LAURENSIUS: SEORANG DIAKON DAN MARTIR KRISTUS
LAURENSIUS: SEORANG DIAKON DAN MARTIR KRISTUS
(Bacaan Injil Misa Kudus, PESTA S. LAURENSIUS, DIAKON-MARTIR – Sabtu, 10 Agustus 2019)
Sesungguhnya Aku berkata berkata kepadamu: Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Siapa saja yang mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi siapa saja yang membenci nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Siapa saja yang melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Siapa saja yang melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. (Yoh 12:24-26)
Bacaan Pertama: 2Kor 9:6-10;Mazmur Tanggapan: Mzm 112:1-2,5-9
Santo Laurensius adalah salah seorang dari tujuh diakon Gereja Roma pada tahun 200-an. Sebagai seorang diakon, kepadanya dipercayakan tugas pelayanan mengurusi harta-benda milik Gereja dan memberikan sedekah kepada orang-orang miskin. Tugas ini dilakukan oleh Laurensius dengan hati-hati sekali dan juga dengan penuh bela rasa, karena dia melihat dan mengakui bahwa orang-orang miskin adalah harta Gereja yang paling besar, seperti yang ditulis oleh Yakobus dalam suratnya: “Dengarkanlah, Saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada orang-orang yang mengasihi Dia?” (Yak 2:5).
Pada tahun 257, Kaisar Valerian mulai melakukan pengejaran dan penganiayaan terhadap umat Kristiani, dan dalam jangka waktu satu tahun Paus Sixtus II (257-258) juga ditangkap dan dibunuh. Empat hari kemudian, Laurensius pun mati sebagai martir Kristus. Konon, ketika Laurensius diperintahkan untuk menyerahkan segala harta benda Gereja kepada Kaisar, Laurensius malah membawa orang-orang lumpuh, orang-orang buta, orang-orang kusta dan para fakir miskin kepada Pak Gubernur yang bertindak atas nama Kaisar. Laurensius berkata: “Tuanku, inilah harta kekayaan Gereja!” Orang-orang miskin memang adalah harta-milik Gereja yang sejati. Gereja Kristus memang sejatinya adalah “a Church of the Poor and for the Poor!” untuk sepanjang masa. Untuk tindakannya ini Laurensius dihukum mati dengan dibakar hidup-hidup di atas sebuah pemanggangan.
Memang ada banyak cerita yang beredar sekitar kematian Laurensius, namun ada satu ciri yang selalu tampil dalam cerita-cerita itu: Laurensius sangat mengasihi Yesus Kristus dan dia sungguh ingin memberikan keseluruhan hidupnya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Walaupun sedang berada di bawah ancaman hukuman mati yang kejam, satu-satunya hasrat yang ada dalam hatinya adalah untuk menyenangkan Yesus, karena dia mengetahui bahwa maut tidak dapat memisahkan dirinya dari kasih Allah (lihat Rm 8:35-39).
Mata manusia melihat bahwa Laurensius telah kehilangan segalanya. Akan tetapi dengan demikian dia menjadi sebutir biji gandum – seperti Yesus – yang jatuh ke dalam tanah dan mati, kemudian menghasilkan panen yang berbuah limpah untuk kerajaan Allah. Sebab itu, berabad-abad lamanya banyak orang datang untuk menjadi murid/pengikut Yesus …… setelah mendengar cerita-cerita tentang cintakasih tulus-mendalam dari Laurensius kepada Yesus Kristus.
Sekarang, baiklah kita bertanya kepada diri kita sendiri, “Apakah sebenarnya hasrat hatiku yang terdalam? Apakah arti Yesus bagi diriku?” Apa pun jawaban Saudari/Saudara terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, Yesus ingin memenuhi hati kita masing-masing dengan Roh Kudus-Nya. Dia terus mencari hati manusia yang dengan sederhana berkata kepada-Nya, “Yesus, aku sungguh ingin lebih mengenal-Mu lagi. Aku ingin lebih mengasihi-Mu lagi.” Yesus terus mencari orang-orang yang terbuka bagi pengarahan dan ajaran-Nya. Yesus sungguh rindu agar kita mengandalkan diri sepenuhnya kepada-Nya setiap hari, teristimewa agar kita memperoleh kekuatan untuk dapat taat kepada panggilan-Nya. Santo Laurensius telah menanggapi kerinduan Yesus itu, demikian pula begitu banyak orang kudus yang mengikuti jejak Santo Laurensius, baik perempuan maupun laki-laki, dari zaman ke zaman. Dari Beato Raymundus Lullus [+1314] yang mengalami kemartiran di Afrika Utara sampai kepada para martir di Nagasaki pada tahun 1597; dari Santo Thomas More [+1535] di negeri Inggris sampai kepada St. Maximilian Kolbe [+1941] dari Polandia; dari St. Jeanne d’Arc [+1431] di Perancis sampai kepada para martir OFM, FMM, OFS dan lain-lainnya [+1900] di perang Boxer di Tiongkok. Nah, sementara kita memanggil Yesus dengan menyerukan nama-Nya yang kudus, maka Dia pun akan mengubah hati kita sedikit demi sedikit dengan kasih-Nya yang sangat mendalam.
DOA: Tuhan Yesus, Engkau adalah pengharapanku! Aku menyadari bahwa aku tidak dapat membuat diriku kudus – namun Engkau dapat, ya Tuhanku. Sekarang, dengan bebas aku memberikan hidupku sepenuhnya kepada-Mu, agar dengan demikian Engkau dapat bekerja di dalam diriku dan melalui diriku seturut kehendak-Mu. Tuhan Yesus, Engkau adalah harta kekayaanku yang paling besar dan agung. Amin.
Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Yoh 12-24-26), bacalah tulisan yang berjudul “MARILAH KITA MERAYAKAN KEMARTIRAN SANTO LAURENSIUS” (bacaan untuk tanggal 10-8-19), dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 19-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2018.
(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 10-8-18 dalam situs/blog SANG SABDA)
Cilandak, 7 Agustus 2019 [Peringatan B. Agatangelus dan Kasianus, Imam Kapusin dan Martir]
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS