Posts tagged ‘HARI MINGGU BIASA XXX-TAHUN A’

PERINTAH YANG TERUTAMA

PERINTAH YANG TERUTAMA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXX [TAHUN A], 29 Oktober 2023)

Ketika orang-orang Farisi mendengar bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia, “Guru, perintah manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah perintah yang terutama dan yang pertama. Perintah yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua perintah inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 22:34-40)

Bacaan Pertama: Kel 22:21-27; Mazmur Tanggapan: Mzm 18:2-4,47,51ab; Bacaan Kedua 1Tes 1:5c-10

Hukum Yahudi, bahkan pada masa Yesus hidup dan berkarya di Palestina, sangat jelimet …… rumit! Pewahyuan dan tradisi selama berabad-abad telah menghasilkan perintah-perintah, instruksi-instruksi dan panduan-panduan yang mengatur hampir setiap aspek kehidupan dan iman, sampai-sampai kepada hal-hal seperti “pembayaran persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran” (Luk 11:42). Di samping itu, berbagai kelompok seperti kaum Farisi, Saduki, Eseni dan kelompok lainnya masing-masing menafsirkan dan mengajarkan tentang hukum tersebut dengan cara yang berbeda dan kadang-kadang saling bertentangan. Jadi, tidak mengherankanlah apabila tidak sedikit orang menjadi bingung.

Untuk diketahui, pada awal abad ke-2M ada guru Yahudi yang membedakan sebanyak 248 perintah dan 365 larangan dalam Taurat. Jadi, tidak mengherankanlah apabila di antara para rabbi timbul diskusi mengenai hukum manakah yang terpenting di antara semuanya itu (P. Martin Harun, PENDALAMAN INJIL – KURSUS TERTULIS TENTANG INJIL HARI MINGGU – 28 OKTOBER 1990, No. 119).

Pada waktu orang-orang Farisi yang menentang Yesus bertanya kepada-Nya tentang perintah yang paling utama, kita merasakan bahwa sebenarnya mereka tidak mencari kebenaran yang sejati. Malah sebaliknya, karena mengetahui adanya berbagai kemungkinan tafsir yang berbeda-beda, mereka berharap Yesus akan mengatakan sesuatu yang akan menjebak diri-Nya …. Yesus akan terperangkap dalam kontroversi, malah akan mendiskreditkan diri-Nya sebagai seorang Rabbi, …… kehilangan profesi-Nya sebagai seorang Rabbi, dipermalukan dlsb.

Dalam jawaban-Nya Yesus mengingatkan para pendengar-Nya bahwa cintakasih terletak pada jantung Yudaisme, artinya dalam Injil-Nya juga. Allah menciptakan kita-manusia karena Dia mengasihi kita, Dia “telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Ef 1:4). Allah senantiasa mengasihi kita (lihat Mzm 100:5). Ini adalah suatu cintakasih yang membawa kehidupan, merangkul kehidupan secara keseluruhan dan tetap setia pada kehidupan itu sampai akhir.

Yesuslah Pribadi pertama yang menjawab pertanyaan tentang perintah yang terutama dengan menggabungkan Ul 6:5 dan Im 19:18, kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Memang juga ada beberapa karangan Yahudi dalam lingkungan helenis yang menggabungkan perintah kasih kepada Allah dan kepada sesama.  Yang paling jelas adalab Testament Issakhar 5:2, 7:6), namun tidak sebagai kesimpulan dari seluruh hukum (P. Martin Harun, ibid.).

Yesus mengajar bahwa karena Allah mengasihi kita, maka kita pun harus mengasihi-Nya dan juga sesama kita. Bagaimana hal itu mungkin terjadi? Ada hari-hari di mana kelihatan sukar bagi kita untuk mengasihi diri kita sendiri dengan sepenuh hati, apalagi orang-orang lain – atau bahkan Allah sekalipun. Namun Allah mengetahui bagaimana Dia menciptakan kita. Dia tidak pernah memberikan mission impossible kepada kita. Yang perlu kita lakukan adalah memohon kepada-Nya agar memenuhi hati kita masing-masing dengan kasih-Nya. Kemudian, kasih itu akan mulai mengalir kembali kepada-Nya dalam rupa adorasi dan puji-pujian kepada-Nya. Kasih itu pun akan mengalir ke luar kepada orang-orang lain dan diwujudkan dalam penerimaan terhadap orang-orang yang dahulu  tidak mau/sudi kita lihat atau sentuh, pengampunan kepada orang-orang yang bersalah kepada kita, dan pelayanan kepada sesama yang miskin dan menderita.

Tidaklah terlalu sulit bagi Allah untuk melembutkan sebuah hati yang keras-membatu, untuk menghangatkan sebuah hati yang dingin-membeku, untuk memulihkan sebuah hati yang patah, atau untuk menghembuskan nafas kehidupan ke dalam sebuah hati yang tak mampu memberi tanggapan samasekali. Pada kenyataannya, Allah sangat senang melakukan semua hal itu. Yang perlu adalah kita memohon pertolongan-Nya dengan keterbukaan dan kerendahan hati sebagai anak-anak-Nya. Tidak ada doa-doa istimewa yang diperlukan. Doakanlah permohonan kita (anda dan saya) dengan kata-kata sederhana, tidak perlu diucapkan keras-keras karena Dia adalah Allah yang Mahamendengar, bahkan doa hening pun sangat mencukupi Mengapa begitu mudah? Karena Allah kita adalah Allah yang baik dan benar, seperti dikatakan oleh sang pemazmur: “TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat” (Mzm 25:8)

DOA: Allah Tritunggal Yang Mahakudus, penuhilah hatiku hari ini dengan daya ilahi-Mu. Aku ingin mengasihi Engkau dengan segalanya yang ada di dalam diriku, dan mengasihi sesamaku, namun aku membutuhkan kasih-Mu untuk dapat mengasihi. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 22:34-40), bacalah tulisan yang  berjudul “PADA KEDUA PERINTAH INILAH TERGANTUNG SELURUH HUKUM TAURAT DAN KITAB PARA NABI” (bacaan tanggal 29-10-23) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2023.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 25-10-20 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 28 Oktober 2023 [Pesta S. Simon dan Yudas, Rasul] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

GURU, PERINTAH MANAKAH YANG TERUTAMA DALAM HUKUM TAURAT?

GURU, PERINTAH MANAKAH YANG TERUTAMA DALAM HUKUM TAURAT?

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXX [TAHUN A], 25 Oktober 2020)

Ketika orang-orang Farisi mendengar bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia, “Guru, perintah manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah perintah yang terutama dan yang pertama. Perintah yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua perintah inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 22:34-40)

Bacaan Pertama: Kel 22:21-27; Mazmur Tanggapan: Mzm 18:2-4,47,51; Bacaan Kedua 1Tes 1:5-10

Seorang Farisi yang ahli hukum bertanya untuk mencobai Yesus lewat suatu diskusi mengenai perintah Allah mana yang harus dinilai sebagai hukum yang terutama. Ini adalah suatu isu yang memang sering diperdebatkan di kalangan para rabi pada masa itu. Tantangan dari orang Farisi itu dijawab oleh Yesus dengan memberikan “ringkasan agung” dari segala ajaran-Nya. Sebenarnya jawaban yang diberikan oleh Yesus itu tidak diformulasikan oleh-Nya sendiri. Bagian pertama: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”(Mat 22:37) diambil dari Kitab Ulangan (Ul 6:5); sedangkan bagian kedua: “”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22:39) diambil dari Kitab Imamat (Im 19:18). Banyak rabi juga mengakui bahwa kedua ayat ini merupakan jantung atau hakekat dari hukum Taurat. 

Seperti kita akan lihat selanjutnya, keunikan ajaran Yesus dalam hal ini adalah penekanan yang diberikan oleh-Nya pada “hukum kasih” dan kenyataan bahwa Dia membuatnya menjadi prinsip dasar dari tafsir-Nya atas keseluruhan Kitab Suci: “Pada kedua perintah inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Mat 22:40).

Mengasihi Allah dengan segenap energi yang kita miliki dan mengasihi sesama seperti diri kita sendiri! Hampir dipastikan hanya sedikit saja orang yang akan memperdebatkan keindahan dari “cita-cita” ini. Namun menghayatinya seperti yang telah dilakukan oleh Yesus sendiri dalam kehidupan-Nya sebagai sang Rabi dari Nazaret, sungguh membutuhkan komitmen yang pantang mundur dan kemurahan hati tanpa batas. Kita bertanya kepada diri sendiri: “Dapatkah aku mempraktekkan kasih seperti itu?” 

Salah satu cara terbaik bagi kita untuk memenuhi perintah-perintah Allah ini adalah untuk menawarkan kepada sesama kita anugerah yang sama yang telah mengubah hati kita, yaitu INJIL TUHAN YESUS KRISTUS! Kita mengasihi sesama kita dengan menunjukkan kepada mereka “jalan menuju keselamatan dalam Yesus”, dan kita mengasihi Allah dengan berjuang terus untuk memanisfestasikan kebaikan-Nya kepada orang-orang di sekeliling kita. 

Berbagi (Inggris: sharing) Kabar Baik Tuhan Yesus Kristus adalah keharusan bagi kita semua, namun tidaklah semudah itu melaksanakannya, apalagi kalau kita bukan merupakan pribadi yang outgoing, yang mudah bersosialisasi. Kita juga bisa dilanda rasa waswas atau khawatir bahwa orang-orang akan menuduh kita sebagai orang Kristiani yang “ekstrim” (Saya tidak memakai kata “radikal” atau “fanatik”, karena kedua kata ini pada dasarnya  baik menurut pandangan pribadi saya). Akan tetapi, apabila kita memohon Roh Kudus untuk memimpin kita, maka evangelisasi adalah satu dari pengalaman paling indah yang dapat kita miliki, dan menjadi bagian dari kehidupan kita. Pada kenyataannya, aspek evangelisasi yang paling penting terjadi sebelum kita mengucapkan satu patah kata sekali pun kepada siapa saja. Hal ini dimulai pada waktu kita menyediakan waktu dengan Tuhan Allah dalam keheningan, dan mohon kepada-Nya untuk menunjukkan kehendak-Nya: suatu proses discernment. Misalnya, kita dapat berdoa agar Tuhan Allah menerangi kegelapan hati kita dan menganugerahkan kepada kita iman yang benar, pengharapan yang teguh dan cintakasih yang sempurna; juga kita mohon agar kita diberikan perasaan yang peka dan akal budi yang cerah, sehingga kita senantiasa dapat mengenali dan melaksanakan perintah-perintah atau kehendak Allah yang kudus dan tidak menyesatkan. 

Dalam suasana doa inilah Allah dapat menolong kita menunjukkan siapa saja di antara anggota keluarga kita atau para teman dan sahabat kita yang terbuka bagi pemberitaan Kabar Baik Tuhan Yesus Kristus. Kita juga tidak boleh lupa untuk berdoa agar orang-orang kepada siapa kita diutus menerima sentuhan Roh Kudus yang akan membuka hati mereka bagi Injil, bahkan sebelum bibir kita mengucapkan kata yang pertama. Kemudian, selagi kita mulai melakukan evangelisasi, kita akan menemukan orang-orang yang memberikan kesaksian mengenai  pengalaman-pengalaman mereka tentang kasih Allah yang kita sendiri sedang wartakan kepada mereka. Allah senang menyiapkan hati orang-orang secara demikian. Lalu, agar kita dapat menjadi instrumen-instrumen penyebaran Injil yang baik dan efektif, sangatlah penting bagi kita untuk mengabdikan diri dalam doa-doa syafaat bagi orang-orang lain. Seorang pewarta Injil atau pelayan sabda yang tidak akrab dengan doa merupakan fenomena yang boleh dipertanyakan. 

Selagi kita melakukan penginjilan – memberikan kesaksian tentang kasih Kristus kepada orang-orang lain – kita harus senantiasa menyadari bahwa cintakasih itu senantiasa mengatasi dosa. Dengan demikian janganlah sampai kita hanya berbicara kepada mereka yang kita Injili. Yang juga sangat penting adalah bahwa kita pun harus mengasihi orang-orang itu. Kita harus memperhatikan dan menunjukkan bela rasa kepada mereka. Kita memberikan saran-saran mengenai tindakan-tindakan yang perlu mereka lakukan.

Dengan sukarela marilah kita menawarkan bantuan kepada  mereka, dan hal ini bukan selalu berarti bantuan keuangan. Lebih pentinglah bagi kita untuk memperkenankan Yesus mengasihi orang-orang lain melalui diri kita daripada menjelaskan Injil secara intelektual kepada mereka, meskipun hal sedemikian penting juga. Selagi kita memperkenalkan dan menawarkan kasih Yesus lewat kata-kata yang kita ucapkan dan tindakan-tindakan yang kita lakukan, kita harus menyadari bahwa kita mensyeringkan anugerah Allah yang terbesar bagi manusia: Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita sendiri! Dengan demikian, kita pun akan mengasihi sesama kita dengan kasih Kristus sendiri! 

DOA: Tuhan Yesus Kristus , terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau memakai diriku untuk membawa orang-orang lain ke dalam kasih perjanjian-Mu. Tolonglah aku agar mampu mengenali privilese yang besar ini selagi Engkau membuat diriku menjadi bentara Injil-Mu. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Mat 22:34-40), bacalah tulisan yang berjudul “PERINTAH YANG TERUTAMA” (bacaan tanggal 25-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-10-17 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 24 Oktober 2020 [Peringatan Fakultatif S. Antonius Maria Claret, Uskup]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENGASIHI ALLAH DAN SESAMA

MENGASIHI ALLAH DAN SESAMA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXX [TAHUN A], 29 Oktober 2017)

 

Ketika orang-orang Farisi mendengar bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia, “Guru, perintah manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah perintah yang terutama dan yang pertama. Perintah yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua perintah inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 22:34-40)

Bacaan Pertama: Kel 22:21-27; Mazmur Tanggapan: Mzm 18:2-4,47,51; Bacaan Kedua 1Tes 1:5-10

Kata-kata Yesus memiliki kemampuan untuk langsung menyayat hati kita, karena kata-kata-Nya itu menyatakan niat-niat Allah yang bersifat kekal-abadi. Kita diciptakan oleh “seorang” Allah yang penuh kasih, yang ingin memenuhi diri kita dengan kasih-Nya dan memberikan kepada kita kepenuhan hidup. Ia menciptakan kita-manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Kej 1:26,27) sehingga dengan demikian kita akan mampu menerima kasih-Nya dan memperkenankan kasih ini untuk menghasilkan buah dalam diri kita. Tidak ada ciptaan Allah lain yang memiliki kemampuan indah untuk membuka dirinya sendiri bagi Allah berdasarkan kehendak bebas dan kemudian dipenuhi dengan hidup-Nya.

Tidak ada kuasa yang lebih besar daripada kasih ilahi. Pada awalnya, Allah menetapkan kasih-Nya sebagai kekuasaan yang mengatur Kerajaan-Nya, Ia mengatur segenap ciptaan sebagai akibat dari hati-Nya yang penuh kasih dan bela rasa. Dia memanggil kita – baik secara individual maupun sebagai umat – untuk menempatkan kasih kepada-Nya dan sesama di atas setiap unsur lainnya dalam kehidupan kita. Bersatu dalam kasih, kita dipanggil untuk menguasai ciptaan sebagai pengurus-pengurus (stewards) Allah, dengan mempraktekkan keadilan-Nya di atas bumi.

Ketika dosa masuk ke dalam dunia, perintah Allah ini serta privilese kasih-Nya dikompromikan. Orang-orang mulai menggunakan kata “kasih” secara berbeda, yang mencerminkan niat-niat si Jahat yang mencari kepuasan diri dan pandangan sempit. Hanya dalam wahyu Allah sepanjang sejarah Perjanjian Lama dan yang memuncak pada kedatangan Yesus Kristus, maka kasih dipulihkan kembali kepada martabatnya semula. Hanya melalui karya Roh Kudus dalam hati kita, maka kita dimurnikan dari konsep-konsep kasih yang telah didistorsikan. Hanya oleh kuasa Roh Kudus kita dapat belajar untuk menerima kasih Allah, yang ditawarkan secara bebas oleh-Nya dan tanpa syarat. Dan, hanya oleh kuasa Roh itu kita dapat belajar bagaimana memberikan kasih yang sama kepada orang-orang lain.

Kasih Allah itu aktif dan dinamis. Kasih Allah mempunyai kuat-kuasa untuk mentransformasikan kehidupan, merobek-robek rasa takut dan akar kepahitan yang sudah lama mengendap dalam diri seseorang. Selagi Roh Kudus mencurahkan kasih ini ke dalam hati kita, maka kasih itu mengalir ke luar dari diri kita, memampukan kita untuk mengasihi orang-orang lain dan memberikan kepada kita keyakinan yang lebih besar dalam relasi kita dengan Bapa surgawi.

Manakala kita berkumpul untuk merayakan Ekaristi, kita sesungguhnya merayakan pemberian kasih Allah yang paling agung – kematian Yesus dan kebangkitan-Nya. Oleh kuasa salib-Nya, semua dosa dikalahkan; kasih Allah dicurahkan. Selagi kita ikut  ambil bagian dalam perjamuan tubuh dan darah Tuhan Yesus, marilah kita memberikan kepada Allah pemerintahan –Nya yang lebih bebas bekerja dalam diri kita, menghasilkan sebuah hati yang mengasihi dengan kasih-Nya yang ilahi dan tanpa syarat.

DOA: Datanglah, ya Roh Kudus, dan penuhilah hatiku hari ini. Aku ingin mengasihi Engkau dengan segalanya yang ada di dalam diriku, dan mengasihi sesamaku, namun aku membutuhkan kasih-Mu untuk dapat mengasihi. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 22:34-40), bacalah tulisan yang berjudul “GURU, PERINTAH MANAKAH YANG TERUTAMA DALAM HUKUM TAURAT?” (bacaan tanggal 29-10-17) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 17-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2017. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 26-10-14 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 25 Oktober 2017

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS