Posts tagged ‘SANTO MARKUS’

SANG PENULIS INJIL KEDUA

SANG PENULIS INJIL KEDUA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, PESTA SANTO MARKUS – Rabu, 25 April 2018)

Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi memberi anugerah kepada orang yang rendah hati.” Karena itu, rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu bahwa semua saudara seimanmu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. Dan Allah, sumber segala anugerah, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. Dialah yang punya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.

Dengan perantaraan Silwanus yang kuanggap sebagai seorang saudara seiman yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu bahwa ini adalah anugerah yang benar-benar dari Allah. Berdirilah dengan teguh di dalamnya!

Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon dan juga dari Markus, anakku. Berilah salam seorang kepada yang lain dengan ciuman kudus. Damai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus. Amin. (1Ptr 5:5b-14) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 89:2-3,6-7,16-17; Bacaan Injil: Mrk 16:15-20 

Pada hari istimewa yang didedikasikan kepada Santo Markus, kita dapat tergoda untuk bertanya apa yang kiranya dapat kita pelajari dari seorang “tokoh” zaman kuno. Apabila kita melihat “Kisah para Rasul”, khususnya bab 13 dan 15, kita dapat merasa sedikit terhibur karena mengetahui bahwa ternyata Santo Markus adalah seorang manusia seperti kita juga; bahwa dia juga rentan terhadap kelemahan dan kesalahan-kesalahan. Dan semua itu bukanlah sekadar kesalahan-kesalahan kecil: Di Pamfilia dia melakukan “desersi”, melarikan diri dari tugasnya membantu Paulus dan Barnabas, dan kembali ke Yerusalem, …… semua ini terjadi di tengah sebuah perjalanan misioner untuk mewartakan Kabar Baik Yesus Kristus (Kis 13:13).

“Desersi” Markus begitu serius sehingga menyebabkan timbulnya selisih pendapat apakah masih mau mengambilnya kembali seturut usulan Barnabas atau tidak (Kis 15:35-41). Walaupun Paulus merasa ragu, Markus sungguh pergi melakukan hal-hal besar untuk Kerajaan-Nya, diantaranya menulis sebuah kitab Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.

Sekarang, apakah yang kita pelajari dari seorang Santo Markus? Bahwa Allah tidak pernah menyerah, lalu membuang kita. Dalam Mazmur secara tetap kita mendengar bagaimana Allah menegakkan orang benar, dan dalam “Surat kepada jemaat di Roma”, Paulus menulis bahwa “tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus” (Rm 8:1). Markus mengalami kebenaran-kebenaran tangan pertama selagi dia bergumul dengan rasa takut yang menimpa dirinya dan juga dosa-dosanya. Dengan rasa percaya yang semakin bertumbuh berkaitan dengan belas kasih Allah dan kuat-kuasa-Nya untuk mentransformasikan diri setiap pribadi, maka Markus belajar untuk tidak memperkenankan masa lalunya mendikte masa depannya. Sebagai akibatnya, Markus mampu menjadi salah seorang tokoh Kristiani awal yang paling penting.

Cerita tentang Markus seharusnya memacu kita untuk terus mengasihi Allah dan sesama serta melakukan pekerjaan-pekerjaan baik. Ketika kita menyadari bahwa Allah telah mengampuni kita dan bahwa Dia akan terus menunjukkan belas kasih-Nya kepada kita, kita pun harus melakukan yang sama. Ketika kita mulai memahami bahwa Allah telah melimpahkan ke atas diri kita rahmat-Nya yang sebenarnya tak pantas kita terima, pandangan kita tentang orang lain akan menjadi seperti pandangan Barnabas tentang Markus:  sangat ingin memberikan kesempatan kedua dan mengisinya dengan harapan akan masa depan. Kita semua – dengan cara kita masing-masing – sebenarnya telah melakukan “desersi” – kita meninggalkan Allah, namun Ia tidak akan meninggalkan kita. Dia akan selalu memberikan kepada kita kesempatan lagi, karena rencana-rencana-Nya dan pengharapan-pengharapan-Nya kepada kita sangatlah besar. Semoga kita tidak berputus-asa pada saat kita jatuh atau dengan cepat menyalahkan orang lain. Rahmat Allah cukup bagi kita semua!

DOA: Tuhan Yesus, tolonglah aku agar mampu melihat seperti Engkau melihat, agar aku tidak menghakimi orang-orang lain atau diriku sendiri. Semoga hatiku dapat menjadi hati-Mu, ya Yesus, hati yang mau mengampuni sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (1Ptr 5:5b-14), bacalah tulisan yang berjudul “SANTO MARKUS: SEORANG PEWARTA INJIL SEJATI” (bacaan tanggal 25-4-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-04 BACAAN HARIAN APRIL 2018. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 25-4-17 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 22 April 2018 [HARI MINGGU PASKAH IV – TAHUN B] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SANG PENULIS INJIL KEDUA

SANG PENULIS INJIL KEDUA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, PESTA SANTO MARKUS – Selasa, 25 April 2017)

 

Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi memberi anugerah kepada orang yang rendah hati.” Karena itu, rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu bahwa semua saudara seimanmu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. Dan Allah, sumber segala anugerah, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. Dialah yang punya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.

Dengan perantaraan Silwanus yang kuanggap sebagai seorang saudara seiman yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu bahwa ini adalah anugerah yang benar-benar dari Allah. Berdirilah dengan teguh di dalamnya!

Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon dan juga dari Markus, anakku. Berilah salam seorang kepada yang lain dengan ciuman kudus. Damai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus. Amin. (1Ptr 5:5b-14) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 89:2-3,6-7,16-17; Bacaan Injil: Mrk 16:15-20 

Pada hari istimewa yang didedikasikan kepada Santo Markus, kita dapat tergoda untuk bertanya apa yang kiranya dapat kita pelajari dari seorang “tokoh” zaman kuno. Apabila kita melihat “Kisah para Rasul”, khususnya bab 13 dan 15, kita dapat merasa sedikit terhibur karena mengetahui bahwa ternyata Santo Markus adalah seorang manusia seperti kita juga; bahwa dia juga rentan terhadap kelemahan dan kesalahan-kesalahan. Dan semua itu bukanlah sekadar kesalahan-kesalahan kecil: Di Pamfilia dia melakukan “desersi”, melarikan diri dari tugasnya membantu Paulus dan Barnabas, dan kembali ke Yerusalem, …… semua ini terjadi di tengah sebuah perjalanan misioner untuk mewartakan Kabar Baik Yesus Kristus (Kis 13:13).

“Desersi” Markus begitu serius sehingga menyebabkan timbulnya selisih pendapat apakah masih mau mengambilnya kembali seturut usulan Barnabas atau tidak (Kis 15:35-41). Walaupun Paulus merasa ragu, Markus sungguh pergi melakukan hal-hal besar untuk Kerajaan-Nya, diantaranya menulis sebuah kitab Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.

Sekarang, apakah yang kita pelajari dari seorang Santo Markus? Bahwa Allah tidak pernah menyerah, lalu membuang kita. Dalam Mazmur secara tetap kita mendengar bagaimana Allah menegakkan orang benar, dan dalam “Surat kepada jemaat di Roma”, Paulus menulis bahwa “tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus” (Rm 8:1). Markus mengalami kebenaran-kebenaran tangan pertama selagi dia bergumul dengan rasa takut yang menimpa dirinya dan juga dosa-dosanya. Dengan rasa percaya yang semakin bertumbuh berkaitan dengan belas kasih Allah dan kuat-kuasa-Nya untuk mentransformir diri setiap pribadi, maka Markus belajar untuk tidak memperkenankan masa lalunya mendikte masa depannya. Sebagai akibatnya, Markus mampu menjadi salah seorang tokoh Kristiani awal yang paling penting.

Cerita tentang Markus seharusnya memacu kita untuk terus mengasihi Allah dan sesama serta melakukan pekerjaan-pekerjaan baik. Ketika kita menyadari bahwa Allah telah mengampuni kita dan bahwa Dia akan terus menunjukkan belas kasih-Nya kepada kita, kita pun harus melakukan yang sama. Ketika kita mulai memahami bahwa Allah telah melimpahkan ke atas diri kita rahmat-Nya yang sebenarnya tak pantas kita terima, pandangan kita tentang orang lain akan menjadi seperti pandangan Barnabas tentang Markus:  sangat ingin memberikan kesempatan kedua dan mengisinya dengan harapan akan masa depan. Kita semua – dengan cara kita masing-masing – sebenarnya telah melakukan “desersi” – kita meninggalkan Allah, namun Ia tidak akan meninggalkan kita. Dia akan selalu memberikan kepada kita kesempatan lagi, karena rencana-rencana-Nya dan pengharapan-pengharapan-Nya kepada kita sangatlah besar. Semoga kita tidak berputus-asa pada saat kita jatuh atau dengan cepat menyalahkan orang lain. Rahmat Allah cukup bagi kita semua!

DOA: Tuhan Yesus, tolonglah aku agar mampu melihat seperti Engkau melihat, agar aku tidak menghakimi orang-orang lain atau diriku sendiri. Semoga hatiku dapat menjadi hati-Mu, ya Yesus, hati yang mau mengampuni sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Amin.

(Tulisan ini bersumberkan tulisan saya di tahun 2013) 

Cilandak, 22 April 2017 [HARI SABTU DALAM OKTAF PASKAH] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

SANTO MARKUS: PEWARTA INJIL YANG TANGGUH

SANTO MARKUS: PEWARTA INJIL YANG TANGGUH

(Bacaan Pertama Misa Kudus, PESTA SANTO MARKUS – Senin, 25 April 2016)

 StMark3CorbertGauthier

Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi memberi anugerah kepada orang yang rendah hati.” Karena itu, rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu bahwa semua saudara seimanmu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. Dan Allah, sumber segala anugerah, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. Dialah yang punya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.

Dengan perantaraan Silwanus yang kuanggap sebagai seorang saudara seiman yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu bahwa ini adalah anugerah yang benar-benar dari Allah. Berdirilah dengan teguh di dalamnya!

Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon dan juga dari Markus, anakku. Berilah salam seorang kepada yang lain dengan ciuman kudus. Damai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus. Amin. (1Ptr 5:5b-14) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 89:2-3,6-7,16-17; Bacaan Injil: Mrk 16:15-20 

Pada hari ini, tanggal 25 April, Gereja merayakan pesta Santo Markus. Orang kudus ini adalah salah seorang dari umat Kristiani awal yang ikut ambil bagian dalam masa-masa yang sungguh exciting menyusul peristiwa Pentakosta Kristiani yang pertama, ketika penyebaran Kekristenan (Kristiani) dimulai ke segala penjuru dunia.

Markus menemani Paulus dan Barnabas pada perjalanan misioner mereka yang pertama, dan dia bergabung dengan Barnabas dalam perjalanan-perjalanan lainnya dan pergi ke Roma di mana dia bekerja dengan Petrus, yang memandang dirinya sebagai anaknya sendiri (lihat 1 Ptr 5:13). Menurut tradisi, Petruslah yang minta kepada Markus untuk menulis Injil yang dikenal sebagai “Injil Markus” itu.

MarkApostleSembilan belas abad lamanya Injil Markus ini sempat tidak/kurang dikenal karena Markus dipandang sebagai penulis Injil yang kurang berarti, naif, dan tak lebih daripada seorang tukang kumpul-cerita yang ditumpuk-tumpuk begitu saja tanpa rencana dan tujuan, meskipun diakui kelincahan caranya bercerita menggambarkan kisah kehidupan Yesus, Injilnya lama sekali tidak ada yang merasa perlu memberi komentar, bahkan paling kurang/sedikit disitir baik dalam tulisan-tulisan maupun dalam liturgi. Dan Injil Markus sendiri dianggap sebagai suatu ringkasan dari Injil Matius. Namun sejak awal abad ke-20, hal ini mengalami perubahan total, sejak W. Wrede (seorang pakar Kristen Protestan) pada tahun 1901 mengumumkan penemuannya yang baru mengenai analisis-teks dari struktur Injil Markus seperti yang kita kenal sekarang (A. Brotodarsono SJ, “Indjil Santo Markus”, Jogjakarta: Majalah Bulanan untuk Kehidupan Rohani”, Tahun XIV, Nomor 4, Mei 1967).

Sekilas lintas saja, riwayat hidup singkat Markus ini sudah memberi kesan betapa “hebatnya” orang ini. Dia pernah menjadi asisten rasul-rasul agung! Namun, seperti kita, Markus juga hidup tidak tanpa pencobaan yang digunakan Allah untuk “melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan” (1 Ptr 5:10). Markus pergi meninggalkan Paulus dan Barnabas pada awal-awal perjalanan misioner yang pertama dan kemudian dia menjadi sumber ketegangan antara Paulus dan Barnabas (Kis 15:36-41).

Oh, betapa indahnya dan nyamannya apabila kita dapat mempelajari segala sesuatu yang kita perlukan dari pembacaan buku-buku, berbagai macam koran/majalah, atau tulisan-tulisan lewat internet di mana kita tidak perlu mengalami rasa sakit akibat komunikasi antar-pribadi, bukankah begitu? Namun, dalam hikmat-Nya, “Allah, sumber segala anugerah” (1 Ptr 5:10) mengajar kita kerendahan hati dengan memperkenankan pengalaman-pengalaman hidup yang terkadang sungguh pahit.

Allah melihat gambar besarnya dan pengetahuan-Nya tak mengenal batas (janganlah kita pernah mencoba-coba untuk membandingkan pengetahuan kita dengan pengetahuan sang Mahatahu). Allah mampu untuk mendatangkan berkat-berkat-Nya dalam situasi-situasi yang menurut penilaian kita sudah tidak berpengharapan. Allah mengggunakan setiap situasi untuk mendekatkan kita kepada diri-Nya, untuk menyiapkan diri kita dalam menghadapi peristiwa-peristiwa di masa depan, dan untuk menyatakan kasih-Nya kepada kita. Dia tidak pernah menguji kita melampau kekuatan kita, dan ketika Dia memulihkan kita, kita tidak lagi  sama karena Dia telah “melengkapi, meneguhkan, menguatkan  dan mengokohkan kita” (1 Ptr 5:10).

Seringkali kita mencoba untuk mengambil jalan kita sendiri dalam kehidupan ini dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri saja. Ujung-ujungnya kita mendapatkan diri kita terjerat dalam kecemasan dan stres. Beberapa saat kemudian barulah kita menyadari bahwa kita telah membuang tenaga dan memeras otak kita untuk sesuatu yang “nol besar”, karena sesungguhnya Allah sudah bekerja dalam diri kita selama itu. Di sinilah perlunya bagi kita untuk belajar semakin berserah diri kepada-Nya, langkah demi langkah dalam kehidupan kita. Sukacita sejati kita alami selagi kita melihat Allah “mengangkat diri kita pada saat-Nya” dan “memulihkan kita” kepada damai-sejahtera-Nya setelah mengalami suatu periode yang penuh dengan ketegangan, rasa was-was, kegalauan, kekhawatiran, ketakutan dan sejenisnya. Seperti Santo Markus, marilah kita belajar untuk merendahkan diri kita di hadapan Allah dan menanti dengan sabar saat di mana Dia mengangkat kita.

DOA: Bapa surgawi, tolonglah kami mempercayai hasrat-Mu untuk mengajar kami dalam setiap situasi kehidupan kami. Kami mempersembahkan kepada-Mu kesulitan-kesulitan kami agar Engkau dapat menguatkan kami dan memenuhi diri kami dengan hidup-Mu sendiri. Amin.

(Tulisan ini bersumberkan tulisan saya pada tahun 2012) 

Cilandak, 24 April 2016 [HARI MINGGU PASKAH V – TAHUN C] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

SEORANG PEWARTA INJIL SEJATI

SEORANG PEWARTA INJIL SEJATI

(Bacaan Pertama Misa Kudus, PESTA SANTO MARKUS, Sabtu 25 April 2015) 

apostole_paul_Hand_Made_Icons__zoomDan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi memberi anugerah kepada orang yang rendah hati.” Karena itu, rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu bahwa semua saudara seimanmu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. Dan Allah, sumber segala anugerah, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. Dialah yang punya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.

Dengan perantaraan Silwanus yang kuanggap sebagai seorang saudara seiman yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu bahwa ini adalah anugerah yang benar-benar dari Allah. Berdirilah dengan teguh di dalamnya!

Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon dan juga dari Markus, anakku. Berilah salam seorang kepada yang lain dengan ciuman kudus. Damai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus. Amin. (1Ptr 5:5b-14) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 89:2-3,6-7,16-17; Bacaan Injil: Mrk 16:15-20 

Pada hari ini, tanggal 25 April, Gereja merayakan pesta Santo Markus. Orang kudus ini adalah salah seorang dari umat Kristiani awal yang ikut ambil bagian dalam masa-masa yang sungguh exciting menyusul peristiwa Pentakosta Kristiani yang pertama, ketika penyebaran Kekristenan (Kristiani) dimulai ke segala penjuru dunia.

Markus menemani Paulus dan Barnabas pada perjalanan misioner mereka yang pertama, dan dia bergabung dengan Barnabas dalam perjalanan-perjalanan lainnya dan pergi ke Roma di mana dia bekerja dengan Petrus, yang memandang dirinya sebagai anaknya sendiri (lihat 1Ptr 5:13). Menurut tradisi, Petruslah yang minta kepada Markus untuk menulis Injil yang dikenal sebagai Injil Markus itu.

Sembilan belas abad lamanya Injil Markus ini sempat tidak/kurang dikenal karena Markus dipandang sebagai penulis Injil yang kurang berarti, naif, dan tak lebih daripada seorang tukang kumpul-cerita yang ditumpuk-tumpuk begitu saja tanpa rencana dan tujuan, meskipun diakui kelincahan caranya bercerita menggambarkan kisah kehidupan Yesus, Injilnya lama sekali tidak ada yang merasa perlu memberi komentar, bahkan paling kurang disitir baik dalam tulisan-tulisan maupun dalam liturgi. Dan Injil Markus sendiri dianggap sebagai suatu ringkasan dari Injil Matius. Namun sejak awal abad ke-20, hal ini mengalami perubahan total, sejak W. Wrede (seorang pakar Kristen Protestan) pada tahun 1901 mengumumkan penemuannya yang baru mengenai analisis-teks dari struktur Injil Markus seperti yang kita kenal sekarang (A. Brotodarsono SJ, “Indjil Santo Markus”, Jogjakarta: Majalah Bulanan untuk Kehidupan Rohani”, Tahun XIV, Nomor 4, Mei 1967).

About-St-MarkSekilas lintas saja, riwayat hidup singkat Markus ini sudah memberi kesan betapa “hebatnya” orang ini. Dia pernah menjadi asisten rasul-rasul agung! Namun, seperti kita, Markus juga hidup tidak tanpa pencobaan yang digunakan Allah untuk “melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan” (1Ptr 5:10). Markus pergi meninggalkan Paulus dan Barnabas pada awal-awal perjalanan misioner yang pertama dan kemudian dia menjadi sumber ketegangan antara Paulus dan Barnabas (Kis 15:36-41).

Oh, betapa indahnya dan nyamannya apabila kita dapat mempelajari segala sesuatu yang kita perlukan dari pembacaan buku-buku, berbagai macam koran/majalah, atau tulisan-tulisan lewat internet di mana kita tidak perlu mengalami rasa sakit akibat komunikasi antar-pribadi, bukankah begitu? Namun, dalam hikmat-Nya, “Allah, sumber segala anugerah” (1Ptr 5:10) mengajar kita kerendahan hati dengan memperkenankan pengalaman-pengalaman hidup yang terkadang sungguh pahit.

Allah melihat gambar besarnya dan pengetahuan-Nya tak mengenal batas (janganlah kita pernah mencoba-coba untuk membandingkan pengetahuan kita dengan pengetahuan sang Mahatahu). Allah mampu untuk mendatangkan berkat-berkat-Nya dalam situasi-situasi yang menurut penilaian kita sudah tidak berpengharapan. Allah mengggunakan setiap situasi untuk mendekatkan kita kepada diri-Nya, untuk menyiapkan diri kita dalam menghadapi peristiwa-peristiwa di masa depan, dan untuk menyatakan kasih-Nya kepada kita. Dia tidak pernah menguji kita melampau kekuatan kita, dan ketika Dia memulihkan kita, kita tidak lagi  sama karena Dia telah “melengkapi, meneguhkan, menguatkan  dan mengokohkan kita” (1Ptr 5:10).

Seringkali kita mencoba untuk mengambil jalan kita sendiri dalam kehidupan ini dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri saja. Ujung-ujungnya kita mendapatkan diri kita terjerat dalam kecemasan dan stres. Beberapa saat kemudian barulah kita menyadari bahwa kita telah membuang tenaga dan memeras otak kita untuk sesuatu yang “nol besar”, karena sesungguhnya Allah sudah bekerja dalam diri kita selama itu. Di sinilah perlunya bagi kita untuk belajar semakin berserah diri kepada-Nya, langkah demi langkah dalam kehidupan kita. Sukacita sejati kita alami selagi kita melihat Allah “mengangkat diri kita pada saat-Nya” dan “memulihkan kita” kepada damai-sejahtera-Nya setelah mengalami suatu periode yang penuh dengan ketegangan, rasa was-was, kegalauan, kekhawatiran, ketakutan dan sejenisnya. Seperti Santo Markus, marilah kita belajar untuk merendahkan diri kita di hadapan Allah dan menanti dengan sabar saat di mana Dia mengangkat kita.

DOA: Bapa surgawi, tolonglah kami mempercayai hasrat-Mu untuk mengajar kami dalam setiap situasi kehidupan kami. Kami mempersembahkan kepada-Mu kesulitan-kesulitan kami agar Engkau dapat menguatkan kami dan memenuhi diri kami dengan hidup-Mu sendiri. Amin.

Cilandak, 19 April 2015 [HARI MINGGU PASKAH III] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS