POKOK ANGGUR DAN RANTING-RANTINGNYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Paskah – Rabu, 1 Mei 2013)

Peringatan: Santo Yusuf Pekerja

LAST SUPPER - SEBELUM YUDAN BERKHIANAT“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dimuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” (Yoh 15:1-8) 

Bacaan Pertama: Kis 15:1-6; Mazmur Tanggapan: Mzm 122:1-5

Di negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, teristimewa di kalangan orang-orang muda sudah cukup lama ada gejala yang mengekspresikan pandangan berikut ini: “Yesus ya, tetapi Gereja tidak!” Saya yakin dalam masyarakat kita pun ada hal yang serupa kalau pun tidak sama.

Bagi banyak orang memang terdapat pemisahan yang sungguh riil antara mengikuti Yesus dan menjadi anggota Gereja. Motif-motif mereka cukup banyak. Beberapa yang cukup sering terdengar a.l. adalah: (1) Gereja terlalu besar, formal dan impersonal; (2) Kami pergi ke gereja dan merasa seakan kami berdiri dalam sebuah toserba atau stasiun kereta. Sedikit saja terasa adanya kehangatan, kasih atau persekutuan; (3) Yang kami lakukan dalam gereja hanyalah duduk, berdiri, berlutut dan sekali-kali turut bernyanyi dan menyerukan aklamasi bersama orang-orang lain; (4) Homili atau khotbah-khotbahnya seringkali tidak membumi, jauh dari kenyataan hidup kami sehari-hari; (5) Bacaan-bacaan terasa aneh atau sudah kami kenal baik; (6) Kami merasa sulit mengasosiasikan iman dan cintakasih kami kepada Yesus Kristus dengan Gereja yang begitu melembaga.

Sebaliknya, kami merasa tertarik kepada pribadi Yesus: (1) Pesan kasih Yesus, pelayanan-Nya dalam menyembuhkan serta mengampuni, dan keakraban-Nya dengan Bapa di surga sungguh berkesan di hati kami; (2) Kami ingin menjadi anggota sebuah komunitas di mana kami dikasihi dan diterima; (3) Kami tidak mau dianggap sekadar sebagai satu wajah lain lagi dalam jemaat; (4) Kami ingin merasakan iman kami sebagai suatu kekuatan vital dalam hidup kami sehari-hari: (5) Bukan struktur atau organisasi yang penting, melainkan relasi kami dengan Yesus dan kasih antara kami satu sama lain; (6) Bagi banyak dari kami, struktur adalah batu sandungan bagi pertumbuhan spritualitas.

Suatu pemisahan antara Yesus dan Gereja institusional sungguh ironis. Konsili Vatikan II memakai banyak tenaga dan wawasan dalam mempertimbangkan sifat dan misi Gereja. Pengharapan dari Konsili adalah untuk melibatkan umat beriman dalam kehidupan Gereja. “Umat adalah Gereja” tidak dimaksudkan sebagai sekadar slogan. Diharapkan bahwa umat Allah akan memainkan peranan yang aktif  dan bertanggung-jawab dalam kehidupan gereja lokal. Rasa memiliki (sense of belonging) yang lebih besar dan identitas umat sebagai Gereja juga diperkokoh. Visi Konsili Vatikan II masih harus terus diwujudkan. Walaupun begitu, tidak ada orang yang dapat menyangkal bahwa berbagai kemajuan telah berhasil diwujudkan.

Bacaan Injil hari ini memberikan kepada kita sebuah gambaran yang indah dan kuat tentang Gereja sebagai sebuah komunitas iman dan persekutuan (Latin: communio) dengan Yesus. Bukannya memisahkan Gereja dari Yesus, gambaran yang diberikan justru mengasosiasikan para anggota komunitas dengan Pribadi Yesus. Yesus bersabda: “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya” (Yoh 15:5). Gambaran tentang pokok anggur dapat kita lihat dalam Perjanjian Lama (Yes 5:2; Yer 2:21). Pokok anggur dipahami sebagai umat pilihan Allah. Allah mengasihi dan merawat pokok anggur itu agar menghasilkan banyak buah. Hal ini hanya mungkin apabila komunitas itu hidup dalam relasi yang intim dengan Yesus. Yesus berdiam dalam hati para murid-Nya, memberikan kepada mereka rahmat yang diperlukan untuk mendatangkan karya-karya Roh (teristimewa kasih persaudaraan). Di luar Yesus tidak akan ada pertumbuhan yang langgeng dan/atau tahan lama. Tanpa Yesus segala upaya baik yang dilakukan – cepat atau lambat – dapat menjadi rusak disebabkan oleh egoisme dan perpecahan-perpecahan.

GRAPE VINES - 4Gambaran pokok anggur dan ranting-rantingnya tidaklah bertentangan dengan Gereja sebagai lembaga (institusi). Gambaran ini dapat dipakai sebagai suatu upaya indah untuk mendorong (juga mengoreksi) pertumbuhan lebih lanjut dalam Yesus. Manakala struktur-struktur institusional menjadi tujuan dalam dirinya, maka hal ini sama saja dengan penyembahan berhala (Inggris: idolatry). Struktur-struktur gerejawi tetap diperlukan untuk menjaga ajaran Gereja, penyembahan/tata ibadat, dan nilai-nilai moral. Gereja hari ini jauh lebih besar dan jauh lebih kompleks daripada Gereja Perdana pada abad pertama. Kita membutuhkan struktur-struktur untuk menangani jumlah anggota jemaat yang memang tidak sedikit. Akan tetapi, kita tidak pernah boleh memperkenankan struktur-struktur menjadi begitu dominan sehingga merusak persekutuan  dan relasi kita dengan Yesus.

Gambaran pokok anggur dan ranting-rantingnya mendorong serta menyemangati kita untuk mempererat persekutuan dalam komunitas iman. Sebuah komunitas iman yang dipenuhi Roh Kudus adalah sebuah komunitas yang memperkenankan anggotanya untuk mengenal Yesus dengan lebih baik dan untuk para anggotanya saling mengasihi sebagai saudari dan saudara dalam Yesus Kristus. Apabila kita sungguh mengenal Yesus (bukan Yesus sebagai ide, melainkan sebagai seorang Pribadi yang hidup dalam kehidupan kita) dan ada saling mengasihi antara kita, maka karya-karya Roh Kudus menjadi terbukti-nyata.

Kelirulah kalau kita berpandangan “Yesus ya, tetapi Gereja tidak!” Gereja dipanggil untuk menjadi “pengingat” historis-konkret akan kasih Allah yang tanpa syarat kepada semua orang dan ciptaan-Nya. Gereja dipanggil untuk semakin dalam bersatu dengan Yesus dan menghasilkan buah Roh: “kasih, sukacita, damai-sejahtera, persekutuan dan integritas” (bdk. Gal 5:22-23). Kita semua dipanggil untuk membantu membuat Gereja menjadi sebuah komunitas di mana Roh Kudus berdiam dan Yesus dikenal serta dikasihi. Panggilan ilahi sedemikian sungguh sangat menantang dan tidak pernah membosankan.

DOA: Tuhan Yesus, tanpa Engkau kami, para murid-Mu, tidak dapat berbuat apa-apa. Ajarlah kami bagaimana seharusnya kami berdiam dalam Engkau. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kis 15:1-6), bacalah tulisan yang berjudul “BERDAMAI DENGAN ALLAH MELALUI IMAN KITA KEPADA YESUS” (bacaan tanggal 1 Mei 2013) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 13-05 BACAAN HARIAN MEI 2013. 

Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 15:1-8), bacalah tulisan yang berjudul “JIKALAU KAMU TINGGAL DI DALAM AKU” (bacaan tanggal 9-5-12) dalam situs/blog  PAX ET BONUM. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 9-5-12 dalam situs/blog SANG SABDA 

Cilandak, 26 April 2013   

 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS