HARTA SESUNGGUHNYA YANG DISEDIAKAN BAGI KITA DALAM KRISTUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIII – Rabu, 12 September 2018)

Peringatan Falkutatif: Nama SP Maria yang Tersuci

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata,

“Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang punya Kerajaan Allah.

Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan.

Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.

Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.

Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di surga; karena demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.

Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.

Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar.

Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.

Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”  (Luk 6:20-26) 

Bacaan Pertama: 1Kor 7:25-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 45:11-12,14-17 

Manakala kita membaca ajaran Yesus, baiklah kita memegang satu kebenaran dalam pikiran kita: Yesus tidak pernah mengajarkan teori yang samar-samar. Ia selalu mengajar berdasarkan pengalaman hidup-Nya sendiri di hadapan hadirat Allah Bapa dan mencari segala jalan untuk menyenangkan Allah. Dengan demikian, ketika Yesus berkata bahwa “orang yang miskin”, “orang yang lapar”, “orang yang menangis/bersedih hati”, “orang yang dibenci”, “orang yang dianiaya/ dikucilkan” adalah orang-orang yang berbahagia (terberkati), Ia tidak sekadar mempresentasikan suatu agenda teoritis tentang redistribusi kekayaan. Ia berbicara tentang kehidupan orang-orang yang hidup dalam hadirat Allah dan penuh kesadaran akan kehadiran Allah itu, dan seluruh hidupnya dibentuk oleh interaksi dan persekutuan dengan Allah.

Dari pengalaman hidup-Nya sendiri Yesus mengetahui benar apa artinya menjadi orang miskin namun pada saat bersamaan memiliki kerajaan Allah sebagai warisan. Kepada para murid-Nya Yesus berkata: “Rubah mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Luk 9:58). Ia memilih hidup miskin-sederhana karena hati-Nya ditujukan pada sasaran-sasaran yang jauh lebih tinggi dan kaya: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat 6:33). Ia berdoa semalam-malaman (Luk 6:12), berpuasa selama 40 hari dan 40 malam (Mat 4:2) sehingga diri-Nya menjadi lapar, agar supaya Ia dapat berada bersama Bapa-Nya dalam doa, mencari kehendak-Nya dan menerima kasih-Nya.

Dalam kasus Yesus mengusir roh jahat dari seorang anak yang bisu (yang tidak mampu disembuhkan oleh para murid-Nya; Mrk 9:14-28), Ia sedih dan meratapi ketidakpercayaan para murid-Nya: “Hai kamu orang-orang yang tidak percaya, sampai kapan Aku harus tinggal di antara kamu? Sampai kapan Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!” (Mrk 9:19). Ia juga mengeluh karena penolakan Yerusalem terhadap cintakasih-Nya: “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau” (Mat 23:37). Hati Yesus begitu penuh dengan hasrat untuk memberikan kepada para murid-Nya segalanya yang telah diberikan Bapa surgawi kepada-Nya. Ia juga tahu apa artinya menjadi orang yang dibenci, dikucilkan, dipandang hina, dicerca, dicaci-maki dlsb. Ia tahu, seperti para nabi sebelum Dia, bahwa diri-Nya akan dianiaya dan kemudian dibunuh, karena kata-kata-Nya menghantam kekerasan dosa dalam hati manusia. Namun demikian, sebagai para nabi sebelum Dia, diri-Nya tidak dapat berhenti berbicara dengan terus terang karena didorong oleh kasih Allah bagi umat-Nya yang begitu besar.

Kehidupan yang diwujudkan oleh Yesus adalah kehidupan yang sama yang ditawarkan-Nya kepada kita. Pada permukaannya ucapan-ucapan “bahagia” ini dapat terasa sangat mahal atau tidak memiliki daya tarik, namun apabila kita melihatnya secara lebih mendalam maka diungkapkanlah harta sesungguhnya yang disediakan bagi kita dalam Kristus. Kesedihan, penganiayaan, rasa lapar dll. yang digambarkan oleh Yesus dalam bacaan Injil diberikan kepada kita sesuai dengan persepsi kita akan cintakasih dan kerahiman Allah. Allah hanya akan meminta dari kita apa yang kita siap berikan kepada-Nya secara ikhlas dalam kasih rasa penuh syukur. Marilah kita kita mengkomit diri kita masing-masing pada janji besar yang telah diberikan Yesus kepada kita: “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu” (Luk 12:32).

DOA: Tuhan Yesus, biarlah pola dan langkah hidup-Mu menjadi pola dan langkah hidupku. Biarlah hatiku menjadi seperti hati-Mu. Terima kasih, ya Tuhan. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Luk 6:20-26), bacalah tulisan yang berjudul “BERBAHAGIALAH, HAI KAMU YANG ……” (bacaan tanggal 12-9-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2018. 

(Tulisan ini adalah revisi atas tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 13-9-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 8 September 2018 [Pesta Kelahiran SP Maria] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS