Archive for September, 2016

AKU BERSYUKUR KEPADA-MU, BAPA, TUHAN LANGIT DAN BUMI

AKU BERSYUKUR KEPADA-MU, BAPA, TUHAN LANGIT DAN BUMI

(Pesta S. Teresia dr Kanak-kanak Yesus, Perawan Pujangga Gereja, Pelindung Misi – Sabtu, 1 Oktober 2016) 

jesus_christ_image_219

Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata, “Tuhan, setan-setan pun takluk kepada kami demi nama-Mu.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa atas segala kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di surga.”

Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.” Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya secara tersendiri dan berkata, “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”  (Luk 10:17-24) 

Bacaan Pertama: Ayb 42:1-3,5-6,12-17 atau Mazmur Tanggapan: Mzm 119:66,71,75,91,125,130 

ATAU: Bacaan Pertama: Yes 66:10-14b, atau 1Kor 12:31-13:13; Bacaan Injil: Mat 18:1-5

Lukas menggambarkan kegembiraan Yesus pada waktu para murid-Nya kembali dari misi  mereka mewartakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan. Yesus menunjukkan kepada para murid-Nya bagaimana seharusnya mereka memuji-muji Bapa-Nya di surga. Lalu kita pun dapat melihat sekilas lintas gaya doa Yesus: pujian penuh sukacita dalam Roh Kudus kepada Bapa: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, ……” (Luk 10:21).

Doa yang paling sejati adalah doa pujian dan syukur; ini adalah bentuk komunikasi yang paling meluas. Hal ini benar dalam relasi kita satu sama lain. Suatu sikap memuji, sikap menghargai, sikap mengasihi yang ditujukan kepada orang lain, adalah yang paling sehat bagi ke dua belah pihak dalam berkomunikasi. Lebih benar lagi adalah sikap kita terhadap Allah. Kita berkomunikasi secara paling baik jika kita mengenal orang lain dengan siapa kita berkomunikasi dan juga siapa kita ini. Allah adalah segalanya yang besar, agung dan indah. Yesus adalah yang paling besar dan agung! Dengan demikian puji-pujian adalah bentuk komunikasi dengan Dia yang paling nyata dan alamiah.  Puji-pujian mengungkapkan secara paling akurat perasaan-perasaan kita yang benar dalam berbicara dengan Dia dan juga dalam mendengarkan Dia. Kita tidak boleh lupa bahwa “mendengarkan” sudah merupakan separuh (yang lebih baik) dari komunikasi yang kita lakukan. Mendengarkan dengan puji-pujian dan rasa syukur kepada Tuhan!

Puji-pujian dapat mengambil banyak bentuk, bahkan dalam keheningan maupun lagu pujian. Lagu pujian membuka diri kita terhadap Allah dan juga perasaan-perasaan kita yang paling dalam tentang diri-Nya. Ada banyak doa pujian dalam Kitab Suci, Buku Doa Allah, dan banyak dari doa-doa itu adalah dalam bentuk lagu.

Baiklah bagi kita kalau sungguh menikmati lagu-lagu pujian dan menyanyikan lagu-lagu itu juga. Berdoa dengan menyanyikan lagu pujian adalah berkomunikasi dengan Tuhan, mengatakan kepada-Nya apa yang kita rasakan tentang diri-Nya, mengatakan kepada-Nya apa yang membuat kita mengasihi Dia dan berterima kasih penuh syukur kepada-Nya dan menaruh kepercayaan kepada-Nya, serta membuat Dia sebagai pusat kehidupan kita. Doa yang berbentuk lagu, jika kita masuk ke dalamnya dengan sikap ini, meluaskan kita dan membuat kita bertumbuh secara spiritual. Doa-lagu seperti ini menyelamatkan kita dari bentuk doa yang sempit dan terasa sekadar mohon ini-itu, menggunakan Allah sebagai seorang sugar-Daddy atau Sinterklas yang harus memberikan kepada kita apa saja yang kita minta. Dengan doa permohonan yang terlalu bersifat sepihak, sepertinya kita bertransaksi dengan Allah. Kita melakukan tawar-menawar yang sungguh tidak sehat. Doa yang jauh lebih bijak adalah doa pujian. “Biar bagaimana pun juga, puji Tuhan! Apapun yang terjadi, marilah kita memuji Tuhan” adalah motto yang hebat. Motto ini mengajar kita bagaimana membalikkan setiap hal menjadi suatu berkat bagi hidup kita.

DOA: Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil alternatif hari ini (Mat 18:1-5), bacalah tulisan yang berjudul “YANG TERBESAR DALAM KERAJAAN SURGA” (bacaan tanggal 1-10-16) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 16-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2016. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 3-10-15 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 27 September 2016 [Peringatan S. Visensius a Paulo, Imam]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

SEDIKIT CERITA TENTANG SANTO HIERONIMUS, IMAM DAN PUJANGGA GEREJA

SEDIKIT CERITA TENTANG SANTO HIERONIMUS, IMAM DAN PUJANGGA GEREJA

 saint_jerome_2

Pada hari ini, 30 September –  hari terakhir dalam Bulan Kitab Suci Nasional –, kita memperingati seorang kudus besar di bidang perkitabsucian, yaitu Santo Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja (c.342-420).

Dalam rangka peringatan 15 abad kematiannya, Paus Benedictus XV [pontifikat: 1914-1922] mengeluarkan surat Ensiklik SPIRITUS PARACLITUS (15 September 1920) di mana dikemukakan berbagai keutamaan Hieronimus, sumbangsihnya kepada Gereja dan lain sebagainya.

Kebanyakan orang kudus dikenang untuk berbagai keutamaan atau praktek devosional mereka, namun Hieronimus seringkali dikenang untuk sifat buruknya. Ia lekas panas, naik darah dan kadangkala menyakiti hati orang lain. Memang benar ia memiliki sifat buruk, namun cintakasihnya kepada Allah dan Putera-Nya, Yesus Kristus, luarbiasa intens. Siapa saja yang mengajarkan kesesatan bagi Hieronimus adalah musuh Allah dan kebenaran. Dalam situasi seperti itu, Hieronomus akan “menghantam” (katakanlah: “melabrak”) para pengajar sesat dengan tulisan-tulisannya yang penuh kuasa dan kadang-kadang sarkastis itu.

Hieronimus pertama-tama dan terutama adalah seorang pakar Kitab Suci. Ucapannya yang terkenal adalah: “Tidak kenal Kitab Suci, tidak kenal Kristus!” (Ignoratio Scripturarum, ignoratio Christi est!). Dia menulis banyak tafsir Kitab Suci yang sungguh merupakan sumber inspirasi bagi generasi-generasi kemudian. Dia juga sempat berfungsi sebagai penasihat para rahib, uskup maupun Sri Paus.

Agar mampu melakukan tugasnya ini, Hieronimus telah mempersiapkan diri dengan baik. Dia menguasai bahasa Latin, Yunani, Ibrani dan Khaldea. Karya utama Hieronimus adalah terjemahan Perjanjian Lama dari bahasa Ibrani ke bahasa Latin dan revisi Perjanjian Baru berbahasa Latin. Pekerjaan ini memakan waktu sekitar 15 tahun (c.390-405), namun hasil karyanya itu digunakan lebih dari seribu tahun lamanya di Gereja barat. “Kantor resmi” atau “posko” Hieronimus yang terakhir adalah sebuah gua di Betlehem.

Jalan Hieronimus menuju Betlehem yang mengikuti pola “zigzag” adalah sebuah pelajaran yang baik bagi setiap orang Kristiani yang mau menemukan cara terbaik untuk menanggapi dengan sepenuh hati panggilan Allah dalam dunia yang terus berubah. Hal ini benar teristimewa bagi kita kaum awam yang harus berjuang dengan pertanyaan tentang bagaimana seharusnya kita menanggapi panggilan kepada kehidupan doa di tengah-tengah kesibukan berbagai urusan keluarga, pekerjaan sosial dan lain-lainnya. Antara lain melalui upaya-upayanya dan kegagalan-kegagalannya, Allah terus-menerus membimbing Hieronimus selagi dia berjalan menuju suatu kehidupan yang dengan seimbang memasukkan ke dalamnya (1) panggilan untuk suatu hidup doa yang membutuhkan keheningan, maupun (2) panggilan untuk berinteraksi dengan dunia. Dengan demikian, kita juga dapat menaruh kepercayaan bahwa Roh Kudus akan membimbing kita melalui kompleksitas panggilan kita masing-masing.

Catatan: Disarikan dari berbagai sumber.

Jakarta, 30 September 2016

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TIGA KOTA YANG DIKUTUK OLEH YESUS

TIGA KOTA YANG DIKUTUK OLEH YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Hieronimus, Imam & Pujangga Gereja – Jumat,  30 September 2016) 

stdas0730“Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan daripada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!

Siapa saja yang mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan siapa saja yang menolak kamu, ia menolak Aku; dan siapa saja yang menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.” (Luk 10:13-16) 

Bacaan Pertama: Ayb 38:1,12-21; 39:36-38;  Mazmur Tanggapan: Mzm 139:1-3,7-10,13-14 

Dalam Bacaan Injil hari ini kita mendengar Yesus mengutuk beberapa kota di Galilea. Tidak kagetkah kita mendengar kecaman atau kutukan seperti ini keluar dari mulut Yesus? Rasa-rasanya ini bukanlah Yesus yang menegur dua bersaudara anak Zebedeus (Yakobus dan Yohanes) ketika mereka menyarankan kepada Yesus untuk membinasakan penduduk sebuah desa Samaria yang tidak mau menerima Dia (lihat Luk 9:51-55). Yesus ini mengajar kita untuk “mengasihi musuh-musuh kita” dan “mendoakan orang-orang yang berbuat jahat terhadap diri kita” (Luk 6:27).

Dengan Yesus dan semua nabi kita menyadari bahwa segala bahaya dan tragedi berasal dari dosa. Kita berharap bahwa kita akan memberikan hidup kita dan menjauhkan skandal dari orang-orang kecil, “anak-anak muda, mereka yang murni, mereka yang inosen (Inggris: innocent). Kita berharap bahwa kita akan marah ketika orang-orang yang inosen tadi dijahati. Kita akan setuju dengan Kitab Suci bahwa kebencian terhadap kejahatan adalah awal dari hikmat-kebijaksanaan.

Lalu, dapatkah kita sekarang melihat suatu paradoks dalam kutukan-kutukan Yesus? Kata-kata “kutukan” yang diucapkan Yesus itu seperti suatu nubuat yang mengingatkan para pendosa akan konsekuensi-konsekuensi dosa apabila tidak disusul dengan pertobatan. Kata-kata “kutukan” Yesus itu merupakan suatu peringatan kepada kita, yang bisa saja berpikir bahwa diri kita adalah “orang bener” dan/atau “orang yang paling bener”. Kalau begitu halnya, maka apabila kita jatuh ke dalam dosa, kita tidak memiliki kerendahan-hati yang diperlukan agar dapat mengakui kelemahan-kelemahan kita sendiri. Kata-kata “kutukan” Yesus ini juga berfungsi untuk mengingatkan kita bagaimana belas-kasih (kerahiman) Allah yang tak terbatas itu membawa kebaikan berlimpah sehingga kejahatan pun dikalahkan.

Santo Paulus menulis, “Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2Tim 3:16). Jadi, Kitab Suci ditulis a.l. untuk melakukan koreksi. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa kata-kata “kutukan” yang diucapkan oleh Yesus itu juga ditulis dalam rangka “koreksi” atas diri kita.

Walaupun kita tidak ingin bahwa para pendosa akan “dihabiskan” (secara literer/harfiah), kita tentunya boleh saja menginginkan agar kemakmuran duniawi merekalah yang “dihabiskan”. Jika diri kita sendiri yang harus dihukum sebagai koreksi atas dosa/kesalahan kita; jika kita menanggung penderitaan sebagai konsekuensi dari dosa-dosa kita dan hal tersebut telah mencerahkan kita serta membawa hikmat-kebijaksanaan dan pertobatan; bukankah kita juga dapat menghasrati rahmat yang sama bagi mereka yang telah mendzolimi kita?

Jadi di sinilah misterinya dan instruksi yang termuat dalam kata-kata “kutukan” Yesus: bukan hanya berkat-berkat dari Allah, namun juga “kutukan-kutukan” yang terinspirasikan tersebut akan menyelamatkan kita, jika kita memiliki hikmat-kebijaksanaan untuk mengacuhkan pesan-pesan yang termuat dalam kata-kata “kutukan” Yesus itu. Semoga kutukan terhadap dosa pada saat ini juga didengar oleh para pendosa, sementara mereka masih mempunyai waktu untuk belajar dan mengambil hikmat daripadanya, dan kemudian melakukan pertobatan.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah, kasihanilah aku, seorang pendosa. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Luk 10:13-15), bacalah tulisan yang berjudul “MENJADI SAKSI-SAKSI KABAR BAIK KERAJAAN ALLAH” (bacaan tanggal 30-9-16) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 16-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2016. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya di tahun 2013) 

Cilandak, 25 September 2016 [HARI MINGGU BIASA XXVI – TAHUN C] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PESTA TIGA MALAIKAT AGUNG (6)

PESTA TIGA MALAIKAT AGUNG (6)

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta S. Mikael, Gabriel, dan Rafael, Malaikat Agung – Kamis, 29 September 2016)

 archangelofgod

Kemudian timbullah peperangan di surga. Mikael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di surga.  Naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.

Lalu aku mendengar suara yang nyaring di surga berkata, “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara seiman kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai harus menghadapi maut. Karena itu, bersukacitalah, hai surga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu bahwa waktunya sudah singkat.” (Why 12:7-12) 

Bacaan Pertama alternatif: Dan 7:9-10,13-14;  Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-5; Bacaan Injil: Yoh 1:47-51

Tahukah kita (anda dan saya) masing-masing bahwa melalui Kristus kita menjadi warga surga. Di sana tidak ada pajak, dan rencana pensiun dari sang Raja sempurna adanya. Perumahan yang sempurna juga tersedia dan kita tidak memerlukan asuransi kesehatan sama sekali. Dan …… kita akan begitu sering bertemu dengan para malaikat (catatan: bukan bidadari!).

Yesus datang ke tengah dunia untuk mewartakan Kabar Baik, menyembuhkan mereka yang sakit dan mengusir Iblis dan roh-roh jahat dari orang-orang yang dikuasai makhluk-makhluk jahat tersebut. Karena para malaikat adalah utusan-utusan dan pelayan-pelayan Allah, kelihatannya ada “seorang” malaikat agung  diasosiasikan dengan masing-masing fungsi di atas. Misalnya, Gabriel, dikaitkan dengan fungsi pewartaan Kabar Baik (lihat Luk 1:26-28). Rafael dikaitkan dengan fungsi penyembuhan (Tob 12:1-10). Mikael dikaitkan dengan fungsi pertempuran-pertempuran melawan Iblis dan roh-roh jahatnya (Why 12:7). Sungguh merupakan suatu privilese bagi para malaikat agung tersebut untuk ikut ambil bagian dalam karya penebusan Yesus. Di sisi lain, kita semua pun sangatlah terberkati karena ada makhluk-makhluk rohani penuh kuasa dan kasih yang berjuang bagi kita dalam pertempuran rohani melawan kuasa-kuasa kegelapan.

Karena kita telah dipersatukan dengan Yesus dalam baptisan, maka kita pun dapat mulai mengalami di sini dan pada saat ini juga berkat-berkat dari kewargaan kita yang baru (warga surga). Kebangkitan Yesus telah membuka surga sebagai rumah kita yang sejati. Pada kenyataannya, bagian dari Gereja yang dinamakan “Gereja yang Berjaya” – sudah berada di surga, di mana para kudus berdiri bersama Yesus di hadapan takhta Allah Bapa, melakukan doa syafaat (pengantaraan) bagi kita. Pada saat yang sama, kita – “Gereja yang Berjuang” – terlibat dalam perang rohani yang terus berkecamuk di sekeliling kita. Dengan demikian, sungguh pentinglah bagi kita (anda dan saya) untuk “mencari hal-hal yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah” (Kol 3:1)! Di sinilah tempat kewargaan kita yang sejati.

Allah ingin agar kita senantiasa waspada terhadap lingkungan spiritual di sekeliling kita, di mana para malaikat-Nya berkonfrontasi dengan kuasa-kuasa jahat dalam dunia yang tak terlihat mata. Apakah sekarang kita (anda dan saya) memandang situasi-situasi yang kita hadapi hanya dari sudut alamiah, atau dapatkah kita mendeteksi kekuatan-kekuatan “lain” yang juga bekerja, yang baik maupun yang jahat? Sebagai sang “Panglima Tertinggi” dalam hal konflik-konflik spiritual/rohani, Yesus ingin agar kita mengangkat senjata iman yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita. Kita dapat memohon bantuan para malaikat dan berdoa agar dilepaskan/dibebaskan dari kuasa-kuasa jahat. Untuk kita ketahui, Iblis dan roh-roh jahat pengikutnya sesungguhnya merupakan kekuatan jahat dan tidak mengenal lelah dalam upaya mereka menjatuhkan kita, namun ia dapat dikalahkan oleh darah Yesus.

DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu untuk banyak cara yang digunakan oleh Gabriel, Rafael dan Mikael dalam melayani Engkau dan melindungi kami. Bukalah mata kami lebih lebar lagi agar dapat melihat pertempuran spiritual yang terjadi di sekeliling kami. Berikanlah kepada kami keyakinan yang lebih besar akan kuat-kuasa-Mu untuk mengatasi segala macam kejahatan. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama (alternatif) untuk hari ini (Dan 7:9-10,13-14), bacalah tulisan yang berjudul “TIGA PELAYAN DAN PESURUH ALLAH YANG AGUNG” (bacaan tanggal 29-9-16) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 16-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2016. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-9-15 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 25 September 2016 [HARI MINGGU BIASA XXVI – TAHUN C]  

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YA TUHAN, AKU AKAN MENGIKUT ENGKAU

YA TUHAN, AKU AKAN MENGIKUT ENGKAU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVI – Rabu, 28 September 2016) 

OFMCap.: Peringatan Beato Inosensius dr Bertio, Imam Biarawan

jesus_christ_image_219

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seseorang di tengah jalan kepada Yesus, “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya, “Rubah mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu Ia berkata kepada seorang yang lain, “Ikutlah Aku!”  Tetapi orang itu berkata, “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapakku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Lalu seorang yang lain lagi berkata, “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Luk 9:57-62) 

Bacaan Pertama: Ayb 9:1-112,14-16; Mazmur Tanggapan: Mzm 88:10-15

Ketika Yesus berkata, “Mari, ikutlah Aku …”, kita bahkan dapat mendengar kelanjutannya: Tinggalkanlah semua orang yang tidak mau mengikut Aku. Tinggalkanlah segala sesuatu yang menghalangi kamu mengikut Aku. Jangan melihat ke belakang.” Semua ini terdengar sulit, namun Yesus tidak datang ke tengah dunia agar dapat membuat hidup kita menjadi mudah; Ia datang untuk membuat segala sesuatu menjadi benar. Ia datang untuk membebaskan kita dari ikatan dosa, membuang rasa bersalah masa lalu kita, dan untuk memberikan kepada kita visi bagi masa depan. Ia datang untuk menunjukkan kepada kita bagaimana mengikuti jejak-Nya secara bermartabat dan yang memberikan kemuliaan bagi Allah.

Segala janji dalam Injil menjadi efektif dalam hidup kita selagi kita memutuskan untuk mengikuti jejak Yesus.  Dengan satu keputusan itu – diteguhkan dan diteguhkan lagi – kita menjadi terbuka bagi semua rahmat, sukacita, dan pengharapan akan surga.  Dengan mengucapkan kata-kata sederhana secara tulus, “Ya, Tuhan”,  terbukalah bagi kita suatu kehidupan yang bebas-merdeka, di mana Allah mengangkat beban rasa bersalah dan kecemasan kita dan memberikan kepada kita suatu jaminan akan kasih-Nya. Jaminan tersebut tak dapat dirusak oleh apa dan siapa pun.

Saudari dan Saudara sekalian, marilah kita sekarang membuat keputusan pada hari ini. Secara terbuka, kita berkata kepada Yesus: “Ya Tuhan, aku akan mengikut Engkau.” Setelah itu, janganlah berekspektasi bahwa segala sesuatu pasti akan menjadi lebih mudah; melainkan kita harus mencari langkah selanjutnya dalam hidup ini guna menjadi jelas. Lalu langkah selanjutnya dan langkah selanjutnya lagi, dst.

Santa Ibu Teresa dari Kalkuta mengatakan “ya” kepada Yesus. “Ya” itu menarik dirinya dari rumah asalnya di Albania dan membawanya ke sebuah sekolah susteran, kemudian ke jalan-jalan di Kalkuta – hampir tidak dapat dikatakan suatu kehidupan yang nyaman. Namun demikian biarawati ini melihat beban hidupnya ringan karena dia tahu bahwa Yesus menyertai dirinya. Rencana-rencananya sendiri, preferensi-preferensi dan mimpi-mimpinya harus memberi jalan bagi rencana-rencana dan preferensi-preferensi Kristus. Selagi Ibu Teresa mengabdikan dirinya kepada segala niat-Nya, maka dia mengalami sukacita sejati. Jika kita berbicara mengenai Ibu Teresa, maka yang kita bayangkan adalah seorang biarawati yang hampir selalu tersenyum dengan sepasang mata yang terang memancarkan kasih Allah.

Mengikut Yesus berarti memilih jalan yang sempit. Walaupun ini bukan merupakan jalan yang mudah, jalan ini pun bukanlah jalan yang selalu penuh penderitaan serasa matahari tidak pernah bersinar. Jalan yang sempit mungkin terlihat menakutkan, namun Allah ada bersama kita, dan dengan Allah segala sesuatu itu mungkin. Selagi kita melangkah di atas jalan yang sempit itu, kita akan senantiasa menemukan rahmat yang kita butuhkan – pada saat yang tepat, dalam ukuran yang tepat. Melalui Roh Kudus-Nya, Yesus akan melihat hal itu. Yesus ingin agar kita berhasil, bukan sebaliknya!

DOA: Ya Tuhan, aku akan mengikuti jejak-Mu pada hari ini. Nyatakanlah jalan-jalan-Mu kepadaku. Ajarlah aku jalan-jalan-Mu, maka ke mana saja Engkau pergi, aku pun dapat pergi. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Luk 9:57-62), bacalah juga tulisan yang berjudul “MERANGKUL SEPENUHNYA JALAN TUHAN” (bacaan tanggal 28-9-16) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 16-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2016. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 30-9-15 dalam situs/blog SANG SABDA)  

Cilandak, 24 September 2016 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

TINDAKAN BALAS DENDAM TIDAK ADA DALAM HATI YESUS

TINDAKAN BALAS DENDAM TIDAK ADA DALAM HATI YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Vinsensius a Paulo – Selasa, 27 September 2016)

YESUS DAN KEDUABELAS MURID-NYAKetika hampir tiba waktunya Yesus diangkat ke surga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata, “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Akan tetapi, Ia berpaling dan menegur mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain. (Luk 9:51-56) 

Bacaan Pertama: Ayb 3:1-3,11-17,20-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 88:2-8 

Karena saat sengsara dan kematian-Nya sudah semakin dekat, Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem di mana Dia akan menghadapi oposisi yang tidak ringan dan serius (Luk 9:51). Waktu-Nya di Galilea hampir habis, dan inilah waktu bagi-Nya untuk membawa serta murid-murid-Nya ke “jalan salib”-Nya. Dan, seperti pada awal pelayanan-Nya di Gelilea (Luk 4:14-30), Yesus lagi-lagi mengalami penolakan (Luk 9:52-56) – suatu pertanda awal lagi dari penolakan yang akan dihadapi-Nya di Yerusalem.

Satu tema yang suka dimunculkan secara berulang-kali dalam Injil Lukas adalah belas kasih Yesus terhadap para pendosa dan orang yang tersisihkan (sampah masyarakat), …… dan orang-orang Samaria termasuk dua kategori itu. Hal ini membantu kita untuk memahami mengapa Yesus memilih rute perjalanan-Nya melalui Samaria. Yesus tentu sadar bahwa para peziarah Yahudi yang melalui jalan Samaria ini seringkali menghadapi sikap dan perilaku bermusuhan dari orang-orang Samaria. Namun demikian, hasrat-Nya untuk berjumpa dengan orang-orang yang dipandang berdosa dan sampah masyarakat itu menggerakkan Yesus untuk mengambil risiko untuk pergi ke Yerusalem lewat Samaria.

Ketika sampai di sebuah desa di Samaria, orang-orang Samaria tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem (Luk 9:53). Reaksi Yesus terhadap perlakuan sedemikian damai-damai saja dan penuh kesabaran. Di lain pihak, Yakobus dan Yohanes menginginkan adanya pembalasan. Kejadian ini memberikan kepada Yesus suatu kesempatan untuk mengajar para murid-Nya tentang pengampunan apabila niat baik mereka ditolak; juga untuk membawa kasih kalau berhadapan dengan kebencian. “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Mat 20:28). Yesus tidak pernah memaksakan diri-Nya terhadap siapa saja, walaupun penolakan dari orang lain itu dapat membahayakan diri-Nya.

Apabila kita dihadapkan dengan penolakan, bagaimana seharusnya kita menanggapinya? Seringkali ketika rasa bangga pribadi kita terluka, kita pun serta merta membalas dalam upaya kita memulihkan harga diri kita. Namun Yesus mengajar bahwa kehormatan sejati  tidak berasal dari pendapat orang lain terhadap diri kita, melainkan dari kenyataan bahwa kita dikasihi dan diterima oleh Allah. Melalui karunia iman dan oleh rahmat ilahi dalam sakramen-sakramen, kita juga dipanggil untuk melakukan perjalanan bersama Yesus menuju salib. Dalam diri Yesus, kita akan menemukan bahwa segala sesuatu yang kita butuhkan untuk menopang diri kita di kala kita menghadapi oposisi yang sulit, dan berbagai pencobaan sepanjang perjalanan kita. Setiap hari, baiklah kita mengingat dan berterima kasih penuh syukur kepada Allah untuk warisan yang kita terima sebagai saudari dan saudara Kristus. Marilah kita mohon kepada Roh Kudus untuk menggantikan hasrat-hasrat guna membalas dendam dengan hati Yesus yang penuh belas kasih dan bela rasa.

DOA: Tuhan Yesus, penuhilah pikiran kami dengan segala hal yang telah Engkau lakukan bagi kami lewat pengorbanan-Mu pada kayu salib. Sembuhkanlah memori-memori kami karena kami pernah ditolak, dan penuhilah diri kami dengan kasih-Mu sehingga dengan demikian kami dapat menghadapi oposisi apa saja dengan kasih-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Luk 9:51-56), bacalah tulisan berjudul “SELALU ADA OPSI LAIN KETIMBANG JALAN KEKERASAN” (bacaan untuk tanggal 27-9-16) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 16-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2016. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 30-9-14 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 22 September 2016 [Peringatan S. Ignatius dr Santhi, Imam Biarawan] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YANG TERKECIL DI ANTARA KAMU SEKALIAN, DIALAH YANG TERBESAR

YANG TERKECIL DI ANTARA KAMU SEKALIAN, DIALAH YANG TERBESAR

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVI – Senin, 26 September 2016)

OFS: Peringatan S. Elzear dan Delfina, Ordo III S. Fransiskus Sekular 

jesus_christ_picture_013Kemudian timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya , dan berkata kepada mereka, “Siapa saja yang menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.”

Yohanes berkata, “Guru, kami lihat seseorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Yesus berkata kepadanya, “Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.” (Luk 9:46-50) 

Bacaan Pertama: Ayb 1:6-22; Mazmur Tanggapan: Mzm 17:1-3,6-7

Yesus mempunyai alasan untuk menjadi jengkel – malah sangat jengkel – dengan para murid-Nya. Kita melihat bahwa tiga orang di antara mereka baru saja menyaksikan transfigurasi di atas gunung (Luk 9:28-36) dan para murid yang lebih banyak jumlahnya juga menyaksikan Yesus mengusir roh jahat dari seorang anak yang sakit (Luk 9:37-43a), namun kemudian Yesus secara spesifik mengingatkan para murid-Nya itu akan penderitaan-Nya kelak (pemberitahuan kedua; Luk 9:43b-46), seraya menjelaskan bahwa Kerajaan-Nya bukanlah kerajaan dengan kekuasan duniawi melainkan kekuasaan berdasarkan kerendahan hati atau kedinaan. Walaupun mendengar pemberitahuan Yesus itu, para murid masih saja bertengkar antara mereka sendiri tentang siapakah yang terbesar di antara mereka (Luk 9:46). Kiranya mereka berkompetisi satu sama lain untuk memperoleh posisi kekuasaan dalam Kerajaan yang akan datang. Ah, begitu lamban mereka untuk sampai ke titik di mana mereka sungguh merangkul kerendahan hati Yesus, yang mengosongkan diri-Nya guna menyenangkan hati Bapa di surga!

Yesus dapat saja menegur para murid-Nya dengan keras.  Namun pada kenyataannya, Dia sekali lagi mengajar para murid bahwa kemuliaan dalam Kerajaan adalah milik dari yang paling kecil di antara mereka. Walaupun para murid itu lamban dalam memahami ajaran-Nya, Yesus tidak pernah berhenti menjelaskannya kepada mereka dalam kata-kata dan perbuatan-perbuatan. Kekerasan kepala para murid dan juga persaingan tak sehat yang terjadi di antara mereka bukanlah halangan bagi Yesus. Yesus ingin agar para murid-Nya sungguh mencerminkan kerendahan hati-Nya. Memang benar bahwa para murid mengasihi Yesus. Bahkan mereka percaya bahwa Yesus adalah sang Mesias dan mereka sungguh berani dalam memprolamasikan Kerajaan-Nya. Namun kita juga tidak dapat menyangkal kenyataan bahwa pelajaran tentang kerendahan hati atau kedinaan itu sangatlah sulit bagi mereka untuk menyimaknya.

yesus-dan-anak-anak-jesus-with-little-oneYesus tidak pernah “kapok” dan/atau menyerah dalam hal memperbaiki kebebalan para murid-Nya, demikian pula Dia tidak pernah menyerah dalam hal kita. Kita menemukan begitu banyak hal, baik dalam hati dan dalam dunia di sekeliling kita yang menarik kita kepada sikap dan perilaku yang mau untung sendiri dan juga cinta kekuasaan. Barangkali kita – terpaksa atau tidak terpaksa – mengeluh tidak puas tentang apa saja yang berhasil dicapai oleh kita atau anak-anak kita, atau merasa susah/tidak enak untuk memperkenankan orang lain yang dekat dengan kita menjadi sorotan orang-orang karena keberhasilannya. Percakapan-percakapan kita seringkali dapat berputar-putar di sekeliling diri kita sendiri saja. Kita dapat merasa terdorong untuk terus menanjak dalam karir – no matter what – jadi, tentunya juga tanpa berpikir tentang efek-efek negatif dari “keberhasilan” kita dalam karir tersebut atas kehidupan keluarga kita dan hidup doa kita.

Dorongan-dorongan manusiawi dapat sangat berakar kuat dalam diri kita dan semua itu biasanya tidak dapat diubah dalam satu malam.  Akan tetapi Yesus ingin agar kita menjadi serupa dengan diri-Nya, dan melakukan apa saja yang diperlukan untuk mencapai transformasi diri kita. Yang diminta oleh-Nya hanyalah bahwa kita meluangkan waktu untuk bersama Dia secara teratur, dengan demikian memperkenankan terwujudnya transformasi termaksud. Kita dapat membuat suatu komitmen untuk berdoa setiap hari dan membaca/mempelajari sabda-Nya. Kita dapat berpaling kepada Yesus dengan cinta kasih yang tulus setiap saat dalam hidup keseharian kita, guna menjaga pikiran kita dan memeriksa apakah pemikiran-pemikiran kita menyenangkan hati Bapa surgawi. Marilah kita mengambil langkah-langkah sederhana ini dan membuka pintu hati kita bagi Yesus agar Ia membentuk karakter-Nya yang rendah hati dalam diri kita.

DOA: Bapa surgawi, kami memuji Engkau untuk kerendahan hati-Mu yang sempurna! Engkau mengasihi kami tanpa syarat apa pun. Kami bersembah sujud di hadapan-Mu dengan penuh rasa syukur. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 9:46-50), bacalah tulisan yang berjudul “YANG TERKECIL, DIALAH YANG TERBESAR” (bacaan tanggal 26-9-16) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 16-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2016. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 28-9-15 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 21 September 2016 [Pesta S. Matius, Rasul Penulis Injil] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TIDAK HANYA KESAKSIAN MUSA DAN PARA NABI

TIDAK HANYA KESAKSIAN MUSA DAN PARA NABI

 (Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXVI [Tahun C] – 25 September 2016)

 rich-man-and-lazarus1

“Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Ada pula seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan  borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, Bapak Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus  segala yang buruk. Sekarang di sini ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain itu, di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, Bapak, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Mereka memiliki kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkannya. Jawab orang itu: Tidak Bapak Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.” (Luk 16:19-31) 

Bacaan Pertama: Am 6:1a,4-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 146:7-10; Bacaan Kedua 1Tim 6:11-16 

Abraham mengatakan kepada orang yang kaya itu bahwa mukjizat yang paling spektakuler sekali pun tidak akan mampu untuk mengubah hati atau pikiran orang. Hanya sabda Allah sajalah yang dapat melakukannya. “Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati” (Luk 16:31). Tujuan Yesus mengatakan ini adalah untuk menggaris-bawahi adanya suatu kuat-kuasa riil dalam sabda Allah. Apabila kita sungguh mendengarkan sabda Allah itu, jika kita mengesampingkan ide-ide dan hasrat-hasrat kita sendiri, maka Kitab Suci dapat mengubah diri kita secara mendalam.

Mendengarkan sabda Allah dalam Kitab Suci dengan cara yang dapat mengubah hati kita menyangkut lebih daripada sekadar membaca dan/atau mendengar sabda Allah. Bagaimana pun juga orang kaya dalam perumpamaan ini mempunyai Kitab Taurat dan Kitab para Nabi, dan hal itu tidak membuat perubahan atas dirinya. Untuk mendengar sabda Allah, pertama-tama kita harus menenangkan hati dan pikiran kita. Kita harus membuat hening segala macam suara/kebisingan yang dapat dengan cepat menjadi distraksi/pelanturan: pikiran-pikiran tentang hal-hal lain apa saja yang harus kita lakukan, apa saja yang ingin kita lakukan, atau apa saja yang kita telah lupa lakukan. Yang diminta oleh Allah hanyalah bahwa kita memusatkan perhatian kita kepada-Nya untuk hanya beberapa menit lamanya.

Apabila kita telah menenangkan pikiran kita dengan cara begini, janganlah merasa terkejut untuk menemukan rasa bersalah, kemarahan, penolakan, atau dosa yang selama ini terhambat atau tertutupi oleh urusan-urusan lain sehari-hari dan tidak dapat muncul ke atas permukaan dengan segera. Sesungguhnya ada banyak sekali “jaringan laba-laba” yang harus dibersihkan terlebih dahulu melalui pertobatan. Pertobatan akan menghancurkan berbagai halangan yang berdiri antara kita dan Allah. Pertobatan membebaskan diri kita untuk mendengar dari Dia tanpa gangguan atau distorsi dan memampukan kita untuk membuka hati kita  lebar-lebar guna menerima sabda-Nya.

roh-kudus-melayang-layang-2Sekarang, kitapun siap untuk memohon kepada Roh Kudus untuk berbicara kepada kita selagi kita membaca Kitab Suci. Kita harus membacanya dengan tidak terburu-buru. Baiklah bagi kita untuk berhenti bilamana ada sepatah kata atau frase yang menarik perhatian kita, atau katakalah menyentuh hati kita. Sekali-kali kita harus berhenti dan memohon kepada Roh Kudus untuk membantu kita memahami apa yang dikatakan-Nya kepada kita. Kita harus menaruh kepercayaan bahwa Dia akan menjawab. Walaupun apa yang dikatakan Roh Kudus itu tidak menyenangkan, kita harus menyadari bahwa hal itu adalah demi kebaikan kita (lihat Yer 29:11). Apabila kita mencoba cara ini setiap hari sepanjang dua minggu, maka berkat rahmat Tuhan kita pun akan merasakan adanya perubahan dalam hati kita. Kita tidak hanya memiliki Musa dan para nabi, melainkan juga Yesus dan Roh Kudus. Biarlah kata-kata mereka sungguh merobek hati kita.

DOA: Roh Kudus Allah, berikanlah kepadaku telinga untuk mendengar Engkau, agar aku dapat mengenal Engkau dan mengasihi Engkau dan melayani Engkau hari ini dan selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 16:19-31), bacalah tulisan yang berjudul “PERUMPAMAAN TENTANG ORANG KAYA DAN LAZARUS YANG MISKIN” (bacaan tanggal 25-9-16) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 16-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2016. 

(Tulisan ini adalah revisi dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-9-13 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 21 September 2016 [Pesta S. Matius, Rasul Penulis Injil]   

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KITA PUN DIPANGGIL UNTUK MENGHAYATI KEHIDUPAN TERSALIB

KITA PUN DIPANGGIL UNTUK MENGHAYATI KEHIDUPAN TERSALIB

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXV – Sabtu, 24 September 2016)

 1-1-pictures-jesus-cross

Ketika semua orang itu masih heran karena segala sesuatu yang diperbuat-Nya itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Dengarlah dan perhatikanlah semua perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Namun mereka segan menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya. (Luk 9:43b-45) 

Bacaan Pertama: Pkh 11:9-12:8; Mazmur Tanggapan: Mzm 90:3-6,12-14,17

Yesus telah mengatakan kepada para murid-Nya bahwa diri-Nya akan mengalami banyak penderitaan dan ditolak oleh para pemuka agama Yahudi, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga (Luk 9:22). Sekarang – dalam pemberitahuan kedua tentang penderitaan-Nya – Yesus mengatakan kepada mereka lagi bahwa diri-Nya akan diserahkan ke dalam tangan manusia (Luk 9:44). Mereka (para murid-Nya) sungguh tidak mengerti!

Dalam Injil yang ditulisnya, Lukas ingin mengemukakan bahwa kebutaan atau kebebalan para murid itu tidaklah lepas dari rancangan Allah itu sendiri. Bagaimana pun juga Pentakosta belum datang, artinya para murid belum menerima Roh Kudus yang akan menyatakan kepada mereka arti sepenuhnya dari Kalvari. Lukas juga mencatat bahwa para murid merasa takut untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Yesus. Seakan-akan dia mau mengungkapkan bahwa para murid tidak tahu karena mereka tidak ingin/mau tahu (Luk 9:45).

Dalam proses menuju kepada pengenalan akan Allah, bukankah kita juga seringkali dihinggapi rasa takut atau menghindarkan diri dari apa yang kita pikir Allah mungkin mencoba katakan kepada kita? Dengan demikian, betapa indah jadinya untuk mengetahui bahwa kita dapat mengenal Yesus secara pribadi. Melalui Dia kita mengetahui bahwa kita mempunyai seorang Bapa di surga yang kasih-Nya dapat kita alami setiap hari. Barangkali hal yang pada awalnya agak tidak mudah untuk kita pahami namun setahap demi setahap dapat kita pahami dan imani (semuanya di bawah pengaruh Roh Allah) adalah bahwa “karena Tuhan yang kita ikuti disalibkan, maka kita pun dipanggil untuk menghayati kehidupan tersalib”, suatu crucified life. Sebagai man of the Cross, Santo Fransiskus dari Assisi tahu benar apa makna dari “kehidupan tersalib” itu, yang dihayatinya dengan setia sejak saat pertobatannya sampai saat kematiannya.

Tuhan Yesus tidak hanya membawa serta dosa-dosa kita ke atas kayu salib, Ia juga membawa-serta kita juga: “Aku telah disalibkan dengan Kristus”, tulis Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia (Gal 2:19). Setiap hari kita harus mempasrahkan diri kita kepada karya Roh Kudus Allah selagi kita berupaya untuk mati terhadap kebiasaan-kebiasaan lama kita, dosa-dosa kita, sikap dan perilaku mementingkan diri-sendiri, agar kita dapat menjadi “ciptaan baru”, yang dijiwai dengan hidup Kristus sendiri.

Santo Yohanes dari Salib [1542-1591], seorang pembaharu Ordo Karmelit, menulis tentang bagaimana Allah memurnikan dan membersihkan mereka yang ingin menjadi matang/dewasa sebagai orang Kristiani: “Ah, Tuhanku dan Allahku! Berapa banyak orang datang kepada-Mu mencari penghiburan dan kepuasan bagi diri mereka sendiri dan menghasrati bahwa Engkau memberikan kebaikan-kebaikan dan karunia-karunia, namun alangkah sedikitnya orang-orang yang ingin memberikan kepada-Mu kesenangan dan sesuatu yang menimbulkan biaya bagi mereka sendiri, mengesampingkan kepentingan mereka sendiri” (Malam Gelap).

Nah, marilah kita tanpa rasa takut mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Allah tentang makna salib Kristus atau bagaimana kita dapat menyenangkan diri-Nya.

DOA: Bapa surgawi, biarlah salib Putera-Mu berlaku pada setiap bagian dari keberadaanku – kecerdikanku, rasa percaya-diriku, simpati-simpatiku, afeksi-afeksiku, selera-seleraku, perasaan-perasaanku, ambisi-ambisiku, pemikiran-pemikiran duniawiku, kemalasanku, pengabaian doaku, keinginan tahu diriku yang tidak sehat, sifat pemarahku, ketidakpercayaanku, kecepatanku dalam mengkritisi orang lain, dan apa saja yang merupakan penghinaan terhadap kekudusan-Mu dan suatu kesempatan yang dapat digunakan Iblis untuk maksud jahatnya. Terima kasih, Bapa! Dimuliakanlah nama-Mu selalu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Luk 9:43b-45), bacalah tulisan yang berjudul “UNTUK KEDUA KALINYA YESUS MENGUNGKAPKAN REALITAS SENTRAL DARI MISI-NYA” (bacaan tanggal 24-9-16) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 16-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2016. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 26-9-15 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 21 September 2016 [Pesta S. Matius, Rasul Penulis Injil] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

SIAPAKAH AKU INI?

SIAPAKAH AKU INI ?

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXV – Jumat, 23 September 2016)

OFM Cap./OSCCap. (Klaris Kapusin): Pesta S. Pius dr Pietralcina (Padre Pio) 

SIAPAKAH AKU INI - MAT 16Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah  murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka, “Kata orang banyak, siapakah Aku ini? Jawab mereka, “Yohanes Pembaptis, yang lain mengatakan: Elia, yang lain lagi mengatakan bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.” Yesus bertanya kepada mereka, “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus, “Mesias dari Allah.” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun.

Kemudian Yesus berkata, “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Luk 9:18-22) 

Bacaan Pertama: Pkh 3:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 144:1-4 

Apabila kita ingin mengikuti jejak Yesus dengan keyakinan yang mantap, maka kita harus mengetahui siapa Dia sebenarnya. Ketika Yesus bertanya: “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?”, maka berbagai jawaban yang diberikan para murid-Nya mencerminkan kepercayaan di tengah masyarakat pada waktu itu (Luk 9:18-19). Semua ini adalah jawaban-jawaban yang menyenangkan, namun tidak berurusan dengan kebenaran sentral bahwa Yesus adalah “Mesias dari Allah” yang datang ke dunia untuk menyelamatkan kita – umat manusia. Yesus mengetahui bahwa para murid-Nya akan sampai pada kepercayaan ini dan dengan demikian Ia mengajukan pertanyaan kepada mereka tentang tingkat iman-kepercayaan mereka.

Yesus baru saja berdoa seorang diri. Urut-urutan pertanyaan yang diajukan oleh-Nya menyarankan bahwa orang banyak hanya melihat sebagian gambaran saja dari Yesus. Petrus – sementara berbicara atas nama seluruh murid – adalah orang pertama yang memberikan kemuliaan kepada Yesus yang memang diterima-Nya dengan mendeklarasikan Yesus sebagai “Mesias dari Allah”. Saat itu adalah saat yang penuh sukacita dan kemenangan bagi mereka. Mengapa setelah deklarasi Petrus itu, Yesus langsung saja dan dengan cepat berbicara mengenai penderitaan dan kematian-Nya?

Yesus mengetahui bahwa para murid telah memiliki pemahaman yang benar tentang diri-Nya, namun mereka tidak memahami implikasi sepenuhnya dari apa yang harus dilakukan oleh-Nya. Walaupun pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta akan menolong para murid untuk memahami secara lebih mendalam lagi, Yesus memimpin untuk memahami bahwa penderitaan dan kematian berada di jantung misi-Nya. Tanpa sengsara dan kematian-Nya, Yesus hanyalah seorang Guru yang memberikan contoh yang baik kepada kemanusiaan yang tidak dapat berubah.

Dengan merangkul salib, cengkeraman Iblis atas diri kita dipatahkan oleh Yesus. Tanpa kuasa dan kebebasan yang datang dari pengorbanan itu, kita tidak mampu untuk hidup sepenuhnya bagi Allah. Karena keilahian-Nya, Yesus mampu untuk melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh Yohanes Pembaptis atau Elia, atau nabi-nabi lain, yaitu mengalahkan dosa dan Iblis dan membawa kehidupan baru bagi umat Allah.

C.S. Lewis menulis dalam bukunya, Mere Christianity (II,4): “Kita diberitahukan bahwa Kristus dibunuh untuk kita, bahwa kematian-Nya telah mencuci-bersih dosa-dosa kita, dan oleh kematian-Nya Dia membuat kematian menjadi tak berdaya. Itulah rumusannya. Itulah Kristianitas (Kekristenan). Itulah yang harus dipercayai.” Yesus mengetahui apa yang harus dilakukan-Nya bagi umat-Nya yang sudah hilang dan suka memberontak itu. Tindakan-tindakan Yesus mengandung “biaya” yang lebih besar namun membawa kemuliaan yang lebih besar pula daripada apa yang kita dapat bayangkan. Kita sepatutnya bersukacita, bahwa Yesus telah melakukan begitu banyak bagi kita semua!

DOA: Tuhan Yesus, kami sungguh percaya bahwa Engkau adalah Mesias dari Allah. Kami juga percaya bahwa pembebasan kami dari dosa dan maut hanya dimungkinkan lewat penderitaan dan kematian-Mu di kayu salib. Terima kasih, ya Tuhan dan Allahku. Jagalah kami selalu agar kami sungguh dapat menjadi murid-murid-Mu yang sejati. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 9:18-22), bacalah tulisan yang berjudul “MESIAS DARI ALLAH” (bacaan untuk tanggal 23-9-16) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 16-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2016. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya di tahun 2012)

Cilandak, 21 September 2016 [Pesta S. Matius, Rasul Penulis Injil] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS