Posts tagged ‘TUHAN – YHWH’

MENANGGAPI SERUAN NABI HOSEA

MENANGGAPI SERUAN NABI HOSEA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Prapaskah – Sabtu, 13 Maret 2021)

OFM: Peringatan Fakultatif B. Ludovikus dr Casoria, Imam

“Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN (YHWH), sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya. Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal YHWH; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.” Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar. Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi, Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku keluar seperti terang. Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada kurban-kurban bakaran.” (Hos 6:1-6)

Mazmur Tanggapan: Mzm 51:4, 18-21; Bacaan Injil: Luk 18:9-14

Menurut Hosea, masalah Israel adalah seperti orang yang mengerjakan sesuatu secara rutin dan tidak menempatkan hatinya ke dalam pekerjaannya. Orang-orang melakukan  berbagai rituale keagamaan mereka secara rutin tanpa sungguh-sungguh mengasihi Allah. Sekadar going through the motions, dalam bahasa “keren”-nya. Hati mereka bukan di situ, ada di tempat lain!

Allah telah membuat suatu perjanjian dengan Israel yang isinya adalah ikatan kasih (Inggris: covenant bond of love), dan Ia telah setia berabad-abad lamanya pada perjanjian tersebut. Akan tetapi umat Israel tidak lagi membalas kasih-Nya. Kasih setia umat Israel “seperti kabut pagi dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar” (Hos 6:4). Mereka memperlakukan satu sama lain dengan ketidakadilan yang kejam (lihat Hos 6:8-9). Ketika mendengar seruan Hosea untuk bertobat, orang-orang Israel memberi tanggapan, namun tidak tulus, dan Allah mengetahui hal itu.

Hosea mengutarakan pesannya dengan menggunakan gambaran (imaji) cintakasih dan devosi antara suami dan istri. Tanda-tanda apa yang kiranya dicari seorang laki-laki yang baru saja menikah untuk melihat apakah istrinya sungguh mencintainya? Tentu saja dia akan menaruh perhatian pada kata-kata penuh afeksi dari sang istri. Akan tetapi dia juga akan mengamati apakah sang istri sungguh siap bersamanya atau selalu sibuk dengan urusannya sendiri. Sang suami akan memperhatikan apakah sang istri sungguh akan bertindak sesuai dengan kepentingannya yang terbaik dan tetap bersamanya selama masa-masa susah. Hal-hal ini, lebih daripada sekadar kata-kata, akan menunjukkan apakah cintakasih istrinya benar-benar setia.

Sekarang, bagaimana kita dapat menunjukkan ketulusan kasih kita bagi Tuhan? Tentu saja kita dapat berbicara dengan-Nya, menggunakan kata-kata penuh cinta dan afeksi. Namun melampaui kata-kata, kita dapat percaya pada-Nya pada masa-masa sulit. Kita dapat taat kepada-Nya meskipun ketika kodrat kita yang cenderung berdosa ingin menentang. Kita tetap dapat setia kepada-Nya ketika hal-hal duniawi akan menarik kita menjauh dari diri-Nya. Kita dapat datang berlari kepada-Nya ketika kita sedang menderita, daripada menggantungkan diri pada sumber-sumber daya kita sendiri atau hikmat dunia. Kita dapat memakai waktu sendirian bersama-Nya, menantikan-Nya, mendengarkan Dia. Ini adalah tanda-tanda sejati dari kasih dan devosi kepada Tuhan, tanda-tanda yang akan diberi ganjaran oleh-Nya dengan membebaskan kita dari dosa dan memenuhi diri kita dengan Roh Kudus-Nya.

DOA: Bapa surgawi, aku sungguh mengasihi-Mu. Aku ingin menjadi seorang pribadi yang setia dan penuh pengabdian kepada-Mu. Terima kasih penuh syukur kuhaturkan dalam kesempatan ini untuk segala hal yang telah Kauberikan kepadaku. Lewat bimbingan Roh Kudus-Mu, tolonglah aku bagaimana menanggapi kasih-Mu dengan layak dan pantas. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Luk 18:9-14), bacalah tulisan yang berjudul “SI PEMUNGUT CUKAI MENGGANTUNGKAN DIRI KEPADA BELAS KASIH ALLAH SEMATA” (bacaan tanggal 13-3-21), dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 21-03 BACAAN HARIAN MARET 2021.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 23-3-20 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 12 Maret 2021

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS KRISTUS: ANAK DAUD YANG SEJATI

YESUS KRISTUS: ANAK DAUD YANG SEJATI

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Selasa, 24 Desember 2019)

Ketika raja telah menetap di rumahnya dan TUHAN (YHWH) telah mengaruniakan keamanan kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling, berkatalah raja kepada nabi Natan: “Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda.” Lalu berkatalah Natan kepada raja: “Baik, lakukanlah segala sesuatu yang dikandung hatimu, sebab YHWH menyertai engkau.”

Tetapi pada malam itu juga datanglah firman YHWH kepada Natan, demikian: “Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman YHWH: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami?

Oleh sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman YHWH semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel. Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi. Aku menentukan tempat bagi umat-Ku Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu, sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umat-Ku Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuhmu. Juga diberitahukan YHWH kepadamu: YHWH akan memberikan keturunan kepadamu. Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya.” (2Sam 7:1-5,8-12,16)

Mazmur Tanggapan: Mzm 89:2-5,27,29; Bacaan Injil: Luk 1:67-79 

Allah menjanjikan sesuatu yang indah kepada Daud, yaitu  bahwa Dia akan membangun bagi Daud sebuah “keturunan” (2Sam 7:11).  Sejarah menceritakan kepada kita bahwa Salomo, salah seorang putera Daud, membangun Bait Suci yang pada awalnya ingin dibangun oleh Daud. Akan tetapi kita dapat melihat bahwa “keturunan” yang dibangun Allah untuk Daud – dinastinya, warisannya, tempatnya dalam sejarah penyelamatan – adalah jauh lebih besar. Di sini Allah berbicara mengenai garis keturunan Daud, yang akan mencapai klimaks dalam diri Yesus Kristus, Anak Daud yang sejati.

Sebagai umat Kristiani, kita sekarang percaya bahwa melalui Yesus, garis keturunan Daud secara spiritual berlanjut di dalam Gereja – Tubuh Kristus – yang mengumpulkan orang-orang yang ditebus. Marilah kita merenung sejenak: Secara kolektif dan individual, masing-masing kita adalah bait Roh Kudus (1Kor 3:16; 6:19), sebuah tempat suci di mana Allah berdiam di atas bumi ini.

Menjadi “rumah” Allah tidak terjadi secara ajaib begitu saja dengan diri kita pada waktu kita dibaptis. Kita tidak menjadi bait-bait yang sempurna dalam sekejab, memancarkan cahaya Kristus secara lengkap ke dunia di sekeliling kita. Dari hari ke hari Allah ingin melanjutkan proyek pembangunan-Nya dalam diri kita. Dia ingin membuang fondasi-fondasi apa saja yang salah dalam hidup kita, sehingga dengan demikian kita dapat bertumpu pada kebenaran-Nya dan kasih-Nya saja. Allah ingin menghadirkan diri-Nya pada kedalaman hati kita masing-masing, sehingga apabila kita berkumpul dalam nama-Nya – apakah untuk melakukan penyembahan kepada-Nya atau pergi ke tengah-tengah dunia – maka Dia dapat bergerak dengan lebih penuh kuat-kuasa di tengah kita dan melalui kita masing-masing.

Oleh karena itu, marilah kita memperkenankan janji Allah memenuhi diri kita. Bayangkanlah apa kiranya yang ada dalam pikiran Daud ketika dia mendengar janji Allah kepadanya, bagaimana hatinya begitu tergetar membayangkan betapa agung janji tersebut. Lalu, bayangkanlah Allah mengatakan hal yang sama kepada diri kita, bahwa Dia sangat mengasihi kita dan ingin berdiam dalam diri kita selamanya. Pada Malam Natal ini, marilah kita bersembah sujud di hadapan Yesus, batu penjuru (Kis 4:11; 1Ptr 2:7; bdk. Mzm 118:22; lihat juga Mat 21:42; Mrk 12:10; Luk 20:17) dan pembangun “rumah” kita.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku bersembah sujud di hadapan-Mu. Aku menyambut Engkau ke dalam hatiku, dan merasa takjub bahwa Engkau akan memperhitungkan diriku sebagai salah seorang yang dapat menjadi tempat kediaman-Mu. Datanglah, ya Tuhan Yesus, dan berdiamlah dalam diriku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 1:67-79), bacalah tulisan yang berjudul “UNTUK MEMPERSIAPKAN JALAN BAGI YESUS KRISTUS” (bacaan tanggal 24-12-19] dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 19-12 BACAAN HARIAN DESEMBER 2019. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 24-12-18 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 22 Desember 2019 [HARI MINGGU ADVEN IV – TAHUN A]  

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS ADALAH JURUSELAMAT KITA YANG SEJATI

YESUS ADALAH JURUSELAMAT KITA YANG SEJATI

(Bacaan Kitab Suci Misa Kudus, TRI HARI PASKAH: MALAM PASKAH – Sabtu, 20 April 2019)

Berfirmanlah TUHAN (YHWH) kepada Musa: “Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering. Tetapi sungguh aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda. Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa akulah YHWH, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda.”

Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan rombongan orang Israel, dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu.

Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu YHWH menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.

Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka – segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda – sampai ke tengah-tengah laut. Dan pada waktu jaga pagi, YHWH yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu. Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: “Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab YHWH-lah yang berperang untuk mereka melawan Mesir.”

Berfirmanlah YHWH kepada Musa: “Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda.” Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir ke tengah-tengah laut. Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka. Tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Demikianlah pada hari itu YHWH menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut. Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan YHWH terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada YHWH dan mereka percaya kepada YHWH dan kepada Musa, hamba-Nya itu.

Pada waktu itu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian ini bagi YHWH yang berbunyi: “Baiklah aku menyanyi bagi YHWH, sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut.” (Kel 14:15-15:1) 

Bacaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru: rupa-rupa 

Pada hari SABTU SUCI kita mengalami keheningan dan sepinya makam sementara Yesus “tidur dalam kematian”, seakan-akan beristirahat dari penderitaan sengsara-Nya yang begitu mengerikan dan disusul oleh kematian-Nya di atas kayu salib pada hari Jumat sebelumnya. Lalu, pada malam Paskah ini, kita akan memproklamirkan dalam pengakuan iman (Credo), bahwa Yesus turun ke tempat penantian dan mematahkan cengkeraman Iblis atas umat manusia. Dalam bahasa Inggris, Malam Paskah ini dinamakan Easter Vigil (Vigili Paskah). Vigil berarti berjaga-jaga, bersiap-siaga (Inggris: Vigilance = kewaspadaan; vigilant = waspada; vigilante= semacam pamswakarsa/milisia). Sepanjang malam ini kita akan menantikan penuh antisipasi kebangkitan-Nya untuk membebaskan kita dari kutukan dosa dan memulihkan kita kepada kehidupan kita dalam Allah.

Pada malam ini juga kita akan diingatkan kepada suatu malam di tanah Mesir ribuan tahun lalu, pada saat mana orang-orang Israel berduyun-duyun pergi meninggalkan tempat kediaman mereka menuju pantai Laut Merah, melewati padang gurun setelah sebelumnya malaikat maut melewati rumah-rumah mereka. Di pantai Laut Merah itu mereka terjepit oleh laut di depan mereka dan pasukan Firaun di belakang mereka. Di sana mereka diam sambil bersiap-siaga penuh antisipasi akan campur tangan Allah. Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan rombongan orang Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan  yang tadinya bergerak di depan mereka juga pindah ke belakang rombongan (lihat Kel 14:19).  Bayangkanlah betapa dalam pada saat-saat itu pengharapan orang-orang Israel akan perlindungan dan pembebasan dari YHWH (Allah). Hidup mereka seperti sebutir telur di ujung tanduk saja, jadi tidak ada sesuatu pun yang dapat mereka lakukan, kecuali berdiri dengan iman yang kokoh. Segalanya tergantung kepada kemurahan hati Allah. Sebelumnya Musa sudah mengatakan kepada orang-orang Israel: “YHWH  akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja” (Kel 14:14).

Para murid Yesus juga berada dalam suatu situasi serupa setelah penyaliban Yesus di Kalvari. Tidak ada apa pun atau siapa pun yang dapat menghidupkan kembali Yesus: apakah remuk-redam hati dan penyesalan mendalam Simon Petrus atas penyangkalannya (3 x) terhadap Yesus yang sebelumnya sudah dideklarasikan olehnya sebagai Mesias dan Putera Allah yang hidup, atau apakah pengurapan jenazah Yesus dengan rempah-rempah mahal oleh para perempuan. Sungguh, tidak ada sesuatu pun yang dapat mereka lakukan, kecuali menunggu. Nah, justru pada akhir kemampuan segala sumber daya manusia inilah kuasa Allah memancarkan terang-Nya dengan penuh kemuliaan.

Apabila kita mati terjerat dalam kedosaan, Allah pun akan mengutus Putera-Nya untuk memulihkan kita kembali kepada kehidupan. Bilamana kita ternyata tidak mampu untuk menyelamatkan diri kita sendiri dengan kekuatan kita sendiri (memang pasti tidak bisa!), maka Yesus akan menyelamatkan kita. Apabila kita diperbudak oleh dosa, artinya menjadi budak-budak Iblis, maka Yesus akan mematahkan rantai-rantai yang membelenggu kita dan membebas-merdekakan kita.

Pada malam ini, baiklah kita menantikan Tuhan dan Juruselamat kita, dengan penuh pengharapan agar kuasa Roh Kudus-Nya bergerak dalam diri kita. Yang kita perlukan hanyalah untuk “berdiam dalam keheningan”, dan Ia akan bertindak untuk kita. Bahkan apabila anda tidak dapat menghadiri Upacara Malam Paskah ini, ambillah waktu malam untuk berdiam sambil berjaga-jaga penuh kewaspadaan menantikan terang Kristus memenuhi hati kita dan memancar ke dunia di sekeliling kita. Malam ini adalah malam hari yang paling terberkati ketimbang malam-malam hari lainnya, yaitu malam yang dipilih oleh Allah untuk melihat kebangkitan Kristus dari antara orang mati.

DOA: Yesus Kristus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Segala harapan kami adalah Engkau saja. Melalui kebangkitan-Mu, bebaskanlah kami dari dosa-dosa dan rasa takut kami yang selama ini telah mencekam dan membelenggu kami. Transformasikanlah rasa susah kami menjadi sukacita sejati. Pulihkanlah kami, ya Tuhan, kepada kehidupan di dalam Engkau. Terpujilah nama-Mu selalu! Amin.

Catatan: Untuk mendalami sebuah Bacaan Kitab Suci lainnya malam ini (Rm 6:3-11), bacalah tulisan yang berjudul “ADA KEMATIAN TERLEBIH DAHULU, BARU ADA KEBANGKITAN” (bacaan tanggal 20-1-19) dalam  situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 19-04 BACAAN HARIAN APRIL 2019. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 31-3-18 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 19 April 2019 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TERANG BAGI BANGSA-BANGSA

TERANG BAGI BANGSA-BANGSA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, HARI SELASA DALAM PEKAN SUCI – 16 April 2019)

Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh! TUHAN (YHWH)  telah memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku. Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya. Ia berfirman kepadaku: “Engkau adalah hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku.” Tetapi aku berkata: “Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna; namun, hakku terjamin pada YHWH dan upahku pada Allahku.” Maka sekarang firman YHWH, yang membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya, dan supaya Israel dikumpulkan kepada-Nya – maka aku dipermuliakan di mata YHWH, dan Allahku menjadi kekuatanku – , firman-Nya “Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.” (Yes 49:1-6) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 71:1-6,15,17; Bacaan Injil: Yoh 13:21-33,36-38

Allah orang Israel adalah Allah yang Mahabesar, dan rencana-Nya adalah juga rencana yang besar dan agung. Betapa dalam kasih-Nya! Dalam hikmat-kebijaksanaan-Nya, Allah (YHWH) memanggil Israel untuk menjadi saksi dari kemuliaan-Nya dan otoritas-Nya. Dengan memegang teguh hubungan perjanjian mereka dengan YHWH, maka mereka akan mengenal dan mengalami berkat-Nya dan memberi kesaksian kepada dunia bahwa YHWH adalah Allah  yang satu dan benar.

Akan tetapi, pada masa nubuatan ini diserukan, Israel bukanlah sedang terang bercahaya sehingga sungguh berfungsi sebagai “terang bagi bangsa-bangsa” (lihat Yes 49:6). Kota suci Yerusalem sudah luluh lantak, Bait Suci sudah hancur berantakan dan praktis rata dengan tanah; orang-orang Yahudi digiring keluar dari tanah mereka menuju pembuangan Babel. Tentu orang-orang Yahudi dapat mengidentifikasikan diri mereka dengan keluhan serta ratapan sang Nabi: “Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna” (Yes 49:4). Namun demikian, justru dalam situasi hampir putus-asa dan terhina inilah orang-orang Yahudi di pembuangan belajar betapa penuh komitmen Allah pada janji-janji-Nya. Mereka tidak lagi menggantungkan diri pada Bait Suci dan tanah milik mereka untuk membuktikan bahwa Allah mengasihi mereka, melainkan belajar bahwa Dia ingin memenuhi diri mereka – pribadi lepas pribadi – dengan  kasih-Nya dan dengan demikian membuat mereka menjadi saksi-saksi-Nya, apa pun keadaaannya.

Yesus mengatakan bahwa diri-Nya adalah TERANG DUNIA (lihat Yoh 8:12; 9:5). Memang di atas segalanya, Yesus adalah terang Allah kepada bangsa-bangsa, bahkan dalam sengsara dan wafat-Nya. Dalam keadaan lemah dan dina sedemikian, Yesus menggantungkan diri sepenuhnya kepada janji-janji Allah, percaya bahwa Bapa-Nya akan tetap bersama Dia dan tindakan Yesus akan diberi ganjaran oleh Bapa-Nya. Ditinggikan melalui kebangkitan-Nya, Yesus menjadi “terang bagi bangsa-bangsa” yang sejati, yang mendatangkan keselamatan “sampai ke ujung bumi” (Yes 49:6). Sekarang, setiap orang diundang ke dalam kerajaan Allah. Tidak seorang pun yang dikesampingkan.

Kita semua telah mengalami bagaimana rasanya frustrasi dan patah semangat. Barangkali ketika seorang anggota keluarga kita meninggalkan jalan Tuhan dan menghindar dari persekutuan kita. Kita mungkin masih bergumul terus dengan dosa-dosa kita. Atau mungkin juga memori-memori masa lalu telah membelenggu kita dalam rasa takut yang mencekam dan ketiadaan pengharapan. Seperti Yesus, sang Hamba YHWH Perjanjian Baru, kita pun dapat belajar dari berbagai kesulitan ini suatu ketergantungan kepada Allah yang lebih mendalam. Bahkan dalam saat-saat yang paling gelap sekali pun dalam kehidupan kita, Allah selalu beserta kita. Dia mengajar kita dan mengajar kita agar  benar-benar menjadi seturut gambar dan rupa-Nya (lihat Kej 1:26-27). Marilah kita membuka hati kita kepada-Nya dan memperkenankan Roh Kudus-Nya untuk menghibur dan memperkuat kita. Dalam setiap situasi, Allah selalu beserta kita, minta kepada kita agar mempercayai-Nya. Marilah kita membuat hati kita siap menerima janji-janji-Nya untuk membuat kita menjadi “terang yang mencerminkan kemuliaan-Nya kepada seluruh dunia”.

DOA: Bapa surgawi, bukalah mata kami agar mampu melihat betapa agung rencana-Mu bagi kami semua. Tolonglah aku untuk melihat apakah makna sesungguhnya dari segalanya yang terjadi atas diri kami dalam membentuk kami dan memperdalam hidup kami dengan Engkau. Yesus, kami ingin menjadi terang-Mu bagi dunia ini. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 13:21-33,36-38), bacalah tulisan yang berjudul “KITA HARUS MENGAKUI DAN MENERIMA KENYATAAN BAHWA KITA MEMBUTUHKAN TUHAN” (bacaan tanggal 16-4-19) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 19-04 BACAAN HARIAN 2019. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 27-3-18 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 15 April 2019 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

DIRIKU ADALAH YANG TERAKHIR !!!

DIRIKU ADALAH YANG TERAKHIR !!!

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Prapaskah – Kamis, 15 Maret 2018)

Berfirmanlah TUHAN (YHWH) kepada Musa: “Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.” Lagi Firman YHWH kepada Musa: “Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk. Oleh sebab itu biarkanlah Aku, supaya murkaku bangkit terhadap mreka dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar.” Lalu Musa mencoba melunakkan hati YHWH, Allahnya, dengan berkata: “Mengapakah, YHWH, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat? Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi? Berbaliklah dari murka-Mu yang bernyala-nyala itu dan menyesallah karena malapetaka yang hendak Kaudatangkan kepada umat-Mu. Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba-Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diri-Mu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimiliki-Nya untuk selama-lamanya.” Dan menyesallah YHWH karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya. (Kel 32:7-14) 

Mazmur Tanggapan:  Mzm 106:19-23; Bacaan Injil: Yoh 5:31-47

Sekali peristiwa ada seorang bintang olahraga terkenal yang menaruh di atas meja kerjanya sebuah plakat dengan tulisan “I am third”, artinya saya yang ketiga. “Apakah maksudnya?”, orang-orang bertanya kepada sang bintang. “Sangat sederhana”, sahutnya: “Allah adalah yang pertama, orang-orang lain adalah yang kedua, dan saya adalah yang ketiga”. Walaupun atlit ini memiliki rasa percaya diri dan self-esteem yang sehat, dia menyadari bahwa panggilan terbesar dalam kehidupan setiap pribadi manusia pertama-tama adalah untuk melayani Allah, kemudian melayani sesama, barulah disusul dengan pemenuhan kebutuhan pribadinya sendiri. Dalam bacaan hari ini, kita dapat melihat bahwa skala prioritas dari Musa juga serupa dengan sang atlit. Lihatlah bagaimana Musa memberi tanggapan ketika YHWH Allah mengancam untuk mengatakan “cape deh” dan berniat menurunkan murka-Nya atas umat-Nya karena ulah mereka, padahal orang-orang itu telah dibawa-Nya dari perbudakan di Mesir. Sebaliknya YHWH akan membangkitkan “sebuah bangsa besar” untuk Musa dan turunannya (lihat Kel 32:10). Bukannya memandang dengan penuh harapan masa depan yang begitu cerah, Musa malah menolak kehormatan seperti itu dan dia kemudian melakukan syafaat untuk umat (bacalah lagi: Kel 32:11-13).

Ya, Musa memang rendah hati, tetapi dia juga dapat menjadi berani. Musa menunjukkan semacam kerendahan hati yang berani, yang selalu mempertimbangkan kebutuhan spiritual dan kepentingan orang-orang lain di atas kepentingannya sendiri. Ada tertulis: “Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi” (Bil 12:3), namun ini adalah kelembutan hati yang dikombinasikan dengan kekuatan, yaitu kekuatan batin untuk memikul tanggung jawab kepemimpinan tanpa gembar-gembor; di samping itu dia juga memiliki kekuatan lahiriah untuk mengoreksi dan menantang orang-orang lain bahkan ketika dia mendorong serta menyemangati mereka. Dalam mempertahankan keseimbangan antara kebaikan hati dan keteguhan seperti diperlihatkan oleh Musa inilah dia dapat disebut sebagai seorang tokoh pendahulu dari campuran sempurna antara bela rasa dan keadilan yang ditunjukkan oleh Yesus Kristus.

Seperti Musa dan juga seperti Yesus, kita pun harus berkata, “Aku adalah yang ketiga”. Kita melakukan hal ini dengan menerima secara jujur kelemahan-kelemahan kita dan dengan rendah hati menerima talenta kita sebagai karunia atau anugerah dari Allah – karunia-karunia yang diberikan kepada kita dalam “bejana tanah liat” (lihat 2Kor 4:7). Dalam menggunakan karunia-karunia ini, kita dipanggil untuk menyeimbangkan “merpati” dan “elang” yang ada di dalam diri kita. Kita dipanggil untuk berbicara lantang dengan penuh keyakinan demi keadilan, tanpa mengkompromikan prinsip-prinsip kita dengan popularitas (pencitraan?). Kita dipanggil untuk memperhatikan orang-orang yang menderita dan susah – teristimewa mereka yang dekat dengan kita – dan menunjukkan kepada dunia betapa berharga dan istimewanya berpihak kepada “wong cilik”, orang-orang miskin, mereka yang menderita sakit-penyakit, mereka yang tertindas dan termarginalisasikan.

Kalau kita mengesampingkan berbagai ganjaran yang bersifat duniawi, maka kita pun akan menemukan kehormatan yang jauh lebih besar: menjadi anggota tubuh Kristus, yang membutuhkan dan melayani satu sama lain dalam kesatuan persaudaraan Kristiani.

DOA: Bapa surgawi, dengan penuh kasih Engkau telah memanggilku ke dalam kerja pelayanan-Mu. Aku membuat komitmen untuk menempatkan diriku dalam pemeliharaan dan bimbingan-Mu. Terpujilah nama-Mu selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 5:31-47), bacalah tulisan yang berjudul “KESAKSIAN YESUS TENTANG DIRI-NYA” (bacaan tanggal 15-3-18) dalam situs/ blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 19-04 BACAAN HARIAN APRIL 2019). 

(Tulisan ini revisi dari tulisan dengn judul sama untuk bacaan tanggal 15-3-18 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 2 April 2019 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MARILAH KITA PERCAYA KEPADA KASIH ALLAH YANG SUNGGUH DAPAT DIANDALKAN

MARILAH KITA PERCAYA KEPADA KASIH ALLAH YANG SUNGGUH DAPAT DIANDALKAN

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Prapaskah – Jumat, 9 Maret 2018)

Bertobatlah, hai Israel, kepada TUHAN (YHWH), Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu. Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada YHWH; katakanlah kepada-Nya: “Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami. Asyur tidak dapat menyelamatkan kami; kami tidak mau mengendarai kuda, dan kami tidak akan berkata lagi: Ya, Allah kami! kepada buatan tangan kami. Karena Engkau menyayangi anak yatim.” Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murkaku telah surut dari pada mereka. Aku akan seperti embun bagi Israel, maka ia akan berbunga seperti bunga bakung dan akan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon hawar. Ranting-rantingnya akan merambak, semaraknya akan seperti pohon zaitun dan berbau harum seperti yang di Libanon. Mereka akan kembali dan diam dalam naungan-Ku dan tumbuh seperti gandum; mereka akan berkembang seperti pohon anggur, yang termasyhur seperti anggur Libanon. Efraim, apakah lagi sangkut paut-Ku dengan berhala-berhala? Akulah yang menjawab dan memperhatikan engkau! Aku ini seperti pohon sanobar yang menghijau, dari pada-Ku engkau mendapat buah.

Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan YHWH adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ. (Hos 14:2-10) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 81:6-11,14,17; Bacaan Injil: Mrk 12:28-34 

Hosea seringkali dijuluki sebagai nabi kasih ilahi (prophet of divine love), seorang nabi yang berbicara mengenai Allah yang sudi menderita agar dapat memperoleh kembali Israel yang sangat dikasihi-Nya. Misalnya ada sebuah buku pengantar karangan William J. Doorly yang berjudul: Prophet of Love – Understanding The Book of Hosea (Paulist Press, 1991).

Hosea hidup pada abad ke 8 SM di kerajaan Israel sebelah Utara. Masa itu adalah masa yang penuh dengan pergolakan di mana para raja Israel berjuang melawan negeri tetangga mereka yang sangat kuat, yaitu Asyur. Akhirnya, kesabaran Asyur habis juga, dan pada tahun 726 SM Israel diserbu dan ibukotanya, Samaria, dihancurkan setelah melalui pengepungan selama tiga tahun (lihat 2Raj 17:5). Hosea memahami bahwa YHWH telah memperkenankan terjadinya penghancuran ini serta kekacauan yang menyertainya, sebagai tanggapan-Nya terhadap penyembahan berhala dan ketidaksetiaan bangsa Israel untuk bertahun-tahun lamanya. Hosea sendiri menggunakan ketidaksetiaan istrinya, Gomer, sebagai suatu metafor untuk menggambarkan ketidaksetiaan seluruh bangsa Israel terhadap Allah.

Hosea tidak pernah lupa bahwa YHWH Allah itu memiliki bela rasa. Walaupun baru saja bernubuat tentang murka YHWH Allah yang akan menimpa Efraim (lihat Hos 13), masih ada sebuah janji pengampunan: “Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka” (Hos 14:5). Mereka yang hidup pada zaman Hosea tahu bahwa kesusahan mereka belum berlalu; tanah mereka, kota-kota mereka diporak-porandakan dan banyak orang ditangkap dan digiring ke Asyur sebagai orang buangan. Mereka tahu bahwa pengampunan Allah dan datangnya masa yang lebih baik mungkin saja tidak terjadi pada masa hidup mereka. Namun demikian, janji itu tetap memberikan pengharapan.

Hasrat Allah adalah tercipta dan terbinanya relasi dengan umat-Nya. Dia menginginkan hal ini terjadi, namun tak akan  terjadi apabila umat-Nya itu tidak kembali kepada-Nya dan berhenti berdosa: “Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada YHWH” (Hos 14:3). Allah ingin adanya suatu relasi penuh kasih dengan kita juga, dan memberikan kepada kita dengan banyak kesempatan untuk kembali kepada-Nya dengan kata-kata pertobatan, ketulusan dan kasih.

Apakah kita menghadapi pencobaan-pencobaan, kesulitan-kesulitan, atau penderitaan-penderitaan? Dapatkah kita mohon kepada Allah untuk menolong kita memahami bagaimana Dia sedang menarik diri kita semakin dekat kepada-Nya? Dapatkah kita belajar mempercayai rencana Allah dan menantikan transformasi yang sedang berlangsung dalam kehidupan kita, sambil berpegang teguh pada sabda Allah dan mencari terus kasih-Nya? Seringkali kita tidak melihat gambaran yang lebih besar. Pencobaan-pencobaan dalam kehidupan kita terasa tidak masuk akal dan tidak fair. Namun demikian, marilah kita percaya kepada kasih Allah yang sungguh dapat diandalkan dan berdoa agar memperoleh rahmat untuk menghayati rencana-Nya, dan menyadari bahwa Dia sedang bekerja dalam kehidupan kita.

DOA: Bapa surgawi, Engkau adalah Allah yang penuh kasih dan bela rasa. Pimpinlah kami melalui pencobaan-pencobaan dan berbagai kesulitan dalam kehidupan kami dengan suatu visi berkenan dengan rencana-Mu yang besar dan hasrat-Mu terhadap kami, anak-anak-Mu. Tolonglah kami untuk selalu mengingat kasih-Mu dan janji-Mu bagi kami – yaitu bahwa kami akan mengalami hidup kekal dalam Kerajaan-Mu. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 12:28-34), bacalah tulisan yang berjudul “PERINTAH YANG PALING UTAMA” (bacaan tanggal 29-3-19) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 19-03 BACAAN HARIAN MARET 2019. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 9-3-18 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 27 Maret 2019  

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

IKUTILAH SELURUH JALAN YANG KUPERINTAHKAN KEPADAMU, SUPAYA KAMU BERBAHAGIA

IKUTILAH SELURUH JALAN YANG KUPERINTAHKAN KEPADAMU, SUPAYA KAMU BERBAHAGIA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Prapaskah – Kamis, 28 Maret 2019)

Hanya yang berikut inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka: Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia! Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian, melainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat, dan mereka memperlihatkan belakangnya dan bukan mukanya. Dari sejak waktu nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir sampai waktu ini, Aku mengutus kepada mereka hamba-hamba-Ku, para nabi, hari demi hari, terus-menerus, tetapi mereka tidak mau mendengarkan kepada-Ku, dan  tidak mau memberi perhatian, bahkan mereka menegarkan tengkuknya, berbuat lebih jahat dari pada nenek moyang mereka. Sekalipun engkau mengatakan kepada mereka segala perkara ini, mereka tidak akan mendengarkan perkataanmu, dan sekalipun engkau berseru kepada mereka, mereka tidak akan menjawab engkau. Sebab itu, katakanlah kepada mereka: Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara TUHAN (YHWH), Allah mereka, dan yang tidak mau menerima penghajaran! Ketulusan mereka sudah lenyap, sudah hapus dari mulut mereka.” (Yer 7:23-28) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 95:1-2,6-9; Bacaan Injil: Luk 11:14-23 

“Ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia!” (Yer 7:23)

Perintah dan janji yang sederhana ini adalah panggilan Allah kepada umat pilihan-Nya. Ini juga panggilan-Nya kepada kita, umat pilihan-Nya dalam Perjanjian Baru. Tidak hanya panggilan kepada kita sebagai sebuah umat, melainkan juga panggilan kepada kita masing-masing sebagai pribadi, hari ini dan setiap hari. Pikirkanlah hal itu sejenak: Sebagaimana Allah berbicara kepada orang-orang Israel, Ia juga berbicara kepada kita sekarang! Allah memiliki hasrat yang mendalam untuk mengatakan kepada kita apa yang diinginkan-Nya, dan bagaimana Dia ingin kita mengikuti-Nya.

Allah mengutus nabi Yeremia untuk mengoreksi orang-orang Yerusalem yang menolak untuk mendengarkan Dia. Yeremia mengatakan kepada orang-orang itu bahwa karena mereka telah berkeras kepala, maka mereka akan dihukum. Apakah hal ini disebabkan karena Allah tidak lagi mengasihi mereka? Tentu saja tidak! Penulis “Surat kepada Orang Ibrani” mengatakan begini: “Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia mencambuk orang yang diakui-Nya sebagai anak” (Ibr 12:6). Allah tahu bahwa Dia akan membuat yang terbaik dari diri kita dengan memimpin kita ke luar dari kedosaan. Ia hanya dapat memberkati kita secara penuh apabila kita menjadi taat terhadap kehendak-Nya. Untungnya, Allah tidak hanya mengoreksi kesalahan-kesalahan kita. Dia telah memberikan kepada kita Roh Kudus-Nya untuk menuliskan hukum-Nya pada hati kita dan memampukan kita untuk mengikuti jalan-Nya.

Komunikasi Allah dengan kita-manusia tidak terbatas pada pemberian perintah-perintah dan membuat janji-janji untuk masa depan kita.  Setiap hari, Dia ingin memberikan kepada kita pengarahan dan kenyamanan. Setiap hari, Dia ingin mengatakan kepada kita betapa Dia mengasihi kita. Sayangnya, kadang kala kita begitu sibuk sehingga tidak mendengar suara-Nya.

Bagaimana kita dapat bertumbuh dalam hal mendengarkan suara Allah? Kita dapat berdoa, membaca dan merenungkan sabda-Nya dalam Kitab Suci, atau mengambil waktu dalam keheningan agar dapat mendengarkan suara-Nya. Tuhan Allah kita sungguh ingin berbicara dengan kita, anak-anak-Nya. Apa yang harus kita lakukan adalah menjadi tanggap atau responsif. Kenyataan sederhana bahwa Allah telah memberikan kepada kita privilese untuk berdoa adalah sesuatu yang sungguh luarbiasa. Allah sungguh berhasrat untuk meluangkan waktu bersama kita dan berbicara kepada kita. Masalahnya sekarang: Apakah kita sudah siap untuk mendengarkan suara-Nya?

DOA: Tuhan Yesus, terima kasih untuk kasih-Mu yang begitu berlimpah dan begitu intim kepada kami masing-masing. Terima kasih juga untuk janji-Mu bahwa semuanya akan berjalan baik bagi kami, apabila kami mendengarkan Engkau. Tuhan, berbicaralah hari ini, kami para hamba-Mu siap mendengarkan. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami  Bacaan Injil hari ini (Luk 11:14-23), bacalah tulisan yang berjudul “KUASA BEELZEBUL ATAU KUASA ILAHI?” (bacaan tanggal 28-3-19) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 19-03 BACAAN HARIAN MARET 2019. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 8-3-18 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 26 Maret 2019 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENARUH KEPERCAYAAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH

MENARUH KEPERCAYAAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH

(Bacaan Mazmur Misa, Hari Biasa Pekan III Prapaskah – Selasa, 26 Maret 2019)

Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, Ya TUHAN (YHWH), tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku. Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari. Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya YHWH, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya YHWH. YHWH itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang  rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati. (Mzm 25:4-9) 

Bacaan Pertama: Dan 3:25,343-43; Bacaan Injil: Mat 18:21-35 

Allah, Bapa kita semua, sangat senang apabila kita datang kepada-Nya dan mohon bimbingan-Nya. Dia senang sekali untuk membuka hati kita kepada jalan-jalan-Nya. Mengapa? Karena Dia rindu untuk membuat kita menjadi serupa dengan Putera-Nya terkasih, Yesus Kristus. Kita dapat mempercayai Allah – kita dapat mengandalkan diri pada-Nya saja. Dia yang menciptakan segalanya tahu bagaimana semua itu bekerja bersama demi kebaikan. Tuhan Allah  telah menetapkan sebuah jalan untuk kita masing-masing, dan dengan melangkah di jalan itu kita dapat sampai ke dalam kepenuhan hidup yang dia ingin berikan kepada kita.

Kesabaran Allah dan belas kasih-Nya berasal dari kasih-Nya yang tak terbatas bagi kita. Dia tidak menginginkan apa pun yang menghalangi dan memisahkan kita dari diri-Nya. Apabila kita menyeleweng dari jalan yang telah ditetapkan-Nya bagi kita, Dia selalu menanti untuk menyambut kita kembali kepada-Nya. Sebagai seorang Bapa yang baik, Ia mengambil kita dan menolong kita untuk mengambil sedikit langkah lagi sepanjang jalan yang telah ditetapkan-Nya bagi kita. Pentinglah untuk kita pahami, bahwa Allah lebih tertarik mengajar kita untuk berjalan bersama-Nya daripada menghukum kita ketika kita jatuh ke dalam dosa!

Setiap hari kita mempunyai privilese menakjubkan untuk boleh berjalan bersama Allah yang Mahakuasa dan belajar dari Dia. Sepanjang hari-hari kita, Allah mengundang kita untuk memohon kepada-Nya hikmat-kebijaksanaan yang kita butuhkan untuk berurusan dengan berbagai tantangan dan pencobaan dalam kehidupan kita. Dalam Kitab Suci, Dia telah memberikan kepada kita sabda-Nya dan hikmat-Nya. Dalam doa, hati kita dapat disentuh dan diperlembut agar mau dan mampu mengasihi seperti Dia mengasihi. Dalam persekutuan dengan orang-orang Kristiani yang lain, kita mempunyai begitu banyak kesempatan praktis untuk belajar bagaimana memberi dan menerima kasih Allah. Untuk semua hal ini, dan banyak lagi, kita dapat bergembira dalam pemeliharaan Allah dan rencana-Nya yang sempurna bagi kita.

Sementara kita menyadari betapa mulianya kita mempunyai Allah sebagai Guru kita, kita juga akan melihat bahwa rasa takut dan khawatir kita berangsur menyusut dan kemudian menghilang. Kita akan mengenal dan mengalami damai sejahtera karena diliputi oleh kasih-Nya. Untuk mempersiapkan hati kita mendengarkan dan taat kepada suara Allah, marilah kita menghadap hadirat-Nya dan berterima kasih penuh syukur kepada-Nya untuk kepenuh-perhatian-Nya. Marilah kita mengingat belas kasih dan kesetiaan-Nya dari pembacaan dan permenungan kita atas bacaan dalam Kitab Suci, dan juga dalam kehidupan kita sendiri. Selagi dengan rendah hati mengakui ketergantungan kita kepada-Nya, maka hati kita pun akan diperlembut agar mampu “mendengar” dan taat kepada bisikan-bisikan-Nya.

DOA: Bapa surgawi, terima kasih untuk rencana-Mu yang sempurna. Ampunilah aku karena suka mengandalkan hikmat-kebijaksanaanku sendiri. Aku menaruh kepercayaanku pada-Mu. Ajarlah aku untuk selalu berpaling kepada-Mu setiap kali aku harus mengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat mengikuti jalan-Mu. Terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau selalu membimbingku dalam setiap langkah yang kuambil. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 18:21-35), bacalah tulisan yang berjudul “HAL IKHWAL MENGAMPUNI ORANG LAIN” (bacaan tanggal 26-3-19) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 19-03 BACAAN HARIAN MARET 2019. 

(Tulisan ini revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 6-3-18 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 24 Maret 2019 [HARI MINGGU PRAPASKAH III – TAHUN C] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

HANA DAN MARIA

HANA DAN MARIA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Sabtu, 22 Desember 2018)

Setelah perempuan itu menyapih anaknya, dibawanyalah dia, dengan seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur, lalu diantarkannya ke dalam rumah TUHAN (YHWH) di Silo. Waktu itu masih kecil betul kanak-kanak itu. Setelah mereka menyembelih lembu, mereka mengantarkan kanak-kanak itu kepada Eli; lalu kata perempuan itu: “Mohon bicara tuanku, demi tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku untuk berdoa kepada YHWH. Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan YHWH telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya Maka akupun menyerahkannya kepada YHWH; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada YHWH.” Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada YHWH. (1Sam 1:24-28) 

Mazmur Tanggapan: 1Sam 2:1,4-7; Bacaan Injil: Luk 1:46-56 

Hana sungguh melakukan pengorbanan yang tidak kecil. Bertahun-tahun lamanya dia menanggung malu diejek-ejek dan diolok-olok oleh orang-orang. Mengapa? Karena dia mandul. Yang senantiasa menyakiti hatinya adalah ejekan serta penghinaan yang diterimanya dari Penina, istri kedua dari suaminya, Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim (lihat 1Sam 1:1-8). Pada suatu kali Hana bernazar, bahwa apabila dia diberkati dengan seorang anak laki-laki, maka dia akan memberikan anaknya itu kepada YHWH-Allah untuk seumur hidupnya dan pisau cukur  tidak akan menyentuh kepala anaknya itu (lihat 1Sam 1:9-18).

YHWH-Allah menjawab doanya, dan setahun kemudian Hana pun melahirkan seorang bayi laki-laki. Hana memberi nama Samuel – artinya Aku telah memintanya dari pada YHWH – kepada anak itu (lihat 1Sam 1:20). Hana menyusui anaknya sampai disapihnya. Setelah Hana menyapih anaknya, maka anak itu diberikan kepada Imam Eli agar dapat bertumbuh dewasa di dalam tempat kudus di Silo (1Sam 1:23 dsj.). Samuel bertumbuh terus sampai akhirnya menjadi salah seorang nabi terbesar dalam sejarah Israel.

Hati Hana  tergetar ketika mengalami intervensi Allah dalam hidupnya, dan dengan rasa syukur yang mendalam akan belas kasihan Allah, dia mendedikasikan Samuel kepada Allah. Kerelaan hati Hana mengesampingkan hasrat alaminya untuk membesarkan  sendiri anaknya, menempatkan Samuel dalam posisi untuk dididik dan dilatih dalam suatu karya pelayanan bagi umat Allah. Yang menarik adalah, bahwa sebagaimana Hana berketetapan hati untuk memuliakan YHWH-Allah dengan hidupnya, puteranya pun akan bertumbuh menjadi seorang yang sangat setia kepada kehendak Allah – bahkan sampai mencopot (lengser keprabon?) Raja Saul dari takhtanya dan menunjuk Daud sebagai penggantinya (lihat 1Sam 15:26 dsj.; 16:1 dsj.).

Dalam kerelaan hatinya memperkenankan Allah mencapai tujuan rencana-Nya melalui anaknya, Hana sebenarnya menjadi seorang tokoh pendahulu yang mengingatkan kita kepada Santa Perawan Maria. Seperti juga Hana yang menyanyikan puji-pujian kepada YHWH-Allah (1Sam 2:1-10), dengan penuh sukacita Maria melambungkan kidung pujian Magnificat-nya (Luk 1:46-55), sebagai kesaksian akan karunia istimewa yang diterimanya dari Allah. Seperti Hana, Maria juga tahu bahwa Puteranya ini akan didedikasikan secara total kepada Allah. Pada suatu hari kelak, Maria akan berdiri di bawah salib Puteranya dan ikut ambil bagian dalam kurban diri-Nya kepada Bapa di surga. Baik Hana maupun Maria memperkenankan Allah menuliskan rencana-rencana-Nya dalam hati mereka masing-masing. Kedua perempuan ini menyingkirkan agenda-agenda mereka sendiri, diri mereka dan diri anak-anak mereka, untuk pencapaian tujuan-tujuan Allah.

Demikian pula dengan kita! Allah juga mempunyai rencana bagi kita masing-masing. Hana dan Maria telah menunjukkan kepada kita apa artinya melayani Allah dan melakukan kehendak-Nya. Seperti kedua perempuan suci itu kita perlu siap-siaga setiap saat untuk menyingkirkan agenda-agenda kita sendiri dan memperkenankan Allah memenuhi kehendak-Nya melalui diri kita masing-masing. Dengan mengambil dua orang perempuan ini sebagai “model” kita, marilah kita mohon kepada Allah untuk menuliskan atau mengukir rencana-rencana-Nya dalam hati kita masing-masing. Marilah kita bekerja sama dengan Allah, sehingga Dia dapat mewujudkan hal-hal besar lewat diri kita.

DOA: Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami. Kami menyerahkan hidup kami kepada-Mu. Terima kasih penuh syukur senantiasa kami haturkan kepada-Mu karena Engkau rela mati di kayu salib untuk kami semua, agar supaya kami dapat hidup kekal bersama-Mu. Tolonglah kami agar dapat mengesampingkan rencana-rencana kami sendiri dan memberikan diri kami sepenuhnya kepada-Mu. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 1:46-56), bacalah tulisan yang berjudul “MARIA ADALAH GURU KRISTIANI BESAR YANG PERTAMA” (bacaan tanggal 22-12-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori 18-12 BACAAN HARIAN DESEMBER 2018. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 22-12-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 19 Desember 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

DEMI TUHAN YANG HIDUP

DEMI TUHAN YANG HIDUP

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Senin, 18 Desember 2017)

 

Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN (YHWH), bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: YHWH – keadilan kita.

Sebab itu, demikianlah firman YHWH, sesungguhnya, waktunya akan datang, bahwa orang tidak lagi mengatakan: Demi YHWH yang hidup yang menuntun orang Israel keluar dari tanah Mesir!, melainkan; Demi YHWH yang hidup yang menuntun dan membawa pulang keturunan kaum Israel keluar dari tanah utara dan dari segala negeri ke mana Ia telah menceraiberaikan mereka!, maka mereka akan tinggal di tanahnya sendiri. (Yer 23:5-8) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 72:2,12-13,18-19; Bacaan Injil: Mat 1:18-24 

Betapa terbekatinya kita hidup dalam masa di mana para nabi hanya dapat berharap dari jauh saja! Visi nabi Yeremia akan pembebasan di masa depan sampai kepada kita yang hidup berabad-abad setelah hidupnya sendiri: “Demi TUHAN (YHWH) yang hidup yang menuntun dan membawa pulang keturunan kaum Israel keluar dari tanah utara dan dari segala negeri ke mana Ia telah menceraiberaikan mereka!, maka mereka akan tinggal di tanahnya sendiri”  (Yer 23:8).

“Demi TUHAN yang hidup!” (Yer 23:7). Bagi kita, kata-kata ini memproklamasikan bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati dan membimbing kita keluar dari keterikatan pada dosa dan ke dalam tanah terjanji Perjanjian Baru. Yesus adalah sang “Tunas adil” (Yer 23:5), “Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel!” (Yes 48:17). Ia adalah pemenuhan dari setiap janji Allah yang pernah dibuat-Nya kepada umat-Nya.

“Demi TUHAN yang hidup”, kita telah dibebaskan dan diberikan hidup dalam Kristus. Kita mempunyai suatu pengharapan akan masa depan – bagi diri kita sendiri dan bagi anak-anak kita dan anak-anak mereka. “Demi TUHAN yang hidup”, Iblis dikalahkan dan Kerajaan Allah didirikan di atas bumi.

Sejak dari awal waktu, Allah telah menggelar rencana keselamatan-Nya secara berhati-hati dan penuh niat. Tidak ada sesuatu pun, bahkan dosa manusia sekali pun, dapat mengganggu rencana Allah tersebut. Allah akan mempunyai mempelai perempuan, Gereja, bagi diri-Nya sendiri. Dia akan akan memenangkan hati semua orang yang menerima tindakan kasih-Nya yang tertinggi – kematian dari Putera-Nya Yesus, yang  membayar harga/biaya dosa-dosa kita. “Demi TUHAN yang hidup”, demikian pula kita akan hidup!

Alangkah menakjubkan, Allah sendiri mengundang kita masing-masing untuk ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan-Nya! Apakah kita (anda dan saya) pernah membayangkan atau memikirkan kenyataan bahwa kita memiliki “saham” dalam membangun Kerajaan Allah? Setiap kali kita berdoa syafaat untuk orang-orang lain, melakukan tindakan kebaikan, menolak kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang mementingkan diri sendiri, atau mengatakan “tidak” kepada segala yang jahat, kita sebenarnya memperlebar perbatasan-perbatasan Kerajaan Allah dan mengalahkan Iblis. “Demi TUHAN, yang hidup”, kita dapat melanjutkan rencana-Nya karena Kristus hidup dalam diri kita. Tidak ada seorang pun dapat mencerminkan Yesus secara unik seperti kita masing-masing. Oleh karena itu marilah kita maju terus dengan penuh kepercayaan kepada Tuhan, dan menggunakan hari ini sebagai suatu kesempatan sebagai suatu terang dalam sebuah dunia yang gelap. “Demi TUHAN yang hidup”, Ia membuat diri kita masing-masing sebagai milik-Nya sendiri!

DOA: Roh Kudus Allah, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau telah mempersiapkan diriku untuk membawa Yesus dalam hatiku dan tindakan-tindakanku. Tolonglah diriku agar dapat menjadi sebuah bejana yang berarti guna menampung di dalamnya segala kekayaan rohani ini. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Mat 1:18-24), bacalah tulisan yang berjudul “TURUT AMBIL BAGIAN DALAM MISTERI AGUNG” (bacaan tanggal 18-12-17) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 17-12 BACAAN HARIAN DESEMBER 2017. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 18-12-15 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 15 Desember 2017 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS