Archive for March 20th, 2015

BELUM PERNAH SEORANG PUN BERKATA SEPERTI ITU!

BELUM PERNAH SEORANG PUN BERKATA SEPERTI ORANG ITU!

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Prapaskah – Sabtu, 21 Maret 2015) 

stdas0730Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: “Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.” Yang lain berkata, “Ia ini Mesias.” Tetapi yang lain lagi berkata, “Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! Bukankah Kitab Suci mengatakan bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari desa Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal?” Lalu timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia. Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh-Nya.

Kemudian penjaga-penjaga itu kembali kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak membawa-Nya?” Jawab penjaga-penjaga itu, “Belum pernah seorang pun berkata seperti orang itu!” Lalu jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka, “Apakah kamu juga disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!” Nikodemus, salah seorang dari mereka, yang dahulu datang kepada-Nya, berkata kepada mereka, “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dilakukan-Nya?” Jawab mereka, “Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.” Lalu mereka pulang ke rumah masing-masing, tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. (Yoh 7:40-53) 

Bacaan Pertama: Yer 11:18-20; Mazmur: Mzm 7:2-3,9-12

Selagi Yesus melanjutkan mewartakan sabda Allah dan menyatakan tanda-tanda Kerajaan Allah, banyak orang di Yerusalem percaya kepada-Nya – bahkan mereka yang diperkirakan sebelumnya akan melawan Dia. Para penjaga Bait Suci dan Nikodemus adalah dua contoh. Dalam banyak cara yang berbeda-beda dan dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi pula, kepada orang-orang ini Yesus mewartakan Kabar Baik-Nya. Rahmat Allah sudah mulai bekerja dalam diri mereka dan minat mereka akan Yesus jelas semakin besar. Para penjaga Bait Suci dikirim untuk menangkap Yesus sebagai seorang kriminal, namun mereka tidak dapat membawa-Nya. Ajaran-ajaran Yesus telah berhasil mencairkan hati mereka. Inilah seorang pribadi yang berbicara mengenai “mengasihi Allah dan sesama”. Pesan-pesannya juga tidak menyangkut sekadar pada tuntutan-tuntutan yang bersifat legaslistis. Bagaimana mereka dapat menangkap sang rabi dari Nazaret ini, yang kata-kata-Nya telah menembus jiwa mereka masing-masing dengan kebenaran ilahi? Di sisi lain, ada Nikodemus yang sebelumnya hanya berani bertemu dengan Yesus di malam hari (lihat Yoh 3:1-21), namun sekarang berani berdiri membela Yesus melawan rekan-rekannya sekaum, yaitu orang-orang Farisi. Dalam kedua hal ini, kita melihat orang-orang yang sedang mengalami proses pertobatan kepada Kristus.

Ada begitu banyak cara orang-orang dapat mendengar Injil dan mulai percaya kepada Yesus. Kita (anda dan saya) mungkin saja hari ini berjumpa dengan seseorang untuk diinjili. (Patut saya catat lagi di sini bahwa Pribadi yang sesungguhnya mewartakan Injil kepada orang itu adalah Roh Kudus sendiri, kita hanyalah instrumen-Nya. Jadi, jangan salah!) Kalau orang itu sudah “tertangkap” oleh Roh Kudus dalam proses penginjilan-Nya, maka bagaimana pun kita menyajikan Injil kepadanya tidaklah merupakan soal utama. Hatinya mengalami conversio kepada Yesus dan gaya hidup-Nya. Rahmat Allah sedang bekerja dalam hati dan pikirannya. Bagaimana kita dapat mengatakan begitu? Barangkali, seperti Nikodemus, dia akan membuat sebuah pernyataan positif mengenai Yesus atau berbicara untuk membela-Nya. Barangkali – seperti juga para penjaga Bait Suci – dia mulai mempertanyakan asumsi-asumi yang selama ini diyakininya. Di jalan apa pun orang sedang melangkah, kita haruslah mengambil sikap yang sensitif terhadap tanda-tanda pertobatan batin (conversio) yang diperagakan olehnya, fungsi kita hanyalah membantu orang untuk melangkah lebih lanjut dalam hidup pertobatannya.

Apabila kita mendeteksi adanya tanda-tanda rahmat Allah sedang bekerja dalam diri seseorang, maka apakah yang harus kita lakukan? Hal pertama dan paling baik untuk dilakukan oleh kita adalah mulai mendoakan orang tersebut. Dalam doa itu kita memohon Roh Kudus untuk bertindak dalam hidupnya, menyatakan lebih lagi kebenaran tentang Yesus. Kita berdoa agar orang itu akan diperkuat oleh Allah agar mampu mengatasi penolakan-penolakan atau tindakan-tindakan kekerasan dari orang-orang yang tidak percaya maupun yang bersikap skeptis.

Kita juga layak dan pantas memanjatkan permohonan kepada Roh Kudus untuk membimbing kita (anda dan saya) agar siap mengatakan atau melakukan hal-hal yang benar pada saat-saat yang benar pula. Di atas segalanya, kita harus sungguh-sungguh mengasihi orang tersebut dengan kasih yang ke luar dari dalam hati kita. Kita harus senantiasa mengingat, bahwa Allah ingin agar setiap orang datang dalam iman kepada-Nya, dan Ia akan menolong kita dalam menjalankan tugas yang telah diberikan-Nya kepada kita dalam proses pertobatan orang itu.

DOA: Roh Kudus Allah, tolonglah aku agar mampu melihat tanda-tanda kehadiran-Mu dalam hati orang-orang di sekelilingku. Aku percaya bahwa melalui Engkau, Allah siap menolongku dalam memainkan peran yang diberikan-Nya kepadaku dalam proses pertobatan seseorang. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 7:40-53), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS INGIN MEMBERI KEJUTAN KEPADA KITA” (bacaan tanggal 21-3-15) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 15-03 BACAAN HARIAN MARET 2015. 

Bacalah juga tulisan yang berjudul “MELANGKAH DALAM KETAATAN KEPADA KEHENDAK-NYA” (bacaan tanggal 5-4-14) dalam situs/blog PAX ET BONUM. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 5-4-14 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 17 Maret 2015 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

JUMAT PEKAN KEEMPAT PRAPASKA – HENRI J.M. NOUWEN

JUMAT PEKAN KEEMPAT PRAPASKA

(Renungan Harian Dalam Masa Prapaska dari Henri J.M. Nouwen) 

download (1)“Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku”  (Yoh 7:28-29).

Persahabatan dengan Yesus tidak berarti kesediaan untuk menderita sebanyak mungkin, melainkan kerelaan untuk mendengarkan suara kasih Allah tanpa takut, bersama Dia …

Kita seringkali tergoda untuk menjelaskan penderitaan sebagai kehendak Allah. Penjelasan seperti ini tidak hanya dapat mengecewakan atau membuat orang marah, tetapi juga salah. Kehendak Allah bukanlah cap yang dapat diberikan pada keadaan-keadaan yang tidak membahagiakan. Allah ingin memberikan kegembiraan bukan kemalangan, damai bukan perang, kesembuhan bukan penderitaan. Karena itu kita harus mau bertanya kepada diri kita sendiri, apakah di tengah-tengah kemalangan dan penderitaan kita dapat melihat kehadiran Allah yang mencintai.

Kalau kita merasakan bahwa mendengarkan dengan taat membawa kita kepada sesama kita yang menderita, kita dapat pergi menjumpai mereka dengan keyakinan yang membahagiakan yaitu bahwa kasihlah yang membawa kita ke sana. Kita bukanlah pendengar-pendengar yang baik karena kita takut jangan-jangan ada sesuatu yang lain, tidak hanya cinta, dalam diri Allah. Ini tidak begitu aneh, karena kita jarang mengalami kasih yang tidak diwarnai noda iri hati, dendam, pembalasan atau bahkan rasa benci. Seringkali kita melihat kasih dibungkus oleh batas-batas dan syarat-syarat. Kita cenderung untuk meragukan ha-hal yang muncul di hadapan kita sebagai kasih dan selalu berjaga-jaga dan bersiap-siap untuk merasa kecewa …

Oleh karena itu sulit bagi kita untuk sungguh mendengarkan atau taat begitu saja. Namun Yesus sungguh-sungguh mendengarkan dan taat karena hanya Dia mengetahui kasih Bapa. “Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah. Dialah yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa” (Yoh 6:46). “Dia tidak kamu kenal, tetapi Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia …” (Yoh 7:28-29).

Yesus datang untuk mengikutsertakan kita ke dalam ketaatan ilahi-Nya. Ia ingin membawa kita kepada Bapa sehingga kita dapat menikmati kasih mesra yang sama dengan yang Ia rasakan. Kalau kita mulai mengakui bahwa dalam dan melalui Yesus, kita dipanggil untuk menjadi anak-anak Allah dan untuk mendengarkan Bapa yang penuh cinta dengan kepercayaan dan penyerahan diri yang utuh, kita juga akan melihat bahwa kita diundang untuk bermurah hati, seperti Yesus sendiri. Kalau kita benar-benar taat, kita juga dapat masuk ke dalam dunia dan merasakan penderitaan dunia sampai sedalam-dalamnya, sambil menyatakan kemurahan hati Allah dan dengan demikian memberikan kehidupan baru kepada sesama.

+++++++

Dunia tempat kita hidup adalah dunia yang penuh dengan penderitaan. Tampaknya Yesus semakin menjauhkan diri dari dunia kita itu. Bagaimana mungkin saya dapat percaya bahwa di dunia ini kita selalu ditawari untuk menerima Roh? Namun saya berpikir, justru inilah yang disebut kabar pengharapan. Allah tidak menarik diri. Ia mengutus Anak-Nya untuk hidup sebagai manusia seperti kita dan Anak mengutus Roh-Nya yang menuntun kita masuk ke dalam hidup ilahi-Nya. Di tengah-tengah dunia dan umat manusia yang terluka dan hancur ini Roh Kudus, Roh Kasih menyatakan diri-Nya. Namun dapatkah kita mengenali kehadiran-Nya?

DOA: Allah, Bapa yang berbelas-kasih, Engkau mengetahui kelemahan dan kecemasan kami. Namun semakin kami lemah, semakin kuat kami rasakan pertolongan-Mu. Bantulah kami agar kami dapat menerima dengan hati gembira dan rasa syukur saat-saat rahmat yang Kauberikan kepada kami, dan menjadi saksi-saksi karya agung-Mu dalam kehidupan kami.

Diambil dari Henri J.M. Nouwen, TUHAN TUNTUNLAH AKU – Renungan Harian Dalam Masa Prapaska, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1994, hal. 98-100. 

Cilandak, 20 Maret 2015 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS