Posts from the ‘15-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2015’ Category

YESUS MELAYANI SEBAGAI SEORANG HAMBA

YESUS MELAYANI SEBAGAI SEORANG HAMBA

(Bacaan Injil Misa Kudus, TRI HARI PASKAH: KAMIS PUTIH – 2 April 2015)

washing_feet

Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu bahwa saat-Nya sudah tiba untuk pergi dari dunia ini kepada Bapa. Ia mengasihi orang-orang milik-Nya yang di dunia ini, dan Ia mengasihi mereka sampai pada kesudahannya. Ketika mereka sedang makan bersama, Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. Yesus  tahu bahwa Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah baskom dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Lalu sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya, “Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” Jawab Yesus kepadanya, “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” Kata Petrus kepada-Nya, “Engkau tidak akan pernah membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Jawab Yesus, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” Kata Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!” Kata Yesus kepadanya, “Siapa saja yang telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.” Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata, “Tidak semua kamu bersih.”

Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka, “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. (Yoh 13:1-15) 

Bacaan Pertama: Kel 12:1-8.11-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 116:12-13,15-18; Bacaan Kedua: 1Kor 11:23-26

Pada hari ini dimulailah Triduum (Tri Hari Suci) besar Paskah, tiga hari di mana kita menghidupkan kembali – dengan iman dan lewat liturgi – drama penyelamatan kita. Hari ini teristimewa adalah suatu hari yang dipenuhi dengan simbol-simbol dan tanda-tanda kenabian yang berbicara banyak sekali tentang kerahiman dan kasih Allah yang mengalir ke dalam hidup kita.

Dalam narasinya mengenai peristiwa pembasuhan kaki para murid oleh Yesus, Yohanes Penginjil memberikan kepada kita gambaran dari keseluruhan pesan Injil. Putera Allah yang mahasempurna, mahamurni dan mahakudus, tidak hanya menjadi seorang manusia, melainkan juga mengambil peranan sebagai seorang hamba agar dengan demikian Ia dapat membersihkan dan menyegarkan kita kembali. Dia merendahkan diri-Nya agar kita dapat diangkat. Ia mengambil posisi paling rendah – sampai titik kematian sebagai penjahat – agar dengan demikian kita dapat menjadi pewaris-pewaris Kerajaan Surga. Madah pujian yang mana atau macam apa yang dapat melukiskan kasih sedemikian? Bagaimana kita dapat membayar kembali utang seperti itu?

Seakan-akan pembasuhan kaki para murid-Nya tidak mencukupi, Yesus lalu mengambil satu langkah lebih jauh dengan menawarkan tubuh-Nya dan darah-Nya sendiri sebagai makanan dan minuman kepada mereka. Tindakan pembasuhan kaki para murid oleh Yesus secara profetis menunjuk kepada pengorbanan-karena-kasih yang akan diperbuat-Nya bagi kita. Tentang pemberian tubuh dan darah-Nya sendiri, di sini Yesus sebenarnya mengundang kita untuk berpartisipasi dalam penebusan kita. Dengan mengatakan, “Ambil dan makanlah, ambil dan minumlah,” Yesus sesungguhnya memanggil kita untuk meninggalkan dosa dan memperkenankan hidup-Nya menjadi hidup kita. Apakah kita akan mencicipi kebaikan-Nya, ataukah kita akan tetap “ngotot” mempertahankan kemandirian kita yang salah, yaitu mengandalkan pada kekuatan/sumber-daya yang kita miliki dalam mengurus hidup kita, dan tetap terisolasi dari kasih-Nya hari demi hari?

Hari Kamis Putih adalah hari yang baik bagi kita untuk mengingat kembali pesan Injil yang sangat mendasar: “Yesus tahu bahwa Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah”, maka di atas kayu salib Dia mempersembahkan hidup-Nya sebagai kurban pendamaian bagi kita. Yesus mengalami suatu kematian yang sebenarnya pantas bagi kita, manusia berdosa. Kematian-Nya mengalahkan kodrat kita yang cenderung berdosa dan membuat mungkin bagi kita untuk bangkit bersama Dia kepada suatu hidup baru. Masalahnya adalah apakah kita mengakui dan menerima kenyataan bahwa Yesus memberikan hidup-Nya untuk kita, anda dan saya? Apakah kita telah memperkenankan Dia membasuh kaki-kaki kita – untuk membebas-merdekakan diri kita dari dosa dan mengubah hati kita?

DOA: Yesus, Engkaulah Tuhan dan Juruselamatku. Tidak terbayangkanlah bagaimana Engkau merendahkan diri-Mu guna membasuh kaki-kakiku dan juga mempersembahkan diri-Mu sebagai kurban penebusan atas dosa-dosaku. Bersihkanlah hatiku dari segala hal yang menghalangi masuknya aliran kasih-Mu ke dalam hatiku itu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 13:1-15), bacalah tulisan  yang berjudul “SALAH SATU PENGAJARAN YESUS DENGAN LATAR BELAKANG PERJAMUAN TERAKHIR” (bacaan tanggal 2-4-15) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 15-04 BACAAN HARIAN APRIL 2015. 

Bacalah juga tulisan-tulisan yang berjudul “JIKALAU AKU TIDAK MEMBASUH ENGKAU, ENGKAU TIDAK MENDAPAT BAGIAN DALAM AKU” (bacaan tanggal 28-3-13), “MENGERTIKAH KAMU APA YANG TELAH KUPERBUAT KEPADAMU?” (bacaan tanggal 5-4-12) dan “IA MENGASIHI MEREKA SAMPAI KESUDAHANNYA” (bacaan tanggal 17-4-14), ketiganya dalam situs/blog PAX ET BONUM. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 17-4-14 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 31 Maret 2015

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

CARA PENDEKATAN PETRUS ATAU YOHANES?

CARA PENDEKATAN PETRUS ATAU YOHANES?

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI SELASA DALAM PEKAN SUCI – 31 Maret 2015

The-Last-Supper-xx-Francesco-Bassano

Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, salah seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya. Salah seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar di dekat-Nya, di sebelah kanan-Nya. Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata, “Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!” Lalu murid yang duduk dekat Yesus berpaling dan berkata kepada-Nya, “Tuhan, siapakah itu?” Jawab Yesus, “Dialah yang kepadanya aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” Sesudah berkata demikian Ia mencelupkan roti itu, lalu mengambil dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Lalu Yesus berkata kepadanya, “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.” Tetapi tidak ada seorang pun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti mengapa Yesus mengatakan itu kepada Yudas. Karena Yudas memegang kas, ada yang menyangka bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin. Setelah menerima roti itu, Yudas segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.

Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus, “Sekarang Anak Manusia dimuliakan dan Allah dimuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dimuliakan di dalam Dia, Allah akan memuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan memuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula sekarang Aku mengatakannya kepada kamu juga.

Simon Petrus berkata kepada Yesus, “Tuhan, ke manakah Engkau pergi?” Jawab Yesus, “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.” Kata Petrus kepada-Nya, “Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!” Jawab Yesus, “Nyawamu akan kauberikan kepada-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (Yoh 13:21-33,36-38) 

Bacaan Pertama: Yes 49:1-6; Mazmur Tanggapan: Mzm 71:1-6,15,17

Petrus selalu cepat dalam memberikan tanggapan terhadap pernyataan, permintaan,  maupun pertanyaan Yesus. Petrus adalah rasul pertama yang secara publik-terbuka mengakui bahwa Yesus adalah sang Mesias, dan dia adalah orang pertama yang mendeklarasikan kesediaannya untuk mati (memberikan nyawanya) bagi Yesus (Mat 16:16; Yoh 13:37). Namun ketika iman dan keberanian Petrus diuji, dia malah menyangkal Yesus – tidak sekali, melainkan tiga kali! Kekuatan yang dipikirnya dimiliki olehnya dengan cepat menyerah kepada rasa takut. Untunglah, kegagalan Petrus membawa dirinya kepada pertobatan dan suatu kesadaran-diri mendalam betapa dia membutuhkan pertolongan dan rahmat dari Allah.

Seorang rasul lainnya, – murid yang dikasihi Yesus (Yoh 21:20) – tidak membuat klaim sedemikian. Ia hanya berada dekat dengan Yesus; bersandar di dekat-Nya pada perjamuan terakhir dan berdiri di dekat salib-Nya pada hari Jumat Agung (Yoh 13:23; 19:26). Ia mendapatkan kekuatan dan keberanian yang diperlukannya dengan berada dekat seseorang yang setia mengasihi-Nya. Nah, sekarang siapa dari dua orang itu (Petrus dan Yohanes) menggambarkan pendekatan yang kita lakukan? Apakah kita (anda dan saya) lebih mirip Petrus, yang mengandalkan kekuatan kita sendiri namun gagal pada saat godaan menyerang? Atau apakah kita seperti murid yang dikasihi Yesus, menggantungkan diri kepada-Nya guna memberikan kepada kita kekuatan untuk menghadapi tantangan dan godaan apa yang ada di hadapan kita?

Tidak ada seorang pun dari kita yang sendiri cukup kuat atau cukup setia untuk menenangkan badai kehidupan yang melanda hidup kita. Kita semua membutuhkan dukungan dan kekuatan yang dapat diberikan oleh Yesus. Kita semua perlu untuk mengalami kemenangan-Nya atas rasa takut dan dosa. Kita semua perlu mengetahui dan mengenal kemenangan Yesus atas pencobaan-pencobaan Iblis untuk membuat kita merasa putus asa, seperti yang dialami Yudas Iskariot, atau melarikan diri dari salib-Nya, seperti yang dilakukan Petrus. Hanya rahmat-Nya yang dapat menolong kita menerima keterbatasan-keterbatasan kita dan meyakinkan kita akan kebutuhan kita akan kasih ilahi dan belas kasih-Nya.

Kesaksian dari “murid yang dikasihi Yesus” menunjukkan bahwa pengalaman akan kasih Allah akan memampukan kita tidak hanya untuk bertekun dalam iman, melainkan juga untuk menanggung berbagai beban kehidupan.

DOA: Tuhan Yesus, ketika aku terjatuh Engkau mengangkatku dan memberikan dukungan-Mu. Tolonglah aku agar senantiasa menggantungkan diri sepenuhnya pada kekuatan-Mu dan untuk menaruh kepercayaan pada kasih-Mu. Terpujilah nama-Mu selalu, ya Tuhan Yesus, sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 13:21-33,36-38), bacalah tulisan yang berjudul “PARA PENGEMBARA ATAU ORANG ASING DI ATAS BUMI INI” (bacaan tanggal 31-3-15) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 15-03 BACAAN HARIAN MARET 2015. 

Bacalah juga tulisan-tulisan yang berjudul “APA YANG AKAN KAUPERBUAT, PERBUATLAH DENGAN SEGERA” (bacaan tanggal 3-4-12) dan “AKUILAH DAN TERIMALAH KENYATAAN BAHWA KITA MEMBUTUHKAN TUHAN” (bacaan tanggal 26-3-13), keduanya dalam situs/blog PAX ET BONUM. 

Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Yes 49:1-6), bacalah tulisan yang berjudul “MENJADI TERANG BAGI BANGSA-BANGSA” (bacaan tanggal 19-4-11) dalam situs/blog SANG SABDA dan “SEBAGAI INSTRUMEN-INSTRUMEN IMAN DAN TERANG-NYA” (bacaan tanggal 15-4-14) dalam situs/blog PAX ET BONUM. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 15-4-14 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 30 Maret 2015 [HARI SENIN DALAM PEKAN SUCI]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

DIA-LAH YANG MENGASIHI TERLEBIH DAHULU

DIA-LAH YANG MENGASIHI TERLEBIH DAHULU

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI SENIN DALAM PEKAN SUCI – 30 Maret 2015) 

KAKI YESUS DIBERSIHKAN DI RUMAH FARISI SIMONEnam hari sebelum Paskah, Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedangkan salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Lalu Maria mengambil setengah liter minyak narwastu murni yang mahal sekali, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau semerbak minyak itu memenuhi seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata, “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Hal ini dikatakannya bukan karena ia memperhatikan orang-orang miskin, melainkan karena ia seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Lalu kata Yesus, “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada bersama kamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama kamu.”

Sejumlah besar orang Yahudi mendengar bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala berencana untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus. (Yoh 12:1-11) 

Bacaan Pertama: Yes 42:1-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 27:1-3,13-14 

Contoh yang diberikan oleh Maria dari Betania dalam bacaan Injil hari ini sungguh kuat-mendalam. Dalam hasratnya untuk menghormati Yesus, tampaknya tidak ada biaya yang terlampau mahal. Tidak ada yang lebih berarti bagi dirinya selain berada bersama Yesus. Sukacita karena dikasihi oleh Yesus memenuhi dirinya dan hal ini tidak dapat diungkapkan sekadar dengan kata-kata …… Maria ingin dirinya bersama Yesus selama mungkin.

Bayangkan betapa gembira Tuhan kita apabila ada di antara kita yang datang kepada-Nya dengan cintakasih dan devosi yang sama bobotnya dengan yang telah ditunjukkan oleh Maria dari Betania! Bila kita mendekati Yesus seperti yang dilakukan oleh Maria, curahan kasih kita akan menyebarkan bau (aroma) semerbak yang memenuhi segala hal yang kita lakukan. Aroma semerbak itu menyebar secara berlimpah ke dalam segala situasi yang kita hadapi, dan yang membuat damai-sejahtera yang memenuhi hati kita memancar ke luar kepada orang-orang lain. Rekan kerja di pabrik atau kantor di mana kita bekerja akan merasa “heran” mengapa kita kelihatan begitu baik hati dan tenang dalam menghadapi banyak masalah pekerjaan. Para tetangga merasa tertarik sehingga mulai “curhat” dan mengharapkan nasihat-nasihat kita. Para anggota keluarga merasa tersentuh melihat perilaku kita yang tidak mementingkan diri sendiri, bahkan dalam hal-hal yang kecil, termasuk “tidak rakus” lagi ketika duduk bersama di meja makan.

KAKI YESUS DIURAPI DI RUMAH ORANG FARISIBagaimana Maria dari Betania dapat sampai ke tahapan ini dalam kehidupannya? Kita salah jika kita berpikir bahwa dialah yang pertama-tama mengasihi Yesus dan hal itu menggerakkan Yesus untuk memberkati dirinya sebagai ganjaran. Seperti Yohanes, Petrus dan perempuan Samaria di sumur Yakub, orang yang buta sejak lahir, dan banyak lagi pribadi-pribadi yang lain, Maria pertama-tama dan terutama adalah seorang pribadi yang menerima kasih Yesus. Yesus-lah yang menemukan dia dan kasih Yesus-lah yang menyentuh bagian terdalam dari hati Maria. Kasih Yesus bagi dirinya-lah yang membangunkan kasihnya kepada Yesus dan menggerakkan dirinya melakukan tindakan penyembahan yang luarbiasa seperti diceritakan dalam Injil hari ini.

Pada Pekan Suci ini, dapatkah kita semua duduk bersama Yesus dan memperkenankan diri-Nya mengucapkan sabda kasih-Nya kepada kita – kasih yang tidak mengenal batas? Beranikah kita membuka hati kita bagi-Nya dan memperkenankan Dia menyembuhkan segala luka kita – baik luka-luka fisik maupun batiniah – dan memancarkan cahaya terang ke dalam kegelapan kita? Lalu, setelah diubah oleh kemuliaan-Nya, setiap tindakan kita pun akan memenuhi rumah kita dengan aroma mewangi cintakasih kita kepada Yesus.

DOA: Tuhan Yesus, aku tahu bahwa walaupun sekiranya aku merupakan satu-satunya orang yang membutuhkan penyelamatan dari-Mu, Engkau akan tetap datang dan mati untuk diriku. Tolonglah aku untuk menanggapi kasih-setiaMu dengan memuji-muji Engkau dan melayani Engkau dengan segenap hatiku. Tuhan, aku sungguh mengasihi Engkau! Terpujilah nama-Mu, sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Yes 42:1-7) bacalah tulisan yang berjudul “NYANYIAN PERTAMA TENTANG HAMBA YHWH YANG MENDERITA” (bacaan tanggal 30-3-15) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 15-03 BACAAN HARIAN MARET 2015. 

Bacalah juga tulisan yang berjudul “YESUS ADALAH HAMBA YHWH PERJANJIAN BARU” (bacaan tanggal  18-4-11) dalam situs/blog SANG SABDA, dan “HAMBA-KU, YANG KEPADANYA AKU BERKENAN” (bacaan tanggal 14-4-14) dalam situs/blog PAX ET BONUM. 

Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 12:1-11), bacalah tulisan-tulisan yang berjudul “KAMI MENYEMBAH ENGKAU, TUHAN YESUS KRISTUS” (bacaan tanggal 25-3-13) dan “BAU SEMERBAK MINYAK ITU MEMENUHI SELURUH RUMAH” (bacaan tanggal 2-4-12), keduanya dalam situs/blog PAX ET BONUM. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 14-4-14 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 26 Maret 2015 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MARILAH KITA MENELADAN KETAATAN DAN KERENDAHAN HATI YESUS YANG PENUH KASIH

MARILAH KITA MENELADAN KETAATAN DAN KERENDAHAN HATI YESUS YANG PENUH KASIH

(Bacaan Kedua Misa Kudus,  HARI MINGGU PALMA MENGENANGKAN SENGSARA TUHAN [Tahun B], 29 Maret 2015) 

PAULKristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku, “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Flp 2:6-11) 

Bacaan Perarakan: Mrk 11:1-10 atau Yoh 12:12-26; Bacaan Pertama: Yes 50:4-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 22:8-9,17-20,23-24; Bacaan Injil Mrk 14:1-15:47 (Mrk 15:1-39)

Dari segala pemandangan yang kita lihat, bebunyian dan suara-suara lainnya yang kita dengar, dan aroma wewangian dari dupa dalam liturgi kita selama  Pekan Suci, ada satu gambaran yang akan sangat menonjol: YESUS KRISTUS YANG TERSALIB. Pada hari ini dan sepanjang pekan ini, selagi kita mengingat peristiwa-peristiwa sengsara dan kematian Yesus, Allah mengundang kita untuk tidak hanya sekadar mengenang peristiwa-peristiwa Yesus di masa lampau. Dia mengundang kita untuk bergabung dengan Yesus di jalan menuju bukit Kalvari serta melihat dengan tajam ke dalam hati-Nya sepanjang jalan bersama itu. Selagi kita melakukan perjalanan bersama Yesus itu, baiklah kita memperkenankan “madah” tentang kerendahan-hati (kedinaan) Kristus  yang  biasa dinyanyikan oleh umat Gereja Perdana (bacaan di atas) untuk membimbing kita.

“Walaupun dalam rupa Allah, (Yesus) … mengosongkan diri-Nya diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Flp 2:6-7). Apakah ada pengosongan diri (Yunani: kenosis) yang lebih hebat dan agung daripada pengosongan diri Putera Allah yang Mahasempurna untuk menjadi manusia dan kemudian menyerahkan diri-Nya kepada penghakiman orang-orang berdosa? Apakah ada kehinaan yang lebih mendalam daripada memperkenankan ciptaan-Nya sendiri menghukum diri-Nya sampai mati di kayu salib? Mari kita membayangkan sekarang Yesus sedang berdiri di hadapan Sanhedrin dan di hadapan Ponsius Pilatus, yang dengan rendah hati menundukkan diri kepada penghakiman dan penghinaan, celaan serta olok-olok mereka. Dia membentuk mereka masing-masing dan memberi karunia-karunia berharga yang dapat mereka gunakan untuk memuliakan Bapa-Nya. Apa yang terjadi? Berbagai karunia tersebut justru digunakan untuk menyiksa diri-Nya, mengejek, dan membunuh-Nya pada kayu salib.

stdas0748“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib” (Flp 2:8). Mari kita membayangkan betapa menyakitkan penderitaan di atas kayu salib itu, tidak hanya rasa sakit secara fisik, melainkan juga rasa sakit yang bersifat emosional dan spiritual. Dengan sedikit kekecualian, Yesus praktis dibuang, ditinggalkan  oleh semua orang – termasuk oleh para pengikut-Nya sendiri. Bahkan surga pun terasa tertutup rapat-rapat. Ke arah mana saja Dia memandang, tidak ada penghiburan yang dapat ditemui, tidak ada jaminan bahwa siksaan yang diderita tubuh-Nya membawa kebaikan kepada siapa pun. Walaupun begitu, Yesus yakin bahwa Allah telah menuntun diri-Nya kepada kayu salib, oleh karena itu Dia menyerahkan diri-Nya dengan sepenuhnya percaya kepada Bapa-Nya.

Ya, Yesus memang menjalani keseluruhan hidup-Nya di atas bumi ini dalam ketaatan penuh kerendahan hati. Dia taat kepada orangtua-Nya (lihat Luk 2:51). Dia taat kepada panggilan Allah untuk hidup pelayanan di muka publik (lihat Mat 3:14-15). Dia taat kepada Allah pada saat dicobai dan digoda (Yoh 12:27-28). Dia menyediakan waktu untuk bersama Bapa-Nya dalam doa sehingga dia dapat mengetahui dan mentaati kehendak Bapa (lihat Luk 6:12-13). Akan tetapi, ketaatan tidaklah selalu mudah bagi Yesus. Lihatlah bagaimana  Dia bergumul di taman Getsemani.  Namun Yesus senantiasa menggantungkan diri pada kuasa Roh Kudus dan dengan demikian meraih kemenangan karena ketaatan, yakni kebangkitan-Nya ke dalam kemuliaan!

Akhirnya, Allah meninggikan diri Yesus dan memberikan kepada-Nya nama di atas segala nama (lihat Flp 2:9). Yesus dimuliakan karena Dia mengosongkan diri-Nya dan menerima kematian. Pada kenyataannya, ringkasan dari semua bacaan alkitabiah hari ini – dan seluruh Injil – adalah: Ketaatan kepada Allah selalu membawa kita kepada peninggian. Yesus memperoleh hidup baru lewat kematian-Nya karena ketaatan-Nya, dan Ia telah membuka jalan bagi kita semua untuk mengalami transformasi “lewat kematian kepada kehidupan” yang sama dengan yang dialami-Nya. Dengan demikian, selagi kita memeditasikan kematian dan kebangkitan Yesus pada Pekan Suci ini, marilah kita secara istimewa memusatkan perhatian kita pada kemenangan penuh kemuliaan yang telah dimenangkan Yesus bagi kita lewat penundukkan diri-Nya yang penuh hormat kepada Allah, Bapa-Nya.

saint-francis-of-assisi-embracing-the-crucified-christ.jpg!Blog“… supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku, ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:10-11). Selagi kita membayangkan semua penghuni surga bertekuk lutut di hadapan Yesus, menyembah dan memuji-muji-Nya, lihatlah pancaran rasa takjub yang keluar dari wajah para malaikat. Mereka memandang luka-luka Yesus yang telah dipermuliakan dan mengamini kasih yang telah menggerakkan diri-Nya untuk menerima kematian demi kita manusia. Sekarang “Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia”, Dia yang membawa tanda-tanda bekas penyaliban pada tubuh-Nya yang telah dimuliakan, memperkenankan diri-Nya untuk diubah selama-lamanya … justru karena Dia mengasihi kita semua.

Oleh karena itu, marilah kita memperkenankan janji Injil untuk menggerakkan kita meniru kehidupan Yesus yang penuh ketaatan. Tentu saja dalam berupaya meneladani-Nya, ada saat-saat di mana kita harus menderita, namun penderitaan tersebut akan membawa kita kepada intimasi/keakraban yang lebih mendalam dengan Yesus, juga kebebasan dan sukacita yang lebih besar. Marilah kita juga yakin dan percaya bahwa setiap saat kita dengan penuh ketaatan “mati terhadap diri kita sendiri”, maka Bapa surgawi akan membawa kita kepada hidup yang baru.

DOA: Tuhan Yesus, kerendahan hati-Mu dan ketaatan-Mu sungguh membuat diriku takjub! Tolonglah aku untuk dapat meneladani ketaatan-Mu dan kerendahan hati-Mu yang penuh kasih, sehingga dengan demikian aku dapat ikut ambil bagian dalam kemuliaan-Mu, baik di atas bumi ini maupun di dalam surga. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 14:1-15:47), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS INGIN MENGOYAKKAN TIRAI YANG MENGHALANGI KITA DAN BAPA-NYA DI SURGA” dalam situs/blog SANG SABDA http:/sangsabda.wordpress.com; kategori: 15-03 BACAAN HARIAN MARET 2015. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 1-4-12 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 25 Maret 2015 [HARI RAYA KABAR SUKACITA] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS AKAN MATI UNTUK BANGSA ITU

YESUS AKAN MATI UNTUK BANGSA ITU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Prapaskah – Sabtu, 28 Maret 2015) 

farisei-caifaBanyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tetapi beberapa di antara mereka pergi kepada orang-orang Farisi dan menceritakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata, “Apa yang harus kita lakukan? Sebab Orang itu membuat banyak mukjizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita. Tetapi salah seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka, “Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa.” Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia  bernubuat bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Mulai hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.

Karena itu Yesus tidak tampil lagi di depan umum di antara orang-orang Yahudi, tetapi Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya.

Pada  waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain, “Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?” (Yoh 11:45-56) 

Bacaan Pertama: Yeh 37:21-28; Mazmur Tanggapan: Yer 31:10-13 

Selagi kita memasuki pekan terakhir dari masa Prapaskah, liturgi mengajak kita untuk memusatkan perhatian pada komitmen Allah yang tak pernah padam berkaitan dengan rencana penyelamatan-Nya. Selagi kita membaca mengenai peristiwa-peristiwa yang akan berujung pada kematian Yesus, bisa saja kita berkesan bahwa para pemimpin Yahudi dan penguasa Romawi berada di atas angin dan sungguh memegang kendali atas situasi yang dihadapi Yesus. Namun pada kenyataannya Allah berada dibelakang segala peristiwa yang terjadi, karena memang Dia menjaga ketat rencana-Nya sampai akhir. Bahkan Allah menggunakan Kayafas, Imam Besar Israel pada tahun itu, untuk bernubuat bahwa Yesus akan mati bagi bangsa itu. Yang dimaksudkan oleh Kayafas sebenarnya adalah, bahwa membunuh Yesus adalah sebuah keputusan politis yang menguntungkan bangsa Yahudi dalam kaitan hubungan dengan pihak penjajah Romawi. Namun Allah mempunyai rencana yang lain.

pharisees2Selagi Yesus semakin dekat dengan pekan terakhir-Nya, Dia tetap fokus pada rencana Bapa surgawi, walaupun konspirasi untuk mencelakakan diri-Nya semakin bertumbuh kuat. Injil menceritakan kepada kita bahwa banyak orang Yahudi yang menyaksikan Yesus membangkitkan Lazarus menjadi percaya kepada-Nya, tetapi ada juga yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceritakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu (Yoh 11:45-46). Walaupun situasi yang dihadapi Yesus semakin terasa gelap, Dia tetap mengandalkan diri pada bimbingan Roh Kudus-Nya guna menjaga agar diri-Nya tetap dekat dengan Bapa-Nya dan juga guna memampukan diri-Nya untuk taat kepada Bapa-Nya.

Allah sampai sekarang masih mengirimkan tanda-tanda kepada Gereja-Nya untuk menolong anak-anak-Nya semakin mendalam bertumbuh dalam iman. Ada yang akan membuka hati mereka dan menjadi percaya bahwa Yesus adalah sang Mesias, dan ada juga yang akan mempertanyakan dan merasa ragu-ragu karena takut. Dan, sebagaimana terjadi pada zaman Yesus dahulu, Allah akan terus memajukan Kerajaan-Nya melalui mereka yang menaruh kepercayaan kepada-Nya walaupun menghadapi kesulitan-kesulitan.

Marilah kita mohon kepada Roh Kudus untuk membuka hati kita selagi kita menyiapkan diri untuk Pekan Suci. Marilah kita berpegang teguh pada jalan yang Allah telah sediakan bagi kita. Masing-masing jalan itu unik karena masing-masing mempunyai sisi-sisi gelapnya dan tantangan-tantangannya sendiri. Namun semua jalan itu memimpin kita kepada Yesus, satu-satunya pengharapan dan penghiburan kita. Setiap kali kita merenungkan misteri-misteri penebusan kita, kita dapat bertumbuh dalam kasih kita akan Yesus dan dalam hasrat kita untuk tetap taat pada panggilan-Nya kepada kita. Allah telah memanggil kita semua untuk memajukan Kerajaan-Nya.

DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah mengutus Yesus sebagai tanda dari kasih-Mu kepada kami. Bukalah mata iman kami agar kami dapat melihat kehadiran yang terus menerus dari Roh Kudus, baik dalam diri kami masing-masing maupun di dalam dunia pada hari ini. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 11:45-56), bacalah tulisan yang berjudul “WALAUPUN KITA TIDAK PANTAS UNTUK DITEBUS ……” (bacaan tanggal 28-3-15) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 15-03 BACAAN HARIAN MARET 2015. 

Untuk mendalami Bacaan Pertama (Yeh 37:21-28), bacalah tulisan yang berjudul “TEMPAT KEDIAMAN-KU PUN AKAN ADA PADA MEREKA” (bacaan tanggal 16-4-11) dalam situs/blog SANG SABDA. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 12-4-14 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 24 Maret 2015 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

AKU DAN BAPA ADALAH SATU

AKU DAN BAPA ADALAH SATU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Prapaskah – Jumat, 27 Maret 2015) 

Jesus_w_PharSekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka, “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu, “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menjadikan diri-Mu Allah. Kata Yesus kepada mereka, “Bukankah ada tertulis dalam kitab Tauratmu: Aku telah berfirman: Kamu adalah ilah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut ilah – sedangkan Kitab Suci tidak dapat dibatalkan – masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” Sekali-kali mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.

Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Banyak orang datang kepada-Nya dan berkata, “Yohanes memang tidak membuat satu tanda mukjizat pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini memang benar.” Lalu banyak orang di situ percaya kepada-Nya. (Yoh 10:31-42) 

Bacaan Pertama: Yer 20:10-13; Mazmur Tanggapan: Mzm 18:2-7 

Orang-orang Yahudi saleh pada zaman Yesus begitu menghormati Allah sehingga mereka tidak akan memetik atau mengambil kata-kata dari Kitab Suci tanpa berkata, “Demikianlah firman TUHAN.” Mereka begitu berhati-hati untuk tidak mengambil “kredit”  bagi mereka sendiri atas sesuatu yang milik YHWH. Jadi kiranya kita dapat memahami (memaklumi?) bagaimana mereka menjadi begitu kaget ketika mendengar Yesus mengatakan kepada mereka, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30). Hujaaaaaaat !!!!!

Dalam menjawab tuduhan mereka bahwa Yesus melakukan hujat, maka Dia menggunakan Kitab Suci untuk menunjukkan bagaimana diri-Nya telah dikuduskan dan diutus oleh Allah untuk melakukan segala pekerjaan yang selama ini telah dilakukan-Nya. Yesus menantang mereka untuk melihat pada berbagai mukjizat dan tanda heran yang diperbuat-Nya sebagai bukti bahwa Allah sungguh ada di dalam Dia dan Dia sungguh ada di dalam Bapa (Yoh 10:38). Ketika orang-orang itu tidak juga mau percaya  kepada-Nya, apa yang dapat dilakukan Yesus adalah kembali pergi ke tempat di mana Yohanes Pembaptis dahulu membaptis; untuk menguatkan diri-Nya dan mengingat kata-kata Allah pada saat pembaptisan-Nya: “Engkaulah Anak-Ku, yang terkasih, kepada-Mulah Aku berkenan” (Luk 3:22).

YESUS DITANYAI OLEH ORANG FARISIWalaupun tidak mudah untuk dicerna, kebenaran bahwa Yesus ada dalam Bapa dan Bapa dalam Dia terletak pada jantung penebusan kita. Hal ini berarti bahwa bilamana kita memandang salib-Nya, kita tidak sekadar memandang seorang pribadi yang bernama Yesus dari Nazaret yang sedang tergantung sekarat di kayu salib. Yang kita lihat adalah Putera Allah yang kekal, Sabda/Firman Bapa yang Mahatinggi dan Mahakuasa, yang menyerahkan hidup-Nya untuk kita – manusia berdosa. Pengorbanan sedemikian membuat penebusan kita lengkap dan abadi. Kita telah ditebus oleh Allah sendiri! Tidak ada pekerjaan lain lagi yang diperlukan, dan tidak ada apa pun dan siapapun yang dapat mengambilnya dari diri kita.

Dengan kebenaran yang besar dan agung ini di dalam pikiran kita, kita dapat memiliki rasa percaya yang tinggi di hadapan hadirat Allah. Bahkan ketika kita berdosa, kita tetap dapat berbalik kepada-Nya dalam pertobatan dan mengalami pengampunan karena hal ini telah diberikan dari atas kayu salib. Kita tidak perlu menyembunyikan diri dari Allah atau merasa takut akan hukuman-Nya. Sejak awal waktu, Ia mengetahui semua pikiran kita dan berbagai kelemahan kita, dan Ia tetap mengutus Putera-Nya. Santo Paulus menulis, “Di dalam Kristus, Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya tanpa memperhitungkan pelanggaran mereka …” (2Kor 5:19). Dengan suatu penebusan yang begitu besar, bagaimana mungkin kita sampai pernah meragukan kebaikan Allah kita? Benarlah kata seorang mistikus, Santo Fransiskus dari Assisi, yang menulis bahwa “Dia adalah satu-satunya Allah yang benar; Dialah kebaikan yang sempurna, segenap kebaikan, seluruhnya baik, kebaikan yang benar dan tertinggi; Dialah satu-satunya yang baik, penyayang, pemurah, manis dan lembut; Dialah satu-satunya yang kudus, adil, benar, suci dan tulus, satu-satunya yang pemurah, tak bersalah dan murni; dari Dia, oleh Dia dan dalam Dialah segala pengampunan, segala rahmat dan kemuliaan untuk semua orang yang bertobat dan yang benar, untuk semua orang kudus yang bersukacita bersama-sama di surga” (AngTBul XXIII:9).

DOA: Terpujilah Engkau, ya Tuhan Yesus Kristus! Engkau adalah Putera Allah yang tunggal dan tanda belas kasih (kerahiman) Allah Bapa. Terpujilah Engkau karena Engkau sudi wafat di kayu salib untuk menyelamatkan kami dan terus saja membebaskan kami dari yang jahat. Terpujilah Engkau karena Engkau telah mengutus Roh Kudus-Mu untuk senantiasa membimbing kami dalam menjalani hidup ini. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 10:31-42), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS DAN BAPA-NYA” (bacaan tanggal 27-3-15)   dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori 15-03 BACAAN HARIAN MARET 2015. 

Bacalah juga tulisan-tulisan yang berjudul “JIKALAU AKU TIDAK MELAKUKAN PEKERJAAN-PEKERJAAN BAPAKU, JANGANLAH PERCAYA KEPADA-KU” (bacaan tanggal 30-3-12), “YESUS MENGHUJAT ALLAH?” (bacaan tanggal 22-3-13) dan “YESUS DAN ORANG-ORANG YAHUDI” (bacaan tanggal 11-4-14) ketiganya dalam situs/blog PAX ET BONUM. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 11-4-14 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 23 Maret 2015 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERJANJIAN YHWH DENGAN ABRAHAM

PERJANJIAN YHWH DENGAN ABRAHAM

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Prapaskah – Kamis, 26 Maret 2015) 

ABRAHAM PERGI KE TANAH YANG DIJANJIKANLalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya: “Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja. Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu. Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka.”

Lagi firman Allah kepada Abraham: “Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.” (Kej 17:3-9)

Mazmur Tanggapan: Mzm 105:4-9; Bacaan Injil: Yoh 8:51-59 

Sungguh suatu perjumpaan yang luarbiasa dengan Allah! Tidak saja Allah menampakkan diri kepada Abraham (Kej 17:1); Ia juga membuat sebuah perjanjian dengan Abraham – sebuah perjanjian di dalam mana Dia berjanji untuk memberkati Abraham dan turunannya untuk selama-lamanya.

Sekarang marilah kita pertimbangkan situasi yang dihadapi Abraham. Bertahun-tahun lamanya, Abraham dan istrinya Sarah (yang mandul itu) hidup dengan ayahnya, saudara laki-lakinya, dan semua istri dan anak mereka di tanah Ur. Ia belum pernah mendengar tentang YHWH-Allah. Seperti semua nenek moyangnya sebelum dia, Abraham menyembah dewa-dewa lain. Lalu tiba-tiba saja Allah menyatakan diri-Nya dan memanggil Abraham untuk meninggalkan rumahnya dan melakukan perjalanan ke sebuah tanah asing (Kej 12:1). Inilah yang diketahui oleh Abraham pada awalnya – dia bahkan tidak tahu ke mana Allah menginginkan dia pergi. Namun, dia tetap pergi! Dalam iman dan rasa percayanya yang seperti anak-anak, Abraham menunjukkan ketaatannya, dia berpegang pada janji Allah: Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat” (Kej 12:2).

ABRAHAM - BAPA BANGSASekarang, setelah menjalani 25 tahun masa penantian yang penuh dengan rasa percaya dan pembelajaran tentang cara-cara YHWH bekerja, Dia muncul di hadapannya dan mengatakan kepadanya, “Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa” (Kej 17:4). Abraham tetap menaruh rasa percayanya pada YHWH, bahkan ketika Dia menjanjikan apa yang kelihatannya tidak mungkin, bahwa Sarah yang telah berumur 90 tahun akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang harus dinamai Ishak (Kej 17:15-19).

Ketika akal budi manusia memprotes melawan sabda Allah yang kelihatan absurd, Abraham percaya. Melalui iman dan rasa percayanya, Abraham mengembangkan suatu relasi yang akrab dengan Allah yang Mahatinggi dan Mahakuasa, suatu relasi yang dimeteraikan dalam janji-janji perjanjian. Seperti yang telah dilakukan oleh-Nya dengan Abraham, Allah juga ingin masuk ke dalam relasi perjanjian (covenant relationship) dengan anda dan saya. Allah ingin menunjukkan kepada kita kemuliaan-Nya dan membuat janji-janji-Nya diwujudkan menjadi realitas dalam kehidupan kita. Oleh karena itu marilah kita belajar berjalan bersama Allah sebagai sahabat kita. Dia sungguh ingin memberikan kepada kita suatu masa depan dan suatu pengharapan, janji hidup kekal, sukacita dan hidup yang berbuah, dan jaminan akan kasih-Nya yang tak akan berakhir.

Saudari dan Saudariku, pada hari ini marilah kita (anda dan saya) dengan mata batin masing-masing membaca janji-janji Allah tersebut dari Kitab Suci, dan marilah kita memohon kepada Roh Kudus agar membuat janji-janji itu hidup dalam hati kita masing-masing. Allah sangat mengasihi anda dan saya, dan Ia berdiri dan siap untuk mencurahkan kebaikan tanpa batas kepada kita semua!

DOA: Bapa surgawi, tariklah kami agar semakin dekat dengan Engkau dan tingkatkanlah iman kami kepada-Mu. Kami ingin mengalami persahabatan yang akrab dengan Engkau, sebagai umat-Mu, teristimewa sebagai anak-anak-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 8:51-59), bacalah tulisan berjudul “SESUNGGUHNYA AKU BERKATA KEPADAMU, SEBELUM ABRAHAM ADA, AKU TELAH ADA” (bacaan tanggal 26-3-15) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.worpress.com; kategori: 15-03 BACAAN HARIAN MARET 2015. 

Bacalah juga tulisan-tulisan dengan judul “SEBELUM ABRAHAM ADA, AKU TELAH ADA” (bacaan tanggal 29-3-12) dan “PADAHAL KAMU TAK MENGENAL DIA” (bacaan tanggal 10-4-14), keduanya dalam situs/blog PAX ET BONUM dalam situs/blog PAX ET BONUM. 

Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kej 17:3-9), bacalah tulisan berjudul “PERJANJIAN ANTARA ALLAH DAN ABRAHAM” (bacaan tanggal 21-3-13) dalam situs/blog PAX ET BONUM. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 10-4-14 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak,  23 Maret 2015 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SEPERTI HALNYA DENGAN MARIA, KITA PUN DIPANGGIL

SEPERTI HALNYA DENGAN MARIA, KITA PUN DIPANGGIL

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI RAYA KABAR SUKACITA – Rabu, 25 Maret 2015) 

ANNUNCIATION - MARIA DIBERI KABAR OLEH MALAIKAT TUHAN -1000Dalam bulan yang keenam malaikat Gabriel disuruh Allah pergi ke sebuah kota yang bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu datang kepada Maria, ia berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”  Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh anugerah di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapak leluhur-Nya, dan Ia akan memerintah atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”  Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”  Kata Maria, “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Luk 1:26-38) 

Bacaan Pertama: Yes 7:10-14;8:10; Mazmur Tanggapan: Mzm 40:7-11; Bacaan Kedua: Ibr 10:4-10 

Pada saat memberi kabar sukacita, malaikat Gabriel mengundang Maria untuk bekerja-sama dalam rencana penyelamatan Allah. Dalam keterkejutannya, Maria diberitahukan oleh Gabriel bahwa dia akan mengandung, bukan karena pengungkapan cinta seorang laki-laki kepadanya, melainkan oleh Roh Kudus (Luk 1:35).

Bayangkanlah iman yang diperlukan oleh Maria untuk menjawab selagi dia dengan kebebasan penuh menyerahkan dirinya kepada apa yang diminta Allah dari dirinya. Maria berkata, “Ya!” “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Rasa percaya, iman, pengharapan, kerendahan-hati, ketaatan, dan kasih, semuanya menyatu-padu dalam kata-kata yang diucapkan Maria, dan sejak saat mahapenting itu, dunia dan sejarah umat manusia pun berubah, … untuk selamanya.

Cerita dari Injil Lukas ini yang memimpin Santo Fransiskus dari Assisi – satu dari banyak orang kudus lainnya dengan pengalaman serupa – untuk menyapa Maria sebagai “mempelai Roh Kudus” (Ibadat Sengsara Tuhan; Antifon Santa Perawan Maria, 2). Akan tetapi kita tidak boleh membatasi gambaran ini sekadar pada saat terkandungnya Yesus. Roh Kudus menaungi Maria tidak hanya pada saat itu, melainkan juga pada setiap langkah yang diambilnya pada perjalanan ziarahnya selama hidup di atas bumi ini. Banyak sekali hidup iman Maria yang patut dicatat disamping saat ia diperkandung oleh Roh Kudus. Sepanjang hidupnya Maria bertumbuh dalam ketergantungannya kepada Roh Kudus dan menjadi seorang saksi yang lebih besar (daripada saksi-saksi lain) terkait dengan hidup baru yang telah dibawa oleh Yesus bagi kita semua.

Seperti juga Maria, kita pun dipanggil untuk mengatakan “ya” kepada Allah, tidak sekali saja, tapi lagi dan lagi. Seperti Maria, kita pun telah diundang ke dalam suatu relasi akrab dengan Roh Kudus – untuk menjadi tempat kediaman-Nya, untuk mendengarkan Dia, untuk bertindak di bawah bimbingan-Nya, untuk membawa Kristus ke tengah dunia. Seperti Maria, kita pun dapat bertanya-tanya dalam hati kita, “Bagaimans hal itu mungkin terjadi?” (bdk. Luk 1:34).

Santo Augustinus dari Hippo [354-430] menulis, “Ibunda Kristus membawa Dia dalam rahimnya. Semoga kita membawa Dia dalam hati kita. Sang perawan menjadi hamil dengan inkarnasi Kristus. Semoga hati kita pun mengandung dengan iman kepada Kristus. Dia (Maria) membawa sang Juruselamat. Semoga jiwa kita membawa keselamatan dan puji-pujian.”

DOA: Bapa surgawi, tolonglah aku agar dapat mendengar panggilan-Mu untuk mengasihi dan melayani. Tolonglah diriku agar dapat mengatakan “ya” kepada Engkau. Utuslah Roh Kudus-Mu kepadaku, sehingga dengan demikian Yesus dapat dilahirkan dalam hatiku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 1:26-38), bacalah tulisan yang berjudul “KABAR SUKACITA” (bacaan tangggal 25-3-15) dalam situs/blog SANG SABDA  http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 15-03 BACAAN HARIAN MARET 2015. 

Cilandak, 20 Maret 2015  

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SALIB KRISTUS ADALAH TANDA KESELAMATAN BAGI KITA

SALIB KRISTUS ADALAH TANDA KESELAMATAN BAGI KITA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Selasa,  Hari Biasa Pekan V Prapaskah – Selasa, 24 Maret 2015) 

MUSA DENGAN ULAR TEMBAGA - 001Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah  Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak. Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami. Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.”  Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup. (Bil 21:4-9) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 102:2-3,16-21; Bacaan Injil: Yoh 8:21-30 

Selagi mereka mendekati akhir dari perjalanan panjang mereka menuju “tanah terjanji”, orang-orang Israel – anak-anak dari generasi yang meninggalkan tanah perbudakan Mesir – tergoda untuk mengeluh kepada Musa: “Mengapa kamu memimpin kami kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? …… tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak” (Bil 21:5). Seperti orangtua mereka, generasi baru ini menjadi tidak sabar waktu yang ditetapkan Allah. Mereka merasa dikhianati, walaupun Allah dengan setia telah menyediakan segala sesuatu yang mereka butuhkan. Sebagai akibat dari gerutu dan omelan mereka, Allah mengirim ular-ular tedung yang beracun itu ke tengah-tengah mereka. Hanya setelah banyak yang mati dipagut ular-ular tedung itu, mereka datang ke Musa mengakui kesalahan/dosa mereka dan memahon kepada Musa untuk berdoa syafaat kepada Allah untuk mereka.

Walaupun umat-Nya tidak menaruh kepercayaan pada-Nya, Allah tetap berkomitmen pada niat-Nya untuk memimpin mereka ke tanah terjanji. Orang-orang Israel itu pantas untuk dihukum dengan berat, namun Allah menolak untuk menyerah …… Dia tidak mau membuang orang-orang Israel! Allah malah mentransformasikan lambang penghukuman mereka (ular tedung) menjadi lambang pelepasan. Jika mereka memandang ular tembaga yang ditaruh pada sebuah tiang, maka orang-orang Israel akan bertumbuh dalam rasa percaya mereka pada TUHAN (YHWH). Lihatlah, bagaimana sabar Allah bekerja dengan mereka.

stdas0748Memang ketika kita berada dalam masa-masa sulit, mudahlah bagi kita untuk melupakan karya Allah dalam kehidupan kita. Seperti juga orang-orang Israel, kita telah berdosa terhadap Allah, dan dengan demikian pantaslah apabila kita dipisahkan dari Allah untuk selama-lamanya. Namun begitu, bahkan ketika kita berada di bawah hukuman maut, Allah mengenal kita dan Dia tetap mengingat janji-janji-Nya kepada kita. Karena kerahiman-Nya, Dia senantiasa “mendengarkan doa orang-orang yang bulus, dan tidak memandang hina doa mereka” (Mzm 102:18).

Sesungguhnya Allah mengasihi kita dengan mendalam – pribadi lepas pribadi. Ia telah menyediakan bagi kita suatu masa depan yang dipenuhi dengan pengharapan! Ular-ular tedung yang pada awalnya berfungsi sebagai penghukuman atas orang-orang Israel menjadi tanda keselamatan mereka. Demikian pula dengan salib Kristus – sebuah instrumen penghukuman – telah menjadi tanda keselamatan bagi kita. Bila kita memandang salib Kristus, maka Allah memberikan penyembuhan dan kerahiman-Nya. Jika kita membuka hati kita dan menyerahkan diri kita kepada kasih-Nya dan berbagai karunia yang disediakan-Nya bagi kita, maka kita pun akan mengalami damai sejahtera-Nya dan dorongan-Nya dalam segala situasi yang kita hadapi.

DOA: Bapa surgawi, salib Putera-Mu adalah sumber kehidupan kami. Tolonglah kami untuk percaya kepada kuat-kuasa salib-Nya agar dengan demikian kami akan menerima berkat melimpah dalam kehidupan kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 8:21-30), bacalah tulisan yang berjudul “AKU BUKAN DARI DUNIA INI” (bacaan tanggal 24-3-15) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 15-03 BACAAN HARIAN MARET 2015. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 8-4-14 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 19 Maret 2015 [HARI RAYA S. YUSUF, SUAMI SP MARIA] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SENIN PEKAN KELIMA PRAPASKA – HENRI J.M. NOUWEN

SENIN PEKAN KELIMA PRAPASKA

(Renungan Harian Dalam Masa Prapaska dari Henri J.M. Nouwen) 

HenriNouwenMaka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu” (Yoh 8:3-7). 

Inti kabar gembira adalah bahwa Allah bukanlah Allah yang jauh, Allah yang harus ditakuti atau dihindari, Allah yang membalas dendam, tetapi Allah yang tergerak oleh penderitaan kita dan ikut merasakan sepenuhnya perjuangan manusia …

Allah adalah Allah yang murah hati. Ini berarti pertama-tama bahwa Ia adalah Allah yang memilih menjadi Allah-beserta-kita …

Begitu kita menyebut Allah sebagai “Allah-beserta-kita”, kita memasuki hubungan intim yang baru dengan-Nya. Dengan menyebut-Nya Immanuel, kita mengakui bahwa Ia melibatkan diri-Nya untuk hidup dalam kesetiakawanan dengan kita, untuk bersama-sama berbagi rasa dalam kegembiraan dan kesakitan kita, untuk membela dan melindungi kita dan untuk menanggung seluruh suka-duka kehidupan bersama kita. Allah-beserta-kita adalah Allah yang dekat, Allah tempat kita mencari perlindungan, pegangan, kebijaksanaan dan bahkan lebih lagi Ia adalah penolong, gembala dan cinta kita. Kita tidak akan pernah sungguh-sungguh mengenal Allah sebagai Allah yang murah hati kalau kita tidak mengerti dengan hati dan budi kita bahwa “Ia tinggal di antara kita” (Yoh 1:14).

+++++++

Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa Allah adalah Allah kita dan bukan Allah yang asing, di luar kita atau yang lewat saja?

Kita mengetahuinya karena dalam Yesus kemurahan hati Allah nyata bagi kita. Yesus tidak hanya berkata, “Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu murah hati”, tetapi Ia juga mewujudnyatakan kemurahan hati ilahi itu dalam dunia kita. Tanggapan Yesus terhadap orang-orang yang bodoh, yang lapar, yang buta, yang lumpuh, orang-orang kusta, janda-janda dan semua yang datang kepada-Nya dengan penderitaan mereka, mengalir dari kemurahan hati ilahi yang membuat Allah menjadi salah satu dari antara kita. Kita perlu memperhatikan dengan cermat kata-kata dan karya-karya Yesus kalau kita mau memahami rahasia kemurahan hati ilahi itu. Kita dapat salah mengerti kisah-kisah mukjizat yang diceritakan dalam Injil jika kita hanya terkesan oleh yang tampak dari luar saja, yaitu bahwa orang-orang yang sakit tiba-tiba dibebaskan dari penyakit mereka. Seandainya memang inilah yang merupakan inti kisah-kisah itu, orang yang tidak senang dapat mengatakan bahwa sebagian besar orang pada zaman Yesus tidak disembuhkan dan bahwa mereka yang disembuhkan hanya membuat keadaan menjadi lebih jelek bagi mereka yang tidak disembuhkan. Yang penting bukanlah penyembuhan orang-orang sakit, tetapi kemurahan hati Allah yang menggerakkan Yesus untuk menyembuhkan.

DOA: Tuhan, Engkau datang tidak untuk menghakimi dunia tetapi untuk menyelamatkannya: setiap orang yang menolak Engkau dan tidak mau mendengarkan sabda-Mu, sudah ada hakimnya: sabda yang Kauucapkan akan menjadi hakimnya pada akhir zaman (bdk. Yoh 12:47-48).

Diambil dari Henri J.M. Nouwen, TUHAN TUNTUNLAH AKU – Renungan Harian Dalam Masa Prapaska, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1994, hal. 107-109. 

Cilandak, 23 Maret 2015 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS