KITA HARUS MEMPERHATIKAN CARA KITA MENDENGAR

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXV – Senin, 24 September 2018)

“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki pelita, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, bahkan apa yang dianggapnya ada padanya, akan diambil juga.” (Luk 8:16-18) 

Bacaan Pertama: Ams 3:27-34; Mazmur Tanggapan: Mzm 15:2-5 

“Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar.” (Luk 8:18)

Kata-kata dalam Kitab Suci adalah seperti benih-benih. Apabila lingkungannya – teristimewa tanahnya –  cocok, benih-benih tersebut dapat bertumbuh dan membuahkan hasil yang berlimpah. Menghubungkan hal ini dengan apa yang dijanjikan Yesus bahwa Allah akan memberi kepada yang sudah mempunyai (Luk 8:18), kita dapat membayangkan apa yang akan terjadi apabila kita membaca kata-kata dalam potongan bacaan Kitab Suci: Selagi kita merenungkannya dan mewujudkannya dalam tindakan, maka “benih firman” itu dapat bertumbuh dan bertumbuh.

Pada suatu hari dalam Misa hari Minggu, seorang pemuda kaya yang baru berumur 20 tahun tersentuh oleh sebuah ayat Injil Matius yang dibacakan pada hari itu: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Mat 19:21). Hati pemuda itu tergerak untuk mematuhi perintah itu secara harafiah. Dengan cepat ia membagi-bagikan harta-kekayaan dan uangnya, menahan sedikit saja guna menopang hidupnya dan saudara perempuannya.

Dalam Misa kemudian setelah itu, pemuda itu mendengar satu ayat lagi yang menyentuh hatinya lagi: “Janganlah kamu khawatir tentang hari esok” (Mat 6:34). Sejak saat itu, dia “lompatan iman”. Setelah menyisihkan segala sesuatu yang diperlukan untuk saudara perempuannya, dia memberikan segala sesuatu yang tersisa dari harta-kekayaannya kepada orang-orang miskin, lalu pindah sebuah pondok kecil yang letaknya terisolasi di mana dia dapat mengabdikan dirinya untuk berdoa dan menopang kehidupannya dengan membuat alat-alat rumah tangga yang sederhana. Di mana? Di padang gurun Libia. Sepanjang hari berdoa, belajar dan bekerja kasar, sekadar cukup untuk hidup pada hari itu. Siapa nama orang yang “aneh” itu? Namanya Antonius (Yunani: Antonios) Pertapa atau Antonius dari padang gurun [251-356], kelahiran dekat Memphis (Mesir), bapa monastisisme.

Antonius tidak jarang mendapat godaan, baik rohani maupun jasmani. Namun berkat rahmat Tuhan yang dilimpah-limpahkan atas dirinya, dia sanggup mengatasi godaan-godaan tersebut. Ada catatan, bahwa pada waktu umat Kristiani dikejar-kejar dan dianiaya oleh Kaisar Maximinus, ia mengunjungi orang-orang  yang disekap dalam penjara dan menguatkan iman dan pengharapan mereka. Untuk bertahun-tahun lamanya, Antonius hidup sendiri dalam kemiskinan. Akan tetapi, hari lepas hari dia menerima semakin banyak kehidupan Allah sendiri. Pada suatu saat, reputasinya menarik orang-orang lain, dan mereka datang mohon didoakan dan nasihat-nasihatnya yang penuh hikmat. Bahkan banyak yang lalu bergabung dengan dirinya dalam gaya-hidup seperti itu. Kemudian mereka membentuk kelompok pertapa dengan aturan hidup yang sedikit lebih longgar, sedangkan Antonius sendiri hampir selalu menyendiri.

Pada usia 60-an tahun, Antonius pergi ke Alexandria memberikan nasihat dan semangat kepada S. Atanasius (Atanasios) temannya dan para penentang bid’ah Arianisme. Antonius adalah pertapa yang bijaksana dan bukan seorang “bonek”. Kehidupan rohaninya sangat mendalam dan seluruh hidupnya diarahkan demi mengabdi Tuhan secara radikal. Sementara itu para pengikutnya semakin banyak: ribuan orang mengundurkan diri dari kehidupan kota-kota besar yang penuh dengan godaan nafsu duniawi. Mereka menyepi di gurun pasir mengejar panggilan kesempurnaan sebagai orang Kristiani.

Pada saat wafatnya, 85 tahun setelah untuk pertama kalinya dia menanggapi secara positif sabda yang hidup dalam Kitab Suci, pekerjaan Antonius telah memperbaharui seluruh Gereja. Pada kenyataannya, dampaknya atas kehidupan Gereja tak dapat diukur sampai hari ini. Santo Antonius Pertapa mengambil sedikit saja kata-kata yang ada dalam Kitab Suci lalu dihayatinya dengan sungguh-sungguh, dan lebih banyak lagi yang diberikan kepadanya. Sekitar sembilan abad kemudian, di Italia terjadi peristiwa yang serupa (tapi tak sama), yaitu panggilan pertobatan Santo Fransiskus dari Assisi yang juga berdampak sangat luas dan dalam dalam kehidupan Gereja untuk masa-masa selanjutnya. Sekitar 2000 tahun yang lalu, Yesus sudah bersabda, “Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar” (Luk 8:18).

Saudari dan Saudaraku yang dikasihi Kristus, marilah kita menjadi “pendengar yang baik” dan “pelaku firman” (Yak 1:22 dsj.). Santo Antonius Pertapa, Santo Fransiskus dari Assisi dan sejumlah orang kudus lainnya mengambil hanya sedikit saja nas-nas Kitab Suci ke dalam hati mereka masing-masing dan mereka menerima lebih banyak lagi dari Dia yang begitu baik, sumber segala kebaikan. Semoga ada sedikit ayat Kitab Suci yang berakar dalam diri kita masing-masing, sehingga kita pun dapat menerima lebih banyak lagi dari Sang Pemberi.

DOA: Roh Kudus, terima kasih kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau berbicara kepadaku melalui kata-kata yang ada dalam Kitab Suci. Semoga berkat kuasa-Mu, semakin banyak lagi kata-kata dalam Kitab Suci menjadi sabda yang hidup bagi diriku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Luk 8:16-18), bacalah tulisan yang berjudul “SETIAP RAHASIA KERAJAAN ALLAH PADA AKHIRNYA AKAN DINYATAKAN” (bacaan tanggal 24-9-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2018. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 25-9-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 21 September 2018 [Pesta S. Matius, Rasul & Penulis Injil] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS