakala anak-anak Allah yang dipimpin Roh melibatkan diri, relasi-relasi yang sudah berantakan dapat dipulihkan kembali, sukacita Kristiani yang sejati terungkap dalam diri mereka yang melibatkan diri dalam karya- karya karitatif, bermunculannya dorongan-dorongan batin yang asli untuk melakukan persekutuan dengan mereka yang beriman lain dari kita.

Pada tahun 2002, saya sempat menyaksikan bagaimana Bruder Severino Lee OFM dan beberapa saudara dina lain setiap hari dengan penuh sukacita melayani orang-orang miskin kota Seoul lewat “dapur umum” mereka yang bernama BETHLEHEM (artinya “rumah roti”, bukan?). Samasekali bukanlah upaya “Kristenisasi”, tetapi sekadar melayani “wong cilik” dengan hati yang tulus sebagai sesama yang sederajat, seperti telah dicontohkan oleh Bapak Fransiskus. Saudari dan saudaraku yang terkasih, Allah memang terus bekerja di tengah-tengah umat-Nya. Begitu banyak buktinya, asal saja kita mau melihat dan mendengarkan Dia. Inilah kairos Tuhan, jangan merasa ragu lagi!

Yesus mendesak para pendengar-Nya agar membaca tanda-tanda ini dan bertindak selagi masih ada waktu untuk itu (Luk 12:57-59). Perumpamaan tentang pergi ke pengadilan untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang ada, menunjuk kepada Allah dan penghakiman-Nya. Memperlakukan sesama kita dengan adil adalah tanggapan yang pantas terhadap apa yang dikehendaki Allah. Dengan melakukan hal itu, kita pun sebenarnya sedang menyiapkan diri untuk penghakiman-Nya kelak.

DOA: Bapa surgawi, dalam kerahiman-Mu Engkau telah menebusku dan membuka pintu surga bagiku. Oleh Roh-Mu, tolonglah aku agar mampu mengenali tanda-tanda kasih dan kuasa-Mu. Tunjukkanlah kepadaku bagaimana menanggapi undangan-Mu kepada kehidupan sejati. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Ef 4:1-6), bacalah tulisan yang berjudul “SEMUA ORANG KRISTIANI DIPANGGIL UNTUK HIDUP SETURUT PANGGILAN YESUS KRISTUS” (bacaan tanggal 23-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tullisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 25-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 21 Oktober 2020 [OSU: HR S. Ursula, Perawan, Pelindung Tarekat]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS