HATI YESUS TERGERAK OLEH BELAS KASIHAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa sesudah Penampakan Tuhan – Selasa, 6 Januari 2015) 

Keluarga OFMCap.: Peringatan B. Didakus Yosef dr Sadiz, Imam

piracy-590x442Ketika mendarat, Yesus melihat orang banyak berkerumun, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.

Pada waktu hari mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata, “Tempat ini terpencil dan hari mulai malam. Suruhlah mereka pergi ke kampung-kampung dan desa-desa sekitar sini, supaya mereka dapat membeli makanan bagi diri mereka.” Tetapi jawab-Nya, “Kamu harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya, “Haruskah kami pergi membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?” Tetapi Ia berkata kepada mereka, “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Sesudah mengetahuinya mereka berkata, “Lima roti dan dua ikan.” Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Mereka pun duduk berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Setelah mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap syukur, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya menyajikannya kepada orang-orang itu; begitu juga Ia membagikan kedua ikan itu kepada mereka semua. Lalu mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti sebanyak dua belas bakul penuh dan sisa-sisa ikan. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki. (Mrk 6:34-44) 

Bacaan Pertama: 1Yoh 4:7-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 72:2-4,7-8 

YESUS MEMBERI MAKAN 5000 ORANG LAKI-LAKI - 600Bayangkanlah mukjizat yang dibuat Yesus oleh karena hati-Nya tergerak oleh belas kasihan (Mrk 6:34): Lima roti dan dua ekor ikan dilipat-gandakan menjadi makanan yang memuaskan ribuan orang! Penyediaan makanan oleh Yesus lewat sebuah mukjizat menunjukkan betapa tak terbatasnya segala kuat-kuasa yang dimiliki-Nya. Tidak ada batas sedikitpun yang menghalangi kapasitas Yesus untuk memelihara kita dengan penuh kasih sayang. Kehadiran-Nya dalam bentuk pemberian hidup-Nya sendiri dalam Ekaristi jauh lebih besar dan agung daripada yang kita dapat pahami, malah merupakan pemberian diri-Nya yang tanpa batas. Memang tidak ada batas dalam hal kemampuan-Nya menarik kita kepada diri-Nya melalui doa. Kuat-kuasa-Nya untuk menyembuhkan memori kita senantiasa jauh lebih besar daripada luka-luka (batin) yang kita derita. Apabila kita berbalik kepada-Nya guna memperoleh kekuatan untuk mengasihi orang-orang di sekeliling kita, Dia selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Kita tidak perlu merasa khawatir atau takut. Ia tidak pernah akan meninggalkan atau membuang kita, dan kita pun dapat bersenandung, don’t worry, be happy! Allah yang kita sembah tidak pernah akan melupakan janji-janji-Nya; perjanjian-Nya berlaku untuk selama-lamanya.

Dari setiap karunia ilahi yang kita kenali, tentunya ada banyak lagi yang barangkali keberadaannya masih luput dari perhatian kita. Terkesan oleh kasih Allah yang tanpa batas, tanpa syarat, tanpa pamrih, Yohanes mendeklarasikan bahwa kasih tidaklah berasal dari upaya-upaya kecil kita untuk mengasihi Allah, melainkan berasal dari kasih-Nya yang tak terhingga bagi kita semua: “Inilah Kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita  dan mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (1Yoh 4:10).

LIMA ROTI DAN DUA IKANNamun Yohanes juga melanjutkan mengatakan kepada kita, “Saudara-saudaraku yang terkasih, jikalau Allah demikian mengasihi kita, maka kita juga harus saling mengasihi” (1Yoh 4:11). Kasih Allah akan menggerakkan suatu tanggapan kasih dari diri kita. Dia memenuhi diri kita dengan berkat-berkat-Nya agar pada gilirannya kita dapat membagi-bagikan berkat-berkat itu kepada orang-orang lain. Bahkan kalau berbagai sumber daya yang ada pada kita hanya sedikit saja, Allah akan melipat-gandakan semuanya selagi kita berbagi dengan orang-orang lain. Sesungguhnya syering kita akan menjadi suatu sumber berkat bagi kita sendiri juga selagi kita mencontoh para murid-Nya yang membagikan kepada orang banyak, roti dan ikan yang telah diberikan oleh Yesus kepada mereka (Mrk 6:41-43). Di lain pihak, apabila kita menimbun sendiri segala berkat yang diberikan Allah kepada kita, maka semuanya itu dapat menjadi basi, kadaluwarsa, tak berguna, dan kapasitas kita untuk menerima berkat-berkat selanjutnya dari Allah-pun akan menciut.

Oleh karena itu marilah kita mengasihi dengan cara-cara baru. Marilah kita bereksperimen dalam rupa melayani sesama kita dengan kasih Yesus. Hal paling buruk yang dapat terjadi adalah ketika kita berbuat sedikit kesalahan, dari kesalahan-kesalahan mana kita dapat belajar untuk tidak membuat kesalahan yang sama di masa depan. Sungguh indah-mengharukan bilamana kita menyadari bahwa Allah tidak pernah berhenti mengasihi kita dan menawarkan kepada kita berbagai kesempatan untuk melayani Allah dan sesama.

DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu untuk banyak berkat yang Kaulimpah-limpahkan kepada diriku, baik yang dapat kulihat maupun yang tidak kulihat. Penuhilah lagi dunia ini dengan banyak berkat-Mu, dan perkenankanlah kasih-Mu mengalir melalui diriku kepada semua orang yang kujumpai pada hari ini. Terpujilah Engkau, ya Allahku yang baik, sumber segala kebaikan, satu-satunya kebaikan. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 6:34-44), bacalah tulisan yang berjudul “PERINTAH YESUS AGAR PARA MURID-NYA MELIBATKAN DIRI” (bacaan tanggal 6-1-15) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 15-01 BACAAN HARIAN JANUARI 2015. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 7-1-14 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 2 Januari 2015 [Peringatan S. Basilius Agung & Gregorius dr Nazianze, Uskup & Pujangga Gereja] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS