YANG MERENDAHKAN DIRI AKAN DITINGGIKAN
![](https://catatanseorangofs.wordpress.com/wp-content/uploads/2022/08/eating-with-sinners.webp?w=640)
YANG MERENDAHKAN DIRI AKAN DITINGGIKAN
Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXII [Tahun C], 28 Agustus 2022
Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan seksama.
Karena Yesus melihat bagaimana para undangan memilih tempat-tempat kehormatan, Ia menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka, “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat daripada engkau, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di tempat yang lebih terhormat. Dengan demikian, engkau akan menerima hormat di depan mata semua orang yang makan bersamamu. Sebab siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Luk 14:1.7-14)
Kalau ada satu sikap yang secara konsisten dicemoohkan oleh dunia, maka sikap itu adalah “kerendahan hati” dan hal itu terutama terjadi karena dunia tidak memahami apa arti sebenarnya dari kerendahan hati. Yang pertama dan utama adalah bahwa kerendahan hati itu menyangkut suatu “ketergantungan penuh kepercayaan” pada Allah. Lawannya adalah “kesombongan”, yang pada hakekatnya merupakan suatu penjauhan diri dari Allah (Sir 10:12). Kerendahan hati percaya bahwa Allah adalah baik, maka menemukan kekuatan untuk bertekun di bawah pelbagai godaan dan pencobaan. Di sisi lain kesombongan yang melarikan diri dari Allah hanya menggiring orang kepada sikap mementingkan diri sendiri, dan tidak mempunyai kekuatan untuk menanggung kesulitan-kesulitan – atau memahami arti penderitaan.
Jantung atau intisari dari kerendahan hati adalah pengetahuan dan keyakinan bahwa kita adalah penerima kerahiman Allah yang berlimpah, yang sebenarnya kita tak pantas untuk menerimanya. Ketika kita mengalami kasih Yesus yang murah hati dan penuh pengampunan, kita dibuat menjadi rendah hati dan dalam diri kita mulai berkembanglah suatu kemurahan hati yang bersifat ilahi. Dalam terang pengalaman kita akan kasih Allah, kita pun menyadari bahwa kita sendiri hanyalah para pengemis dan tidak berbeda dengan orang-orang yang dicampakkan oleh dunia. Kita sadar bahwa siapa saja di muka bumi ini adalah saudari-saudara dan kita dipanggil untuk berdiri bersama dengan mereka yang berada di “tempat yang paling rendah” (Luk 14:10) dan berbagi dengan mereka kasih ilahi yang baru kita terima itu.
Yesus adalah teladan paling sempurna dari kerendahan hati. Dia cukup rendah hati untuk menamakan diri-Nya sebagai saudara kita, untuk mengidentifikasikan diri-Nya dengan kita yang penuh dosa dan kelemahan, dan bahkan sampai menjadi sama seperti kita, agar dapat menyelamatkan kita. Dengan cara yang sama, Yesus minta kepada kita untuk cukup rendah hati agar dapat memandang setiap orang yang membutuhkan di sekeliling kita sebagai saudari atau saudara, dan agar kita pun melayani orang-orang itu. Seperti Yesus selalu memperhatikan kepentingan kita, Dia memanggil kita juga untuk memperhatikan kepentingan-kepentingan sesama kita (Flp 2:4).
Dalam Misa Kudus hari ini, marilah kita mohon kepada Tuhan Yesus untuk menunjukkan harga yang telah dibayar oleh-Nya untuk membebaskan kita masing-masing dari dosa dan mengangkat kita – meninggikan kita – untuk sampai kepada takhta Allah Bapa. Biarlah kasih-Nya menggerakkan kita untuk men-sharing-kan kasih itu dengan orang-orang di sekeliling kita. Semoga kita semua membuat komitmen dalam diri kita sendiri untuk mengangkat saudari-saudara kita, hingga bersama-sama kita dapat memuliakan Yesus, Penebus kita yang rendah hati!
DOA: Tuhan Yesus Kristus, ajarlah aku untuk menaruh kepercayaan kepada penyelenggaraan ilahi hari ini dan tolonglah aku untuk mengasihi dan memperhatikan siapa saja yang Kautempatkan pada jalan hidupku hari ini. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 14:1,7-14), bacalah tulisan yang berjudul “TEMPAT YANG PALING UTAMA DAN YANG PALING RENDAH” (bacaan tanggal 28-8-22) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 22-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2022.
(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 1-9-19 dalam situs/blog SANG SABDA)
Cilandak, 27 Agustus 2022 [Peringatan Wajib S. Monika]
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS