Posts tagged ‘YESUS MENGAJAR DENGAN PERUMPAMAAN’

YESUS MENGINGINKAN PARA PENDENGAR-NYA UNTUK MENDENGAR PENGAJARAN-NYA DENGAN HATI TERBUKA

YESUS MENGINGINKAN PARA PENDENGAR-NYA UNTUK MENDENGAR PENGAJARAN-NYA DENGAN HATI TERBUKA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVI – Kamis, 27 Juli 2023)

Keluarga Besar Fransiskan: Pfak/Pw B. Maria Magdalena Martinengo, Ordo II

Kemudian datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya, “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan? Jawab Yesus, “kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia  berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil daripadanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Jadi, pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak memahami. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. (Mat 13:10-17)

Bacaan Pertama: Kel 19:1-2,9-11,16-20b; Mazmur Tanggapan: Dan 32:52-54,56

Yesus adalah seorang pengkhotbah yang sungguh hebat. Ia berbicara dengan menggunakan bahasa orang kebanyakan. Ia memakai cerita-cerita, membuat perbandingan-perbandingan, menggunakan contoh-contoh, yang semua diambil dari hidup sehari-hari orang-orang kepada siapa Dia berbicara. Namun, kadang-kadang Yesus menggunakan perumpamaan-perumpamaan yang sedikit membingungkan seperti suatu teka-teki. Sang Rabi dari Nazaret suka menggunakan bahasa yang membuat seorang pendengar yang baik menjadi berpikir.

Jadi, ketika para murid-Nya bertanya mengapa Yesus berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan, maka jawaban Yesus menunjukkan bahwa Dia menginginkan para pendengar-Nya untuk mendengar pengajaran-Nya dengan hati yang terbuka. Perumpamaan-perumpamaan membuka misteri-misteri Kerajaan Allah bagi orang-orang yang percaya, … yang membuka hati mereka. Akan tetapi, kepada mereka yang tidak terbuka terhadap pesan Yesus, maka perumpamaan-perumpamaan tersebut menjadi semacam “omong kosong” tanpa makna. Yesus sendiri mengatakan bahwa mereka yang memiliki hati tertutup tidak akan mengerti perumpamaan-perumpamaan-Nya – “melihat tetapi tidak melihat, mendengar tetapi tidak mendengar dan tidak mengerti” (lihat Mat 13:13).

Yang penting dalam hal ini adalah suatu tanggapan pribadi. Apabila tidak ada keterbukaan terhadap pesan Yesus, maka sama saja dengan “tidak mendengar apa-apa”. Jikalau tidak ada tanggapan terhadap pesan Yesus yang kita dengar, misalnya melalui homili di perayaan Ekaristi atau pembacaan dan permenungan bacaan Kitab Suci, maka akan begitu saja, … tidak akan tinggal lama dalam pikiran dan hati kita. Iman-kepercayaan sesungguhnya adalah suatu karunia, namun tidak melepaskan tanggung jawab kita untuk membuka hati terhadap Sabda dan memberi tanggapan terhadap Sabda ketika kita mendengarnya.

Kitab Suci memang dapat menjadi seperti teka-teki, samar-samar tidak jelas, jika kita membacanya dengan pikiran dan hati yang dangkal. Kitab Suci harus dibaca dalam suasana doa, dengan keterbukaan yang dapat menerima apa saja yang ingin dinyatakan Roh Kudus kepada kita.

Makanan rohani, pengetahuan rohani, bukanlah seperti makanan fisik. Dalam hal makanan rohani, semakin banyak kita ambil bagian, semakin lapar kita jadinya. Semakin kita membuka diri, semakin banyak wawasan rohani yang kita terima. Di lain pihak. Membaca Kitab Suci seperti sebuah novel ringan akan membuat kita tetap “dingin” dan tanpa sukacita.

Sementara kita membaca Kitab Suci, selagi kita mendengar Sabda Allah, kita harus membuka hati terhadap apa saja yang ingin dikatakan-Nya kepada kita. Dan begitu kita mendengar, apabila pesan-Nya jelas, kita pun harus bertindak. Kalau tidak demikian halnya, maka hal tersebut akan diambil dari kita. Pesan hidup Kristiani hanya akan berdiam dalam diri kita apabila kita menjalani hidup itu sepenuh-penuhnya. Kepada kita telah diberikan pesan itu, jelas, seperti juga dalam perumpamaan-perumpamaan-Nya. Sekarang, bagaimana dengan tanggapan kita?

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku membuka hatiku bagi Sabda-Mu, untuk mendengarkannya dan juga menjalani kehidupan sebagai murid-Mu yang setia pada ajaran-Mu. Terpujilah nama-Mu Yesus, Engkau yang hidup dan berkuasa bersama Bapa surgawi dalam persekutuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 13:10-17), bacalah tulisan yang berjudul “MENGAPA MENGAJAR DENGAN PERUMPAMAAN” (bacaan tanggal 27-7-23) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-07 BACAAN HARIAN JULI 2023.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan sama untuk bacaan tanggal 21-7-22 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 26 Juli 2023 [Pw S. Yoakim dan Ana, orangtua SP Maria]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TUJUAN PERUMPAMAAN YESUS

TUJUAN PERUMPAMAAN YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVI – Kamis, 21 Juli 2016)

Keluarga Fransiskan: Pesta S. Laurensius dr Brindisi, Imam Pujangga Gereja 

Stained Glass Depicting Jesus Christ March 4, 2004

Stained Glass Depicting Jesus Christ March 4, 2004

Kemudian datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya, “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan? Jawab Yesus, “kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia  berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil daripadanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Jadi, pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak memahami. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. (Mat 13:10-17) 

Bacaan Pertama: Yer 2:1-3,7-8,12-13; Mazmur Tanggapan: Mzm 36:6-11

Yesus adalah seorang pengkhotbah yang sungguh hebat. Ia berbicara dengan menggunakan bahasa orang kebanyakan. Ia memakai cerita-cerita, membuat perbandingan-perbandingan, menggunakan contoh-contoh, yang semua diambil dari hidup sehari-hari orang-orang kepada siapa Dia berbicara. Namun, kadang-kadang Yesus menggunakan perumpamaan-perumpamaan yang sedikit membingungkan seperti suatu teka-teki. Sang Rabi dari Nazaret suka menggunakan bahasa yang membuat seorang pendengar yang baik menjadi berpikir.

Jadi, ketika para murid-Nya bertanya mengapa Yesus berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan, maka jawaban Yesus menunjukkan bahwa Dia menginginkan para pendengar-Nya untuk mendengar pengajaran-Nya dengan hati yang terbuka. Perumpamaan-perumpamaan membuka misteri-misteri Kerajaan Allah bagi orang-orang yang percaya, … yang membuka hati mereka. Akan tetapi, kepada mereka yang tidak terbuka terhadap pesan Yesus, maka perumpamaan-perumpamaan tersebut menjadi semacam “omong kosong” tanpa makna. Yesus sendiri mengatakan bahwa mereka yang memiliki hati tertutup tidak akan mengerti perumpamaan-perumpamaan-Nya – “melihat tetapi tidak melihat, mendengar tetapi tidak mendengar dan tidak mengerti” (lihat Mat 13:13).

Yang penting dalam hal ini adalah suatu tanggapan pribadi. Apabila tidak ada keterbukaan terhadap pesan Yesus, maka sama saja dengan “tidak mendengar apa-apa”. Jikalau tidak ada tanggapan terhadap pesan Yesus yang kita dengar, misalnya melalui homili di perayaan Ekaristi atau pembacaan dan permenungan bacaan Kitab Suci, maka akan begitu saja, … tidak akan tinggal lama dalam pikiran dan hati kita. Iman-kepercayaan sesungguhnya adalah suatu karunia, namun tidak melepaskan tanggung jawab kita untuk membuka hati terhadap Sabda dan memberi tanggapan terhadap Sabda ketika kita mendengarnya.

Kitab Suci memang dapat menjadi seperti teka-teki, samar-samar tidak jelas, jika kita membacanya dengan pikiran dan hati yang dangkal. Kitab Suci harus dibaca dalam suasana doa, dengan keterbukaan yang dapat menerima apa saja yang ingin dinyatakan Roh Kudus kepada kita.

Makanan rohani, pengetahuan rohani, bukanlah seperti makanan fisik. Dalam hal makanan rohani, semakin banyak kita ambil bagian, semakin lapar kita jadinya. Semakin kita membuka diri, semakin banyak wawasan rohani yang kita terima. Di lain pihak. Membaca Kitab Suci seperti sebuah novel ringan akan membuat kita tetap “dingin” dan tanpa sukacita.

Sementara kita membaca Kitab Suci, selagi kita mendengar Sabda Allah,kita harus membuka hati terhadap apa saja yang ingin dikatakan-Nya kepada kita. Dan begitu kita mendengar, apabila pesan-Nya jelas, kita pun harus bertindak. Kalau tidak demikian halnya, maka hal tersebut akan diambil dari kita. Pesan hidup Kristiani hanya akan berdiam dalam diri kita apabila kita menjalani hidup itu sepenuh-penuhnya. Kepada kita telah diberikan pesan itu, jelas, seperti juga dalam perumpamaan-perumpamaan-Nya. Sekarang, bagaimana dengan tanggapan kita?

DOA: Tuhan Yesus, aku membuka hatiku bagi Sabda-Mu, untuk mendengarkannya dan juga menjalani kehidupan sebagai murid-Mu yang setia pada ajaran-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 13:10-17), bacalah tulisan yang berjudul “MENGAPA YESUS MENGAJAR DENGAN PERUMPAMAAN?” (bacaan tanggal 21-7-16) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 16-07 BACAAN HARIAN JULI 2016. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 23-7-15 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 18 Juli 2016 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS