Posts tagged ‘SALIB’

BIAYA KEMURIDAN

BIAYA KEMURIDAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXII [TAHUN A] – 30 Agustus 2020

Sejak itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahl-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan mulai menegur Dia dengan keras, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali tidak akan menimpa Engkau.” Lalu Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus, “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanhya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. (Mat 16:21-27) 

Bacaan Pertama: Yer 20:7-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 63:2-6,8-9; Bacaan Kedua: Rm 12:1-2 

Siapa saja yang ingin menekuni profesi yang membutuhkan keterampilan tertentu, mengakui bahwa ada “biaya” atau “harga” yang harus dibayar untuk memperoleh privilese tersebut. Studi, magang dan ketekunan dibutuhkan untuk mempelajari profesi, dan selama masa tersebut banyak hal lain harus dikesampingkan/dikorbankan.

Dengan cara serupa, Yesus mengajar bahwa ada “biaya” yang harus dibayar untuk mengikut Dia. Yesus mengatakan kepada para murid-Nya bahwa Dia sedang menuju Yerusalem untuk menderita dan mati (Mat 16:21). Mereka yang menjadi murid/pengikut-Nya harus memikul salib karena seorang hamba/pelayan haruslah seperti tuannya (Mat 16:24; 10:24-25).

Memikul salib bukanlah masalah dengan sedih menanggung sengsara atau kesulitan hidup, atau mendisiplinkan diri kita agar dapat melakukan hal-hal yang benar secara moral. Salib seharusnya tidak dipandang sebagai sebuah instrumen kesedihan dan kematian saja, melainkan sebagai instrumen pilihan Allah sendiri untuk mengalahkan kuasa dosa. Melalui salib-lah orang-orang menerima kehidupan dan dengan demikian mampu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Memikul salib berarti mengembangkan suatu sikap hati yang …. mengikut Yesus dalam jalan kematian ke dalam kehidupan.

Kata-kata Yesus tentang membuang cara-cara duniawi mungkin terasa keras (Mat 16:25). Bagaimana pun juga kita-manusia adalah pengada spiritual (spiritual being, di samping rational being, emotional being, social being). Sebagai spiritual being, rumah kita yang sesungguhnya adalah di surga dan sekarang kita dipanggil oleh Yesus untuk membuang segala hal yang menjauhkan kita dari kasih Allah dan tujuan kekal kita. Hal-hal yang kita hasrati, paling sering kita pikirkan, dan memakai sebagian waktu kita untuk itu, adalah hal-hal cinta kita yang pertama. Para pengikut/murid Yesus tidak dapat disibukkan dengan hal-hal yang spiritual dan pengejaran hal-hal duniawi. Sang Guru telah mengajarkan kepada kita, bahwa kita tidak dapat melayani dua tuan.

Memang kemuridan/pemuridan menyangkut “biaya”, namun kita juga tidak boleh lupa bahwa dari salib datanglah kehidupan. Salib adalah tanda kematian, pada saat bersamaan salib adalah tanda kemenangan bagi para pengikut/murid Yesus. Salib membuka pintu bagi kita untuk memasuki kehidupan yang sejati – baik sekarang maupun dalam kekekalan. Itulah sebabnya mengapa Yesus mengajar bahwa “siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” dan bahwa Anak Manusia “… akan membalas setiap orang menurut perbuatannya” (Mat 16:25,27).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, tanamkanlah dalam hatiku suatu hasrat mendalam untuk memikul salib sehingga dengan demikian aku dapat menerima kehidupan sesuai dengan kehendak Bapa surgawi. Semoga aku dapat seperti Engkau yang dengan bebas memikul salibku dalam kehidupan ini. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 16:21-27), bacalah tulisan yang berjudul “SEORANG PENGIKUT YESUS DAN SALIB” (bacaan tanggal 30-8-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 3-9-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 28 Agustus 2020 [Peringatan Wajib S. Augustinus, Uskup Pujangga Gereja] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SIAPA YANG MAU MENYELAMATKAN NYAWANYA, ……

SIAPA YANG MAU MENYELAMATKAN NYAWANYA, ……

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVIII – Jumat, 9 Agustus 2019)

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Di antara orang yang di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.” (Mat 16:24-28)  

Bacaan Pertama: Ul 4:32-40; Mazmur Tanggapan: Mzm 77:12-16,21

“Siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Mat 16:25)

Pernyataan Yesus ini dapat menimbulkan rasa takut kita atau dapat juga menimbulkan penyangkalan, bahwa Yesus dalam hal ini tidak memaksudkan “kehilangan nyawa” secara harfiah. Hal itu cukup radikal dan kebanyakan dari kita telah bekerja keras untuk apa yang kita miliki sekarang. Rumah, kendaraan roda empat maupun roda dua, pendidikan yang baik, pekerjaan/karir yang baik, dan makanan-minuman lezat yang dihidangkan di atas meja makan setiap hari. Sedikit saja dari kita yang memperoleh ini semua tanpa upaya, dan kebanyakan dari kita ingin “bertahan” pada apa yang kita telah miliki, lakukan dan kasihi.

Namun inilah justru apa yang dimaksudkan oleh Yesus. “Siapa yang mau menyelamatkan nyawanya” berarti “siapa saja menghasrati pembebasan – materiil, pembebasan dunia ini – dari bahaya, penderitaan, sakit-penyakit, dlsb., akan kehilangan semua itu. Hal itu berarti bahwa siapa saja yang hidup demi kenyamanan hidup, kepemilikan, dan capaian-capaian duniawi akan berakhir dengan kehilangan semua itu.

Akan tetapi … bukankah tidak salah untuk menginginkan hal-hal tersebut? Apakah salahnya dengan hidup yang nyaman, makmur-sejahtera, dan “sukses”? Sama sekali tidak salah! Pertanyaan yang harus ditimbulkan oleh kata-kata Yesus dalam diri kita adalah, apakah itu saja yang kita ingin capai secara mati-matian? Apakah kegairahan hidup kita? Allah menginginkan banyak lagi dari diri kita masing-masing daripada sekadar mempertahankan status quo atau membuat sedikit perbaikan di sana-sini dalam kehidupan kita. Allah mengetahui sekali apa yang kita butuhkan dan Dia akan memperhatikan serta memenuhi kebutuhan kita itu (Luk 12:22-34), dengan demikian membebaskan diri kita agar dapat mengurus diri kita sendiri dengan apa yang diinginkan-Nya – hidup untuk Kerajaan-Nya.

Bagaimana kita dapat sampai ke sana? Pertama-tama kita dapat menggunakan pikiran kita. Marilah kita membuat daftar dari segala hal yang kita ketahui tentang Bapa surgawi, yang mahapengasih, mahatahu, mahakuasa, mahabijaksana, penuh bela rasa, penuh belas kasih dan mahapengampun. Apabila ingatan kita sudah mulai memudar, marilah kita membuka Kitab Suci untuk menemukan lebih banyak lagi. Kemudian, baiklah kita membuat daftar dari apa saja yang telah dilakukan oleh-Nya, misalnya menciptakan dunia dari ketiadaan, membebaskan bangsa Yahudi dari perbudakan Mesir dan membangkitkan Yesus dari alam maut. Lalu, marilah kita menggunakan hati kita. Kita menyediakan saat-saat tenang untuk mengingat-ingat apa yang telah dilakukan Allah bagi kita secara pribadi, dan kita mohon kepada Roh Kudus untuk memberikan kepada kita rasa syukur yang mendalam untuk semua itu. Kita harus seringkali mengingat-ingat tindakan-tindakan Allah yang penuh kuasa dalam kehidupan kita dan perkenankanlah semua itu menggerakan hati kita dengan kasih. Kita sungguh tidak dapat mengatakan bahwa terlalu seringlah kita mengingat-ingat apa yang telah dilakukan oleh Allah atas diri kita, dan marilah kita masing-masing sekarang juga mengatakan bahwa “untuk Dialah aku rela kehilangan nyawaku!”

DOA: Tuhan Yesus, aku percaya pada kasih-Mu, kebaikan hati-Mu, dan hikmat-Mu bagiku. Ingatkanlah aku senantiasa siapa Engkau sebenarnya dan apa yang telah Kaulakukan untuk umat manusia. Aku ingin memberikan hidupku kepada-Mu, agar aku dapat memperoleh hidup kekal bersama-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 16:24-28), bacalah tulisan yang berjudul “BEBERAPA CATATAN TENTANG SALIB” (bacaan tanggal 9-8-19) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 19-08 BACAAN HARIAN AGUSTUS 2019. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 11-8-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 5 Agustus 2019  

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SALIB KRISTUS ADALAH UNGKAPAN KASIH YANG PALING AGUNG

SALIB KRISTUS ADALAH UNGKAPAN KASIH YANG PALING AGUNG

(Bacaan Kedua pada Upacara Sengsara Tuhan – TRI HARI PASKAH: HARI JUMAT AGUNG, 14 April 2017) 

Jadi, karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita berpegang teguh pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya sama seperti kita, Ia telah dicobai, hanya saja Ia tidak berbuat dosa. Sebab itu, marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta anugerah, supaya kita menerima rahmat dan menemukan anugerah untuk mendapat pertolongan pada waktunya.

Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan air mata kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar taat dari apa yang telah diderita-Nya dan sesudah Ia disempurnakan, Ia menjadi sumber keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya. (Ibr 4:14-16; 5:7-9)

Bacaan Pertama: Yes 52:13-53:12; Mazmur Tanggapan: Mzm 31:2.6.12-13.15-17.25; Bacaan Injil: Yoh 18:1-19:42; versi singkat: Yoh 19:25-30) 

Pada hari ini kita memperingati tindakan-kasih yang paling agung dalam sejarah, yaitu kematian Yesus Kristus di kayu salib. Baiklah bagi anda dan saya untuk mengambil waktu ekstra hari ini guna melakukan meditasi di depan Salib Kristus. Pandanglah Yesus dalam segala kedinaan-Nya – babak belur berdarah-darah karena disiksa. Lihatlah Dia, yang menderita, ditolak dan sendiri tanpa kawan. Dengarlah seruan doa-Nya yang terakhir “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat 27:46; Mrk 15:34; bdk. Mzm 22:2). Rasakanlah cintakasih-Nya kepada kita semua, bahkan pada saat Ia sekarat tergantung di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34).

Marilah kita memandang Dia yang telanjang di kayu salib dengan tangan dan kaki terpaku, dan lambung-Nya ditikam dengan tombak, sehingga mengalir keluar darah dan air, semua ini untuk menebus ketidak-taatan kita kepada kehendak Allah – dosa-dosa kita yang merusak relasi kita dengan sang Pencipta.

Marilah kita bersembah sujud dengan penuh hormat selagi kita mengkontemplasikan makna lengkap hari yang suci ini, suatu hari di mana Putera Allah merendahkan diri-Nya sedemikian rupa sehingga menjadi begitu miskin dan hina-dina, agar kita semua dapat menjadi kaya secara luarbiasa. Santo Paulus menulis: “Yesus Kristus … sekalipun Ia kaya, oleh karena kamu Ia menjadi miskin, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2Kor 8:9). Terpujilah Dia yang sekarang mengisyaratkan kita untuk “menghampiri takhta anugerah, supaya kita menerima rahmat dan menemukan anugerah untuk mendapat pertolongan pada waktunya (Ibr 4:16).

Salib Kristus mengungkapkan kasih yang agung! Ini adalah kasih perjanjian (Inggris: covenant love), suatu kasih yang bersumberkan pada janji abadi Yesus sendiri untuk mengasihi dan melindungi kita. Kasih perjanjian selalu bersifat setia, siap untuk mati agar orang-orang lain dapat hidup. Suatu kasih abadi, yang ditulis dalam/dengan darah Kristus sendiri.

Pada hari Jumat Agung ini, selagi kita melakukan meditasi di depan anak Domba yang disembelih, renungkanlah “betapa besarnya” Salib Kristus. Bukan dalam arti besarnya ukuran Salib Kristus secara fisik, namun betapa besar dampak kematian Kristus di kayu salib sebagai kurban persembahan sehingga mampu mendatangkan kerahiman dan rahmat Allah yang tidak mampu tertandingi oleh tindakan-kasih yang mana pun. Apakah ada kurban persembahan lain yang mampu mencuci-bersih setiap dosa manusia, baik sudah maupun yang akan datang? Adakah tindakan-kasih lain yang mampu mengalahkan semua kerja Iblis yang penuh kebencian dan kejahatan dalam dunia? Bagaimana kita dapat membuat Salib Kristus menjadi riil dalam kehidupan kita? Tentunya dengan menunjukkan kepada orang-orang yang kita kasihi, kasih perjanjian sama sebagaimana yang telah ditunjukkan Yesus kepada kita. Kiranya Yesus akan sangat bersukacita melihat buah-buah manis keluar dari Salib-Nya. Ada kebenaran tak terbantahkan bagi anda dalam hal ini: “Setiap kali anda mengasihi orang-orang lain seperti Yesus Kristus mengasihi, maka anda menghadirkan Yesus Kristus ke dalam dunia!”

DOA: Yesus, Tuhan dan Juruselamatku. Pada hari Jumat Agung ini aku bergabung dengan para kudus di surga bukan untuk meratapi apa akibat segala dosaku atas diri-Mu, melainkan untuk bersukacita penuh syukur atas apa yang telah dilakukan kasih-Mu atas diriku.  Semoga litani berikut ini selalu ada dalam hatiku, pada hari ini dan seterusnya. Salib Yesus, murnikanlah aku. Darah Yesus, bersihkanlah aku. Luka-luka Yesus, sembuhkanlah aku. Kasih Yesus, bebaskanlah aku. Belas kasih Yesus, ampunilah aku. Terpujilah nama-Mu selama-lamanya.  Amin.

Catatan: Untuk mendalami  Bacaan Injil hari ini (Yoh 19:25-30; versi singkat), bacalah tulisan yang berjudul “KEMATIAN DAN KEBANGKITAN YESUS ADALAH SUMBER SEGALANYA” (bacaan tanggal 14-4-17) dalam situs/blog http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 17-04 BACAAN HARIAN APRIL 2017.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 25-3-16 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 11 April 2017 

Sdr. F.X. Indrapradja. OFS 

JALAN YESUS ADALAH JALAN SALIB

JALAN YESUS ADALAH JALAN SALIB

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VIII – Rabu, 25 Mei 2016) 

KEMURIDAN - YESUS MEMANGGIL PARA MURIDNYAYesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya. “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhkan hukuman mati kepada-Nya. Mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa lain, dan Ia akan diolok-olok, diludahi, dicambuk dan dibunuh, tetapi sesudah tiga hari Ia akan bangkit.”  

Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya, “Guru, kami harap Engkau melakukan apa pun yang kami minta dari Engkau!” Jawab-Nya kepada mereka, “Apa yang kamu kehendaki Kuperbuat bagimu?”  Lalu kata mereka, “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.”  Tetapi kata Yesus kepada mereka, “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum atau dibaptis dengan baptisan yang harus kuterima?”  Jawab mereka, “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka, “Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang yang baginya hal itu telah disediakan.”  Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Lalu Yesus memanggil mereka dan berkata, “Kamu tahu bahwa mereka yang diakui sebagai pemerintah bangsa-bangsa bertindak sewenang-wenang atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan siapa saja yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”  (Mrk 10:32-45) 

Bacaan Pertama: 1 Ptr 1:18-25; Mazmur Tanggapan: Mzm 147:12-15,19-20 

Apakah yang timbul dalam pikiran anda apabila berpikir tentang seorang pemimpin? Seseorang yang memiliki banyak kekuasaan? Ataukah seorang pelayan yang rendah hati? Seperti yang diajarkan Yesus kepada Yakobus dan Yohanes, Ia ingin mengajar kita  bahwa cara-Nya bukanlah cara dengan cara/jalan dominansi, melainkan cara/jalan pelayanan kepada mereka yang hendak diselamatkan-Nya. Yesus ingin mengajar kita Jalan Salib, yaitu sebuah jalan yang sangat kontras dengan cara/jalan yang kita cenderung pikirkan.

stdas0748Sayang seribu sayang, pada titik ini, Yakobus dan Yohanes masih belum memahaminya, walaupun mereka telah segalang-segulung dengan Yesus sekitar tiga tahun lamanya. Sesungguhnya, walaupun setelah Yesus telah mengatakan kepada pada murid-Nya bahwa diri-Nya akan ditolak dan dihukum mati, dua orang bersaudara anak-anak Pak Zebedeus itu ingin mengabaikan penderitaan Yesus dan mau langsung berbicara mengenai bagian penuh kemuliaan dari misi-Nya. Dengan lembah lembut Yesus mengingatkan mereka bahwa apabila mereka mau mengikuti jejak-Nya, maka mereka juga harus mengalami penderitaan dan kesulitan lain seperti yang Ia alami. Apabila orang-orang yang sudah cukup lama hidup sehari-hari bersama Yesus masih saja disibukkan dengan pemikiran tentang pencapaian kemuliaan dan kekuasaan yang mereka harap-harapkan, kiranya lebih parah kasusnya dengan kita pada zaman sekarang. Kita harus senantiasa mengingat dalil ini, yaitu bahwa tidak ada kebangkitan tanpa didahului oleh kematian. Tidak ada peninggian tanpa didahului oleh perendahan. Tidak ada hari Paskah tanpa didahului oleh hari Jumat Agung.

Seperti Yakobus dan Yohanes, kebanyakan dari dari kita akan berbahagia untuk langsung mengalami “kebangkitan” tanpa harus mengalami “kematian lewat Salib”. Kita lebih senang untuk menghindari berbagai pencobaan dan penderitaan Salib. Kita lebih menyukai menghindari berbagai pencobaan dan penderitaan yang diminta Allah kepada kita dan melalui pencobaan/penderitaan mana Dia mengembangkan karakter Yesus dalam diri kita. Akan tetapi, apabila Tuhan Yesus telah memikuil salib-Nya, dan kita adalah para murid-Nya, mengapa kita harus berpikir bahwa kita harus mengalami hal yang berbeda? Memang tetap ada pengharapan. Dalam segala pencobaan kita,  kita dapat melihat karakter Kristus dibentuk dalam diri kita. Kita dibuat serupa dengan Juruselamat kita yang tersalib dan bangkit! Untuk setiap kematian yang kita alami, juga ada suatu “kebangkitan” yang menantikan kita – baik sekarang maupun di surga sana.

Pada waktu Roh Kudus turun atas para rasul/murid pada hari Pentakosta Kristiani yang pertama, Dia mulai menyatakan kebenaran-kebenaran ini kepada mereka, kebenaran-kebenaran sama yang ingin dinyatakan oleh Roh kepada para murid Yesus pada segala zaman. Allah ingin mentransformasikan kita menjadi serupa dengan Yesus. Ia ingin membuat kita serupa dengan Dia yang tidak memikirkan diri sendiri, yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Marilh kita mohon Yesus untuk merobek hati kita masing –masing dengan kasih-Nya sehingga dengan demikian kita dapat memanggul salib kita seperti Dia memanggul salib-Nya, dengan demikian kita dapat bangkit bersama-Nya ke dalam hidup baru.

DOA: Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Ampuni aku, ya Tuhan Yesus, karena aku seringkali mencoba untuk menghindari salib yang harus kupikul. Transformasikanlah diriku dan berikanlah sebuah hati yang sungguh ingin mengikut Engkau tanpa syarat. Ajarlah aku agar dapat menjadi pelayan/hamba seperti Engkau. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 10:32-45), bacalah tulisan yang berjudul “PEMIMPIN YANG MELAYANI” (bacaan tanggal 25-5-16) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 16-05 BACAAN HARIAN MEI 2016. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 27-5-15 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 24 Mei 2016 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS