MENJADI SEPERTI ANAK KECIL

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta S. Teresia dr Kanak-kanak Yesus, Perawan & Pujangga Gereja, Pelindung Misi – Kamis, 1 Oktober 2020

Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” Lalu Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka dan berkata, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan siapa saja yang merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Siapa saja yang menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”  (Mat 18:1-5) 

Bacaan Pertama: Yes 66:10-14c; Mazmur Tanggapan: Mzm 131:1-3 

“Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah aku menjadi mainan-Mu! Anggap saja aku ini bola-Mu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silahkan! Dan kalau hendak Kautinggalkan di sudut kamar karena bosan, boleh saja. Aku akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau bola-Mu ini hendak Kautusuk. … O Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendak-Mu!” Inilah doa Teresia Martin kepada Kanak-kanak Yesus yang sangat dirindukannya, namun belum boleh disambutnya, karena waktu itu anak perempuan itu baru berusia 7 (tujuh) tahun. Sebuah doa anak kecil yang sejati!

Seorang anak kecil menaruh kepercayaan penuh pada  perlindungan orangtuanya, dia tidak takut kepada siapa pun atau apa pun manakala berada di bawah perlindungan orangtuanya. Gambaran seperti ini menjadi indah sekali kalau diterapkan pada kita – semua anak-anak Allah – yang dengan penuh sukacita dan penuh kepercayaan menempatkan diri ke dalam perlindungan dan penyelenggaraan Ilahi, penyelenggaran oleh-Nya, Allah yang baik, satu-satunya yang baik.

Pada hari ini kita merayakan pesta Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus atau Teresa dari Lisieux (1873-1897), perawan dan Pujangga Gereja. Dialah anak kecil yang berdoa sebagaimana digambarkan di atas. Ketika baru berumur 15 tahun, dengan izin khusus Sri Paus, Teresia masuk sebuah biara Karmel di Lisieux, Perancis. Hanya delapan tahun kemudian, suster muda usia ini meninggal dunia karena penyakit TBC yang dideritanya. Kalau hanya sampai di situ ceritanya, maka tidak ada yang istimewa dari kehidupan suster ini yang memang hidup di dalam tembok biara yang ketat. Namun apa yang diwariskannya meninggalkan rekam jejak yang sangat berpengaruh atas kehidupan Gereja, bahkan sampai hari ini. Teresia adalah contoh baik untuk ditiru kalau kita ingin mengikuti perintah Yesus di atas. Tidak percuma nama panggilannya adalah “Teresia Kecil” atau si “Kuntum Bunga yang kecil”. Sampai akhir hayatnya, Santa Teresia dari Lisieux membuktikan bahwa sikap hidupnya yang senantiasa childlike di hadapan Allah memang sebuah sikap yang dikehendaki Allah dari kita semua.

Ketika Yesus meminta kita untuk menjadi seperti anak kecil, Dia sebenarnya mengungkapkan hasrat-Nya bagi kita untuk memperoleh kembali innocense masa kanak-kanak kita. Ketika kita masih kecil, kita sangat mudah percaya akan seorang Allah yang baik, yang mengawasi dan mengutus para malaikat untuk membimbing kita di dunia ini. Namun hal ini mengalami erosi sejalan dengan meningkatnya usia kita menuju kedewasaan. Berbagai pengalaman hidup kita dalam dunia ini dapat membuat kita lusuh dan letih-lelah, malah dapat membuat kita bersikap sinis atau sarkastis kalau berbicara mengenai kedekatan Allah dengan diri kita, apalagi bila menyangkut keberadaan para malaikat pelindung. Di bawah berbagai macam tekanan hidup, ketika kita sedang susah atau di bawah pengaruh negatif dari berbagai kenikmatan hidup manakala kita sedang berada dalam keadaan oke-oke, kita malah dapat saja mulai percaya bahwa diri kita sendirilah penentu “nasib” kita: tidak ada seorang pun dapat menolong kita kecuali diri kita sendiri!

Yesus ingin memerdekakan kita dari isolasi ciptaan kita sendiri atau kemandirian yang malah memenjarakan kita sebagai tawanan. Yesus mau membangkitkan dalam diri kita sukacita dan innocense sejati dan orijinal yang pernah kita alami ketika kita untuk pertama kalinya mengetahui cintakasih pribadi-Nya yang mau tinggal dalam diri kita masing-masing. Kedewasaan Kristiani yang sejati bukanlah berarti peningkatan dalam kebebasan kita dari Allah, melainkan suatu ketergantungan lebih mendalam kepada-Nya.

Meskipun sudah dewasa dalam usia, kita tidak mampu bertahan satu hari saja kalau terpisah dari kerahiman dan rahmat Allah. Inilah pengalaman rohani yang telah terbukti benar dalam kehidupan Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus. Adalah Allah yang secara tetap menjaga kesehatan kita, relasi kita, keuangan kita, kehidupan kita dan seterusnya.

Marilah kita mohon Roh Kudus untuk melakukan karya istimewa dalam diri kita, yaitu menolong kita agar mampu memandang peristiwa-peristiwa kehidupan dewasa ini dengan mata seorang anak kecil yang mengetahui dan mengalami cintakasih yang intim dari Bapa. Kalau pun hal ini susah, kita dapat memohon kesembuhan agar hal yang kita mohonkan tadi dapat terwujud. Bapa surgawi menginginkan kita datang kepada-Nya dengan segala urusan kita – betapa pun kecilnya urusan kita itu sehingga terlihat tidak penting – dan percaya bahwa para malaikat-Nya, teristimewa malaikat pelindung kita masing-masing, juga mengawasi, membimbing dan melindungi kita.  

DOA: Bapa surgawi, Engkau menjanjikan kerajaan-Mu kepada orang-orang yang menjadi seperti anak kecil di hadapan-Mu, yang memiliki kerendahan hati yang sejati dan sepenuhnya percaya kepada penyelenggaraan ilahi dan pemeliharaan-Mu yang penuh kasih. Curahkanlah rahmat-Mu kepada kami agar mampu bergerak maju di jalan-Mu seperti yang telah dicontohkan oleh Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus yang kami rayakan pestanya pada hari ini. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Mat 18:1-5) , bacalah tulisan yang berjudul “KITA HARUS BERTOBAT DAN MENJADI SEPERTI ANAK KECIL” (bacaan  tanggal (1-10-20) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 20-10 BACAAN HARIAN OKTOBER 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 1-10-19 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 30 September 2020 [Peringatan Wajib S. Hieronimus, Imam & Pujangga Gereja) 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS