APAKAH YANG DAPAT KITA PELAJARI DARI EPISODE SINGKAT YANG MENYANGKUT YESUS, MARTA DAN MARIA DI BETANIA?

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVII – Selasa, 6 Oktober 2020)

Peringatan Fakultatif S. Bruno, Imam

OFS: Peringatan Wajib S. Maria Fransiska dr Ke-5 luka Yesus, Perawan

Keluarga Fransiskan: Peringatan Arwah Semua saudara, sanak saudara dan penderma

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah desa. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedangkan Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata, “Tuhan, tidakkah Engkau peduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Tetapi Tuhan menjawabnya, “Marta, Marta, engkau khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak hal, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari dia.” (Luk 10:38-42)

Bacaan Pertama: Gal 1:13-24; Mazmur Tanggapan: Mzm 139:1-3,13-14ab,14c-15

“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa”  (Ef 4:26). Petuah Paulus ini berlaku secara langsung dengan cerita tentang Marta dan Maria, bukankah begitu? Sebagai  reaksi terhadap suatu ancaman atau suatu ketidakadilan, kemarahan pada dirinya sendiri tidaklah salah. Kemarahan dapat menjadi sebuah masalah jika kita memperkenankan kemarahan kita itu mengalahkan kemampuan kita untuk berpikir dengan jernih atau berdiam dekat Yesus.

Marta marah, namun dia juga kelihatannya tergelincir ke dalam dosa. Dia berpikir sungguh adillah jika Maria, saudaranya yang perempuan, harus bersama-sama melakukan pekerjaan yang diperlukan guna melayani para tamu yang datang ke rumah mereka untuk mendengarkan pengajaran Yesus. Barangkali sebelumnya Marta telah beberapa kali meminta agar Maria membantunya (mungkin dengan menggunakan isyarat), namun kelihatannya adiknya itu mengabaikan permintaan Marta tersebut dan tetap berada duduk pada kaki Yesus. Akhirnya, setelah tidak berhasil meyakinkan Maria, Marta merasa cukup dan berkata kepada Yesus, “Tuhan, tidakkah Engkau peduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku” (Luk 10:40).

Jelaslah bahwa ada saat-saat di mana kita benar dan/atau boleh untuk menjadi marah. Namun kita harus dengan hati-hati mencari rahmat Allah sehingga dengan demikian kita dapat mempertimbangkan serta menilai setiap situasi secara objektif dan kemudian menyatakan kemarahan kita secara pantas. Apabila Marta harus melakukan “adegan” itu sekali lagi, dia mungkin akan berkata: “Tuhan, saya bingung karena harus melakukan semua pekerjaan ini, sementara Maria tetap duduk di dekat-Mu sebagai salah seorang tamu. Saya pikir dia seharusnya menolong saya. Bagaimana menurut Tuhan?” Kemudian Yesus mungkin saja mengemukakan sesuatu seperti berikut ini: “Marta, marilah duduk di dekatku. Engkau tidak perlu merasa susah dan gelisah guna menjalankan fungsimu sebagai nyonya rumah yang sempurna. Kita semua adalah keluarga Allah di sini. Lihatlah bagaimana bahagianya setiap orang. Engkau telah melakukan segala sesuatu lebih dari cukup. Duduklah dan rileks-lah sekarang. Kita akan sama-sama melakukan pembersihan piring-mangkuk dan lain-lainnya nanti. Sekarang, marilah duduk bersama.”

Memang tidak buruklah untuk mengungkapkan kemarahan kita – dengan tegas namun dengan kelembutan hati – pada saat kita menghadapi sesuatu yang salah atau bersifat ofensif. Namun kita harus berhati-hati untuk tidak tergelincir ke dalam sejenis pembenaran diri-sendiri yang secara sederhana berasumsi bahwa apa yang kita ketahui adalah yang terbaik atau paling benar. Kita tidak boleh lupa bahwa kadang-kadang apa yang penting bagi kita bukanlah yang paling vital bagi Allah. Marta belajar, misalnya, bahwa sebuah rumah yang sangat bersih dan teratur tidaklah sama pentingnya dengan damai-sejahtera, cinta kasih, dan sukacita.

DOA: Datanglah Roh Kudus, jikalau aku menjadi marah nanti, ingatkanlah diriku untuk memohon kepada-Mu agar memimpinku ke dalam kebenaran, sehingga dengan demikian aku dapat mengungkapkan kemarahanku dengan rendah hati terjerumus ke dalam dosa. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 10:38-42), bacalah tulisan yang berjudul “KISAH MARTA DAN MARIA, DUA ORANG KAKAK BERADIK DARI BETANIA” (bacaan tanggal 6-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 8-10-10 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 5 Oktober 2020

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS