ALLAH BEGITU MENGASIHI DUNIA INI

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU PRAPASKAH IV [Tahun B], 15 Maret 2015) 

MUSA DENGAN ULAR TEMBAGA - 001“Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan supaya dunia diselamatkan melalui Dia. Siapa saja yang percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; siapa saja yang tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab siapa saja yang berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak tampak; tetapi siapa saja yang melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata bahwa perbuatan-perbuatan-nya dilakukan dalam Allah.” (Yoh 3:14-21) 

Bacaan Pertama: 2Taw 36:14-16,19-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 137:1-6; Bacaan Kedua: Ef 2:4-10 

Cerita mengenai Musa meninggikan ular tembaga di padang gurun dapat kita baca dalam Kitab Bilangan. Di tengah perjalanan menuju tanah terjanji, bangsa Israel bersungut-sungut; mereka protes dan berkata-kata melawan Allah dan Musa. Lalu TUHAN (YHWH) menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian orang-orang Israel menyesali sikap dan perilaku mereka yang salah dan bertobat. Maka Musa pun melakukan doa syafaat untuk bangsa Israel itu. Kemudian YHWH bersabda kepada Musa untuk membuat ular tedung terbuat dari tembaga dan ditaruh pada sebuah tiang. Jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, maka ia akan tetap hidup. Dengan demikian, ular tembaga yang ditinggikan itu telah menyelamatkan orang Israel dari maut (baca Bil 21:4-9). Dengan membuat alusi pada pengorbanan-Nya di kayu salib, Yesus menyatakan bahwa Dia pun harus “ditinggikan” jika dunia ingin diselamatkan dari maut (lihat Yoh 3:14).

Sepanjang sejarah manusia, Allah telah menunjukkan belas kasih-Nya yang tanpa batas bagi umat-Nya. Walaupun bangsa Israel mengolok-olok para utusan Allah, menghina segala firman-Nya dan mengejek para nabi-Nya, Ia tetap saja mengutus para nabi-Nya ke tengah umat Israel, “karena Ia sayang kepada umat-Nya dan tempat kediaman-Nya” (lihat 2Taw 36:15-16). Akhirnya pada saat yang tepat, Allah mengutus Putera-Nya yang tunggal, “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Terdorong oleh belas kasih dan kasih-Nya, Allah memilih untuk tidak menghukum ciptaan-Nya, melainkan untuk menyelamatkannya melalui Putera-Nya yang tunggal: Yesus Kristus!

NIKODEMUS DENGAN YESUS DI TENGAH MALAMBagaimana kiranya kita dapat lebih memahami “lautan” belas kasih atau kerahiman Allah yang telah disediakan-Nya bagi kita? Walaupun tidak ada satupun analogi yang memadai, barangkali kita sebentar dapat mengacu pada kasih-sayang para ibu dan bapa kepada diri anak-anak mereka. Para orangtua yang mengasihi anak-anak mereka tidak pernah bosan menunjukkan kepada anak-anak mereka itu jalan yang benar kepada seorang anak yang telah berbuat kesalahan, karena mereka mengetahui bahwa pada akhirnya si anak akan belajar. Anak itu akan bertumbuh menjadi seorang pribadi yang matang dan stabil. Nah, dalam kasus kita, percaya kepada Yesus dan taat kepada firman/sabda-Nya – artinya kepada jalan yang telah dibangun Allah bagi kita – akan membawa kita kepada kehidupan kekal.

Dalam bacaan kedua hari ini, Santo Paulus mengatakan: “Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita – oleh anugerah kamu diselamatkan” (Ef 2:4-5). Walaupun sejarah seringkali menunjukkan kekurang-ajaran manusia terhadap-Nya, “Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan sypaya dunia diselamatkan melalui Dia” (Yoh 3:17).

Belas kasih Allah memancar keluar dari kedalaman kasih-Nya bagi kita dan tidak tergantung pada pekerjaan atau perbuatan baik kita. Yang perlu kita lakukan adalah memohon kepada-Nya agar meningkatkan atau membesarkan iman kita. Dia masuk ke dalam hati kita pada waktu kita dibaptis dan Ia akan memperdalam karya penyelamatan-Nya selagi kita duduk bersimpuh di kaki salib dan memandang Dia yang ditinggikan, Putera-Nya sendiri: sang Tersalib!

DOA: Bapa surgawi, kami sering bersikap dan berperilaku seperti orang-orang Israel kuno yang meninggalkan Engkau. Tolonglah kami agar mau dan mampu menenangkan hati kami, sehingga dengan demikian kami dapat mendengar suara-Mu dan menerima belas kasih-Mu yang berlimpah itu. Oleh Roh Kudus-Mu, berdayakanlah kami untuk menunjukkan kepada orang-orang lain kasih dan kerahiman sama yang Engkau telah tunjukkan kepada kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 3:14-21), bacalah tulisan yang berjudul “SAMA SEPERTI MUSA MENINGGIKAN ULAR DI PADANG GURUN, DEMIKIAN JUGA ANAK MANUSIA HARUS DITINGGIKAN” (bacaan tanggal 15-3-15) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 15-03 BACAAN HARIAN MARET 2015. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 18-3-12 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 11 Maret 2015 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS