Posts tagged ‘MARTIR KRISTUS’

LAURENSIUS: SEORANG DIAKON DAN MARTIR KRISTUS

LAURENSIUS: SEORANG DIAKON DAN MARTIR KRISTUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, PESTA S. LAURENSIUS, DIAKON-MARTIR – Sabtu, 10 Agustus 2019)

Sesungguhnya Aku berkata berkata kepadamu: Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Siapa saja yang mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi siapa saja yang membenci nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Siapa saja yang melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Siapa saja yang melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. (Yoh 12:24-26) 

Bacaan Pertama: 2Kor 9:6-10;Mazmur Tanggapan: Mzm 112:1-2,5-9

Santo Laurensius adalah salah seorang dari tujuh diakon Gereja Roma pada tahun 200-an. Sebagai seorang diakon, kepadanya dipercayakan tugas pelayanan mengurusi harta-benda milik Gereja dan memberikan sedekah kepada orang-orang miskin. Tugas ini dilakukan oleh Laurensius dengan hati-hati sekali dan juga dengan penuh bela rasa, karena dia melihat dan mengakui bahwa orang-orang miskin adalah harta Gereja yang paling besar, seperti yang ditulis oleh Yakobus dalam suratnya: “Dengarkanlah, Saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada orang-orang yang mengasihi Dia?” (Yak 2:5).

Pada tahun 257, Kaisar Valerian mulai melakukan pengejaran dan penganiayaan terhadap umat Kristiani, dan dalam jangka waktu satu tahun Paus Sixtus II (257-258) juga ditangkap dan dibunuh. Empat hari kemudian, Laurensius pun mati sebagai martir Kristus. Konon, ketika Laurensius diperintahkan untuk menyerahkan segala harta benda Gereja kepada Kaisar, Laurensius malah membawa  orang-orang lumpuh, orang-orang buta, orang-orang kusta dan para fakir miskin kepada Pak Gubernur yang bertindak atas nama Kaisar. Laurensius berkata: “Tuanku, inilah harta kekayaan Gereja!” Orang-orang miskin memang adalah harta-milik Gereja yang sejati. Gereja Kristus memang sejatinya adalah “a Church of the Poor and for the Poor!” untuk sepanjang masa. Untuk tindakannya ini Laurensius dihukum mati dengan dibakar hidup-hidup di atas sebuah pemanggangan.

Memang ada banyak cerita yang beredar sekitar kematian Laurensius, namun ada satu ciri yang selalu tampil dalam cerita-cerita itu: Laurensius sangat mengasihi Yesus Kristus dan dia sungguh ingin memberikan keseluruhan hidupnya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Walaupun sedang berada di bawah ancaman hukuman mati yang kejam, satu-satunya hasrat yang ada dalam hatinya adalah untuk menyenangkan Yesus, karena dia mengetahui bahwa maut tidak dapat memisahkan dirinya dari kasih Allah (lihat Rm 8:35-39).

Mata manusia melihat bahwa Laurensius telah kehilangan segalanya. Akan tetapi dengan demikian dia menjadi sebutir biji gandum – seperti Yesus – yang jatuh ke dalam tanah dan mati, kemudian menghasilkan panen yang berbuah limpah untuk kerajaan Allah. Sebab itu, berabad-abad lamanya banyak orang datang untuk menjadi murid/pengikut Yesus …… setelah mendengar cerita-cerita tentang cintakasih tulus-mendalam dari Laurensius kepada Yesus Kristus.

Sekarang, baiklah kita bertanya kepada diri kita sendiri, “Apakah sebenarnya hasrat hatiku yang terdalam? Apakah arti Yesus bagi diriku?” Apa pun jawaban Saudari/Saudara terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, Yesus ingin memenuhi hati kita masing-masing dengan Roh Kudus-Nya. Dia terus mencari hati manusia yang dengan sederhana berkata kepada-Nya, “Yesus, aku sungguh ingin lebih mengenal-Mu lagi. Aku ingin lebih mengasihi-Mu lagi.” Yesus terus mencari orang-orang yang terbuka bagi pengarahan dan ajaran-Nya. Yesus sungguh rindu agar kita mengandalkan diri sepenuhnya kepada-Nya setiap hari, teristimewa agar kita memperoleh kekuatan untuk dapat taat kepada panggilan-Nya. Santo Laurensius telah menanggapi kerinduan Yesus itu, demikian pula begitu banyak orang kudus yang mengikuti jejak Santo Laurensius, baik perempuan maupun laki-laki, dari zaman ke zaman. Dari Beato Raymundus Lullus [+1314] yang mengalami kemartiran di Afrika Utara sampai kepada para martir di Nagasaki pada tahun 1597; dari Santo Thomas More [+1535] di negeri Inggris sampai kepada St. Maximilian Kolbe [+1941] dari Polandia; dari St. Jeanne d’Arc [+1431] di Perancis sampai kepada para martir OFM, FMM, OFS dan lain-lainnya [+1900] di perang Boxer di Tiongkok. Nah, sementara kita memanggil Yesus dengan menyerukan nama-Nya yang kudus, maka Dia pun akan mengubah hati kita sedikit demi sedikit dengan kasih-Nya yang sangat mendalam.

DOA: Tuhan Yesus, Engkau adalah pengharapanku! Aku menyadari bahwa aku tidak dapat membuat diriku kudus – namun Engkau dapat, ya Tuhanku. Sekarang, dengan bebas aku memberikan hidupku sepenuhnya kepada-Mu, agar dengan demikian Engkau dapat bekerja di dalam diriku dan melalui diriku seturut kehendak-Mu. Tuhan Yesus, Engkau adalah harta kekayaanku yang paling besar dan agung. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Yoh 12-24-26), bacalah tulisan yang berjudul “MARILAH KITA MERAYAKAN KEMARTIRAN SANTO LAURENSIUS” (bacaan untuk tanggal 10-8-19), dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 19-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2018. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 10-8-18 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 7 Agustus 2019 [Peringatan B. Agatangelus dan Kasianus, Imam Kapusin dan Martir]  

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KETEKUNAN AKAN MENDATANGKAN BERKAT

KETEKUNAN AKAN MENDATANGKAN BERKAT

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXIV – Rabu, 23 November 2016)

 maxresdefault

“Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh kehidupan.” (Luk 21:12-19) 

Bacaan Pertama: Why 15:1-4; Mazmur Tanggapan: Mzm 98:1-3,7-9

Masih ingatkah anda bagaimana populernya berbagai nubuat tentang akhir dunia selagi kita mendekati tahun 2000?  Pada waktu itu tidak sedikit orang yang mengalami excitement terkait prediksi-prediksi mengenai berbagai bencana alam dan malapetaka yang akan mendahului akhir zaman.

Orang-orang Yerusalem yang mendengar prediksi-prediksi Yesus tentang akhir zaman, yaitu tentang penghancuran/kehancuran Yerusalem, dan penganiayaan yang akan menimpa para murid-Nya barangkali lebih-lebih bereaksi dengan penuh ketakutan daripada excitement. Memang sepantasnya begitu! Sejarah mencatat bahwa pada tahun 70, suatu revolusi yang gagal melawan pemerintahan Romawi telah mengakibatkan kematian ribuan orang-orang tak bersalah, bencana kelaparan dalam skala besar, dan penghancuran Bait Suci.  Hanya setelah gambaran tentang segala penderitaan ini, Yesus mengingatkan para pengikut-Nya bahwa sesungguhnya sebelum peristiwa-peristiwa ini mereka akan menderita penganiayaan.

Jadi, di manakah “kabar baik”-nya yang ada dalam semua cerita ini? “Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu” (Luk 21:19). Satu-satunya yang dapat dilakukan oleh kita-manusia – bertahan/bertekun – akan mendatangkan berkat yang jauh melampaui segala kemampuan manusiawi kita: keselamatan penuh dan hidup kekal dalam kehadiran Allah Yang Mahakuasa.

Seperti orang-orang Yahudi pada abad pertama, kepada kita umat Kristiani pada millenium ketiga tidak dijanjikan hidup nyaman. Sebaliknya, Yesus menawarkan kepada kita sesuatu yang jauh lebih besar. Ia berjanji untuk membawa orang-orang yang tetap setia kepada-Nya pulang ke rumah dengan aman, ke sebuah kerajaan yang tidak dapat dihancurkan. Yang diminta dari kita adalah suatu hidup ketekunan. “Katekismus Gereja Katolik” (KGK) menjelaskan sebagai berikut:

“Semua orang dipanggil kepada kekudusan: ‘Karena itu haruslah kamu sempurna, seperti Bapa-Mu yang di surga adalah sempurna’ (Mat 5:48). Untuk memperoleh kesempurnaan itu hendaklah kaum beriman mengerahkan tenaga yang mereka terima menurut ukuran yang dikaruniakan oleh Kristus, supaya … mereka melaksanakan kehendak Bapa dalam segalanya, mereka dengan segenap jiwa membaktikan diri kepada kemuliaan Allah dan pengabdian terhadap sesama. Begitulah kesucian umat Allah akan bertumbuh dan menghasilkan buah berlimpah” (KGK, 2013).

Dengan panggilan yang sedemikian agung di depan kita, marilah kita tetap menaruh kepercayaan kita pada Dia yang mengasihi kita sedemikian rupa sehingga rela mati bagi kita. Marilah kita mendengarkan dengan penuh perhatian nasihat dari Roh Kudus dan melatih mata kita agar dapat melihat hadiah untuk kita, yaitu Yerusalem surgawi.

DOA: Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Aku ingin berpegang teguh pada janji-Mu akan kehidupan kekal. Dengan pertolongan Roh Kudus-Mu, aku berjanji untuk mengikuti ke mana saja Engkau memimpinku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 21:12-19), bacalah tulisan yang berjudul “TETAP BERTAHAN SUPAYA MEMPEROLEH HIDUP (bacaan tanggal 23-11-16) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 16-11 BACAAN HARIAN NOVEMBER 2016. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 25-11-15) 

Cilandak, 21 November 2016 [Peringatan SP Maria Dipersembahkan kepada Allah] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS      

DISALIBKAN DENGAN KRISTUS

DISALIBKAN DENGAN KRISTUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, PESTA S. LAURENSIUS, DIAKON-MARTIR – Rabu, 10 Agustus 2016)

 martyrdom-of-st-lawrence

Sesungguhnya Aku berkata berkata kepadamu: Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Siapa saja yang mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi siapa saja yang membenci nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Siapa saja yang melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Siapa saja yang melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. (Yoh 12:24-26) 

Bacaan Pertama: 2Kor 9:6-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 112:1-2,5-9

Pada hari ini Gereja merayakan pesta Santo Laurensius, seorang diakon Gereja Roma yang mati sebagai martir pada masa penindasan Kaisar Valerian. Pada waktu pejabat bawahan Valerian menuntut agar Laurensius menyerahkan kepadanya harta kekayaan, Laurensius malah mengumpulkan banyak sekali orang miskin yang didukung oleh Gereja. Laurensius berkata: “Inilah harta kekayaan dari Gereja.” Pejabat tersebut menjadi marah sekali, lalu menangkapnya. Laurensius diikat pada alat pemanggang, kemudian dibakar hidup-hidup.

Cerita yang menyentuh dari para martir Gereja di segala zaman adalah contoh dari sabda Yesus: “Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh 12:24). Di satu sisi Yesus membuat acuan terselubung kepada kematian dan kebangkitan-Nya, akan tetapi Dia juga berbicara  untuk kematian macam apa sebenarnya Dia memanggil semua pengikut-Nya – suatu kematian yang memampukan Laurensius untuk mempersembahkan hidupnya secara penuh bagi/demi umat Allah.

Jika kita sungguh ingin berbuah untuk Tuhan, maka “kulit luar” dari kodrat kita yang cenderung berdosa harus dibuat menjadi mati. Syukurlah, hal ini terjadi pada saat kita dibaptis (lihat Rm 6:4). Kodrat kita yang lama, yang diperbudak oleh dosa, disalibkan bersama Kristus, dan kita menerima  benih dari suatu hidup yang keseluruhannya baru. Kita menjadi “ciptaan baru”! Sekarang, setiap hari, kita dapat mengidentifikasikan diri kita sebagai mati terhadap dosa dan hidup bagi Allah. Setiap hari kita dapat “mati” dengan Yesus dan diberdayakan untuk menghasilkan buah Kerajaan-Nya: “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23).

Selagi kita mendeklarasikan: “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:19-20), maka kita akan mulai mengambil oper secara sedikit demi sedikit karakter Yesus sendiri. Kita akan memiliki bela rasa terhadap orang-orang miskin di sekeliling kita dan membutuhkan pertolongan karena kita memahami bela rasa Yesus bagi kita. Kita akan menginginkan memberikan hidup kita untuk melayani orang-orang yang menanggung beban hidup dan menderita, sebagaimana Yesus menyerahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban persembahan guna menebus dosa-dosa dan membebaskan kita dari maut.

Saudari dan Saudaraku, pada hari ini – malah setiap hari – marilah kita memohon kepada Roh Kudus untuk menunjukkan kepada kita kuat-kuasa dari salib Kristus, sehingga dengan demikian kita dapat menjadi pelayan-pelayan yang rendah hati dari pencurahan rahmat-Nya bagi dunia.

DOA: Tuhan Yesus, biarlah diriku ditanam ke dalam kematian-Mu, sehingga dengan demikian aku dapat menghasilkan buah bagi-Mu. Buatlah aku menjadi alat rahmat-Mu, agar semua orang yang miskin – baik secara spiritual maupun fisik – dapat menemukan hidup baru dalam Engkau. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 12:24-26), bacalah tulisan yang berjudul “BIJI GANDUM YANG JATUH KE DALAM TANAH DAN MATI” (bacaan tanggal 10-8-16) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 16-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2016. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 10-8-15 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 8 Agustus 2016 [Peringatan S. Dominikus, Imam]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

BIJI GANDUM YANG JATUH KE DALAM TANAH DAN MATI

BIJI GANDUM YANG JATUH KE DALAM TANAH DAN MATI

 (Bacaan Injil Misa Kudus, PESTA S. LAURENSIUS, DIAKON-MARTIR – Senin, 10 Agustus 2015)

 Martyrdom-of-St-Lawrence

Sesungguhnya Aku berkata berkata kepadamu: Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Siapa saja yang mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi siapa saja yang membenci nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Siapa saja yang melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Siapa saja yang melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. (Yoh 12:24-26) 

Bacaan Pertama: 2Kor 9:6-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 112:1-2,5-9

“Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh 12:24).

Imaji tentang biji gandum tentunya berlaku untuk Santo Laurensius, seorang diakon Gereja awal yang dibunuh sebagai martir Kristus pada masa pengejaran Kaisar Valerian pada tahun 258 M. Memang ayat ini berlaku untuk para martir, namun tidak kurang berlakunya bagi kita semua.

Catatan-catatan tradisi abad ke-4 menceritakan tentang tanggapan berani dari Santo Laurensius terhadap permintaan antek-antek Valerian untuk memberikan harta-kekayaan Gereja. Keesokan harinya, Laurensius muncul dengan banyak sekali orang miskin dan cacat dari kota Roma – semua yang dilayani oleh diakon Laurensius. Di hadapan para pejabat kekaisaran, Laurensius menyatakan: “Inilah harta-kekayaan Gereja”. Untuk “keberanian” (kekurangajaran?) ini, Laurensius dibakar hidup-hidup.

Jika darah para martir merupakan benih bagi Gereja, di mana tempat kita sekarang? Tidak terlalu banyak dari kita akan dipanggil oleh-Nya untuk menumpahkan darah sebagai martir Kristus. Dengan demikian, bagaimana kita dapat membantu Gereja untuk berakar dan bertumbuh? Jawabannya: Dengan sukarela merangkul “kemartiran” kecil-kecilan sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari.

6_raniero_cantalamessaRaniero Cantalamessa OFMCap. sekali menjelaskan begini: “Seorang ibu … pulang ke rumah dan memulai harinya yang terdiri dari seribu hal-hal kecil. Hidupnya praktis direduksi menjadi remah-remah, tetapi apa yang dilakukannya bukanlah hal yang kecil: Itu adalah Ekaristi bersama Yesus! Seorang biarawati … di pagi hari pergi untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari di tengah-tengah orang-orang tua, orang-orang sakit, dan anak-anak. Hidupnya juga kelihatan dapat dipecah-pecah oleh banyak hal yang kecil sehingga pada malam hari seakan tidak berbekas – terasa seperti satu hari lagi yang sia-sia. Akan tetapi hidup sang biarawati juga adalah Ekaristi; dia telah “menyelamatkan” hidupnya sendiri … Tidak ada seorang pun boleh mengatakan: “Apa gunanya hidupku ini? Kita ada di dunia untuk alasan yang paling agung, yaitu menjadi suatu kurban yang hidup. Artinya menjadi Ekaristi bersama Yesus.”

Apabila kita memilih untuk menyangkal atau mengesampingkan diri kita sendiri untuk menolong orang-orang lain, atau ketika kita memutuskan untuk berdiri tegak demi Injil Yesus Kristus, maka kita pun dapat dikatakan bergabung dengan para martir seperti Laurensius pada waktu kita ikut ambil bagian dalam kurban Yesus bagi dunia. Kita sungguh dapat berbuah bagi Kerajaan Allah!

DOA: Tuhan Yesus, tolonglah aku agar mau dan mampu untuk memilih mengikuti Engkau dengan sepenuh hidupku. Aku ingin untuk mengosongkan diriku sendiri agar dengan demikian aku dapat melayani orang-orang lain. Aku mau berbuah banyak bagi Kerajaan-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 12:24-26), bacalah tulisan yang berjudul “DISALIBKAN DENGAN KRISTUS” (bacaan tanggal 10-8-15) dalam situs/blog  SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori:15-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2015. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 10-8-13 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 5 Agustus 2015 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ALLAH MENGASIHI ORANG YANG MEMBERI DENGAN SUKACITA

ALLAH MENGASIHI ORANG YANG MEMBERI DENGAN SUKACITA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, PESTA S. LAURENSIUS, DIAKON-MARTIR – Sabtu, 10 Agustus 2013) 

ST. LAWRENCE THE MARTYRPerhatikanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Lagi pula, Allah sanggup melimpahkan segala anugerah kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam berbagai perbuatan baik. Seperti ada tertulis: “Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.” [1]  Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu. (2Kor 9:6-10)

[1] 2Kor 9-9, lihat Mzm 112:9

Mazmur Tanggapan: Mzm 112:1-2,5-9; Bacaan Injil: Yoh 12:24-26

“Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2Kor 9:7).

Santo Laurensius [+ 258] adalah seorang diakon gereja di Roma. Kepadanya dipercayakan dua tanggung jawab, yakni melayani orang-orang miskin dan juga menjaga harta-benda gereja. Pada masa pengejaran dan penganiayaan atas umat Kristiani di tahun 258, Cornelius, perfek Roma memerintahkan Laurensius untuk menyerahkan harta-kekayaan gereja kepada Kaisar.

Pada hari yang telah ditetapkan, Laurensius dengan bangga mempresentasikan kepada Cornelius sekumpulan besar orang yang terdiri dari para janda, yatim-piatu, orang buta dan lumpuh – semuanya yang hidup didukung dengan donasi umat Kristiani. Cornelius berkata: “Inilah harta-kekayaan Gereja”. Mendengar itu, sang perfek menjadi naik pitam dan memerintahkan agar Laurensius diikat lalu digiring ke sebuah tempat untuk dibakar hidup-hidup. Peristiwa itu sama sekali tidak mengintimidasi gereja, seperti diharapkan Cornelius. Sebaliknya, kemartiran Laurensius malah mendorong banyak orang lain untuk menerima dan merangkul Yesus dan mempraktekkan kasih Kristiani.

Santo Paulus mengingatkan kita bahwa kita tidak dapat mengalahkan Allah dalam hal kemurahan-hati. Sang rasul menulis: “Allah sanggup melimpahkan segala anugerah kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam berbagai perbuatan baik” (2Kor 9:8). Kasih sejati tidak mengenal kalkulasi untung-rugi, kasih sejati memberi dengan bebas. Bilamana Allah memberi, maka Dia memberi dengan berlimpah dari kasih-Nya yang tidak pernah mati, rahmat yang berkelimpahan, dan kerahiman yang tak mengenal batas.

ST. AUGUSTINEPada suatu kesempatan, Santo Augustinus [354-430] mengatakan, bahwa Allah senantiasa mencoba memberikan kepada kita segala sesuatu yang baik, namun tangan-tangan kita sudah terlalu penuh dengan yang lain-lain, sehingga tak lagi dapat menerima pemberian Allah itu. Hati kita seringkali tertawan oleh hal-hal yang kita hargai dan puja-puja. Dengan menambatkan diri pada hal-hal tersebut, sebenarnya kita menyediakan sedikit saja ruangan bagi rahmat Allah. Suatu roh yang murah-hati tidak hanya membebaskan kita untuk memberi tanpa rasa enggan, melainkan juga membuat diri kita reseptif terhadap Dia yang dapat memuaskan hasrat terdalam hati kita.

Apabila kita memberi dengan bebas dan dengan kemurahan-hati apa yang kita miliki – waktu, uang, ilmu-pengetahuan dan sumber daya lainnya – kepada mereka yang miskin, cacat atau terabaikan dalam masyarakat, maka sebenarnya kita meneladan Yesus yang mengasihi kita dan memberikan hidup-Nya sendiri untuk keselamatan kita. Santo Augustinus juga mengatakan: “Kasih mempunyai tangan-tangan untuk menolong orang-orang lain. Kasih mempunyai kaki-kaki untuk bergegas kepada orang-orang miskin dan membutuhkan pertolongan. Kasih mempunyai mata untuk melihat kesengsaraan dan kekurangan. Kasih mempunyai telinga untuk mendengar keluhan-keluhan dan duka-cita orang lain.” Marilah kita memohon kepada Allah agar Roh Kudus-Nya membentuk diri kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih atentif terhadap kebutuhan-kebutuhan sesama ini, dan untuk menjadikan kita para pemberi yang penuh sukacita, seperti Yesus sendiri.

DOA: Bapa surgawi, semoga kasih-Mu menginspirasikan anak-anak-Mu di mana saja untuk memberi dengan kemurahan-hati kepada orang-orang miskin dan berkekurangan di seluruh dunia, tanpa membedakan agama, kepercayaan, bangsa dan bahasa mereka. Ya Allahku yang Mahabaik, penuhilah diriku dengan kemurahan-hati-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 12:24-26), bacalah tulisan yang berjudul “BIJI GANDUM YANG JATUH KE DALAM TANAH DAN MATI” (bacaan tanggal 10-8-13) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 13-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2013. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 10-8-12 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 3 Agustus 2013 


Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ANAK-ANAK BETLEHEM MARTIR KRISTUS

ANAK-ANAK BETLEHEM MARTIR KRISTUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, PESTA KANAK-KANAK SUCI, MARTIR, Oktaf Natal – Jumat, 28 Desember 2012) 

Giotto-innocents

Setelah orang-orang majus itu berangkat, tampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata, “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.” Yusuf pun bangun, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya digenapi apa yang difirmankan Tuhan melalui nabi, “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.” [1]

Ketika Herodes tahu bahwa ia telah diperdaya oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang ditanyakannya dengan teliti kepada orang-orang majus itu. Dengan demikian digenapi firman yang disampaikan melalui Nabi Yeremia, “Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi .” [2] (Mat 2:13-18)

[1] bdk. Hos 11:1; [2] Lihat Yer 31:15

Bacaan Pertama: 1Yoh 1:5-2:2; Mazmur Tanggapan: Mzm 124:2-5,7-8

Masih dalam suasana sukacita Natal, liturgi Gereja menyuguhkan bacaan-bacaan yang bernuansa agak lain/berbeda, yaitu pada hari pesta Santo Stefanus, Martir Pertama (26 Desember) dan hari ini, tanggal 28 Desember ketika kita merayakan “Pesta Kanak-kanak Suci”, para protomartir di Betlehem, para korban kekejaman Herodes (lihat Mat 2:16). Anak-anak ini kiranya merupakan bagian dari mereka yang pertama memasuki firdaus melalui tindakan penyelamatan Kristus. Kitab Kebijaksanaan (Salomo) mengatakan: “… jiwa orang benar ada di tangan Allah …… kepergiannya dari kita dipandang sebagai kehancuran, namun mereka berada dalam ketenteraman” (Keb 3:1-2).

“Pesta” yang kita rayakan pada hari ini menunjuk pada kenyataan bahwa kuasa kegelapan menjadi gusar terhadap terang Kristus. Ini dapat dilihat di sepanjang sejarah keselamatan. Dalam Yesus, “Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat” (Yoh 3:19). Meskipun begitu, “terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” (Yoh 1:5). Sementara kuasa-kuasa kegelapan melawan terang, mereka tidak akan berjaya, karena Allah tidak pernah akan meninggalkan umat-Nya, bilamana kita berbalik kepada-Nya di tengah-tengah berbagai pergumulan dan kesulitan dan kesedihan kita, dan Ia akan membebaskan kita (bdk. 1Ptr 5:10-11).

Kanak-kanak suci di Betlehem adalah prototipe dari para pengikut Kristus untuk masa-masa setelah peristiwa itu terjadi, sampai hari ini. Pesta hari ini juga merujuk kepada kebenaran bahwa orang-orang Kristiani akan menderita dalam kehidupan ini seperti juga Yesus. Kehidupan Kristiani adalah meneladan kehidupan Kristus sendiri yang mengalami penderitaan sengsara dan kematian agar supaya menyelamatkan semua orang dari cengkeraman dosa dan Iblis. Perayaan-perayaan liturgis dan banyak madah/kidung tradisional yang berkenaan dengan masa Natal dengan kaya mencerminkan misteri Paskah Kristus. Tujuan besar dari inkarnasi adalah penyelamatan umat Allah.

Walaupun kehidupan Kristiani melibatkan kita dalam pertempuran antara kegelapan dan terang dan menyangkut penderitaan, Allah telah berjanji untuk senantiasa melindungi kita dan membimbing kita. Allah memimpin Yusuf dan keluarganya ke Mesir dalam rangka menghindarkan diri dari kekuatan-kekuatan jahat yang mengancam kehidupan kanak-kanak Yesus. Ketika pada akhirnya mereka meninggalkan tanah Mesir setelah kematian raja Herodes, keluaran mereka dari Mesir itu mengingatkan kita akan pembebasan umat pilihan Allah dari perbudakan di Mesir pada zaman Musa ribuan tahun sebelumnya: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku” (Mat 2:15; bdk. Hos 11:1).

DOA: Bapa surgawi, kanak-kanak suci di Betlehem mempersembahkan pujian bagi-Mu lewat kematian mereka bagi Kristus. Oleh Roh Kudus-Mu, buatlah aku agar mampu memberi kesaksian hidup nyata dari pengakuan iman yang kuucapkan dengan bibirku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 2:13-18) bacalah tulisan berjudul “JANGANLAH KITA SAMPAI BUTA SEPERTI HERODUS”  (bacaan tanggal 28-12-12), dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori 12-12 BACAAN HARIAN DESEMBER 2012.

Bacalah juga tulisan berjudul “PROTO MARTIR DI BETLEHEM 2.000 TAHUN LALU” (bacaan tanggal 28-12-10) dalam situs/blog SANG SABDA dan tulisan yang berjudul “PEMBUNUHAN ANAK-ANAK DI BETLEHEM” (bacaan tanggal 28-12-11 dalam situs/blog PAX ET BONUM. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 28-12-11 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 20 Desember 2012

 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

JALAN YESUS, JALAN PAULUS, SEHARUSNYA MENJADI JALAN KITA

JALAN YESUS, JALAN PAULUS, SEHARUSNYA MENJADI JALAN KITA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari biasa Pekan Biasa XI, Jumat 17-6-11) 

Karena banyak orang yang bermegah  secara duniawi, aku mau bermegah juga.

Tetapi jika orang-orang lain berani membanggakan sesuatu, maka aku pun – aku berkata dalam kebodohan – berani juga! Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang Ibrani! Apakah mereka orang Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga keturunan Abraham! Apakah mereka pelayan Kristus? – aku berkata seperti orang gila – aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; menanggung pukulan di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali menanggung pukulan oleh orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku menderita pukulan, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan tanpa menyebut banyak hal lain lagi, bebanku sehari-hari, yaitu keprihatinanku terhadap semua jemaat. Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita?

Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku. (2Kor 11:18,21b-30)

Mazmur Tanggapan: Mzm 34:2-7; Bacaan Injil: Mat 6:19-23

Santo Paulus mungkin adalah seorang misionaris paling ambisius yang pernah hidup di dunia. Dia melakukan perjalanan misionernya melalui banyak tempat seperti yang dapat kita baca dalam ‘Kisah para Rasul’, dia memberitakan Kabar Baik Yesus Kristus ke mana saja dia dan rombongannya berkunjung. Akan tetapi, semua keberhasilan besar ini terwujud tidak tanpa “biaya” dalam berbagai bentuk pengejaran dan penderitaan yang harus ditanggungnya.

Apabila kita membaca kembali apa saja yang telah dialami oleh Paulus (yang ditulisnya belum semuanya; lihat 2Kor 11:28), kita dapat bertanya penuh ketakjuban, “Bagaimana Paulus dapat bertahan?” Paulus membayar “biaya” ini dengan penuh sukacita karena dia memandang dirinya memperoleh privilese untuk boleh mengikuti jejak sang Guru. Seperti Yesus, yang tetap setia pada misinya sampai akhir, Paulus melihat jauh melampaui segala pencobaan yang dialaminya; dia fokus pada tujuan akhir: memajukan Kerajaan Allah!

Para misionaris Kristiani di sepanjang sejarah telah mengikuti jalan yang serupa. Untuk menyebarkan Injil dan mendirikan gereja-gereja (jemaat-jemaat) baru, mereka telah mengalami segala macam kesulitan dan penganiayaan di segenap penjuru dunia. Namun ini bukanlah sekadar kisah-kisah dari masa lalu kita. Pada zaman sekarang pun, banyak sekali misionaris dengan berani bekerja untuk memajukan Kerajaan Allah, meskipun senantiasa terancam oleh pihak penguasa yang tidak sejalan.

Misalnya, tidak sedikit imam katolik Filipina yang bekerja di tengah-tengah para pekerja Filipina di negeri-negeri yang bukan Kristiani. Pada abad ke-20 saja, tercatat 400 orang biarawan OFM yang mati di seluruh dunia sebagai martir Kristus. Pernahkah kita mendengar tentang heroisme umat Kristiani  “gereja bawah tanah” di Tiongkok? Kalau ada kesempatan, wawancarailah para suster FMM di Hongkong.  Lebih dari satu abad mereka telah berkarya di Tiongkok, dan banyak dari para biarawati Fransiskanes itu sampai hari ini masih meringkuk di penjara-penjara di sana …… martir-martir hidup. Dan, mereka itu perempuan-perempuan! Ingatkah anda, bahwa pada tahun 1996 ada tujuh orang rahib Trapis di Aljazair yang mati dibunuh oleh sekelompok ektremis Islam.  Sekian tahun lalu ada dua orang misionaris muda dari Amerika, Heather Mercer dan Dayna Curry, yang ditangkap di Afghanistan oleh anggota Taliban dan ditahan untuk tiga bulan lamanya. Di banyak tempat di dunia ini (termasuk Indonesia), hari ini pun para pengikut Kristus masih mengalami kesulitan (dari kecil sampai besar) selagi mereka melaksanakan “Amanat Agung” yang diberikan oleh Yesus Kristus sendiri (lihat Mat 28:19-20) dan/atau sementara mereka menghayati kehidupan Kristiani yang sejati. Mereka juga mengikuti jalan yang telah dijalani oleh Yesus dan Santo Paulus, …… dan Kerajaan Allah pun maju terus. Kenyataan ini tidak dapat disangkal oleh siapa pun!

Pada hari ini, marilah kita mengenang para misionaris yang sudah meninggal dunia dan mengingat mereka yang masih berkiprah di mana saja. Kita juga berdoa memohon rahmat ilahi dan kemauan serta kemampuan untuk menanggung derita yang dapat mendatangi kita selagi kita mensyeringkan Yesus Kristus – Tuhan dan Juruselamat kita – kepada orang-orang lain.

DOA: Tuhan Yesus, semoga Kerajaan-Mu senantiasa maju terus. Kuatkanlah para misionaris-Mu, ya Tuhan, dan tolonglah mereka agar dapat mengatasi segala kesulitan dengan kuasa kasih-Mu. Amin.

Cilandak, 8 Juni 2011  

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS