PAULUS MEMBERITAKAN KERAJAAN ALLAH DI EFESUS

PAULUS MEMBERITAKAN KERAJAAN ALLAH DI EFESUS

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan VII Paskah – Senin, 13 Mei 2024)

Pfak SP Maria dr Fatima

Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajahi daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus. Di situ didapatinya beberapa orang murid. Katanya kepada mereka, “Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu percaya?” Akan tetapi, mereka menjawab dia, “Belum, bahkan kami belum pernah mendengar bahwa ada Roh Kudus.” Lalu kata Paulus kepada mereka, “Kalau begitu, dengan baptisan mana kamu telah dibaptis?” Jawab mereka, “Dengan baptisan Yohanes.” Kata Paulus, “Baptisan Yohanes adalah baptisan tobat dan ia berkata kepada orang banyak bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian daripadanya, yaitu Yesus.” Ketika mereka mendengar hal itu mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa lidah dan bernubuat. Mereka semua berjumlah kira-kira dua belas orang.

Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan berbicara dengan berani serta berdebat dengan mereka untuk meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah. (Kis 19:1-8)

Mazmur Tanggapan: Mzm 68:2-5ac,6-7ab; Bacaan Injil: Yoh 16:29-33 

Santo Paulus menjelaskan kepada para murid di Efesus perbedaan antara baptisan tobat dari Yohanes Pembaptis dan pembaptisan dalam Roh Kudus oleh Yesus. Walaupun para murid ini memahami realitas dosa dan kebutuhan akan pertobatan, mereka tidak mengenal Roh Kudus dan karunia hidup baru-Nya. Pandangan mereka tentang kesalehan hidup hanya terbatas pada upaya untuk tidak melanggar perintah Allah dan bertobat seandainya mereka terlibat dalam dosa. Mereka tidak tahu bahwa Injil juga mencakup kuat-kuasa Roh Kudus untuk mengangkat mereka kepada suatu cara hidup yang baru.

Dengan cara serupa, kita pun dapat mereduksi hidup Kristiani yang sekadar menjauhi kesulitan, mencoba untuk berbuat kebaikan, dan bertobat apabila kita bersalah. Namun sebenarnya Yesus memanggil kita untuk terlibat dalam suatu misi yang jauh lebih besar dalam dunia ini. Misi apakah ini? Secara sederhana: Yesus! Di mana pun Allah menempatkan anda: dalam komunitas religius anda, dalam keluarga anda, di tempat kerja anda, di sekolah, di paroki anda, di lingkungan anda, di kawasan tempat tinggal anda.

Inilah tantangan-tantangannya: Untuk mengasihi pada saat kita tidak terdorong untuk mengasihi, dan melayani ketika kita tidak merasa bahwa hal tersebut membutuhkan rahmat dari Roh Kudus. Kasih memerlukan hikmat-kebijaksanaan dan kreativitas –kualitas-kualitas yang tidak pernah kita miliki secara mencukupi. Roh Kudus ingin memperluas kemampuan-kemampuan kita dengan karunia hikmat, karunia membeda-bedakan roh, dan karunia iman, sehingga dengan demikian kita dapat menemukan jalan terbaik untuk membangun satu sama lain dalam kasih sejati. Ajaran Gereja tetap sama, yaitu bahwa hanya oleh kuat-kuasa Roh Kudus kita dapat memenuhi misi yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kita masing-masing.

Apakah anda melihat diri anda sebagai seorang pribadi dengan suatu misi? Tidakkah anda mengetahui bahwa Yesus telah memberi “amanat agung” kepada anda untuk membangun Kerajaan-Nya. Janganlah perkenankan Iblis membuat anda memusatkan perhatian atas dosa-dosa anda! Juga janganlah memperkenankan diri anda disibukkan dengan upaya untuk melakukan setiap hal secara sempurna! Semakin banyak kita bereksperimen dengan karunia-karunia Roh dan membawa kasih Yesus dan kehadiran-Nya ke tengah dunia, semakin banyak pula kita menemukan diri kita secara alamiah diangkat kepada takhta Allah.

DOA: Datanglah Roh Kudus dan penuhilah diri kami dengan kehadiran-Mu. Tolonglah kami agar mau dan mampu membuang berbagai penghalang terhadap karya-Mu dalam hidup kami masing-masing. Kami berketetapan hati untuk mengandalkan kuat-kuasa-Mu dan menggunakan berbagai karunia yang telah Kauberikan kepada kami untuk melakukan kebaikan bagi sesama kami. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 16:29-33), bacalah tulisan yang berjudul “” (bacaan tanggal 13-5-24) dalam situs/blog SANG SABDA  http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-05 BACAAN HARIAN MEI 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 22-5-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 12 Mei 2024 (HARI MINGGU PASKAH VII – TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PARA MURID KRISTUS DIUTUS KE TENGAH DUNIA

PARA MURID KRISTUS DIUTUS KE TENGAH DUNIA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU PASKAH VII [TAHUN B] – 12 Mei 2024)

Hari Minggu Komunikasi Sedunia

OSF Sibolga: HR Margareta Bloching/Pendiri Tarekat, Perawan

Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya digenapai yang tertulis dalam Kitab Suci. Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu itulah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran. (Yoh 17:11b-19)

Bacaan Pertama: Kis 1:15-17,20a,20c-26; Mazmur Tanggapan: Mzm 103:1-2,11-12,19-20ab; Bacaan Kedua: 1Yoh 4:11-16

Kata kunci dari ketiga bacaan Kitab Suci pada hari ini kiranya adalah “perutusan”. Dalam bacaan pertama yang diambil dari “Kisah para Rasul”, dari dua orang calon, Matias terpilih lewat undi untuk menggantikan Yudas Iskariot, dan ia pun ditambahkan kepada sebelas orang rasul. Kita dapat mengatakan di sini bahwa Matias telah berhasil lulus dari tingkat seorang pengikut biasa dan sekarang menjadi anggota kelompok terpilih, yang terdiri dari 12 orang rasul – mereka yang diutus Kristus sendiri untuk menggantikan-Nya (Kis 1:26).

Dalam bacaan kedua, Yohanes menulis dengan jelas: “Kami telah melihat dan bersaksi bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia” (1Yoh 4:14). Dalam bacaan Injil yang menjadi setting-nya adalah Perjamuan Terakhir sebelum kematian Kristus. Sampai saat itu, para rasul telah diajar oleh Tuhan Yesus. Akan tetapi,  setelah kenaikan-Nya ke surga adalah giliran para rasul untuk pergi ke luar dan mengajar orang-orang lain. “Doa Imam Agung” Yesus Kristus pada Perjamuan Terakhir antara lain berbunyi sebagai berikut: “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, firman-Mu itulah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia” (Yoh 17:17-18).

Seperti Matias dan para rasul lainnya, kita pun diutus ke tengah dunia. Untuk inilah kita telah dikuduskan lewat baptisan dan diberi amanat lewat sakramen penguatan. Kita pun diutus untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Untuk inilah kita diajar Tuhan setiap hari Minggu lewat bacaan-bacaan Kitab Suci dan diperkuat dengan Ekaristi.

Semua ini merupakan sumber keyakinan bagi kita semua!. Dalam Perjamuan Terakhir Yesus mengetahui sekali betapa lemah dan rentannya para rasul. Namun demikian, Ia membuat tindakan iman yang berani dalam kemampuan mereka untuk memproklamasikan Injil-Nya. Demikian pula, Yesus mengetahui betapa lemah kita ini. Namun demikian Ia membuat suatu tindakan iman yang berani atas diri kita. Dalam doa-Nya, seakan-akan Ia berkata: “Bapa, Aku tahu bahwa mereka dapat melakukannya. Janganlah mengambil mereka dari tanggung jawab mereka di rumah atau dari kesempatan-kesempatan untuk berkarya. Sebaliknya, utuslah mereka ke tengah dunia guna menghadapi isu-isu hari ini dan untuk mentransformasikan alam semesta.”

Ini sungguh merupakan tugas yang besar – kita diutus ke tengah dunia untuk mengubahnya! Bukan untuk melarikan diri dari masalah-masalah kemiskinan, penindasan, ketidakadilan, kekerasan dlsb. dalam masyarakat, melainkan untuk menerjunkan diri kedalamnya dan melibatkan diri dalam perbaikan “nasib” orang-orang kecil pada umumnya serta ikut memberikan solusi atas masalah-masalah yang ada dengan cara-cara sesuai karunia yang diberikan Allah kepada kita masing-masing. Tugas kita sebagai utusan Kristus bukanlah untuk menghakimi dunia karena dosa-dosanya, melainkan untuk menyelamatkannya; bukan untuk meninggalkan orang-orang berdosa, melainkan untuk menebus mereka; bukan untuk menolak lembaga-lembaga yang ada, melainkan untuk ikut memperbaharuinya. Untuk tugas besar inilah kita diutus ke tengah dunia – untuk menghadapinya, untuk mempengaruhinya lewat kepimpinan yang melayani, dan untuk mengubahnya menjadi lebih baik. Yesus mengingatkan kita bahwa tujuan kita dalam kehidupan ini bukanlah sekadar suatu private affair – pengudusan kita sendiri; melainkan juga suatu masalah sosial, yaitu transformasi dunia.

Pada akhir Perayaan Ekaristi, kita juga akan diutus ke tengah dunia – untuk menantangnya dan mengubahnya menjadi lebih baik. Apabila Kristus percaya kepada kita, apa lagi yang harus kita lakukan selain pergi dengan penuh keyakinan atas individualitas dan kemampuan kita yang unik?

DOA: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau sungguh memiliki rasa percaya untuk mengutus kami ke tengah dunia untuk mewartakan Kabar Baik-Mu. Dengan ini kami mengikat diri kami kepada-Mu dan rencana-Mu bagi kami. Kami percaya bahwa Engkau senantiasa bersama kami dalam setiap situasi yang kami hadapi. Tuhan Yesus, lindungilah kami dengan nama-Mu dan darah-Mu yang Mahakudus; terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 17:11b-19), bacalah tulisan yang berjudul “SEBAGAI PARA MURID YESUS, KITA JUGA DIUTUS KE TENGAH DUNIA” (bacaan tanggal 12-5-24) dalam situs/blog

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama  untuk bacaan tanggal 16-5-21 situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 11 Mei 2024 [Pw/Pfak S. Ignatius dr Laconi, Biarawan Ordo I Kapusin]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENGAPA BEGITU PENTING BAGI YESUS BAHWA PARA MURID-NYA MEMAHAMI BAPA SURGAWI?

MENGAPA BEGITU PENTING BAGI YESUS BAHWA PARA MURID-NYA MEMAHAMI BAPA SURGAWI?

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan VI Paskah – Sabtu, 11 Mei 2024)

Keluarga Besar Fransiskan: Pw/Pfak S. Ignatius dr Laconi, Biarawan Ordo I Kapusin

Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.

Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu. Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Tidak Aku katakan kepadamu bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya bahwa Aku datang dari Allah. Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa.” (Yoh 16:23b-28)

Bacaan Pertama: Kis 18:23-28; Mazmur Tanggapan: Mzm 47:2-3,8-10

Pada “perjamuan terakhir” dengan para murid-Nya, Yesus mencurahkan isi hati-Nya selagi Dia berbicara dengan mereka tentang sifat relasi-Nya dengan Bapa surgawi. Sejak awal waktu, Yesus senantiasa bersukacita dalam kasih dan kesatuan yang dialami-Nya bersama Bapa-Nya, dan sekarang Ia mengatakan kepada para murid-Nya bahwa mereka semua juga dapat mengenal dan mengalami Allah dan kasih-Nya dengan cara yang sama: “Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu” (Yoh 16:24).

Mengapa begitu penting bagi Yesus bahwa para murid-Nya memahami Bapa surgawi? Mengapa Yesus sampai mengemukakan secara khusus pada perjamuan malam itu tentang pentingnya kasih yang bersifat pribadi dari Allah Bapa kepada mereka, dan kasih itu dapat diakses oleh mereka? Yesus mengetahui peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dalam beberapa hari mendatang. Ia mengetahui efek-efek apa saja yang akan terjadi atas diri masing-masing  sahabat-Nya yang disebabkan oleh penangkapan dan penyaliban diri-Nya oleh para lawan. Yesus memahami bahwa sementara niat-niat para murid-Nya itu baik, mereka tetap akan tergoncang dan mengalami pencobaan berat. Ia ingin mendorong dan menyemangati mereka agar sungguh berakar dalam Allah dan tetap bertahan dalam kehadiran-Nya agar mereka dapat tetap ditopang oleh kasih Bapa surgawi bagi mereka.

Yesus berbicara kepada para murid-Nya dengan cara yang langsung tanpa menggunakan kalimat-kalimat yang berliku-liku. Dia ingin agar mereka memahami bahwa para murid dapat menjalin suatu relasi dengan Allah Bapa yang akan memimpin mereka melalui hari-hari yang penuh badai. Dia ingin agar mereka belajar berseru kepada Allah sebagai Bapa dan mengalami kuat-kuasa kasih-Nya untuk mengangkat mereka dari kesusahan-kesusahan sehari-hari. Yesus bersabda: “Bapa sendiri mengasihi kamu” (Yoh 16:27).

Yesus juga mengucapkan kata-kata yang sama ini kepada kita pada hari ini. Apakah kita (anda dan saya) telah sampai pada pengenalan akan kebenaran yang mampu mengubah kehidupan ini? Allah memelihara dan memperhatikan kita dengan kelemah-lembutan walaupun seringkali dengan rasa sakit karena “kebandelan” kita. Oleh karena itu, dalam doa-doa kita, baiklah kita membayangkan diri kita sebagai anak-anak kecil di hadapan “seorang” Bapa ilahi. Marilah kita merasakan tatapan mata-Nya yang mendalam – namun penuh kasih – kepada kita selagi kita melangkah tertatih-tertatih untuk menghadap hadirat-Nya. Marilah kita mendengarkan Dia mengucapkan kata-kata yang mendorong dan menyemangati selagi kita melangkah maju untuk sampai kepada-Nya yang sedang merentangkan tangan-tangan-Nya lebar-lebar guna menyambut dan merangkul kita. Bayangkan diri kita digendong oleh-Nya dan diajak bermain dengan penuh gembira. Memang tidak mudahlah untuk membayangkan semua itu, namun inilah imaji (gambaran) dari Allah, Bapa kita semua, yang sungguh telah mengenal kita sebelum dunia dimulai.

DOA: Bapa surgawi, buatlah kami masing-masing menjadi seorang anak kecil dan mengalami dengan sukacita kasih-Mu kepada kami masing-masing. Tunjukkanlah kepada kami keindahan dari rangkulan-Mu yang penuh kehangatan. Tolonglah diri kami agar mau dan mampu untuk sharing kasih-Mu dengan setiap orang yang kami jumpai, sehingga mereka pun dapat mengenal dan mengalami relasi yang akrab yang ingin Kaumiliki dengan semua anak-Mu. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Perantara kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 16:23b-28), bacalah tulisan yang berjudul  “IMAN SEBESAR BIJI SESAWI” (bacaan tanggal 11-5-24) dalam situs/blog SANG SABDA http:/sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-05 BACAAN HARIAN MEI 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dr tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 20-5-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 10 Mei 2024 [Pfak S. Yohanes dr Avila, Imam Pujangga Gereja]  

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SEBUAH PARADOKS

SEBUAH PARADOKS

 (Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan VI Paskah – Jumat, 10 Mei 2024)

Pfak S. Yohanes dr Avila, Imam Pujangga Gereja

OSF: Hari Berdirinya Tarekat

SSCC: Pw S. Damianus de Veuster, Imam, Pahlawan Penderita Kusta di Pulau Molokai

HARI PERTAMA NOVENA PENTAKOSTA

Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari kamu. Pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku. (Yoh 16:20-23a)

Bacaan Pertama: Kis 18:9-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 47:2-7

Yesus bersabda: “… dukacitamu akan berubah menjadi sukacita”  (Yoh 16:20).

Bagaimana kita menjelaskan sukacita para kudus yang berada di bawah penderitaan karena penganiayaan, penindasan dll.? Bagaimana kita (anda dan saya) dapat menjelaskan perasaan Santo Paulus ketika dia bergembira di tengah-tengah segala kesulitan dan penderitaannya? Di mana letak kelucuannya, dalam penderitaan dan pencobaan yang dihadapi para kudus? Bagaimana seorang martir  dapat mempersembahkan dirinya dengan penuh sukacita?

Kita harus melakukan investigasi atas “humor ilahi” para kudus. Lagipula, apa sih yang dapat membuat sesuatu menjadi lucu? Apa yang menyebabkan kita tertawa? Mengapa kita tertawa melihat seorang laki-laki kerdil sedang berjalan bergandengan tangan dengan seorang perempuan yang tegap dan bertubuh tinggi? Yang lucu kiranya adalah karena ketiadaan proporsionalitas antara kedua orang itu. Ngak cocok! Nah, humor seringkali bertumbuh karena adanya sesuatu yang tidak proporsional.

Inilah yang dinamakan “humor ilahi” para kudus. Ini adalah paradoks yang dikatakan Yesus ketika Dia berbicara kepada para murid-Nya, “dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.” Para kudus melihat ini sebagai suatu lelucon ilahi: mereka menyadari begitu sedikit yang mereka harus bayar untuk memperoleh Kerajaan Surga. Mereka bergembira penuh sukacita karena mereka telah menemukan sesuatu yang sangat bernilai dengan “harga” yang sangat murah. Memang di sana sini para murid Yesus menghadapi penghinaan, pengejaran, penganiayaan, penindasan dan sejenisnya, malah ada curahan darah yang berharga – namun semua itu dapat dikatakan murah harganya, dengan kata lain tidak ada artinya apabila dibandingkan dengan surga penuh kemuliaan yang telah disediakan oleh Bapa. Seandainya Yesus bertanya kepada kita, apakah yang dapat kita berikan sebagai sebagai pengganti jiwa kita, maka jawaban apakah yang dapat kita berikan kepada-Nya? Paling-paling kita hanya dapat tertawa (nyengar-nyengir), karena apakah yang dapat ditukarkan dari pihak kita dengan keselamatan yang diberikan oleh-Nya?

Barangkali hanya para kudus yang dapat sungguh-sungguh mentertawai segala penderitaan dan kesulitan hidup yang mereka alami. Mengapa? Karena hanya merekalah yang dapat melihat dan sungguh menyadari bahwa segala penderitaan dan kesulitan hidup itu sungguh kecil, sungguh tidak proporsional, dengan apa yang akan mereka peroleh. Para kudus ini mampu berkata seperti Santo Paulus: “… aku yakin bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Rm 8:18).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau mengatakan bahwa segala dukacita kami akan berubah menjadi sukacita. Engkau berjanji untuk menunjukkan kepada kami kemuliaan yang telah Kausediakan bagi mereka yang dapat tertawa karena menyadari betapa sedikit dan kecilnya harga yang diminta dari kami untuk membayar semua yang akan kami peroleh itu. Terpujilah nama-Mu selalu, ya Yesus, Tuhan dan Juruselamat kami! Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 16:20-23a), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS BERJANJI KEPADA PARA PARA MURID-NYA BAHWA DIA AKAN BERTEMU DENGAN MERELA LAGI” (bacaan tanggal 10-5-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-05 BACAAN HARIAN MEI 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 19-5-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 9 Mei 2024 [HARI RAYA KENAIKAN TUHAN – TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ALLAH TELAH NAIK DENGAN DIIRINGI SORAK SORAI, YA TUHAN ITU, DENGAN DIIRINGI BUNYI SANGKAKALA

ALLAH TELAH NAIK DENGAN DIIRINGI SORAK-SORAI, YA TUHAN ITU, DENGAN DIIRINGI BUNYI SANGKAKALA

(Bacaan Kedua Misa Kudus, HARI RAYA KENAIKAN TUHAN [Tahun B] – Kamis, 9 Mei 2024)

Aku meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: Betapa kaya kemuliaan warisan-Nya kepada orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya yang besar, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di surga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. Segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan dia telah diberikan-Nya kepada  jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu. (Ef 1:17-23)

Bacaan Pertama: Kis 1:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 47:2-3.6-9; Bacaan Injil: Mrk 16:15-20

“Allah telah naik dengan diiringi sorak-sorai, ya TUHAN (YHWH) itu, dengan diiringi bunyi sangkakala.” (Mzm 47:6)

Allah Bapa di surga dengan tepat sekali memilih waktu dan tempat bagi kedatangan Yesus ke tengah dunia ini. Dalam mengutus Putera-Nya kepada umat manusia sebagai seorang bayi kecil, Ia menunjukkan kepada kita kuasa dari kerendahan-hati (kedinaan). Sementara Yesus mentaati kehendak Bapa, sebenarnya Bapa menunjukkan kepada kita kuasa luarbiasa dari “ketaatan” dan “kasih”. Dibebani oleh dosa-dosa dunia, sang “Anak Domba Allah” menanggung hukuman yang sebenarnya pantas dikenakan pada kita. Namun Yesus tidak musnah! Sang Anak Domba Allah yang tanpa noda mengalahkan dosa, maut dan Iblis. Dengan demikian, bersama Santo Paulus layaklah bagi kita untuk berterima kasih penuh syukur kepada Allah untuk “Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar” (Ef 1:17). Kita juga harus senantiasa bersyukur kepada Allah untuk kehebatan “kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya yang besar, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di surga” (Ef 1:19-20).

Gambaran terakhir yang dimiliki dunia tentang Putera Allah adalah seorang manusia yang dikhianati, disiksa, dijatuhi hukuman mati lewat penyaliban di bukit Golgota dan dikuburkan. Namun dengan mata iman, kita sekarang dapat melihat bahwa kehendak Bapa dipenuhi melalui Yesus (lihat Ef 1:20). Allah Bapa juga telah meletakkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus (Ef 1:22), dan Ia pun telah memberikan tempat di surga kepada Putera-Nya, sebuah tempat yang memang hanya diperuntukkan bagi-Nya (Ef 1:20-21).

Baiklah kita bersembah sujud di hadapan hadirat Allah karena Putera-Nya, Tuhan Yesus Kristus. Dalam kehidupan ini, kita mengalami berbagai pencobaan dan penderitaan, namun Allah senantisaa memberikan pengharapan kepada kita. Dengan gembira kita menantikan kedatangan kembali Juruselamat kita, pada saat keadilan akan menjadi kenyataan dan segala kesalahan akan dibuat benar. Kita semua merindukan kedatangan kembali Yesus, sang Juruselamat. Pantaslah bagi kita untuk bersama segala ciptaan senantiasa menyanyikan lagu pujian bagi Yesus Kristus selagi Dia sedang terangkat tinggi di atas awan.

Marilah kita mohon kepada Tuhan Yesus Kristus – Raja segala raja – untuk memberdayakan kita agar mampu membawa karunia keselamatan kepada semua orang yang hidup di sekeliling kita. Kita juga pantas untuk memohon kepada Yesus, semoga keajaiban dari kenaikan-Nya ke surga memenuhi diri kita dengan pengharapan, semoga memperkuat kita untuk mewartakan Kabar Baik-Nya, a.l. bahwa Dia memang kini memerintah dalam kemuliaan di sisi sebelah kanan Allah Bapa!

Di atas segalanya, marilah kita menghaturkan terima kasih kita kepada Yesus dengan penuh syukur karena walaupun kita pantas dihukum karena dosa-dosa kita, Dia sudi menjadi penebus kita. Yesus menyelamatkan kita dari hukuman yang memang pantas untuk ditimpakan pada diri kita. Bahkan pada saat-saat kita sedang terjebak tak berdaya di dalam jurang dosa, Yesus tetap mengasihi kita. Itulah Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita, yang kenaikan-Nya ke surga kita rayakan pada hari ini.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau telah memberikan kepada kami segala hal yang ada di surga sebagai para pewaris surga bersama-Mu. Kami mengetahui bahwa kami tidak akan pernah mampu untuk membayar kembali karunia yang sedemikian. Dengan rendah hati dan penuh syukur kami menyerahkan hidup kami kepada-Mu, agar dengan demikian kami dapat bersatu dengan Engkau, sekarang dan selamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 16:15-20), bacalah tulisan yang berjudul “KENAIKAN TUHAN KITA KE SURGA” (bacaan tanggal 9-5-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-05  BACAAN HARIAN MEI 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 13-5-21 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 8 Mei 2024 [OFMCap: Pfak B. Yeremias dr Salakhia]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

JIKALAU KITA MENURUTI PERINTAH YESUS, KITA AHAN TINGGAL DI DALAM KASIH YESUS

JIKALAU KITA MENURUTI PERINTAH YESUS, KITA AKAN TINGGAL DI DALAM KASIH YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pw S. Atanasius, Uskup Pujangga Gereja – Kamis, 2 Mei 2024)

“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacitamu menjadi penuh.” (Yoh 15:9-11)

Bacaan Pertama: Kis 15:7-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-3,10

Yesus berjanji bahwa apabila kita tinggal dalam kasih-Nya dan mentaati perintah-perintah-Nya, maka kita akan memperoleh sukacita. Apakah yang dimaksudkan oleh Yesus adalah bahwa kita akan selalu tersenyum dan merasa nyaman dan baik-baik saja? Bukan begitu maksudnya! Sukacita yang diinginkan Yesus bagi kita berakar pada keyakinan kita yang teguh akan kasih-Nya. Sukacita ini didasarkan pada pengetahuan bahwa Yesus mencurahkan darah-Nya yang kudus – tetes demi tetes – untuk menyelamatkan kita dari dosa dan membawa kita ke dalam terang-Nya.

Sukacita sejati adalah suatu karunia/anugerah yang kita alami pada saat rahmat ketika kita dihadapi oleh ketidakmampuan untuk untuk hidup seturut kehendak Allah, dan kemudian mengambil keputusan untuk menyerahkan diri kita kepada Yesus. Ini adalah suatu sukacita yang kita alami pada saat Roh Kudus memampukan kita untuk mengenali dosa-dosa kita dan kemudian memohon kepada Tuhan agar mengampuni dosa-dosa tersebut – dan mendengar Ia berkata kepada kita: “Dosa-dosamu telah diampuni. Jangan berbuat dosa lagi!”

Sukacita ini mampu mengatasi setiap keterbatasan dalam hidup kita. Barangkali kita begitu “terperangkap” dalam rumah dengan seorang anak yang sakit berkepanjangan, atau bekerja “terlampau” keras sehingga sungguh menguras pikiran dan energi kita karena harus menyelesaikan tugas kita sesuai dengan jadual yang sudah ditentukan, atau kita sedang meringkuk di dalam penjara karena tindakan pidana yang kita lakukan. Namun sukacita kita karena mengetahui dan mengalami kasih Allah itu adalah jauh lebih besar daripada kendala-kendala yang kita alami dalam contoh-contoh seperti disebutkan di atas tadi.

Karena kasih-Nya kepada kita, Putera Tunggal Bapa surgawi diutus ke tengah-tengah dunia, menjadi seorang manusia seperti kita semua. Dia membiarkan diri-Nya diperlakukan sebagai seorang terpidana mati, sehingga dengan demikian kita dapat dibebaskan dari semua dosa kita. Tidak ada apapun atau siapapun yang dapat merusak sukacita yang disebabkan oleh karena dikasihi seperti itu!

Apabila kita tinggal dalam Kristus, hidup-Nya mengalir dari kedalaman hati kita. Untuk mengetahui bahwa kita dikasihi, untuk merasa yakin bahwa Allah tidak menahan-nahan rahmat dan belas kasih-Nya – hal ini malah menempatkan situasi yang paling gelap sekali pun dalam suatu terang yang baru. Selagi kita berdiam dengan Tuhan, maka sukacita-Nya secara gradual akan meresapi diri kita. Selagi kita belajar untuk menaruh kepercayaan kepada-Nya, selagi kita berbalik kepada-Nya dengan segala dosa dan kegagalan kita, maka pengetahuan tentang kesetiaan-Nya akan  bertumbuh dalam hati kita dan mengubah kita. Langkah-langkah kita akan menjadi ringan dan ketenangan dalam sikap dan kelakuan kita yang mencerminkan kehadiran-Nya bersama kita juga akan terlihat oleh orang-orang lain.

Saudari dan Saudaraku, ada satu hal yang tidak pernah boleh kita lupakan. Apa pun keadaaan yang kita (anda dan saya) hadapi, keadaan tersebut tidak perlu sempurna bagi kita untuk mengetahui dan mengalami sukacita ini. Kasih-Nya senantiasa jauh lebih besar daripada setiap keadaan yang kita hadapi, bahkan lebih besar daripada hati kita sendiri!

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku menerima hidup yang telah Engkau menangkan bagi diriku. Penuhilah hatiku dengan kasih-Mu, sehingga dengan demikian aku dapat men-sharing-kan sukacita-Mu dengan setiap orang yang ada di sekelilingku. Terpujilah nama-Mu sepanjang segala masa. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hai ini (Yoh 15:9-11), bacalah tulisan yang berjudul “RESOLUSI KONFLIK DALAM GEREJA PERDANA” (bacaan tanggal 2-5-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-05 BACAAN HARIAN MEI 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan juful sama untuk bacaan tanggal 11-5-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 1 Mei 2024 [Pfak S. Yusuf Pekerja]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ALLAH TELAH MELAKUKAN SEGALA SESUATU YANG DIPERLUKAN AGAR KITA DAPAT BERDAMAI DENGAN DIRI-NYA

ALLAH TELAH MELAKUKAN SEGALA SESUATU  YANG DIPERLUKAN AGAR KITA DAPAT BERDAMAI DENGAN DIRI-NYA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Paskah – Rabu, 1 Mei 2024)

Pfak S. Yusuf Pekerja

Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara seiman di situ, “Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.” Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya  ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan persoalan itu.

Mereka diantar oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan melalui Fenisia dan Samaria dan menceritakan tentang pertobatan orang-orang bukan Yahudi. Hal itu sangat menggembirakan hati saudara-saudara seiman di situ. Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceritakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka. Tetapi beberapa orang dari aliran Farisi, yang telah menjadi percaya, berdiri dan berkata, “Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa.” (Kis 15:1-6)  

Mazmur Tanggapan: Mzm 122:1-5; Bacaan Injil: Yoh 15:1-8

Menurut adat-istiadat Yahudi, orang-orang Yahudi tidak diperbolehkan mengundang orang-orang non-Yahudi (kafir) masuk ke dalam rumah-rumah mereka, dan mereka pun tidak diperbolehkan untuk mengunjungi rumah-rumah orang non-Yahudi termaksud. Walaupun orang-orang Yahudi hidup di tengah-tengah orang-orang non-Yahudi dan bertemu dengan mereka secara bebas di tempat-tempat umum, mereka tidak bersosialisasi dengan mereka, karena orang-orang non-Yahudi itu tidak mengikuti peraturan-peraturan Yahudi tentang kemurnian ritual seturut hukum Musa. Hal ini merupakan masalah riil yang dihadapi oleh Gereja perdana, yang terdiri dari campuran orang-orang Yahudi dan orang-orang non-Yahudi. Bagaimana mereka dapat beribadat secara komunal atau berbagi roti dan anggur pada meja Tuhan atau mengasosiasikan diri satu sama lain sebagai anggota-anggota satu komunitas-kasih yang sama?

Di Antiokhia, banyak orang non-Yahudi telah menjadi Kristiani. Kemudian datanglah dari Yerusalem sejumlah orang Kristiani Yahudi yang mengajarkan bahwa kesatuan dan persatuan hanya dapat tercapai apabila umat Kristiani yang non-Yahudi menjadi Yahudi (disunat). Paulus dan Barnabas sangat menentang pandangan ini, karena jelas dengan demikian hukum Musa dinilai lebih penting daripada rahmat Kristus untuk terwujudnya relasi dengan Allah.

Kontroversi ini mungkin kelihatan “kuno” dan “tidak relevan” bagi kita yang hidup pada abad ke-21. Namun berita bahwa Allah secara bebas membuat hubungan kita dengan diri-Nya menjadi benar melalui iman-kepercayaan kita kepada Yesus sungguh merupakan sesuatu yang sama-sama mengejutkan dan tidak mudah diterima, baik oleh orang-orang pada zaman modern ini maupun oleh orang-orang yang hidup di Palestina 2.000 tahun lalu. Kenyataan bahwa Allah yang Mahakuasa mengampuni semua dosa kita hanya karena Putera-Nya mati di kayu salib sebagai tebusan bagi kita sungguh merupakan sebuah misteri yang tidak mudah diterima oleh akal kita. Kita tergoda untuk menambah sesuatu dari pihak kita sendiri, misalnya melakukan tindakan pertobatan (mati raga, laku tapa dlsb.) guna “membujuk” Allah agar mau berdamai dengan kita. Akan tetapi, kabar baiknya adalah Allah telah melakukan segala sesuatu yang diperlukan agar kita dapat berdamai dengan diri-Nya  …… cintakasih-Nya yang tanpa batas, rahmat-Nya yang berkelimpahan! Yang diminta oleh Allah dari kita hanyalah iman-kepercayaan akan karunia bebas cintakasih-Nya.

Sementara kita harus berjuang terus melawan dosa, pertempuran kita yang paling berat adalah dalam hal iman ini: Maukah kita mengandalkan diri pada apa yang dilakukan Yesus di bukit Kalvari? Dapatkah kita percaya bahwa di atas kayu salib Yesus telah menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi jalan kita untuk bertemu dengan Allah? Kita tidak perlu membujuk-bujuk Allah agar berbelas kasih terhadap kita. Kalau kita mencoba untuk melakukan hal seperti itu, maka kita sebenarnya mengurangi – malah meniadakan – arti dari pengorbanan yang dilakukan Yesus di kayu salib. Oleh karena itu, marilah kita memohon kepada Roh Kudus agar memperluas pengalaman kita akan belas kasih Allah. Marilah kita mohon kepada-Nya agar meluluhkan hati kita dan menggerakkan kita untuk menaruh dosa-dosa kita di hadapan-Nya.

DOA: Bapa surgawi, Allah yang berbelas kasih, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu untuk cintakasih –Mu yang penuh misteri kepada diri kami masing-masing. Engkau telah menyediakan segala sesuatu yang kami perlukan untuk menyenangkan-Mu dalam Putera-Mu, Yesus Kristus. Yesus adalah sumber kehidupan bagi semua orang yang mengasihi Engkau. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 15:1-8), bacalah tulisan yang berjudul “KITA DIUNDANG OLEH YESUS UNTUK TINGGAL DI DALAM DIA” (bacaan tanggal 1-5-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-05 BACAAN HARIAN MEI 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 10-5-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 30 April 2024 [Pfak S. Pius V, Paus]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

DAMAI SEJAHTERA-KU KUBERIKAN KEPADAMU

DAMAI SEJAHTERA-KU KUBERIKAN KEPADAMU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Paskah – Selasa, 30 April 2024)

Pfak S. Pius V, Paus

Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu, Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar daripada Aku. Sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang. Ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku, tetapi dunia harus tahu bahwa aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku. (Yoh 14:27-31a)

Bacaan Pertama: Kis 14:19-28; Mazmur Tanggapan: 145:10-13ab,21

“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan dan gentar hatimu.” (Yoh 14:27)

Para rasul telah meninggalkan segalanya demi mengikut Yesus. Mereka berani untuk berpengharapan bahwa Yesus adalah sungguh sang Mesias yang dinanti-nantikan. Dengan demikian mereka dengan segala senang hati meninggalkan pekerjaan dan rumah tinggal mereka. Sekarang pemikiran bahwa Yesus akan meninggalkan mereka menyebabkan diri mereka dipenuh dengan kegalauan, ketidakpastian yang mencemaskan hati. Sebenarnya Yesus mau pergi ke mana? Mengapa mereka tidak dapat pergi bersama Yesus? Jika Yesus pergi, “nasib” mereka bagaimana? Jadi apakah mereka nanti? Bagaimana dengan janji Yesus untuk datang dengan Kerajaan-Nya? Cintakasih para murid kepada Yesus, dengan demikian pemahaman tentang identitas Yesus dan rencana-rencana-Nya bagi mereka, sungguh masih terlalu terbatas sehingga belum mampu menghibur diri mereka.

Untuk menghibur mereka, Yesus berupaya menjelaskan tujuan-tujuan-Nya bagi mereka: “Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar daripada Aku” (Yoh 14:27-28). Yesus menjelaskan bahwa Dia akan kembali kepada kemuliaan yang  yang telah dimiliki-Nya bersama Bapa sejak sediakala [sebelum dunia ada] (Yoh 16:28; 17:5). Yesus dan Bapa adalah satu; Dia mengasihi Bapa dan sepenuhnya berkomitmen untuk melakukan kehendak-Nya (Yoh 14:31). Yesus merasa yakin bahwa apabila para murid-Nya sungguh memahami kenyataan ini, maka mereka pun akan mengalami kedamaian dalam hati.

Bagaimana kiranya sesuatu yang terasa sebagai doktrin teologis yang abstrak ini  dapat menjadi suatu sumber penghiburan bagi kita? Ketika kita sampai pada kesadaran betapa erat sekali persatuan antara Yesus dengan Allah yang Mahakuasa, maka kita pun akan memahami betapa terjaminnya keselamatan kita semua melalui diri-Nya (Yesus). Tidak ada sesuatu pun yang palsu atau menyesatkan dalam diri Yesus. Yesus tidak memiliki agendanya sendiri, apalagi agenda tersembunyi, dan Dia bukanlah seorang pemimpi di siang hari bolong. Yesus adalah Putera Allah yang kekal. Hati-Nya hanya dipenuhi oleh keprihatinan-keprihatinan dan hasrat-hasrat Allah. Karena ketaatan-Nya kepada Allah Bapa, bahkan sampai mati di kayu salib (Flp 2:6-8), maka kita dapat merasa pasti bahwa penyelamatan-Nya sungguh tersedia bagi kita. Keselamatan kita dijamin oleh Allah sendiri!

Yesus telah memenangkan keselamatan bagi kita dan Ia mampu untuk menjaga keamanan kita terhadap ancaman berbagai gejolak dan kesulitan kehidupan dalam dunia ini. Inilah kebenaran tentang Yesus yang ingin ditanamkan oleh Roh Kudus dalam hati dan pikiran kita setiap hari (Yoh 14:26), untuk memberikan kepada kita suatu damai-sejahtera yang lebih besar daripada segala permasalahan dunia ini selagi kita dengan penuh pengharapan menanti-nantikan kedatangan-Nya kembali (Yoh 14:27).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu untuk kesetiaan dan ketaatan-Mu kepada kehendak Bapa surgawi; juga untuk kasih-Mu kepada kami masing-masing yang tak pernah luntur. Sukacita karena mengasihi-Mu jauh lebih baik daripada rasa damai yang bersifat sementara sebagaimana ditawarkan oleh dunia. Oleh karena itu, ya Tuhan Yesus, terimalah hati kami masing-masing yang kami persembahkan kepada-Mu pada hari ini. Kami sungguh mengasihi Engkau, ya Tuhan dan Juruselamat kami, sekarang dan sepanjang segala masa. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 14:27-31a), bacalah tulisan yang berjudul APA YANG DIMAKSUDKAN OLEH YESUS DENGAN KATA ‘DUNIA’ DALAM PENGAJARAN-NYA PADA PERJAMUAN TERAKHIR” (bacaan tanggal 30-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 9-5-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 29 April 2024 [Pw S. Katarina dr Siena, Perawan Perawan Pujangga Gereja]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KHOTBAH PAULUS DI ANTIOKHIA DI PISIDIA

KHOTBAH PAULUS DI ANTIOKHIA DI PISIDIA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Paskah – Jumat, 26 April 2024)

Hai Saudara-saudaraku, kamu yang termasuk keturunan Abraham dan juga kamu yang takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kita. Penduduk Yerusalem dan pemimpin-peimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat. Meskipun mereka tidak menemukan sesuatu yang dapat menjadi alasan untuk hukuman mati itu, namun mereka telah meminta kepada Pilatus supaya Ia dibunuh. Setelah mereka menggenapi segala sesuatu yang tertulis tentang Dia, mereka menurunkan dia dari kayu salib, lalu membaringkan-Nya di dalam kubur. Tetapi Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Selama beberapa waktu Ia menampakkan diri kepada mereka yang mengikuti Dia dari Galilea ke Yerusalem. Merekalah yang sekarang menjadi saksi-saksi-Nya bagi umat ini. Kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang tertulis dalam mazmur kedua: Engkaulah Anak-Ku! Aku telah menjadi Bapa-Mu pada hari ini. (Kis 13:26-33)

Mazmur Tanggapan: Mzm 2:6-11; Bacaan Injil: Yoh 14:1-6

Khotbah Paulus di sinagoga di Antiokhia di Pisidia (Kis 13:16-41) adalah khotbahnya yang pertama tercatat dalam Kitab Suci, dan merupakan satu-satunya khotbah Paulus yang dilaporkan oleh Lukas secara mendetil. Oleh karena itu, khotbah ini bersifat signifikan karena berisikan pesan sentral dari Injil seperti yang dipahami oleh Paulus dan umat Kristiani perdana. Dengan mempelajari isi khotbah Paulus ini kita dapat sampai pada pemahaman tentang apa artinya bagi kita untuk berbicara mengenai “kabar baik Injil”.

Paulus mengawali khotbahnya dengan mengingatkan para pendengarnya bagaimana Allah memimpin para nenek moyang mereka ke luar dari perbudakan di Mesir untuk menerima Tanah Terjanji sebagai warisan mereka. Paulus juga berbicara mengenai Raja Daud dan janji yang dibuat Allah bahwa seorang Juruselamat akan lahir dari keturunannya. Akhirnya dia menunjukkan bahwa apa yang telah diramalkan dalam Kitab Suci Ibrani (=Kitab Suci Perjanjian Lama) sekarang telah digenapi dalam diri Kristus. Paulus menyimpulkan isi khotbahnya dengan meringkaskan keseluruhan pesannya: “Kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus” (Kis 13:32-33).

Khotbah Paulus mungkin terdengar aneh di telinga mereka yang mendengarkan. Mereka dapat saja merasa terkejut berkaitan dengan kata-katanya tentang kebangkitan Yesus Kristus dan bagaimana peristiwa yang tidak biasa ini mewujudkan kesetiaan Allah pada janji-janji-Nya. Mereka percaya bahwa pada suatu hari Allah akan mengutus seorang Mesias, namun setiap Sabat mereka mendengar janji-janji ini dan tetap saja tidak melihat penggenapannya. Kemudian, ketika mendengar bahwa Mesias telah datang dan mati – hal ini sungguh terlalu berat bagi untuk mempercayainya …… that was too much to swallow!

Para pendengar khotbah Paulus juga dapat saja menjadi terkejut berkaitan dengan apa yang tidak dikatakan Paulus. Sebagai umat yang tunduk kepada Hukum, mereka tentunya mengharapkan Paulus berbicara tentang dosa-dosa yang spesifik, atau barangkali tentang rituale dan struktur, daripada sekadar memfokuskan perhatian sedemikian banyak atas belas kasih Allah yang begitu penuh kuat-kuasa. Sang Mesias tidak dimaksudkan untuk menghapuskan atau membatalkan Hukum, melainkan untuk menyempurnakannya!

Kabar baik dari Injil sama benarnya pada hari ini seperti ketika diproklamasikan oleh Yesus dan kemudian oleh Petrus, Paulus dan lain-lannya. Ini adalah Injil yang sama, yang telah mengubah hidup jutaan – kalau bukan miliaran – orang dari abad ke abad selama 2.000 tahun sejarah Gereja. Injil yang sama ini pula dapat mengubah hidup kita selagi kita merangkul kebenaran-kebenaran yang menakjubkan bahwa  “KRISTUS TELAH WAFAT, KRISTUS TELAH BANGKIT, KRISTUS AKAN DATANG KEMBALI”.

DOA: Bapa surgawi, banyak orang hari ini tetap melanjutkan pewartaan Injil Yesus Kristus dengan penuh semangat dan kejelasan seperti telah ditunjukkan oleh
Santo Paulus dalam bacaan hari ini. Berkatilah mereka dengan rasa nyaman-aman sejati, hikmat-kebijaksanaan, dan kekuatan, agar mereka dapat tetap setia dalam memproklamasikan kebenaran-kebenaran-Mu dalam nama Putera-Mu terkasih Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 14:1-6), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS ADALAH JALAN DAN KEBENARAN DAN HIDUP” (bacaan tanggal 26-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 5-5-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 25 April 2024 [Pesta S. Markus, Penulis Injil]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MARKUS: PENULIS INJIL YANG PALING TUA

MARKUS: PENULIS INJIL YANG PALING TUA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, PESTA SANTO MARKUS, Penulis Injil – Kamis, 25 April 2024)

Suster Misi Fransiskus S. Antonius (SMFA): Peringatan Misi Pertama SMFA masuk Indonesia

Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda [MTB] – Ordo III Regular S. Fransiskus: Hari Wafatnya Pendiri Tarekat

Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi memberi anugerah kepada orang yang rendah hati.” Karena itu, rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu bahwa semua saudara seimanmu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. Dan Allah, sumber segala anugerah, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. Dialah yang punya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.

Dengan perantaraan Silwanus yang kuanggap sebagai seorang saudara seiman yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu bahwa ini adalah anugerah yang benar-benar dari Allah. Berdirilah dengan teguh di dalamnya!

Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon dan juga dari Markus, anakku. Berilah salam seorang kepada yang lain dengan ciuman kudus. Damai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus. Amin. (1Ptr 5:5b-14)

Mazmur Tanggapan: Mzm 89:2-3,6-7,16-17; Bacaan Injil: Mrk 16:15-20

Pada hari ini, tanggal 25 April, Gereja merayakan pesta Santo Markus. Orang kudus ini adalah salah seorang dari umat Kristiani awal yang ikut ambil bagian dalam masa-masa yang sungguh exciting menyusul peristiwa Pentakosta Kristiani yang pertama, ketika penyebaran Kekristenan (Kristiani) dimulai ke segala penjuru dunia.

Markus menemani Paulus dan Barnabas pada perjalanan misioner mereka yang pertama, dan dia bergabung dengan Barnabas dalam perjalanan-perjalanan lainnya dan pergi ke Roma di mana dia bekerja dengan Petrus, yang memandang dirinya sebagai anaknya sendiri (lihat 1 Ptr 5:13). Menurut tradisi, Petruslah yang minta kepada Markus untuk menulis Injil yang dikenal sebagai “Injil Markus” itu.

Boleh dikatakan bahwa selama berabad-abad Injil Markus merupakan kitab Injil yang kurang diperhitungkan. Hal itu tentu saja disebabkan oleh bermacam-macam alasan. Dapat disebut misalnya: Injil Markus adalah yang paling pendek dari ke empat kitab Injil (terdiri dari 16 bab; bdk. Injil Matius yang terdiri dari 28 bab dst.) Hampir seluruh bahan yang ditemukan dalam Injil Markus ditemukan juga dalam Injil Matius dan/atau Injil Lukas. Maka dari sudut bahan, Injil Markus tidak mempunyai keistimewaan apa pun” (lihat I. Suharyo Pr, Pengantar Injil Sinoptik, Yogyakarta: Lembaga Biblika Indonesia/Penerbit Kanisius, 1989, hal. 49).

Sembilan belas abad lamanya Injil Markus ini sempat tidak/kurang dikenal karena Markus dipandang sebagai penulis Injil yang kurang berarti, naif, dan tak lebih daripada seorang tukang kumpul-cerita yang ditumpuk-tumpuk begitu saja tanpa rencana dan tujuan, meskipun diakui kelincahan caranya bercerita menggambarkan kisah kehidupan Yesus, Injilnya lama sekali tidak ada yang merasa perlu memberi komentar, bahkan paling kurang/sedikit disitir baik dalam tulisan-tulisan maupun dalam liturgi. Malah Injil Markus dianggap sebagai suatu ringkasan dari Injil Matius.

Namun sejak awal abad ke-20, hal ini mengalami perubahan total, sejak W. Wrede (seorang pakar Kitab Suci Kristen Protestan) pada tahun 1901 mengumumkan penemuannya yang baru mengenai analisis-teks dari struktur Injil Markus seperti yang kita kenal sekarang (lihat A. Brotodarsono SJ, “Indjil Santo Markus”, Yogjakarta: Majalah Bulanan untuk Kehidupan Rohani”, Tahun XIV, Nomor 4, Mei 1967).

Sekilas lintas saja, riwayat hidup singkat Markus ini sudah memberi kesan betapa “hebatnya” orang ini. Dia pernah menjadi asisten rasul-rasul agung! Namun, seperti kita, Markus juga hidup tidak tanpa pencobaan yang digunakan Allah untuk “melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan” (1 Ptr 5:10). Markus pergi meninggalkan Paulus dan Barnabas pada awal-awal perjalanan misioner yang pertama dan kemudian dia menjadi sumber ketegangan antara Paulus dan Barnabas (Kis 15:36-41).

Oh, betapa indahnya dan nyamannya apabila kita dapat mempelajari segala sesuatu yang kita perlukan dari pembacaan buku-buku, berbagai macam koran/majalah, atau tulisan-tulisan lewat internet di mana kita tidak perlu mengalami rasa sakit akibat komunikasi antar-pribadi, bukankah begitu? Namun, dalam hikmat-Nya, “Allah, sumber segala anugerah” (1 Ptr 5:10) mengajar kita kerendahan hati dengan memperkenankan pengalaman-pengalaman hidup yang terkadang sungguh pahit.

Allah melihat gambar besarnya dan pengetahuan-Nya tak mengenal batas (janganlah kita pernah mencoba-coba untuk membandingkan pengetahuan kita dengan pengetahuan sang Mahatahu). Allah mampu untuk mendatangkan berkat-berkat-Nya dalam situasi-situasi yang menurut penilaian kita sudah tidak berpengharapan. Allah mengggunakan setiap situasi untuk mendekatkan kita kepada diri-Nya, untuk menyiapkan diri kita dalam menghadapi peristiwa-peristiwa di masa depan, dan untuk menyatakan kasih-Nya kepada kita. Dia tidak pernah menguji kita melampaui kekuatan kita, dan ketika Dia memulihkan kita, kita tidak lagi  sama karena Dia telah “melengkapi, meneguhkan, menguatkan  dan mengokohkan kita” (1 Ptr 5:10).

Seringkali kita mencoba untuk mengambil jalan kita sendiri dalam kehidupan ini dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri saja. Ujung-ujungnya kita mendapatkan diri kita terjerat dalam kecemasan dan stres. Beberapa saat kemudian barulah kita menyadari bahwa kita telah membuang tenaga dan memeras otak kita untuk sesuatu yang “nol besar”, karena sesungguhnya Allah sudah bekerja dalam diri kita selama itu. Di sinilah perlunya bagi kita untuk belajar semakin berserah diri kepada-Nya, langkah demi langkah dalam kehidupan kita. Sukacita sejati kita alami selagi kita melihat Allah “mengangkat diri kita pada saat-Nya” dan “memulihkan kita” kepada damai-sejahtera-Nya setelah mengalami suatu periode yang penuh dengan ketegangan, rasa was-was, kegalauan, kekhawatiran, ketakutan dan sejenisnya. Seperti Santo Markus, marilah kita belajar untuk merendahkan diri kita di hadapan Allah dan menanti dengan sabar saat di mana Dia mengangkat kita.

Santo Markus ternyata tidak seperti yang diperkirakan sebelumnya. Markus bukanlah seorang penulis Injil yang kurang bermutu apabila dibandingkan para penulis Injil lainnya. Dia adalah penulis dari Injil yang tertua, yang ingin menampilkan wajah asli Yesus dari Nazaret yang sungguh Anak Allah. Ayat pertama dari Injil-nya berbunyi: “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah” (Mrk 1:1). Kemudian waktu kepala pasukan (tentara Romawi yang kafir) yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat-Nya menghembuskan napas terakhir seperti itu, berkatalah ia, “Sungguh orang ini Anak Allah!” (Mrk 15:39). Sungguh catatan kesaksian yang luarbiasa, mengingat bahwa Injil Markus ditujukan untuk jemaat di Roma.

DOA: Bapa surgawi, tolonglah kami mempercayai hasrat-Mu untuk mengajar kami dalam setiap situasi kehidupan kami. Kami mempersembahkan kepada-Mu kesulitan-kesulitan kami agar Engkau dapat menguatkan kami dan memenuhi diri kami dengan hidup-Mu sendiri. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Prnhantara kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (1Ptr 5:5b-14), bacalah tulisan yang berjudul “” (bacaan tanggal 25-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024)

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan ranggal 25-4-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 24 April 2024 [Pfak S. Fidelis dr Sigmaringen, Imam Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS