KATA-KATA MUTIARA DARI YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIII – Rabu, 9 September 2020)

Peringatan Fakultatif S. Petrus Klaver, Imam

jesus_christ_image_227 

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata,

“Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang punya Kerajaan Allah.

Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan.

Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.

Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.

Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di surga; karena demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.

Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.

Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar.

Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.

Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”  (Luk 6:20-26) 

Bacaan Pertama: 1 Kor 7:25-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 45:11-12,14-17

“Khotbah di Tanah Datar” yang ada dalam Injil Lukas dan padanannya dalam Injil Matius yang diberi nama “Khotbah di Bukit”, memuat  sejumlah “kata-kata mutiara” (boleh dikatakan yang terbaik) dari Yesus. Masalahnya sekarang adalah, bahwa familiaritas kita dengan “Sabda-sabda Bahagia” dapat menghalangi kita dari pemahaman menyeluruh atas ajaran Yesus yang bersifat revolusioner itu. Bagaimana Yesus dapat mengatakan bahwa orang-orang miskin itu terberkati (bahagia) dan orang-orang kaya itu celaka atau terkutuk? Sungguh sangat bertentangan dengan nilai popular yang berlaku.

Versi Lukas dari “Sabda-sabda Bahagia” lebih singkat dan sederhana ketimbang yang ada dalam Injil Matius. Lukas boleh dikatakan seorang penulis Injil kepada orang-orang yang tersingkirkan dari masyarakat, “wong cilik”. Injil Lukas ditulis untuk meyakinkan “wong cilik” bahwa ada tempat istimewa tersedia bagi mereka dalam Kerajaan Surga. Yesus meyakinkan mereka yang miskin, lapar, dibenci dan dianiaya bahwa penilaian masyarakat dunia atas diri mereka bukanlah bersifat final atau definitif. Ukuran yang dipakai Allah memang berbeda.

Yesus mengatakan bahwa mereka yang kaya itu terberkati bukanlah karena kemiskinan itu baik, melainkan karena orang-orang miskin lebih berkemungkinan untuk dengan rasa haus dan lapar akan Allah yang berada dalam setiap hati manusia. Karena mudahnya menjadi berhala, kekayaan materiil dapat “menguasai” hati kita dan menjauhkan kita dari kerendahan hati dalam menghadap Allah guna menerima rahmat-Nya ( 1Tim 6:10).

Itulah sebabnya mengapa Yesus bersabda, “Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu” (Luk 6:24). Yesus tidak mengutuk orang-orang kaya, Dia hanya berduka terhadap kemiskinan spiritual dari mereka yang puas dengan kekayaan duniawi. Yesus mengetahuki bahwa apabila kita mengeluarkan energy kita secara terpusat guna memperoleh kekayaan duniawi dengan cara yang mengesampingkan Allah dan kebutuhan-kebutuhan orang-orang lain, maka kita dapat merasa nyaman dalam hidup ini, tetapi dengan risiko terlempar dari kekayaan kehidupan kekal bersama Yesus.

Yesus mengundang kita semua untuk merangkul orang-orang miskin, guna membuka mata kita terhadap penderitaan di sekeliling kita, dan untuk memiliki kerinduan agar dunia dibebaskan dari dosa (Mat 6:9-10). Kerinduan kita menjadi kasih pada saat kita digerakkan oleh Roh Kudus untuk mengesampingkan kepentingan-kepentingan kita dan mulai bekerja untuk membawa terang Kristus ke dalam kegelapan di sekeliling kita. Kalau tadinya kita mengejar-ngejar kekayaan dan kenyamanan hidup dengan praktis melupakan hampir segala-galanya yang lain, maka sekarang kita menjadi rela dan ikhlas untuk mengambil jalan lebih sulit yang dapat mencakup penderitaan. Mengapa? Karena kita adalah milik Kristus! 

Kebahagiaan sejati tidak datang dari hidup senyaman mungkin dalam dunia ini, melainkan dari kenyataan bahwa kita sekarang menerima semacam down payment dari kekayaan penuh yang menantikan kita di surge sana – hidup yang dipenuhi dan dibimbing oleh Roh Kudus. Walaupun terkadang kita hanya dapat melihat sekilas saja, jika dengan penuh ketekunan kita memusatkan pandangan kita pada Yesus, maka Dia akan menguatkan kasih kita kepada-Nya dan bagi orang-orang  lain yang membutuhkan.

DOA: Tuhan Yesus, tunjukkanlah belas kasih-Mu kepada mereka yang miskin dan kesepian, dibenci dan lapar. Tolonglah diriku agar dapat menjumpai mereka dengan benda-benda materiil dan dengan kekayaan Injil-Mu. Terpujilah nama-Mu, ya Yesus, sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (1 Kor 7:25-31), bacalah tulisan yang berjudul “MEMPERSIAPKAN KEHIDUPAN YANG AKAN DATANG” (bacaan tanggal 11-9-14) dalam situs/blog PAX ET BONUM https://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 14-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2014. 

Cilandak, 8 September 2020 [Pesta Kelahiran SP Maria] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS